TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kulit
Kulit terbagi atas beberapa lapisan. Secara garis besar kulit tersusun dari tiga
lapisan utama yaitu lapisan epidermis (kutikel), lapisan dermis (true skin,kutis),
Gambarsubkutis
lapisan 1. Struktur(hypodermis)
kulit. Sumber: Kessel RG, 1998.et al., 2010).
(Djuanda,
(Kalangi,
Gambar 2013)
2. Lapisan-lapisan dan apendiks kulit. Diagram lapisan kulit memperlihatkan saling
Gambar
hubung dan lokasi apendiks dermal (folikel rambut,2.1
kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea).
Sumber: Mescher AL, 2010. Anatomi Kulit
5
6
1. Lapisan Epidermis
al., 2010).
terdiri dari beberapa lapis sel gepeng mati, tak berinti, dan protoplasma yang
b) Stratum Lusidum
lapisan sel gepeng tak berinti dan protoplasma yang berubah menjadi
protein (eleidin). Lapisan tersebut Nampak jelas pada telapak tangan dan
Stratum granulosum adalah lapisan yang terdiri dari 2 atau 3 lapis sel
kasar tersebut terdiri dari keratohialin. Biasanya tidak terdapat mukosa pada
lapisan ini. Lapisan ini nampak jelaas pada telapak tangan dan kaki
Stratum spinosum (stratum malphigi) atau biasa disebut prickle cell layer
(lapisan akanta) terdiri dari beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal
e) Stratum Basale
2. Lapisan Dermis
dibandingkan epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastik dan fibrosa padat
dengan folikel rambut dan elemen selular. Lapisan dermis terbagi dalam dua
bagian yaitu, stratum retikulare dan stratum papilare (Djuanda, et al., 2010).
a. Stratum Papilare
berisi pembuluh darah dan ujung serabut saraf (Djuanda, et al., 2010).
b. Stratum Retikulare
elastin, dan retikuklin. Dasar (matriks) lapisan ini terdiri atas cairan kental
asam hialorunat dan kondroitin sulfat, dibagian ini terdapat pula fibroblas.
al., 2010).
3. Lapisan Subkutis
Lapisan subkutis merupakan kelanjutan bagian dari dermis. Lapisan ini terdiri
atas jaringan ikat longgar yang didalamnya berisi sel-sel lemak. Sel lemak
merupakan sel yang bulat, besar dan inti yang terdesar kepinggir sitoplasma lemak
Sel ini akan membentuk kelompok yang satu dan lainnya dipisahkan oleh
trabekula fibrosa. Lapisan ini disebut panikulus adipose yang memiliki fungsi
sebagai cadangan makanan. Lapisan ini berada di ujung-ujung saraf tepi, getah
pada lokasi jaringan tersebut. Pada bagina abdomen, jaringan lemak mencapai
ketebalan 3 cm, sedangkan pada daerah kelopak mata dan penis sangat sedikit.
Lapisan lemak ini juga berfungsi sebagai bantalan (Djuanda, et al., 2010).
Vaskularisasi pada kulit diatur oleh dua pleksus, yaitu pleksus yang terdapat
pada bagian atas dermis (pleksus superfisialis) dan pleksus yang terdapat pada
bagian subkutis (pleksus profunda). Pleksus pada bagian dermis atas mengadakan
10
anastomosis di papil dermis, pleksus di bagian subkutis dan stratum retikulare juga
mengadakan anastomosis, pada bagian ini pembuluh darah berukuran lebih besar.
Pada bagian yang bergandengan dengan pembuluh darah, terdapat salurah getah
pertahanan tubuh dari infeksi bakteri, jamur dan virus. Kulit juga mengatur regulasi
panas melalui vasodilatasi pembuluh darah kulit dan sekresi dari kelenjar keringat.
Apabila semua bagian kulit hilang, maka cairan dalam tubuh akan menguap dan
elektrolit tubuh menghilang dalam hitungan jam saja, misalnya pada kasus pasien
luka bakar. Aroma yang sedap maupun tidak sedap dari kulit berfungsi sebagai
pertanda bahwa tubuh menerima atau menolak sosial dan seksual. Organ-organ
adneksa kulit seperti rambut dan kuku telah diketahuni memiliki nilai kosmetik.
Kulit juga merupakan tempat sensari suhu, tekan, raba dan nikmat yang terjadi
berkat jalinan ujung-ujung saraf yang saling bertautan (Wilson & Price, 2006).
Luka bakar merupakan rusaknya atau hilangnya jaringan yang dapat disebabkan
oleh kontak antara kulit dengan sumber panas seperti api, bahan kimia, air panas,
2.2.1. Patofisiologi
Luka bakar disebabkan karena perpindahan energi dari sumber panas menuju
elektromagnetik. Luka bakar terbagi atas beberapa kategori, yaitu luka bakar
Kulit yang terkena luka bakar mengalami kerusakan pada bagian epidermis,
dermis atau jaringan subkutan bergantung pada faktor penyebab dan waktu kontak
kulit dengan sumber panas atau penyebabnya. Kedalaman luka bakar akan
memengaruhi kerusakan atau gangguan integritas dari kulit dan kematian sel
(Effendi, 2009).
sehingga menyebabkan klorida, natrium, air dan protein dalam sel tubuh keluar dan
hemokonsentrasi. Kehilangan cairan tubuh yang terjadi pada pasien luka bakar
disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya suhu benda yang membakarm api, air
panas, minyak panas, listrik, zat kimia, radiasi dan kondisi ruangan yang tertutup
Luka bakar terdiri dari beberapa jenis, antara lain luka bakar yang disebabkan
karena api, air panas, bahan kimia (basa kuat atau asam kuat), listrik, petir, radiasi,
maupun akibat dari suhu yang sangat rendah (frost bite) (Moenadjat, 2009).
Luka bakar derajat I ditandai oleh kerusakan yang terbatas pada lapisan
yang disertai proses eksudasi, terdapat bullae, nyeri yang disebabkan oleh
ujung-ujung saraf sensorik yang mengalami iritasi, dasat luka merah atau
pucat, posisinya sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal. Luka bakar
• Proses penyembuhan akan lebih lama, bergantung pada sel epitel yang
(Moenadjat, 2009).
13
Initial assessment 126.3
c)
2
Luka Bakar
2
Derajat
13
2
III 13
2
anterior trunk
posterior trunk
right arm
left arm
11/2
Luka bakar derajat III merupakan
11/2 11/2 kerusakan yang meliputi seluruh
buttocks
11/2
protein pada
rmining if the patient’s injury is ‘survivable’ or lapisan epidermisformula
Resuscitation dan lapisan dermis yang biasa disebut
in adults or elderly burn patients is usually deter- A central aspect of the clinical response is adequate resuscitation
sum of age (years) plus burn size (%) plus pres- [12–15]. Many formulas have been studied, with all having the
sebagai
ce inhalation injury (±14) being greater eskar, tidak
or equal sameterdapat
goal: rasa nyeri karena ujung saraf-saraf sensorik
1]. In paediatric patients, the philosophy of many
4 mL % TBSA weight (kg) = 24 h fluid requirement, with half
rn centres is that there is no futility in children
rusak atau
y rare instances, for example, a 100% TBSA full‐
mengalami kematian, penyembuhangiven terjadi lebih
over lama8 hkarena
the first and the
n. Once the decision to treat is made, the initial remainder over the following 16 h
and therapeutic goal is preservationtidak adanya
of limbs and proses epitelisasi spontan dari dasar luka (Moenadjat,
organ failure, which begins with well‐established maintenance of organ perfusion during burn shock with restora-
f injury severity, first care protocols and surgical tion of intravascular volume. The most commonly used formula is
[2,4]. 2009) .
the Parkland formula [13].
First degree
PART: 11 EXTERNAL
AGENTS
Second degree
First degree
Epidermis
Superficial second Partial
degree thickness
Dermis Deep second
degree
Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Pada
orang dewasa digunakan “rumus 9”, yaitu luas kepala, leher, dada, punggung,
perut, pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan dan kiri, paha kanan dan kiri
luas permukaan tubuh yang terbakar pada orang dewasa (De Jong, 2017).
Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala
anak lebih besar. Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil
berbeda, dikenal “rumus 10” untuk bayi dan “rumus 10-15-20” untuk anak (De
Jong, 2017).
Proses penyembuhan luka terbagi menjadi tiga fase yaitu fase inflamasi, fase
Fase inflamasi berlangsung sejak luka mulai terjadi sampai pada kurang lebih
hari ke lima. Pembuluh darah yang terputus pada daerah luka akan mengakibatkan
Homeostasis terjadi akibat trombosit yang keluar dari pembuluh darah saling
melekat, dan saat bersamaan jala fibrin mulai terbentuk, membekukan darah yang
keluar dari pembuluh darah yang cidera. Trombosit yang melekat akan
mengaktifasi fibroblas lokal dan sel endotel serta vasokonstriktor. Sementara itu,
Dari kaskade ini akan menghasilkan pengeluaran bradikinin dan anafilatoksin C3a
menyebabkan edema dan pembengkakan. Tanda dan gejala klinis yang menyertai
reaksi radang akan nampak jejas, seperti warna kemerahan akibat pelebaran kapiler
(rubor), rasa hangat (kolor), nyeri (dolor), dan pembengkakan (tumor) (De Jong,
2017).
16
Aktivasi selular yang terjadi ialah pergerakan leukosit yang menembus dinding
dari pembuluh darah (diapedesis) menuju tempat terjadinya luka karena adanya
memfagosit bakteri dan kotoran yang terdapat pada luka. Monosit dan limfosit yang
kemudian muncul, ikut menghancurkan dan memfagosit bakteri dan kotoran pada
luka. Fase ini juga disebut fase lamban karena reaksi pembentukan kolagen baru
sedikit, dan luka hanya ditautkan oleh fibrin yang sangat lemah. Monosit yang
berubah menjadi makrofag ini juga menyekresikan berbagai macam sitokin dan
growth factor yang dibutuhkan dalam proses penyembuhan luka (De Jong, 2017).
e. IL-3 dan IL-5, berfungsi sebagai produksi dan aktivasi eosinofil (De Jong,
2017).
Fase poliferasi berlangsung pada akhir fase inflamasi sampai kira-kira pada
akhir minggu ketiga. Fibroblast yang berasal dari sel mesenkim belum
yang merupakan bahan dasar dari serat kolagen yang akan mempertautkan tepi luka
Pada fase ini, serat kolagen akan dibentuk dan dihancurkan kembali untuk
menyesuaikan dengan tegangan pada luka yang cenderung mengerut. Sifat tersebut,
serta sifat kontraktil fibroblast, menyebabkan tarikan pada tepi luka. Pada akhir fase
ini, kekuatan regangan luka mencapai 25% jaringan normal. Nantinya, dalam
Pada fase poliferasi ini, luka akan dipenuhi oleh sel radang, fibroblas, dan
jaringan kemerahan dengan permukaan berbenjol halus yang biasa disebut dengan
jaringan granulasi. Epitel tepi luka yang terdiri atas sel basal terlepas dari dasarnya
dan berpindah mengisi permukaan luka. Tempatnya kemudian diisi oleh sel baru
yang terbentuk dari proses mitosis. Proses migrasi hanya terjadi ke arah yang lebih
rendah atau datar. Proses ini akan berhenti setelah epitel saling menyentuh dan
poliferasi akan terhenti dan dimulailah fase remodeling (De Jong, 2017).
2.3.3. Remodeling
kembali jaringan yang berlebihan, pengerutan yang sesuai dengan gaya gravitasi,
dan akhirnya perupaan jaringan yang baru. Fase ini dapat berlangsung berbulan-
bulan dan dinyatakan berakhir apabila tanda radang sudah benar-benar hilang.
Tubuh akan berusaha menormalkan kembali semua yang menjadi abnormal pada
18
proses penyembuhan luka. Edema dan sel radang akan diserap, sel muda akan
menjadi matur, kapiler baru akan menutup dan diserap kembali, kolagen yang
berlebihan akan diserap dan sisanya akan mengerut sesuai dengan besar regangan.
Selama proses ini berlangsung akan dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis, dan
lentur, serta mudah digerakan dari dasar. Terlihat pengerutan yang maksimal pada
luka. Pada akhir fase ini, perupaan luka kulit mampu menahan regangan kira-kira
80% dari kemampuan kulit normal. Hal ini kira-kira akan tercapai 3-6 bulan setelah
darah, obat-obatan, nekrosis, inflamasi, dan adanya benda asing pada luka (Suriadi,
2004).
1. Nutrisi
status nutrisi, diperlukan asupan protein untuk mensuplai asam amino, yang
dibutuhkan untuk perbaikan jaringan dan degenerasi. Diet yang baik juga
2. Usia
inflamasi yang lambat, pembentukan antibodi dan limfosit yang menurun, dan
3. Infufisiensi vascular
tersebut dapat mengakibatkan suplai darah tidak dapat mencapai tempat jejas
4. Suplai darah
5. Obat-obatan
6. Nekrosis
Nekrosis merupakan kematian jaringan/ sel pada tubuh yang hidup, jaringan
(Apriyani, 2015).
20
7. Inflamasi
luka, namun jika fase ini mengalami pemanjangan maka akan menimbulkan
penyusutan luas luka akan berjalan kurang optimal (Gauglitz, et al; 2011).
terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul
dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan leukosit (sel darah merah), yang
membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah (pus) (Ismail,
2009).
2.5.1. Taksonomi
(Gbif, 2018)
Gambar 2.5
Impatiens balsamina L.
21
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Genariales
Famili : Balsaminaceae
Genus : Impatens
2.5.2. Morfologi
dan Asia Tenggara seperti India, Cina dan Malaya, namun tidak terdapat di
Australia, Selandia baru atau seluruh benua Amerika Selatan. Hampir semua daerah
yaitu ± 40 jenis. Tempat-tempat yang lembab, misalkan hutan, pantai dan pinggiran
antara 30-85cm, dengan batang yang tegak. Bagian bawah dauh berhadapan dan
bagian atasnya bersilang, dengan ukuran daun antara 5-16cm x 1-3cm, pinggir daun
Bunganya berukuran 1-2,5cm dan memiliki warna bervariasi seperti merah, ungu,
putih dan kombinasi yang saling bertumpuk 1-3 pada ketiak daun, ukuran taji
22
bervariasi berkisar 2-20mm. buah berbentuk bulat telur hingga lonjong serta
Persebaran : Berasal dari Asia Tenggara dan saat ini telah tersebar luas di Jawa,
ditemukan tumbuh liar di alam namun belum begitu diperhatikan (Utami, 2014).
Pada hasil uji skrining fitokimia penelitian ekstrak etanol bunga pacar air
Hasil Kesimpulan
1. Alkaloid Terbentuk endapan merah +++
yaitu dengan menekan pelepasan histamin oleh sel mast, mengurangi sekresi IL-1
2.5.3.2. Flavonoid
demikian, aktivitas NF-kB dan modulasi sitokin ini mungkin dapat menjelaskan
ekspresi molekul antiinflamasi, seperti antagonis reseptor IL-1. Hal ini juga
berperan penting dalam proses inflamasi karena kemokin dan sitokin akan
mengawali respon inflamasi. Komponen lain dari inflamasi adalah nyeri. Nyeri
dihasilkan dari proses aktivasi dan sensitisasi nosiseptor (neuron yang bertugas
menginduksi dari sitokin antiinflamasi (Very, et.al., 2012). Selain itu, efek