Anda di halaman 1dari 95

HISTOLOGI ORGAN SITEM EKSKRESI

SISTEM EKSRESI : Proses pengeluaran zat-zat sisa metabolisme yang sudah tidak digunakan
lagi oleh tubuh khususnya sel dan darah. Yang termasuk sistem ekskresi yaitu : Kulit,Ginjal,
Paru-Paru, dan Hati

Fungsi dari Sistem Ekskresi yaitu :


1. Mengatur kandungan air, garam – garam anorganik dalam darah
2. Mengatur volume,pH,tekanan osmotik darah
3. Mengatur komposisi kimia darah
4. Mengatur suhu tubuh

A. KULIT SEBAGAI ORGAN


Kulit merupakan organ yang tersusun dari 4 jaringan dasar:
1. Kulit mempunyai berbagai jenis epitel, terutama epitel berlapis gepeng dengan lapisan
tanduk. Penbuluh darah pada dermisnya dilapisi oleh endotel. Kelenjar-kelenjar kulit
merupakan kelenjar epitelial.
2. Terdapat beberapa jenis jaringan ikat, seperti serat-serat kolagen dan elastin, dan sel-
sel lemak pada dermis.
3. Jaringan otot dapat ditemukan pada dermis. Contoh, jaringan otot polos, yaitu otot
penegak rambut (m. arrector pili) dan pada dinding pembuluh darah, sedangkan
jaringan otot bercorak terdapat pada otot-otot ekspresi wajah.
4. Jaringan saraf sebagai reseptor sensoris yang dapat ditemukan pada kulit berupa ujung
saraf bebas dan berbagai badan akhir saraf. Contoh, badan Meissner dan badan Pacini.

Struktur kulit Kulit terdiri atas 2 lapisan utama yaitu epidermis dan dermis
1. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan paling luar kulit dan terdiri atas epitel berlapis gepeng
dengan lapisan tanduk. Epidermis hanya terdiri dari jaringan epitel, tidak mempunyai
pembuluh darah maupun limf; oleh karenaitu semua nutrien dan oksigen diperoleh
dari kapiler pada lapisan dermis. Epidermis terdiri atas 5 lapisan yaitu, dari dalam ke
luar, stratum basal, stratum spinosum, stratum granulosum, stratum lusidum, dan
stratum korneum.
a) Stratum basal (lapis basal, lapis benih)
Lapisan ini terletak paling dalam dan terdiri atas satu lapis sel yang tersusun
berderet-deret di atas membran basal dan melekat pada dermis di bawahnya.
Sel-selnya kuboid atau silindris. Intinya besar, jika dibanding ukuran selnya,
dan sitoplasmanya basofilik. Pada lapisan ini biasanya terlihat gambaran
mitotik sel, proliferasi selnya berfungsi untuk regenerasi epitel. Sel-sel pada
lapisan ini bermigrasi ke arah permukaan untuk memasok sel-sel pada lapisan
yang lebih superfisial. Pergerakan ini dipercepat oleh adalah luka, dan
regenerasinya dalam keadaan normal cepat.
b) Stratum spinosum (lapis taju)
Lapisan ini terdiri atas beberapa lapis sel yang besar-besar berbentuk
poligonal dengan inti lonjong. Sitoplasmanya kebiruan. Bila dilakukan
pengamatan dengan pembesaran obyektif 45x, maka pada dinding sel yang
berbatasan dengan sel di sebelahnya akan terlihat taju-taju yang seolah-olah
menghubungkan sel yang satu dengan yang lainnya. Pada taju inilah terletak
desmosom yang melekatkan sel-sel satu sama lain pada lapisan ini. Semakin
ke atas bentuk sel semakin gepeng.

c) Stratum granulosum (lapis berbutir)


Lapisan ini terdiri atas 2-4 lapis sel gepeng yang mengandung banyak granula
basofilik yang disebut granula kerato-hialin, yang dengan mikroskop elektron
ternyata merupakan partikel amorf tanpa membran tetapi dikelilingi ribosom.
Mikro-filamen melekat pada permukaan granula.
d) Stratum lusidum (lapis bening)
Lapisan ini dibentuk oleh 2-3 lapisan sel gepeng yang tembus cahaya, dan
agak eosinofilik. Tak ada inti maupun organel pada sel-sel lapisan ini.
Walaupun ada sedikit desmosom, tetapi pada lapisan ini adhesi kurang
sehingga pada sajian seringkali tampak garis celah yang memisahkan stratum
korneum dari lapisan lain di bawahnya.
e) Stratum korneum (lapis tanduk)
Lapisan ini terdiri atas banyak lapisan sel-sel mati, pipih dan tidak berinti serta
sitoplasmanya digantikan oleh keratin. Sel-sel yang paling permukaan merupa-
kan sisik zat tanduk yang terdehidrasi yang selalu terkelupas.
2. Sel Dermis
Dermis terdiri atas stratum papilaris dan stratum retikularis, batas antara kedua
lapisan tidak tegas, serat antaranya saling menjalin.
a. Stratum papilaris Lapisan ini tersusun lebih longgar, ditandai oleh adanya papila
2
dermis yang jumlahnya bervariasi antara 50 – 250/mm . Jumlahnya terbanyak dan
lebih dalam pada daerah di mana tekanan paling besar, seperti pada telapak kaki.
Sebagian besar papila mengandung pembuluh-pembuluh kapiler yang memberi
nutrisi pada epitel di atasnya. Papila lainnya mengandung badan akhir saraf
sensoris yaitu badan Meissner. Tepat di bawah epidermis serat-serat kolagen
tersusun rapat.
b. Stratum retikularis Lapisan ini lebih tebal dan dalam. Berkas-berkas kolagen
kasar dan sejumlah kecil serat elastin membentuk jalinan yang padat ireguler.
Pada bagian lebih dalam, jalinan lebih terbuka, rongga-rongga di antaranya terisi
jaringan lemak, kelenjar keringat dan sebasea, serta folikel rambut. Serat otot
polos juga ditemukan pada tempat-tempat tertentu, seperti folikel rambut,
skrotum, preputium, dan puting payudara. Pada kulit wajah dan leher, serat otot
skelet menyusupi jaringan ikat pada dermis. Otot-otot ini berperan untuk ekspresi
wajah. Lapisan retikular menyatu dengan hipodermis/fasia superfisialis di
bawahnya yaitu jaringan ikat longgar yang banyak mengandung sel lemak.
 Mekanisme Pengeluaran Keringat
Proses pengeluaran keringat diatur oleh hipotalakmus (otak). Hipotalakmus dapat
menghasilkan enzim bradikinin yang mempengaruhi kegiatan kelenjar keringat. Jika
hipotalakmus mendapat rangsangan,misalnya berupa perubahan suhu pada pembuluh
darah, maka rangsangan tersebut diteruskan oleh saraf simpatetik ke kelenjar keringat.
Selanjutnya kelenjar akan menyerap air garam dan sedikit urea dari kapiler darah dan
kemudian mengirimnya ke permukaan kulit dalam benuk keringat

B. Anatomi Organ Paru


Paru adalah organ berbentuk piramid seperti spons dan berisi udara yang terletak di rongga
toraks. Paru merupakan jalinan atau susunan bronkus, bronkiolus, bronkiolus respiratori, alveoli,
sirkulasi paru, saraf, dan sistem limfatik.
Paru adalah alat pernapasan utama yang merupakan organ berbentuk kerucut apeks di atas
dan sedikit lebih tinggi dari klavikula di dalam dasar leher Paru dibungkus oleh membran serosa
yang disebut pleura. Pleura yang melapisi rongga dada disebut pleura parietalis. Pleura yang
menyelubungi paru disebut pleura visceralis. Di antara pleura parietalis dan pleura visceralis
terdapat suatu lapisan tipis cairan pleura yang berfungsi untuk memudahkan permukaan bergerak
selama pernapasan dan untuk mencegah pemisahan thoraks dan paru.
Keterangan: (a) Histologi tumor paru-paru normal (b) Histologi tumor paru-paru tahap
penebalan (c) Histologi tumor paru-paru tahap proliferasi (d) Histologi tumor paru-paru
tahap keganasan/ kanker
Struktur Histologi Paru
1. Bronkiolus Intrapulmonal
Bronkus intrapulmonal biasanya dikenali dari adanya beberapa lempeng tulang rawan yang
letaknya berdekatan
2. Bronkiolus
Bronkiolus merupakan segmen saluran konduksi yang terdapat di dalam lobulus paru.
3. Bronkiolus Terminalis
Bronkiolus terminalis merupakan bagian konduksi saluran napas terkecil yang menampakkan
mukosa berombak dengan epitel silindris bersilia dan sudah tidak dijumpai lagi sel goblet.
4. Bronkiolus Respiratorius
Setiap bronkiolus terminalis bercabang menjadi dua atau lebih bronkiolus respiratorius yang
berfungsi sebagai peralihan antara bagian konduksi dan bagian respirasi dari sistem pernapasan.
5. Duktus Alveolaris
Bagian terminal setiap bronkiolus respiratorius bercabang menjadi beberapa duktus alveolaris.
6. Alveolus
Jumlah alveolus mencapai 300 juta buah. Dengan adanya alveolus, luas permukaan
seluruh alveolus diperkirakan mencapai 100 kali lebih luas daripada luas permukaan
tubuh. Dinding alveolus mengandung kapiler darah yang memungkinkan terjadinya difusi
gas

C. GINJAL
Saluran kemih terdiri dari ginjal yang terus menerus menghasilkan urin,dan berbagai
saluran reservoir yang dibutuhkan untuk membawa urin keluar tubuh. Ginjal merupakan
organ berbentuk seperti kacang yang terletak di kedua sisi columna vertebralis (Price dan
Wilson, 2006).Kedua ginjal terletak retroperitoneal pada dinding abdomen, masing–
masing di sisi kanan dan sisi kiri columna vertebralis setinggi vertebra T12 sampai
vertebra L3. Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah daripada ginjal kiri karena
besarnya lobus hepatis dekstra. Masing–masing ginjal memiliki facies anterior dan facies
posterior, margo medialis dan margo lateralis, ekstremitas superior dan ekstremitas
inferior (Moore dan Agur, 2002). Pada orang dewasa, panjang ginjal adalah sekitar 12 cm
sampai 13 cm,lebarnya 6 cm, tebalnya 2,5 cm dan beratnya sekitar 150 g. Ukurannya
idak berbeda menurut bentuk dan ukuran tubuh. Perbedaan panjang dari kutub ke kutub
kedua ginjal yang lebih dari 1,5 cm atau perubahan bentuk merupakan tanda yang
penting, karena sebagian besar manifestasi penyakit ginjal adalah perubahan struktur dari
ginjal tersebut (Price dan Wilson, 2006). Ginjal dibungkus oleh jaringan fibrosa tipis dan
mengkilat yang disebut kapsula fibrosa ginjal dan di luar kapsul ini terdapat jaringan
lemak perineal. Di sebelah kranial ginjal terdapat kelenjar anak ginjal atau glandula
adrenal/suprarenal yang berwarna kuning. Kelenjar adrenal bersama ginjal dan jaringan
lemak perineal dibungkus oleh fascia gerota. Di luar fascia gerota terdapat jaringan lemak
retroperitoneal atau disebut jaringan lemak pararenal. Di bagian posterior, ginjal
dilindungi oleh otot–otot punggung yang tebal serta costae ke XI dan XII, sedangkan di
bagian anterior dilindungi oleh organ–organ intraperitoneal (Purnomo, 2003). Secara
anatomis ginjal terbagi menjadi 2 bagian korteks dan medula ginjal (Junquiera dan
Carneiro, 2002). Di dalam korteks terdapat berjuta–juta nefron sedangkan di dalam
medula banyak terdapat duktuliginjal. Nefron adalah unit fungsional terkecil dari ginjal
yang terdiri atas tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, dan tubulus
koligentes (Purnomo, 2003). Setiap ginjal memiliki sisi medial cekung, yaitu hilus tempat
masuknya syaraf, masuk dan keluarnya pembuluh darah dan pembuluh limfe, serta
keluarnya ureter dan memiliki permukaan lateral yang cembung(Junquiera dan Carneiro,
2002). Sistem pelvikalises ginjal terdiri atas kaliks minor, infundibulum, kaliks major,
dan pielum/pelvis renalis (Junquiera dan Carneiro, 2002).
Ginjal mendapatkan aliran darah dari arteri renalis yang merupakan
cabang langsung dari aorta abdominalis, sedangkan darah vena dialirkan melalui vena
renalis yang bermuara ke dalam vena kava inferior. Sistem arteri ginjal adalah end
arteries yaitu arteri yang tidak mempunyai anastomosis dengan cabang–cabang dari arteri
lain,sehingga jika terdapat kerusakan salah satu cabang arteri ini, berakibat timbulnya
iskemia/nekrosis pada daerah yang dilayaninya (Purnomo,2003).

D. HATI
Hati memegang peranan yang penting dalam menjaga metabolisme tubuh. Fungsi hati
manusia dalam sistem ekskresi adalah menghasilkan empedu, amonia dan urea.
Serangkaian reaksi terjadi saat pembentukan empedu, amonia, dan urea sampai
pengeluarannya dari tubuh. Kelainan pada hati akan menyebabkan gangguan pada sistem
ekskresi. Beberapa tanda tanda penyakit hati diantaranya kelelahan yang berlebihan,
jaundice, nyeri di daerah perut, ada pembengkakan (edema), dan sebagainya. Berikut
adalah beberapa sistem ekskresi hati pada manusia :
A. Ekskresi Melalui Empedu
Empedu merupakan cairan berwarna kuning kehijauan yang dihasilkan oleh hati.
Fungsi empedu diantaranya:
 Membantu pencernaan lemak dalam usus halus – empedu membantu fungsi enzim lipase
usus halus dengan meningkatkan luas permukaan lemak sehingga mudah untuk diubah
menjadi asam lemak dan gliserol
 Sebagai pengemulsi lemak – empedu mengikat lemak dengan membentuk misel misel.
Misel ini mudah larut dalam air sehingga mudah ditransport mendekati dan diserap
dinding bagian bagian usus halus
 Memberi suasana basa – beberapa enzim pencernaan di usus tidak bisa bekerja optimal
dalam suasana asam. Hal ini dinetralisir oleh empedu yang bersifat basa
 Membantu pencernaan vitamin larut lemak – dengan membantu pencernaan lemak secara
tidak langsung empedu juga membantu pencernaan vitamin vitamin larut lemak yaitu
vitamin A, D, E, dan K
 Bakterisida – empedu memiliki sifat bakterisida yaitu mengurangi bakteri merugikan
pada bagian bagian usus besar

B. Ekskresi Melalui Siklus Urea

Amonia merupakan hasil samping dari metabolisme protein dalam tubuh. Amonia
merupakan zat yang bersifat racun dalam tubuh. Kelebihan amonia dalam tubuh dapat
menyebabkan keseimbangan terganggu dan mengurangi energi yang dihasilkan
tubuh. Ini disebabkan amonia menggunakan α-ketoglutarat pada siklus krebs untuk
membentuk glutamin. Oleh karena itu kadar amonia dalam tubuh tidak boleh lebih
dari 35µmol/L. kelainan pada tubuh yang berkaitan dengan kadar amonia/urea yang
tinggi disebut hiperamonemia. Tubuh manusia akan merespon keberadaan amonia
dengan mengubahnya menjadi senyawa yang tidak beracun, yaitu urea melalui siklus
urea.

A. Siklus Urea

Urea merupakan zat yang tidak beracun dan dapat dibuang melalui urin. Urea
merupakan hasil reaksi dari amonia, karbondioksida dan asam aspartat. Reaksi ini
terjadi dalam matriks mitokondria dan sitosol dari sel hepasit. Pembentukan urea
berlangsung melalui 5 tahapan yaitu:

 Pembentukan karbamoil fosfat– karbamoil fosfat dibentuk dari reaksi amonia, ion
bikarbonat dari karbondioksida. Reaksi ini membutuhkan energi ATP dan dikatalis oleh
enzim pada mitokondia
 Pembentukan sitrulin – sitrulin dibentuk dari ornitin dan karbamoil fosfat dengan
bantuan enzim ornitin transkarbomoilase. Sitrulin kemudian masuk ke dalam sitosol
 Pembentukan argininosusinat – sitrulin pada sitosol dikatalis menggunakan enzim
argininosusinat sintetase dan energi ATP membentuk argininosusinat
 Pemecahan argininosusinat– segera setelah terbentuk argininosusinat dipecah oleh
enzim argininosusinat liase menjadi arginine dan fumarat. Fumarat yang dihasilkan
masuk kedalam siklus krebs
 Hidrolisis arginine – arginine kemudian bereaksi dengan air dan menghasilkan ornitin
dan urea. Ornitin yang dihasilkan akan masuk kembali dalam reaksi tahap kedua
BAB II
PEMBAHASAN
1. Organ – organ Sistem Pernafasan pada Manusia

Pernafasan atau respirasi mempunyai arti :


- proses pengambilan O2, pengeluaran CO2 dan penggunaan energi yang dihasilkan oleh
tubuh
- pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya
- reaksi enzimatis, sebab dalam proses tersebut ada satu enzim yang memegang peranan
penting yaitu sitokrom (enzim pernafasan)
1. Sistem Pernapasan Pada Manusia

Sistem pernapasan mammalia khususnya manusia terdiri dari bagian


saluran udara dan bagian pernapasan.
2. Bagian saluran udara terdiri dari :

 Hidung (nasus)

 Tekak (pharynx)

 Jakun (larynx)

 Tenggorok (trachea)

 Cabang tenggorok (bronkhus)

 Ranting tenggorok (bronkhiolus)

Bagian pernapasan merupakan tempat terjadinya pengambilan O2 oleh darah dan


pelepasan CO2 oleh darah. Bagian pernapasan terdiri dari :
 Bronkhioli respiratori

 Kantung alveolus/ dukti alveoli

 Alveolus

Organ pernafasan utama adalah paru-paru (pulmo).


2. Struktur Histologi dari Bagian-bagian Saluran Pernafasan

1. Hidung

Hidung adalah bagian yang paling menonjol di wajah, yang berfungsi menghirup
udara pernafasan, menyaring udara,menghangatkan udara pernafasan, juga
berperan dalam resonansi suara.
Rongga hidung (cavum nasi) memiliki sepasang lubang didepan untuk masuk
udara, disebut nares; dan sepasang lubang di belakang untuk menyalurkan udara
yang dihirup masuk ke tenggorokan, disebut choanae. Rongga hisung sepasang kiri
kanan, dibatasi di tengan oleh sekat yang dibina atas tulang rawan dan tulang.
Dinding rongga ditunjang oleh tulang rawan dan tulang. Lantai, di depan terdiri dari
tulang langit-langit, di belakang berupa langit-langit lunak. Atap juga ditunjang
oleh tulang rawan sebagian dan sebagian lagi oleh tulang. Dari tiap dinding ada tiga
tonjolan tulang ke rongga hidung, disebut conchae.
Rongga hidung dibagi atas 4 daerah :
1. Vestibula.

2. Atrium.

3. Daerah pembauan.

4. Daerah pernapasan.

Vestibula adalah bagian depan rongga, atrium adalah bagian tengah. Daerah
pembauan berada pada conchae yang atas, sedangkan daerah pernapasan terletak
pada dua conchae yang bawah.
Rongga hisung dilapisi oleh tunica mukosa. Kecuali di bagian depan vestibula
sampai ke nares. Di sini dilapisi oleh kulit yang strukturnya sama dengan kulit
wajah. Epidermis dibina atas jaringan epitel berlapis menanduk, ada bulu, kelenjar
minyak bulu, dan kelenjar peluh. Pada vestibula itu ada bulu yang keras, disebut
vibrissae.
Tunica mukosa sendiri dibina atas jaringan epitel berlapis semu bersilia. Di daerah
pembauan epitel bersilia itu memiliki struktur dan fungsi khusus, yaitu sabagai
indera bau. Diantara sel epitel batang bersilia tersebar banyak sel goblet. Pada
lamina propria banyak terdapat simpul vena, simpul limfa dan kelenjar lendir. Tak
ada bulu, kelenjar minyak bulu maupun kelenjar peluh. Kelenjar lendir itu di sebut
kelenjar Bowman. Tunica mukosa melekat ketat ke periosteum atau perichondrium
di bawahnya.
Sekeliling rongga hidung ada empat rongga berisi udara yang berhubungan
dengannya, disebut sinus paranasal. Keempat sinus itu berada pada tulang-tulang
berikut : 1). Frontal; 2). Maxilla; 3). Ethmoid; 4) sphenoid. Sinus dilapisi oleh
tunica mucosa juga, seperti yang melapisi rongga hidung. Hanya saja lebih tipis dan
sel-selnya lebih kecil-kecil serta sedikit mengandung kelenjar lendir. Lamina
propria tidak terliahat dengan jelas.
2. Tekak ( pharynx )

Daerah simpangan saluran napas dan saluran makan. Dibedakan atas tiga daerah
 Daerah hidung (naso-pharynx)

Merupakan bagian pertama pharynx kebawah, dilanjutkan dengan bagian oral organ
ini yaitu oro-pharynx.
 Daerah mulut (oro-pharynx)

 Daerah jakun (laryngeo-pharynx)

Di daerah mulut lapisan muscularis-mucosa dari tunica mucosa digantikan oleh


serat elastis yang rapat dan tebal. Tunica submucosa hanya ada didinding daerah
hidung dan dekat ke kerongkongan. Di tempat lain tunica mukosa melekat langsung
ke gumpal otot lurik sekitar leher. Lapisan serat elastis yang ada pada bagian bawah
tunica mucosa itu berpaut rapat dan berjalin dengan jaringan interstisial otot.
Lamina propria tunica mucosa terdiri dari jaringan ikat rapat yang berisi jala serat
elastis yang halus. Di daerah mulut dan jakun tunica mukosa dilapisi oleh jaringan
epitel berlapis banyak dan mengelupas, sedang atapnya dibina atas jaringan epitel
batang berlapis bersilia, dengan banyak sel goblet. Pada lamina propria, dibawah
lapisan serat elastis, banyak terdapat kelenjar lendir.
3. Jakun ( Larynx )

Gerbang trakea ini ditunjang oleh beebrapa keping tulang rawan hialain dan elastis,
jaringan ikat, serat otot lurik, dan dilapisi sebelah kelumen oleh tunica mucosa.
Tunica mucosa itu memiliki kelenjar lendir.
Keping tulang rawan yang menunjang jakun ialah:
1. Tiroid

2. Krikoid tunggal

3. Epiglotis

4. Aritenoid

5. Kornikulat sepasang

6. Kuneiform

Permukaan depan dan sebelah belakang epiglotis dan pita suara diselaputi epitel
berlapis mengelupas. Didaerah lain yaitu dasar epiglotis, trakea dan bronkhus,
epitel itu bersilia.
Pada tunica mucosa banyak sel goblet. Kelenjar lendir disini tergolong jenis tubulo-
acinus. Sedikit kuncup rasa terdapat tersebar pada bagian bawah epiglotis.
Pita suara berisi ligamen tiro-aritenoid, yang mengandung serat elastis dan dibagian
sisisnya silengkapi serat otot lurik tiro-aritenoid. Ditengah ditutup dengan tunica
mucosa yang tipis dari epitel berlapis mengelupas.
4. Tenggorok ( Trakhea )

Saluran nafas ini menghubungkan larynx dengan paru. Histologi dinding tenggorok
dapat dibedakan atas tiga lapis, yaitu tunica mucosa, tunica muscularis, tunica
adventitia.
Permukaan kelumen diselaputi tunica mucosa, dengan epitel batang berlapis semu
dan bersilia, menumpu pada lamina basalis yang tebal. Pada selaput epitel banyak
terdapat sel goblet. Lamina propria berisi banyak serat elastis dan kelenjar lendir
yang kecil-kecil. Kelenjar terletak sebelah atas lapisan serat elastis. Dibagian
posterior tenggorok kelenjar itu menerobos masuk tunica muscularis. Pada lamina
propria terdapat pula pembuluh darah dan pembuluh limfa. Tunica muscularis
sendiri sangat tipis dan tidak terlihat dengan jelas.
Tunica adventitia juga tidak terlihat secara jelas, dan berintegrasi dengan jaringan
penunjang yang terdiri dari tulang rawan dibawahnya.
Tulang rawan di bawah tunica adventitia itu tersusun dalam bentuk cincin-cincin
hialin bentuk huruf C. Cincin inilah yang menunjang tenggorok pada sebelah
samping dan ventral. Sedangkan dibagian dorsal tenggorok, ditempat itu adalh
bagian terbuka cincin, terdapat serat otot polos yang susunannnya melintang
terhadap poros tenggorok. Serat otot itu melekat kepada kedua ujung cincin, dan
berfungsi untuk mengecilkan diameter tenggorok. Jika otot kendur, diameter
tenggorok kembali sempurna.
Diantara cincin bersebelahan terdapat serat fibroelastis. Dengan struktur cincin
yang tak bulat penuh ini maka tenggorok dapat meregang (membesar) untuk
menyalurkan lebih banyak udara ke dalam paru. Di sebelah luar cincin terdapat
jaringan ikat yang berisi banyak serat elastis dan retikulosa.
5. Cabang Tenggorok

Ini adalah percabangan tenggorok menuju paru kiri-kanan, disebut bronkhus. Tiap
bronkhus bercabang membentuk cabang kecil, dan tiap cabang bronkhus ini
membentuk banyak ranting.
Histologi dinding bronkhus sama dengan trachea, yaitu terdiri dari : tunica mucosa,
tunica muscularis, tunica adventitia. Cabang yang sudah berada dalam jaringan paru
histologi dindingnya banyak berubah. Cincin tulang rawan hilang, digantikan oleh
keping tulang rawan, yang susunannya tidak teratur dan menunjang seluruh keliling
saluran.
Tunica mucosa pada cabang dan ranting bronkhis yang besar, memiliki epitel
bentuk batang bersilia, sedangkan pada ranting yang kecil epitel berubah jadi kubus
dan tak bersilia. Ada lamina basalis tebal, membatasi jaringan epitel dari lamina
propria terkandugng banyak serat elastis, dan sedikit serat kolagen dan retikulosa.
Di bawah lamina propria erdapat tunica muscularis-mucosa.
Kelenjar lendir terkandung dalam tunica mucosa dan tunica submucosa.
Tunica adventitia mengandung serat jaringan ikat, sedikit jaringan lemak, dan
dibawahnya terdapat keping tulang rawan yang susunannya tak teratur. Lapis
terluar terdiri dari mesothelium, sebagai penerusan selaput dalam pleura.
6. Paru
Cabang bronkhi masuk ke dalam paru (pulmo). Paru ada sepasang kiri-kanan,
terdiri dari lima lobi. Tiap lobus oleh septa yang terdiri dari jaringan ikat terbagi-
bagi atas banyak lobulli. Masing-masing lobulus dimasuki oleh satu bronkhiolus.
Di dalamnya bronkhiolus bercabang-cabang kecil berbentuk bronkhiolus ujung,
dan berakhir pada bronkhiolus pernapasan. Dalam lobulli terkandung pula
pembuluh darah, pembuluh limfa, urat saraf, dan jaringan ikat. Pada banyak tempat
sepanjang cabang dan ranting bronkhus terdapat nodus limfa menempel pada
dinding.
Sebelah luar arah ke rongga pleura paru diselaputi oleh penerusan selaput dalam
pluera.
7. Bronkhiolus

Bronkhus bercabang berkali-kali sampai jadi ranting kecil. Ranting bronkhus itu
bercabang halus berbentuk bronkhiolus . Bronkhiolus bercabang lagi membentuk
ranting, disebut bronkhiolus ujung. Bronkhiolus ujung ini berakhir pada
bronkhiolus pernapasan.
Tunica mucosa pada bagian ini memiliki epitel kubus yang tak bersilia.
Di bawah tunica adventitia tidak ada lagi keping tulang rawan. Lapisan ini
mengandung mesothelium sebagai penerusan selaput dalam pleura.
8. Bronkhiolus Pernapasan

Ini adalah bagian ujung bronkhiolus, saluran pendek yang dilapisi sel epitel bersilia.
Sel itu di pangkal bentuk batang, makin ke ujung makin rendah sehingga menjadi
kubus dan siliapun hilang. Di bawah lapisan epitel ada serat kolagen bercampur
serat elastis dan otot polos. Di sini tak ada lagi keping tulang rawan maupun kelenjar
lendir. Lendir di sini dihasilkan oleh sel goblet yang hanya terdapat dibagian
pangkal bronkhiolus. Sebagai gantinya ada sel Clara berbentuk benjolan yang
menonjol ke lumen. Sel ini menggetahkan surfaktan untuk melumasi permukaan
dalam saluran.
Bronkhiolus pernapasan bercabang-cabang secara radial membentuk saluran
alveoli.
9. Saluran alveoli

Ini adalah saluran yang tipis dan dindingnya terputus-putus. Saluran ini bercabang-
cabang, tiap cabang berujung pada kantung alveoli. Dinding saluran alveoli pada
mulutnya kekantung alveoli dibina atas berkas serat elastis, kolagen dan otot polos.
10. Kantung alveoli dan alveolus

Kantung alveoli berpangkal pada saluran alveoli. Tiap kantung memiliki dua atau
lebih alveoli.
Alvelus adalah unit terkecil paru-paru, berupa gembungan bentuk polihedral,
terbuka pada satu sisi, yaitu muara ke kantung alveoli. Dindingnya terdiri dari
selapis sel epitel gepeng yang tipis sekali. Dinding alveolus dililit pembuluh kapiler
yang bercabang-cabang dan yang beranastomosis. Di luar kapiler ada anyaman
serat retikulosa dan elastis.
Antara alveoli bersebelahan ada sekat. Sekat itu terdiri dari dua lapis sel apitel dari
kedua sel epitel terdapat serat elastis, kolagen, kapiler, dan fibroblast.
Epitel alveolus dibatasi dari endotel kapiler oleh lamina basalis yang tipis. Ada pula
sel epitel yang berbentuk bundar atau kubus, berada pada dinding alveolus, disebut
sel sekat atau sel alveolus besar.
Diperkirakan sel ini mensekresikan lendir. Ia memiliki mikrovilli dan mebentuk
kompleks pertautan dengan sel epitel alveolus yang gepeng dan yang lebih kecil.
Sel alveolus gepeng itulah dengan endotel kapiler yang melilitnya yang membina
membaran pernapasan.
Membran pernapasan berarti disusun atas : membran sel epitel alveolus, sitoplasma
sel epitel elveolus, membran sel alveolus, lamina basalis, membarab sel endotel
kapiler, sitoplasma sel endotel kapiler, membran sel endotel kapiler. Yang tujuh
lapis ini sangat tipis. Karena itu kaluar-masuk gas pernapasan antara lumen alveolus
dan lumen kapiler sangat mudah dan cepat.
Di dinding alveoli sering ditemukan fagosit atau makrofag. Karena lazimnya sel ini
berisi butiran maka disebut dengan sel debu. Sel ini banyan di temukan pada
perokok.
3. Mekanisme Pernapasan

Pada awalnya kita menghirup udara melalui rongga hidung yang kemudian melewati
tekak dan pangkal tenggorok kemudian terus ke tenggorokan. Tenggorok bentuknya seperti
pipa yang kuat, terletak di depan kerongkongan, melalui leher sampai mencapai rongga
dada sebelah atas. Dinding tenggorok diperkuat oleh beberapa cincin rawan yang pada
bagian belakangnya terbuka. Dalam rongga dada, tenggorok bercabang dua yaitu
tenggorok kanan dan kiri yang masing-masing cabang memasuki paru-paru kanan dan
paru-paru kiri.
Kedua cabang tenggorok tersebut mempunyai ranting-ranting seperti pada pohon.
Pada ranting-rantingnya yang terakhir terdapat gelembung-gelembung paru-paru yang
amat kecil dan amat tipis dindingnya. Gelembung-gelembung itu hanya dapat dilihat
dengan mikroskop. Dalam dindingnya mengalir darah melalui pembuluh-pembuluh
kapiler, sehingga mudah terjadi pertukaran gas dari darah ke udara yang terdapat dalam
gelembung paru-paru dan sebaliknya. Darah tersebut mengambil zat pembakar (oksigen)
dan mengeluarkan karbondioksida.
Antara permukaan paru-paru yang juga dilapisi oleh selaput paru-paru visceral dan
dinding rongga selaput paru-paru terdapat celah yang sempit yang berisikan sedikit cairan.
Sekat dada khususnya jantung tidak terletak tepat ditengah-tengah rongga dada, tetapi agak
ke kiri, sehingga menyebabkan paru-paru kiri lebih kecil dari paru-paru kanan. Isi rongga
dada dapat diperbesar berkat pengaruh otot-otot pengangkatan iga-iga, kontraksi sekat
rongga badan yang melengkung ke atas. Paru-paru mengikuti perluasan rongga dada maka
terhisaplah udara melalui saluran pernapasan yang telah diuraikan di atas. Bila tenaga-
tenaga yang melapangkan dada berhenti bekerja, maka kekenyalan dinding dada dan paru-
paru menyebabkan penyempitan rongga dada kembali. Pada waktu tersebut iga-iga
menurun kembali, sekat rongga badan melengkung lagi ke atas, sehingga kelebihan udara
didesak keluar dari paru-paru. Proses tersebut terjadi bila kita menghembuskan nafas
(mengeluarkan nafas).
A. Pernafasan berlangsung melalui 2 tahap, yaitu :
- pernafasan eksternal (luar) : adalah difusi gas luar masuk ke dalam aliran darah
(pertukaran O2 dari darah)
- pernafasan internal (dalam) : adalah difusi gas atau pertukaran gas dari darah ke sel
tubuh

B. Proses inspirasi dan ekspirasi diatur oleh otot diafragma dan otot antar tulang
rusuk (intercostalis).
a. Pernafasan dada :
Otot antara tulang rusuk berkontraksi maka tulang rusuk terangkat sehingga volume rongga
dada membesar. Akibatnya tekanan udara di paru-paru mengecil sehingga udara luar
mempunyai tekanan lebih besar masuk ke dalam paru-paru, maka terjadilah inspirasi.
Bila otot antartulang rusuk relaksasi maka tulang rusuk tertekan sehingga rongga dada
mengecil. Akibatnya tekanan udara di paru-paru membesar sehingga udara keluar, maka
terjadilah ekspirasi.
b. Pernafasan perut :
Diafragma berkontraksi sehingga mendatar maka rongga dada membesar. Keadaan
ini menyebabkan tekanan udara di paru-paru mengecil sehingga udara luar masuk dan
terjadilah inspirasi.
Bila otot diafragma relaksasi maka rongga dada mengecil, akibatnya tekanan di
paru-paru membesar sehingga udara keluar maka terjadilah ekspirasi.
C. Volume udara pernafasan :
- Udara pernafasan /tidal volume (UP) : udara yang masuk atau keluar sebanyak 500
cc saat inspirasi atau ekspirasi biasa. Setelah menghembuskan 500 cc tersebut (ekspirasi
biasa) masih tersisa 2500 cc lagi di paru-paru.
- Udara komplementer (UK) : udara sebanyak 1500 cc yang masih dapat dihirup lagi
dengan cara inspirasi yang maksimum setelah inspirasi biasa.
- Udara cadangan (UC) : udara sebanyak 1500 cc yang dapat dihembuskan lagi pada
ekspirasi maksimum dengan mengerutkan otot perut kuat-kuat.
- Udara residu /udara sisa (UR) : udara sebanyak 1000 cc yang tidak dapat dihembuskan
lagi dan menetap di paru-paru.
- Kapasitas vital paru-paru (KVP) : volume udara yang dapat dikeluarkan dari paru-paru
melalui penghembusan nafas sekuat-kuatnya, setelah melakukan penarikan nafas sedalam-
dalamnya.
- Volume total paru-paru (VTP) : keseluruhan udara yang dapat di tampung oleh paru-
paru. Volume total paru-paru adalah kapasitas vital paru-paru ditambah udara residu (VTP
= KVP + UR).

Reaksi pernafasan :
C6H12O6 + 6O2 Ã 6CO2 + 6H2O + energi (38 ATP)
Oksigen yang masuk ke dalam tubuh hanya sedikit yang dapat disimpan dalam tubuh, yaitu
berupa oksimioglobin (dalam otot) dan sebagai okihemoglobin (dalam darah).

BAB III
KESIMPULAN

Sistem pernapasan mammalia khususnya manusia terdiri dari bagian saluran udara dan
bagian pernapasan.
Bagian saluran udara terdiri dari :
 Hidung (nasus)

Hidung adalah bagian yang paling menonjol di wajah, yang berfungsi menghirup udara
pernafasan, menyaring udara,menghangatkan udara pernafasan, juga berperan dalam resonansi
suara.
 Tekak (pharynx)

Daerah simpangan saluran napas dan saluran makan. Dibedakan atas tiga daerah
1. Daerah hidung (naso-pharynx)

Merupakan bagian pertama pharynx kebawah, dilanjutkan dengan bagian oral organ ini
yaitu oro-pharynx.
2. Daerah mulut (oro-pharynx)

3. Daerah jakun (laryngeo-pharynx)

 Jakun (larynx)

Gerbang trakea ini ditunjang oleh beebrapa keping tulang rawan hialain dan elastis,
jaringan ikat, serat otot lurik, dan dilapisi sebelah kelumen oleh tunica mucosa. Tunica
mucosa itu memiliki kelenjar lendir.
 Tenggorok (trachea)

Saluran nafas ini menghubungkan larynx dengan paru. Histologi dinding tenggorok
dapat dibedakan atas tiga lapis, yaitu tunica mucosa, tunica muscularis, tunica adventitia.
 Cabang tenggorok (bronkhus)

Ini adalah percabangan tenggorok menuju paru kiri-kanan, disebut bronkhus. Tiap
bronkhus bercabang membentuk cabang kecil, dan tiap cabang bronkhus ini membentuk
banyak ranting.
 Ranting tenggorok (bronkhiolus)

Tunica mucosa pada bagian ini memiliki epitel kubus yang tak bersilia.
Di bawah tunica adventitia tidak ada lagi keping tulang rawan. Lapisan ini mengandung
mesothelium sebagai penerusan selaput dalam pleura.
Bagian pernapasan merupakan tempat terjadinya pengambilan O2 oleh darah dan pelepasan CO2
oleh darah. Bagian pernapasan terdiri dari :
 Bronkhioli respiratori

 Kantung alveolus/ dukti alveoli

 Alveolus

Organ pernafasan utama adalah paru-paru (pulmo).


Cabang bronkhi masuk ke dalam paru (pulmo). Paru ada sepasang kiri-kanan, terdiri
dari lima lobi. Tiap lobus oleh septa yang terdiri dari jaringan ikat terbagi-bagi atas banyak
lobulli. Masing-masing lobulus dimasuki oleh satu bronkhiolus. Di dalamnya bronkhiolus
bercabang-cabang kecil berbentuk bronkhiolus ujung, dan berakhir pada bronkhiolus
pernapasan. Dalam lobulli terkandung pula pembuluh darah, pembuluh limfa, urat saraf, dan
jaringan ikat. Pada banyak tempat sepanjang cabang dan ranting bronkhus terdapat nodus
limfa menempel pada dinding.
Mekanisme pernafasan:
Pada awalnya kita menghirup udara melalui rongga hidung yang kemudian melewati
tekak dan pangkal tenggorok kemudian terus ke tenggorokan
Dalam rongga dada, tenggorok bercabang dua yaitu tenggorok kanan dan kiri yang masing-
masing cabang memasuki paru-paru kanan dan paru-paru kiri.

HISTOLOGI ORGAN SISTEM RESPIRASI


Histologi adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur jaringan secara detail menggunakan
mikroskop pada sediaan jaringan yang dipotong tipis, salah satu dari cabang-cabang biologi.
Sistem pernapasan atau sistem respirasi adalah sistem organ yang digunakan untuk pertukaran gas.
sistem pernapasan umumnya termasuk saluran yang digunakan untuk membawa udara ke dalam
paru-paru di mana terjadi pertukaran gas.

Secara Anatomi :
Secara Histologi & Fungsional :
1. Bagian Konduksi
 Rongga hidung

Merupakan organ yang berongga dengan dinding yang tersusun oleh jaringan
tulang,cartilago,otot dan jaringan pengikat. Rongga hidung dipisahkan oleh suatu sekat
yang disebut septum basal, menjadi bagian kiri dan kanan sedangkan dari rongga mulut
dibatasi oleh maksila dan tulang langit-langit mulut. Rongga hidung dilapisi dengan epitel
silindris bersilia yang mengandung banyak sel goblet penghasil lendir. Rongga hidung
dilengkapi dengan rambut hidung yang berfungsi sebagai penghalau benda-benda asing
atau debu yang ikut masuk saat menghirup udara. Saat udara masuk ke hidung, bulu-bulu
hidung berperan menyaring partikel-partikel debu yang kasar dan zat-zat lain.
 Farings

Fungsi faring adalah sebagai saluran bagi udara yang keluar dan masuk di hidung menuju
atau dari tenggorokan. Faring di batasi oleh epitel respirasi .
Dibedakan atas tiga daerah
Daerah hidung (naso-pharynx)
Merupakan bagian pertama pharynx kebawah, dilanjutkan dengan bagian oral organ
ini yaitu oro-pharynx.
Daerah mulut (oro-pharynx)
Daerah jakun (laryngeo-pharynx)
 Larings
Laring merupakan tabung ireguler yang menghubungkan faring dengan trakea. Fungsi utama
laring adalah untuk melindungi saluran pernapasan dibawahnya dengan cara menutup
secara cepat pada stimulasi mekanik, sehingga mencegah masuknya benda asing ke dalam
saluran napas.

 Trakhea

Saluran nafas ini menghubungkan larynx dengan


paru. Histologi dinding tenggorok dapat dibedakan
atas tiga lapis, yaitu tunica mucosa, tunica muscularis,
tunica adventitia.
Permukaan kelumen diselaputi tunica mucosa,
dengan epitel batang berlapis semu dan bersilia,
menumpu pada lamina basalis yang tebal. Pada
selaput epitel banyak terdapat sel goblet. Lamina
propria berisi banyak serat elastis dan kelenjar lendir
yang kecil-kecil. Kelenjar terletak sebelah atas
lapisan serat elastis. Dibagian posterior tenggorok
kelenjar itu menerobos masuk tunica muscularis.
Pada lamina propria terdapat pula pembuluh darah dan pembuluh limfa. Tunica
muscularis sendiri sangat tipis dan tidak terlihat dengan jelas.
 Bronkus dan Cabangnya

Bronkhus bercabang berkali-kali sampai


jadi ranting kecil. Ranting bronkhus itu
bercabang halus berbentuk bronkhiolus .
Bronkhiolus bercabang lagi membentuk
ranting, disebut bronkhiolus ujung.
Bronkhiolus ujung ini berakhir pada
bronkhiolus pernapasan.
Histologi bronkus terdiri dari lapisan mukosa, submukosa, dan lapisan adventitia.
Lapisan mukosa terdiri dari lapisan sel-sel epitel silindris berlapis semu bersilia dengan
lamina propria yang tipis (dengan banyak serabut elastin),
limfosit yang tersebar dan berkas otot polos yang silang menyilang tersusun seperti spiral.
Limfosit dapat berupa nodulus limfatikus terutama pada percabangan bronkus.
Lapisan submukosa terdiri dari alveoli dari kelenjar mukosa dan seromukosa.
Pada lapisan adventitia terdapat tulang rawan berupa lempeng-lempeng tulang rawan dan
jaringan ikat longgar dengan serabut elastin.
2. Bagian Respirasi
 Bronkiolus Respiratorius
Letak bronkiolus secara langsung berbatasan dengan gelembung-gelembung udara dalam
paru, yaitu alveoli. Dari letaknya, bronkiolus menjadi jembatan dari masuk keluarnya
udara dalam sistem pernafasan manusia. Sehingga bronkiolus berfungsi sebagai penyalur
udara yang berasal dari bronkus untuk kemudian dialirkan ke alveoli guna mendapatkan
pertukaran gas antara karbondioksida dan oksigen.

 Ductus Alveolaris
Ductus Alveolaris menyerupai buah anggur dan merupakan cabang dari bronchiolus
respiratoria.
Menyimpan udara untuk sementara waktu dan untuk memungkinkan penyerapan oksigen ke
dalam darah.
 Sakus Alveolaris
Sakus Alveolaris mengandung alveolus yang merupakan unit fungsional paru sebagai tempat
pertukaran gas .
 Alveoli
Alveoli adalah kantung kecil yang
terletak di paru-paru mamalia,
dikelilingi oleh jaringan kapiler
darah. Di bawah mikroskop, bagian
dalam alveolus terdapat
lumen dan dindingnya dapat
dibedakan, terdiri
dari sel-sel epitel.
Alvelus adalah unit terkecil paru-
paru, berupa gembungan bentuk
polihedral, terbuka pada satu sisi,
yaitu muara ke kantung alveoli.
Dindingnya terdiri dari selapis sel
epitel gepeng yang tipis sekali.
Dinding alveolus dililit pembuluh
kapiler yang bercabang-cabang dan yang beranastomosis. Di luar kapiler ada anyaman
serat retikulosa dan elastis.
Antara alveoli bersebelahan ada sekat. Sekat itu terdiri dari dua lapis sel apitel dari kedua
sel epitel terdapat serat elastis, kolagen, kapiler, dan fibroblast.
Epitel alveolus dibatasi dari endotel kapiler oleh lamina basalis yang tipis. Ada pula sel
epitel yang berbentuk bundar atau kubus, berada pada dinding alveolus, disebut sel sekat
atau sel alveolus besar.
Diperkirakan sel ini mensekresikan lendir. Ia memiliki mikrovilli dan mebentuk
kompleks pertautan dengan sel epitel alveolus yang gepeng dan yang lebih kecil. Sel
alveolus gepeng itulah dengan endotel kapiler yang melilitnya yang membina membaran
pernapasan.
Membran pernapasan berarti disusun atas : membran sel epitel alveolus, sitoplasma sel
epitel elveolus, membran sel alveolus, lamina basalis, membarab sel endotel kapiler,
sitoplasma sel endotel kapiler, membran sel endotel kapiler. Yang tujuh lapis ini sangat
tipis. Karena itu kaluar-masuk gas pernapasan antara lumen alveolus dan lumen kapiler
sangat mudah dan cepat.
Di dinding alveoli sering ditemukan fagosit atau makrofag. Karena lazimnya sel ini berisi
butiran maka disebut dengan sel debu. Sel ini banyan di temukan pada perokok.

TEKNIK PEMBUATAN PREPARAT SITOHISTOLOGI


A. Teknik Pembuatan Preparat Sitologi

Sitologi adalah ilmu yang mempelajari tentang morfologi sel-sel cairan tubuh.
Cairan itu bisa kita dapat dengan dua cara tergantung pada tujuan pemeriksaannya :
1. Cairan-cairan yang sudah keluar lepas dari organ tubuh dan sewaktu-waktu bisa kita
siapkan dengan mudah.
Contoh : Urine, sputum.
2. Cairan-cairan yang didapat secara aspirasi pada organ tubuh yang dicurigai.
Contoh : FNAB, Cairan ascites, Cairan pleura, Pap smear dll.

Pemeriksaan sitologi merupakan cara yang mudah, murah, sederhana dan hasilnya
cukup akurat.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk keberhasilan pemeriksaan sitologi
1. Ketepatan pengambilan
2. Metode fiksasi yang benar
3. Cara pengepakan dan pengiriman sampel
4. Prosesing sitologi terutama pewarnaan sel.
No. 1. dilaksanakan oleh dokter.
No. 2-4 dilaksanakan oleh teknisi laboratorium.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan sitologi dan fiksasinya.


1. Kaca objek harus benar-benar bersih, diberi label supaya tidak tertukar.
2. ¾ dari luas kaca objek memanjang, kita isi apusan yang rata tidak terlalu tebal atau
Terlalu tipis.
3. Lakukan fiksasi sesuai dengan prosedur pewarnaan yang dikehendaki ( Papanicolaou
dan Giemsa ).
4. Larutan yang telah digunakan untuk pewarnaan Papanicolaou sebaiknya diganti setiap
2 minggu atau tergantung banyaknya sediaan.
5. Tanda larutan pewarna rusak, yaitu apabila warna menjadi keruh.
6. Larutan pewarna harus selalu ditutup rapat untuk mencegah penguapan.
7. Larutan Haematoxylin Harris sebaiknya disaring setiap hari.
8. Pada pemasangan kaca penutup kaca objek cairan xylol terlebih dahulu di buang
Karena dapat terjadi rongga-rongga udara.
9. Supaya kaca melekat dengan erat dapat dilakukan pemanasan ditempat penghangat
atau oven temperatur 37 C
Metode fiksasi
Fiksasi adalah usaha manusia untuk mempertahankan elemen-elemen sel atau
jaringan agar tetap pada tempatnya dan tidak mengalami perubahan bentuk maupun
ukuran.
Bahan/larutan fiksatif yang sering digunakan dalam sitologi antara lain Alkohol (
Etanol ) dan Metanol ( Methyl Alkohol ).
Cara fiksasi ada 2 :
1. Fiksasi langsung, Ialah fiksasi pada sediaan smear / apusan
Contohnya : - Pap smear
- FNAB yang langsung dibuat smear / apusan.
- Apusan endapan cairan yang sudah disentrifuge.
2. Fiksasi tidak langsung, Ialah fiksasi yang dilakukan pada bahan/cairan yang tidak
segera di buat sediaan.
Contohnya : C. ascites, C.pleura dsb difiksasi dengan alkohol 50 % perbandingan 1:1,
kecuali untuk sputum difiksasi dengan alkohol 70 % perbandingan 1:1.

Fiksasi dasar untuk pemeriksaan Sitologi :


a. Pewarnaan Papanicolaou
Preparat apus difiksasi langsung ke alkohol 95 % tanpa menunggu kering. Untuk
Pap smear dan FNAB minimal 15 menit, sedangkan untuk apusan cairan minimal 1 jam.
b. Pewarnaan Giemsa
Preparat apus harus benar-benar kering, kemudian difiksasi minimal 5 menit.

Teknik Pewarnaan
Pewarnaan pada sediaan apus/smear untuk pemeriksaan sitologi bertujuan untuk
identifikasi morfologi sel, inti sel maupun sitoplasma sel, sehingga bisa memberikan
gambaran menyeluruh kondisi morfologi sel yang diperiksa.
Teknik pewarnaan untuk standar pemeriksaan sitologi, yaitu :
1. Pewarnaan Papanicolaou
Terdapat lima langkah utama dalam metode pewarnaan Papanicolaou, yaitu :
a. Fiksasi
b. Pewarnaan Inti
c. Pewarnaan sitoplasma
d. Penjernihan ( Clearing )
e. Mounting
2. Pewarnaan Giemsa.
Langkah-langkah dalam pewarnaan Giemsa :
a. Fiksasi
b. Pewarnaan dengan larutan Giemsa
c. Mounting

 Prosedur pewarnaan Papanicolaou:

1. Sediaan apusan difiksasi dengan alkohol 95 % 15 menit (minimal)


2. Alkohol 80 % 10 celup
3. Alkohol 70 % 10 celup
4. Alkohol 50 % 10 celup
5. Aquadest 10 celup
6. Harris Haematoxylin 3-5 menit
7. Cuci dengan air mengalir
8. HCL 0,25 % 3-4 celup
9. Cuci dengan air mengair
10. Lithium 0,5 % 10 celup
11. Cuci dengan air mengalir
12. Alkohol 50 % 10 celup
13. Alkohol 70 % 10 celup
14. Alkohol 80 % 10 celup
15. Alkohol 95 % 10 celup
16. OG 6 3-5 menit
17. Alkohol 95 % 10 celup
Alkohol 95 % 10 celup
Alkohol 95 % 10 celup
18. EA 50 3-5 menit
19. Alkohol 95 % 10 celup
Alkohol 95 % 10 celup
Alkohol 95 % 10 celup
Keringkan di udara
20. Xylol 3 menit
21.Tutup dengan Entelan
Keutungan yang diperoleh dari metode pewarnaan Papanicolaou ini menurut Mukawi ( 1989)
adalah :
1. Mewarnai inti sel dengan jelas, sehingga dapat dipergunakn untuk melihat inti
apabila terdapat kemungkinan keganasan.
2. Menggunakan pewarna banding yang berbeda dengan pewarna utama untuk
mewarnai sitoplasma , sehingga warna inti tampak lebih kontras.
3. Warna yang cerah dari sitoplasma memungkinkan dapat dilihatnya sel-sel lain di
bagian bawah yang saling bertumpuk.

 Prosedur pewarnaan Giemsa

1. Sediaan apus setelah benar-benar kering fiksasi dengan metanol selama 5 menit, angkat dan
biarkan kering di udara.
2. Masukkan ke dalam larutan Giemsa yang telah diencerkan selama 30 menit, angkat, cuci
dengan air mengalir, keringkan di udara.
3. Masukkan ke dalam Xylol selama 3 menit.
4. Tambahkan 1-2 tetes entelan
5. Tutup dengan cover gelas
6. Bersihkan sisa entelan yang melekat pada kaca objek sehingga siap di beri label.

B. Teknik Pembuatan Preparat Histologi


Cara pembuatan sediaan histologis disebut mikroteknik. Pembuatan sediaan
dari suatu jaringan dimulai dengan operasi, biopsi ,atau autopsi. Jaringan yang di
ambil kemudian diproses dengan fiksatif yang akan menjaga agar sediaan tidak akan
rusak (bergeser posisinya, membusuk, atau rusak). Fiksatif yang paling umum
digunakan adalah formalin (10%formaldehidayang dilarutkandalam air). Larutan
Bouin juga dapat digunakan sebagai fiksatif alternatif meskipun hasilnya tidak akan
sebaik formalin karena akan meninggalkan bekaswarna kuning dan artefak. Artefak
adalah benda yang tidak terdapat pada jaringan asli, namun tampak pada hasil akhir
sediaan. Artefak ini terbentukkarena kurang sempurnanya pembuatan sediaan
(Wikipedia I, 2009). Affuwa (2007), menyatakan bahwa membuat histologi jaringan
hewan mula-mula dengan menyiapkan jaringan segar dalam pengamatan mikroskopis
yaitu dengan cara fiksasi.

Teknik pembuatan preparat histologi


1. Pengambilan Jaringan
Pengambilan jaingan dilakukan untuk mengambil jaringan yang dibutuhkan untuk
pemeriksaan. Contoh : jaringan epitel.
2. Fiksasi
Fiksasi adalah suatu usaha manusia untuk mempertahankan elemen -elemen sel
atau jaringan agar tetap pada tempatnya dan tidak mengalami perubahan bentuk
maupun ukuran. Dinamakan larutan fiksatif karena kemampuan membuat jaringan
mudah menyerap warna. Mulanya dengan menyiapkan ikan, lalu mengambil potongan
kecil sebanyak dua potong pada masing-masing organ insang, dan ginjal dan hati.
Organ tersebut dimasukkan ke dalam botol yang berisi larutan Bouins dan diamkan
selama ± 24 jam.
3. Washing
Washing adalah proses pencucian untuk menghilangkan larutan fiksasi dari
jaringan. Dalam proses washing diusahakan tidak terdapat molekul-molekul fiksatif
yang tertinggal di dalam jaringan. Molekul ini akan menjadi penghalang untuk proses
selanjutnya. Fiksatif menggunakan BOINS, maka setelah kurang lebih 24 jam difiksasi
kemudian dilakukan pencucian menggunakan alkohol 70% yang diganti berkali-kali
hingga warna kuning hilang.
4. Dehidrasi
Dehidrasi adalah proses penarikan molekul air dari dalam jaringan. Tujuan dari
dehidrasi adalah agar seluruh ruang-ruang antar sel dalam jaringan dapat diisi dengan
molekul parafin. Dehidrasi menggunakan alkohol bertingkat dari persentase rendah ke
persentasi tinggi (70%, 80%, 96%) masing-masing 2 x 15 menit. Hal ini dilakukan
untuk menjaga agar tidak terjadi perubahan tiba-tiba pada terhadap sel dan jaringan.
5. Clearing
Clearing adalah proses penjernihan atau mentransparankan jaringan. Clearing
berfungsi untuk menarik alkohol atau dehidran yang lain dari dalam jaringan agar dapat
digantikan oleh molekul parafin. Clearing menggunakan xylene dengan
membenamkan jaringan pada larutan tersebut selama 2 x 15 menit.
6. Impregnasi
Impregnasi bisa juga disebut infiltrasi parafin yaitu proses pengeluaran xilen dari
dalam jaringan yang akan digantikan oleh parafin cair. Setelah jaringan di Clearing
maka sampel dimasukkan kedalam cessed and deckel kemudian di masukkan kadalam
moldtray yang berfungsi sebagai tempat infiltrasi parafin, yang terdiri dari tiga wadah
yaitu: pertama berisi parafin cair dan xylene, wadah ke dua berisi parafin cair tanpa
xilene, dan wadah ke tiga berisi parafin cair murni. Masing-masing 1 x 15 menit.

7. Embeding
Proses penanaman jaringan ke dalam media parafin. Tujuannya adalah untuk
mempermudah dalam melakukan proses pemotongan atau pengirisan sampel.
Dilakukan dengan mengeluarkan jaringan yang sudah di Impregnasi dari moldtray,
kemudian menanamnya ke dalam lempengan blok yang berisi parafin cair. Setelah itu
tutup dengan menggunakan casette and deckel lalu didinginkan pada cold plate.
8. Cutting
Proses pemotongan atau pengirisan jaringan dengan menggunakan mikrotom.
Sampel yang dipotong tebalnya sekitar 5 – 7 mikron. Pemotongan akan berhasil jika
pisau tidak tumpul, tidak berkarat, dan tidak terdapat sisa-sisa parafin dari hasil
pemotongan sebelumnya dan posisi sampel lurus dan baik. Suhu pisau dan suhu sampel
serta ruangan harus sama agar sampel tidak patah atau terpotong-potong saat
pengirisan.
9. Staining
Staining adalah proses pewarnaan, dimana sampel diwarnai dengan menggunakan
zat warna. Tujuannya yaitu untuk mewarnai jaringan sehingga mudah diamati di
mikroskop. Tahapan staining terdiri dari proses deparafinasi atau penarikan parafin dari
dalam jaringan. Proses rehidrasi atau pemasukan molekul air ke dalam jaringan yang
dilakukan secara bertahap dengan menggunakan alkohol bertingkat dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah. Proses ini sebagai media penghantar zat warna ke
jaringan. Selanjutnya proses infiltrasi zat warna. Menggunakan haematoxilin untuk
mewarnai sitoplasma dan eosin untuk mewrnai inti sel. Lalu dehidrasi kembali yang
bertujuan untuk mencegah kerusakan pada jaringan karena mengakibatkan terjadinya
pembusukan. Setelah parafin dikeluarkan dengan menggunakan xilen selama 20 menit
preparat dikeringkan dan ditetesi dengan entelan dan ditutup dengan deg glass.
Kemudian diamati di bawah mikroskop.

HISTOLOGI ORGAN SISTEM RESPIRASI


Histologi adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur jaringan secara detail menggunakan
mikroskop pada sediaan jaringan yang dipotong tipis, salah satu dari cabang-cabang biologi.
Sistem pernapasan atau sistem respirasi adalah sistem organ yang digunakan untuk pertukaran gas.
sistem pernapasan umumnya termasuk saluran yang digunakan untuk membawa udara ke dalam
paru-paru di mana terjadi pertukaran gas.

Secara Anatomi :
Secara Histologi & Fungsional :
1. Bagian Konduksi
 Rongga hidung

Merupakan organ yang berongga dengan dinding yang tersusun oleh jaringan
tulang,cartilago,otot dan jaringan pengikat. Rongga hidung dipisahkan oleh suatu sekat
yang disebut septum basal, menjadi bagian kiri dan kanan sedangkan dari rongga mulut
dibatasi oleh maksila dan tulang langit-langit mulut. Rongga hidung dilapisi dengan epitel
silindris bersilia yang mengandung banyak sel goblet penghasil lendir. Rongga hidung
dilengkapi dengan rambut hidung yang berfungsi sebagai penghalau benda-benda asing
atau debu yang ikut masuk saat menghirup udara. Saat udara masuk ke hidung, bulu-bulu
hidung berperan menyaring partikel-partikel debu yang kasar dan zat-zat lain.
 Farings

Fungsi faring adalah sebagai saluran bagi udara yang keluar dan masuk di hidung menuju
atau dari tenggorokan. Faring di batasi oleh epitel respirasi .
Dibedakan atas tiga daerah
Daerah hidung (naso-pharynx)
Merupakan bagian pertama pharynx kebawah, dilanjutkan dengan bagian oral organ
ini yaitu oro-pharynx.
Daerah mulut (oro-pharynx)
Daerah jakun (laryngeo-pharynx)
 Larings
Laring merupakan tabung ireguler yang menghubungkan faring dengan trakea. Fungsi utama
laring adalah untuk melindungi saluran pernapasan dibawahnya dengan cara menutup
secara cepat pada stimulasi mekanik, sehingga mencegah masuknya benda asing ke dalam
saluran napas.

 Trakhea

Saluran nafas ini menghubungkan larynx dengan


paru. Histologi dinding tenggorok dapat dibedakan
atas tiga lapis, yaitu tunica mucosa, tunica muscularis,
tunica adventitia.
Permukaan kelumen diselaputi tunica mucosa,
dengan epitel batang berlapis semu dan bersilia,
menumpu pada lamina basalis yang tebal. Pada
selaput epitel banyak terdapat sel goblet. Lamina
propria berisi banyak serat elastis dan kelenjar lendir
yang kecil-kecil. Kelenjar terletak sebelah atas
lapisan serat elastis. Dibagian posterior tenggorok
kelenjar itu menerobos masuk tunica muscularis.
Pada lamina propria terdapat pula pembuluh darah dan pembuluh limfa. Tunica
muscularis sendiri sangat tipis dan tidak terlihat dengan jelas.
 Bronkus dan Cabangnya

Bronkhus bercabang berkali-kali sampai


jadi ranting kecil. Ranting bronkhus itu
bercabang halus berbentuk bronkhiolus .
Bronkhiolus bercabang lagi membentuk
ranting, disebut bronkhiolus ujung.
Bronkhiolus ujung ini berakhir pada
bronkhiolus pernapasan.
Histologi bronkus terdiri dari lapisan mukosa, submukosa, dan lapisan adventitia.
Lapisan mukosa terdiri dari lapisan sel-sel epitel silindris berlapis semu bersilia dengan
lamina propria yang tipis (dengan banyak serabut elastin),
limfosit yang tersebar dan berkas otot polos yang silang menyilang tersusun seperti spiral.
Limfosit dapat berupa nodulus limfatikus terutama pada percabangan bronkus.
Lapisan submukosa terdiri dari alveoli dari kelenjar mukosa dan seromukosa.
Pada lapisan adventitia terdapat tulang rawan berupa lempeng-lempeng tulang rawan dan
jaringan ikat longgar dengan serabut elastin.
2. Bagian Respirasi
 Bronkiolus Respiratorius
Letak bronkiolus secara langsung berbatasan dengan gelembung-gelembung udara dalam
paru, yaitu alveoli. Dari letaknya, bronkiolus menjadi jembatan dari masuk keluarnya
udara dalam sistem pernafasan manusia. Sehingga bronkiolus berfungsi sebagai penyalur
udara yang berasal dari bronkus untuk kemudian dialirkan ke alveoli guna mendapatkan
pertukaran gas antara karbondioksida dan oksigen.

 Ductus Alveolaris
Ductus Alveolaris menyerupai buah anggur dan merupakan cabang dari bronchiolus
respiratoria.
Menyimpan udara untuk sementara waktu dan untuk memungkinkan penyerapan oksigen ke
dalam darah.
 Sakus Alveolaris
Sakus Alveolaris mengandung alveolus yang merupakan unit fungsional paru sebagai tempat
pertukaran gas .
 Alveoli
Alveoli adalah kantung kecil yang
terletak di paru-paru mamalia,
dikelilingi oleh jaringan kapiler
darah. Di bawah mikroskop, bagian
dalam alveolus terdapat
lumen dan dindingnya dapat
dibedakan, terdiri
dari sel-sel epitel.
Alvelus adalah unit terkecil paru-
paru, berupa gembungan bentuk
polihedral, terbuka pada satu sisi,
yaitu muara ke kantung alveoli.
Dindingnya terdiri dari selapis sel
epitel gepeng yang tipis sekali.
Dinding alveolus dililit pembuluh
kapiler yang bercabang-cabang dan yang beranastomosis. Di luar kapiler ada anyaman
serat retikulosa dan elastis.
Antara alveoli bersebelahan ada sekat. Sekat itu terdiri dari dua lapis sel apitel dari kedua
sel epitel terdapat serat elastis, kolagen, kapiler, dan fibroblast.
Epitel alveolus dibatasi dari endotel kapiler oleh lamina basalis yang tipis. Ada pula sel
epitel yang berbentuk bundar atau kubus, berada pada dinding alveolus, disebut sel sekat
atau sel alveolus besar.
Diperkirakan sel ini mensekresikan lendir. Ia memiliki mikrovilli dan mebentuk
kompleks pertautan dengan sel epitel alveolus yang gepeng dan yang lebih kecil. Sel
alveolus gepeng itulah dengan endotel kapiler yang melilitnya yang membina membaran
pernapasan.
Membran pernapasan berarti disusun atas : membran sel epitel alveolus, sitoplasma sel
epitel elveolus, membran sel alveolus, lamina basalis, membarab sel endotel kapiler,
sitoplasma sel endotel kapiler, membran sel endotel kapiler. Yang tujuh lapis ini sangat
tipis. Karena itu kaluar-masuk gas pernapasan antara lumen alveolus dan lumen kapiler
sangat mudah dan cepat.
Di dinding alveoli sering ditemukan fagosit atau makrofag. Karena lazimnya sel ini berisi
butiran maka disebut dengan sel debu. Sel ini banyan di temukan pada perokok.

STRUKTUR FUNGSI JARINGAN TUBUH MANUSIA

Pendahuluan
Jaringan adalah gabungan dari beberapa atau banyak sel yang memiliki fungsi
yang sama dalam suatu ikatan. Ada empat jenis jaringan dasar yang ditemukan pada
tubuh manusia yaitu epitilium, jaringan ikat, jaringan otot, jaringan saraf .
1. Jaringan epitelium
Jaringan epitelium merupakan jaringan penutup permukaan tubuh, baik
permukaan tubuh sebelah luar maupun sebelah dalam. Permukaan sebelah luar
yang memiliki jaringan epitelium adalah kulit, sedangkan permukaan sebelah
dalam permukaan dalam usus, paru-paru, pembuluh darah, dan rongga tubuh,
jaringan epitelium berasal dari perkembangan lapisan ektoderma, mesoderma,
atau endoderma. Fungsi jaringan epitel yaitu perlindungan absorpsi, transfor,
sekresi, ekskresi, penerimaan sensorik.
Stuktur dan fungsi epitelium dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Jaringan eptelium penutup
Jaringan epitelium penutup berperan melapisi permukaan tubuh dan jaringan
lainnya. Permukaan organ, melapisi rongga, atau merupakan lapisi
disebelah dalam dari saluran yang ada pada tubuh.
2. Jaringan epitelium kelenjar
Jaringan epielium kelenjar tersusun oleh sel-sel khusus yang mampu
menghasilkan sekret atau getah cair. Getah cair ini berbeda dengan darah
dan cairan antar sel. Berdasarkan cara kelenjar mensekresikan cairannya
yaitu kelenjar dibedakan menjadi dua, yaitu kelenjar eksokrin dan kelenjar
endokrin.
a. Kelenjar endokrin
Mempertahankan duktus atau suatu hubungan ke permukaan tubuh
(misalnya, kelenjar saliva, kelenjar-kelenjar pencernaan)
b. Kelenjar endokrin
Adalah kelenjar yang tidak memiliki duktus keluar; kelenjar
kehilangan ini kehilangan hubungan dengan permukaan tubuh dan
menjadi massa padat yang terpisah (misalnya, kelenjar hipofisis,
kelenjar adrenal).
2. Jaringan Ikat
Menyangga tubuh dan organ tubuh serta menyatukan jaringan-jaringan.
Susunan utama jaringan ini terdiri dari substansi tak hidup interselular
yang dihasilkan oleh sel-sel jaringan ikat tertentu.komponen jaringan ikat
yaitu jaringan ikat tersususun dari sel-sel hidup, yang biasanya terletak
agak berjauhan. Sel tersebut tertanam dalam substansi “dasar” interselular
tidak hidup atau matriks, yaitu konsistensinya semicair sampai padat.
Substansi dasar tersebut terdiri dari campuran glikosaminoglikan dan
protein. Fungsi jaringan ikat yaitu :
1. Jaringan ikat memberi bentuk dan penunjang bagi tubuh
2. Jaringan ikat mengikat berbagai jaringan agar tetapmenyatu dan
menyediakan materi pembungkus antar bagian-bagian tubuh
3. Substansi dasar dari jaringan ikat yang renggang meberikan jalur untuk
pembuluh darah dan saraf
4. Substansi dasar merupakan salah satu barrier terhadap penyebaran bakteri
yang berbahaya dan juga menjadi tempat berlangsungnya perang melawan
bakteri.
Klasifikasi jaringan ikat
1. Jaringan ikat embrionik
Ditemukan pada embrio dan janin yang sedang tumbuh. Jaringan ini meliputi
dua subjenis, mesenkim dan jaringan ikat mukoid.
a. Mesenkim adalah jaringan pembungkus, pengemas dan penyangga
pada kehidupan embrionik awal yang tidak mengalami spesialisasi.
Semua jenis sel jaringan ikat orang dewasa berasal dari sel mesenkim
embrionik yang berbentuk bintang.
b. Jaringan mukoid (jeli Wharton) terlihat untu sementara saat
perkembangan normal jaringan ikat dan juga ditemukan pada korda
umbilicus.
2. Jaringan ikat yang biasa antara lain jaringan ikat renggang (areolar),
jaringan ikat fibrosa rapat, jaringan adipose.
3. Jaringan ikat yang mengalami spesialisasi, meliputi jaringan ikat
penunjang, kartilago, tulang, jaringan ikat vascular (darah dan limfe).

3. Jaringan Otot
Adalah “daging” tubuh dan tersusun dari banyak dinding organ berongga.
Sel-sel jaringan otot, yang dinamakan serabut, sangat terspesialisasi
untuk kontraktilitas, jaringan otot yang mencapai 40% sampai 50% berat
tubuh, pada umumnya tersusun dari sel-sel kontraktil yang disebut
serabut otot. Melalui konstraksi, sel-sel otot menghasilkan pengerakan
dan melakukan pekerjaan. Jenis- jenis otot yaitu otot rangka, otot polos,
dan otot jantung.
A. Fungsi sistem muscular
1. Pergerakan. Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot.
Tersebut melekat dan bergerak dalam bagian-bagian organ internal
tubuh.
2. Penompang tubuh dan mempertahankan postur. Otot menompang
rangka dan mempertahankan tubuh saat berada dalam posisi berdiri
atau saat duduk terhadap gaya gravitasi.
3. Produksi panas. Kontraksi otot secara metabolisme menghasilkan
panas untuk mempertahankan suhu normal tubuh.
B. Ciri-ciri Otot
1. Kontraktilitas. Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang dapat
atau mungkin juga tidak melibatkan pemendekan otot. Serabut akan
terelongasi karena kontraksi pada setiap diameter sel berbentuk kubus
atau bulat hanya akan menghasilkan pemendekan yang terbatas.
2. Eksitabilitas. Serabut otot akan merespons dengan kuat jika
distimulasi oleh impuls saraf.
3. Ekstensibilitas. Serabut otot memiliki kemampuan untuk meregang
melebihi panjang otot saat relaks.
4. Elastisitas. Serabut otot dapat kembali ke ukurannya semula setelah
berkontraksi atau meregang.
C. Klasifikasi jaringan otot.
Secara structural berdasarkan ada tidaknya striasi silang (lurik), dan secara
fungsional berdasarkan kendali konstruksinya , volunteer (sadar) atau
involunter (tidak sadar), dan juga berdasarkan lokasi, seperti otot jantung
yang hanya ditemukan di jantung. secara fungsional, otot diklasifikasi
menjadi otot volunteer (dikontrol sesuai keinginan) atau otot involunter
(bawah sadar).

4. Jaringan Saraf
Sebagai jaringan komunikasi, jaringan saraf mengalami spesialisasi
untuk menerima stimulus dan menghatarkan impuls ke seluruh bagian
tubuh.
A. Struktur jaringan saraf
Terdiri dari dua jenis sel neuron dan neuroglia. Neuron adalah unit
structural dan fungsional pada jaringan saraf.
1. Neuron, atau sel saraf mengandung prosesus yang sangat banyak
yang disebut serabut saraf. Neuron tersususn dari komponen
berikut :
a. Badan sel neuron disebut perikarion, mengandung nucleus.
b. Sebagian besar neuron memiliki dendrit yang banyak,
membawa impuls ke perikarion.
c. Setiap neuron hanya memiliki satu akson, yang membawa
impuls menjauhi perikarion.
2. Sel neuroglia menunjang saraf dan memberi nutrien ke neuron
dengan cara menghubungkan neuron pada pembuluh darah.

Sumber
Anatomi dan fisiologi untuk pemula / Ethel Slosne ; alih bahasa,
James Veldman ; editor edisi bahasa Indonesia, Palupi Widyastuti,
- Jakarta : EGC, 2003.

Tekhnik pewarnaan

A. Sitologi
Pewarnaan pada Sediaan apus/smear untuk pemeriksaan Sitologi bertujuan
untuk identifikasi morfologi sel, inti sel maupun sitoplasma sel, sehingga bisa
memberikan gambaran menyeluruh kondisi morfologi sel yang diperiksa.

Tekhnik pewarnaan untuk pewarnaan sitologi yaitu :


1) Pewarnaan Papanicolaou
Pewarnaan papanicolaou digunakan untuk pemeriksaan sel dalam secret, eksudat,
transudate atau biopsy berbagai jenis organ dalam dan jaringan.
 Prinsip pewarnaan papanicolaou adalah melakukan pewarnaan, hidrasi dan
dehidrasi sel.
 Reagen yang diperlukan :
a. Hematoxylin Ehrlich/Harris
b. Orange G
c. Papanicolaou 0,7 gram
7. Prosedur :
1. Sediaan apus yang masih basah, difiksasi dalam campuran eter + alcohol
absolut (dalam volume yang sama) selama 5-15 menit.
2. Cuci berturut-turut dalam alcohol 90%, 70% dan 50%
3. Cuci dalam aquadest
4. Diwarnai dalam Hematoxylin Ehrlich/Harris selama 5-10 menit
5. Cuci lagi dalam aquadest
6. Diferensiasi dalam 0,5% HCl 3-4 kali, cuci dalam aquadest
7. Celum dalam aquadest dimana ditambahkan3 tetes Lithium Carbonat Jenuh
dalam setiap 100 ml aquadest
8. Cuci seluruhnya dalam aquadest
9. Cuci berturut-turut dalam alcohol 50%, 70% dan 90%
10. Warnai selama 1 menit dalam larutan Orange G
11. Cuci seluruhnya dalam alcohol 95% untuk menghilangkan kelebihan zat warna
12. Warnai selama 2 menit dalam papanicolaou
13. Cuci selama 5-10 menit dalam setiap Staining Jar yang berisi alcohol 95%
(disini ada 3 buah Staining- Jar yang berisi alcohol 95%)
14. Cuci dalam alcohol absolut
15. Jernihkan dlam xylene dan tutup dalam Dpx atau Crystalite

Keuntungan yang diperoleh dari metode pewarnaan Papanicolaou ini menurut


Mukawi (1989) adalah :
1. Mewarnai inti sel dengan jelas, sehingga dapat dipergunakan untuk melihat inti
apabila terdapat kemungkinan keganasan.
2. Menggunakan pewarna banding yang berbeda dengan pewarna utama untuk
mewarnai sitoplasma, sehingga warna inti tampak lebih kontras.
3. Warna yang cerah dari sitoplasma memungkinkan dapat dilihatnya sel-sel lain
di bagian bawah yang saling bertumpuk.

2) Pewarnaan Giemsa
8. Reagen :
 Larutan giemsa
 Buffer Phospat (pH 6,4)
 Methanol
 Bahannya adalah menggunakan darah kapiler atau darah vena yang
berantikoagulan heparin/EDTA.
 Prinsip pewarnaan giemsa adalah presipitasi hitam yang terbentuk dari
penambahan larutan methylene blue dan eosin yang dilarutkan di dalam methanol.
 Prosedur Kerja :
1. Sediaan apus setelah benar-benar kering difiksasi dengan methanol selama 5
menit, angkat dan biarkan kering di udara.
2. Kemudian letakkan di atas bak pewarnaan. Setelah itu digenangi dengan larutan
giemsa yang telah diencerkan selama 20-30 menit.
3. Kemudian dibilas dengan air mengalir dan keringkan di udara.
4. Setelah kering, ditetesi dengan oil emercy , kemudian amati di bawah
mikroskop dengan perbesaran objektif 100x.

B. Pewarnaan Histologi
Untuk menganalisis struktur jaringan yang telah diiris, preparat harus
diwarnai.Pewarnaan rutin yang sering dikerjakan adalah haematoxylin-eosin (HE),
karena pewarnaan ini dapat menunjukkan sebagian besar struktur histologi.
 Tujuan Pengecatan Histologi Hematoksilin-Eosin

Untuk mengetahui ada tidaknya morfologi sel abnormal dalam jaringan yang diperiksa.
 Prinsip Pengecatan Histologi Hematoksilin-Eosin
Kromatin dalam inti akan mengikat cat yang bersifat basa (hematoksilin) dan protein
sitoplasma akan mengikat cat yang bersifat asam (eosin) sehingga sel akan berwarna merah muda
dengan inti berwarna biru keunguan.
1) Pewarnaan Haematoxylin
Ada delapan jenis larutan pewarnaan haematoxylin, yaitu Dellafied, Erlich,
Heidenhains, Harris, Mayer, Weigert, Carazzi, dan Cole. Masing-masing formula
pewarnaan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Yang paling sering
digunakan adalah haematoxylin Mayer dan haematoxylin Harris.
Haematoxylin Mayer
 Komposisi Haematoxylin Mayer
 Kristal haematoxylin 1 gr
 Akuades 1000 ml
 Sodium iodate 0,2 gr
 Ammonium/potassium alum 50 gr
 Citric acid 1 gr
 Chloralhydrate 50 gr
 Cara Pembuatan Hematoxylin Mayer
 Larutkan Ammonium/Potassium alum di dalam aquades.
 Tambahkan Haematoxylin dan campurkan secara baik.
 Tambahkan Sodium Iodate, Citric Acid, dan Chloralhydrate.
 Campur dan aduk hingga seluruhnya tercampur dengan baik.
 Biarkan semalam dan saring dengan kertas saring besoknya.

2) Pewarna Eosin
Eosin adalah zat warna Xanthene. Eosin paling cocok dikombinasikan dengan
pewarna haematoxylin. Eosin memiliki nilai kemampuan differensiasi sendiri untuk
membedakan antara sitoplasma dari tiap sel dan serabut jaringan ikat yang berbeda.
Jenis eosin :
 Eosin Y (yellowish), water soluble .
 Eosin B (Bluish).
 Ethyl Eosin (eosin S, eosin alkohol absolut)
Eosin Y(yellowish) paling banyak digunakan, karena termasuk zat warna asam sehingga
dapat berikatan dengan protein (basa) dan dapat berpenetrasi pada struktur padat dan
bersifat metakromatik. Terdapat dalam 2 bentuk ,yaitu : monomer (merah) dan dimer
(orange merah).
Hasil pewarnaannya , yaitu : sitoplasma akan berwarna merah, eritrosit akan berwarna
orange merah, nukleus piknotik akan berwarna ungu, dan nukleolus akan berwarna
merah.
a) Komposisi Eosin
1. Eosin-alkohol Stock 1%
 Eosin y ws 1 gr
 aquades 20 ml
 Larutkan dan tambahkan alkohol 95% sebanyak 80 ml
2. Eosin working solution
3. Eosin-alkohol stock 1 bagian
4. Alkohol 80% 3 bagian
5. Dibuat sesaat sebelum digunakan dan tambahkan Asam Asetat glasial 0,5 ml untuk
setiap 100 ml larutan dan aduk dengan baik.

b) Cara kerja Pewarnaan Eosin :


1. Deparafinisasi preparat yang telah kering ke dalam xylol sebanyak 3x (@
10 menit)
2. masukkan ke dalam alkohol sebanyak 2x (5 menit)
3. cuci dengan air mengalir sampai alkohol hilang
4. masukkan ke dalam larutan hematoxylin selama 7 menit
5. cuci dengan air mengalir sampai tidak luntur
6. celupkan dalam HCL 2x celup untuk decolorisasi
7. cuci dengan air
8. rendam dalam air sampai warna air menjadi biru
9. masukkan ke dalam larutan eosin
10. cuci dengan air mengalir
11. cuci dengan alkohol I
12. cuci dengan alkohol II
13. cuci dengan air

Kemudian :
1. pres dengan kertas saring, lap dengan kapas
2. masukkan dalam larutan xylol
3. pres dengan kertas saring, dan lap dengan kapas
4. Tutup (mounting) dengan entellan/balsam Kanada dan cover glass
5. Beri label pada sajian tersebut dan biarkan hingga entelan mongering
Gambar Menutup kaca benda dengan cover glass (kiri).

Hasil pewarnaan HE pada kulit tebal (kanan).


a. Hasil
 Nukleus berwarna biru.
 Sitoplasma berwarna kemerahan dengan adanya beberapa variasi warna pada
komponen tertentu.

Gambar irisan jaringan yang telah diwarnai dan ditutupi dengan cover glass diletakkan di atas
slide tray hingga entellan mengering.

Contoh jaringan dengan pengecatan Hematoksilin Eosin :


Nodus Lymphaticus
Teknik pewarnaan : HE
Perhatikan :
a. Capsula : Jaringan ikat ini mengandung:
 serabut-serabut kolagen.
 vasa lymphatica afferentia
b. Hilum : serabut kolagen tampak lebih tebal.
c. Cortex : disini terdapat banyak noduli lymphatici yang berderet-deret. Noduli limphatici
merupakan kumpulan padat limfosit. Di pusat noduli ada centrum germinale sel (tempat
limfosit B berproliferasi dan differensiasi menjadi sel plasma)
d. Trabeculae : berasal dari capsula, meluas ke arah pusat nodus lymphaticus di antara noduli
limphatici dan medulla.
e. Paracortex antara cortex dan medulla, tempat limfosit T
i. Medulla, lebih kedalam berwarna lebih pucat
f. Sinus Lymphaticus (rongga tempat menampung cairan limfe dari vasa limfatik afferens.).
Ada berbagai jenis:
 sinus lymphaticus capsularis (marginalis) : dibawah capsula
 sinus corticalis : di sepanjang trabeculla
 sinus medullaris : di medulla

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sistem pencernaan manusia adalah proses perubahan atau pemecahan zat makanandari m
olekul kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana dengan menggunakan enzim dan organo
rgan pencernaan. Sistem pencernaan ini dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1. Pencernaan mekanisyaitu pencernaan makanan secara fisik, mengubah bentuk kasar menj
adi halus, seperti mengunyah, menggiling, mengaduk, menekan maupun melumatkan.
2. Pencernaan kimiawi atau enzimatis Yaitu pengubahan zat makanan dengan bantuan enzi
m pencernaan.
3. Pencernaan biologis Yaitu pencernaan yang memanfaatkan kerjasama yang menguntung
kan dengan mikroba.

Sedangkan menurut tempat terjadinya, pencernaan dibagi menjadi dua, yaitu :


1. Pencernaan intrasel, yaitu pencernaan yang terjadi di dalam sel
2. Pencernaan ekstrasel, yaitu pencernaan yang terjadi di luar sel atau melalui saluran
pencernaan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas kami rumuskan item masalahyang akan dibahas pada penulisa
n makalah ini, yaitu :
1. Sistem pencernaan pada manusia
2. Proses penelanan makanan

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari sistem pencernaan
2. Untuk mengetahui fungsi dari sistem pencernaan
3. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi sistem pencernaan
4. Untuk mengetahui mnfaat dari organ-organ sistem pencernaan

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistem Pencernaan Makanan


Pencernaan makanan adalah aktivitas saluran makanan (tractus digectivus) dan kelenjar-
kelenjarnya dalam suaatu proses mempersiapkan makanan untuk dapat diserap oleh usus.
Suatu kehidupan yang dihayati oleh organisme akan dapat dipertahankan bila makanan dalam
jumlah cukup dapat dipasok dan dapat digunakan bagi berlangsungnya suatu reaksi oksidatif
yang dapat menghsilkan energi dan juga bagi keperluan tubuh atau bagian tubuh guna
perbaikan, pertumbuhanm dan reproduksi.
Sebagian besar makanan yang digunakan primata (human and non-human primate) dan
vertebrata lainnya (baik yang menyusui maupun yang tidak menyusui) mempunyai bentuk
kompleks dan tidak larut, sehingga tidak mungkin untuk dapat diserap oleh saluran pencernaan
makanan begitu saja tanpa terlebih dahulu mengalami perubahan melewati aktivitas
pencernaan. Pada organisme peringkat rendah, seperti protozoa, dapat memperoleh makananya
melalui proses difusi atau fagosita dan dilanjutkan dengan proses pencernaan di dalam selnya.
Pada vetebrata terdapat sebuah sistem dengan kekhususan untuk merubah makanan yang
masuk ke dalam alat pencernaan menjadi bentuk-bentuk kimia yang secara langsung dapat
dicerna oleh usus dan limfe. Beberapa makanan yang telah mempunyai bentuk sederhana tidak
memerlukan lagi proses penguraian dan dapat secara langsung bisa diserap oleh saluran
pencernaan makanan seperti glukosa, garam-garam yang dapat larut, air, dan beberapa macam
makanan lainnya.
Rongga mulut dengan dibantu kelenjar yang terdapat di sekitarnya dan struktur gigi dan lidah
merupakan tempat untuk merubah bentuk makanan yang masuk kedalam bentuk kimia dan
fisik untuk memudahkan proses pencernaan selanjutnya. Penghayatan akan adanya makanan
dan keinginan untuk mengkonsumsinya dipengaruhi oleh rangsangan sensoris yang sampai ke
susunan syaraf pusat melalui beberapa jalur diantaranya yang berkaitan dengan penglihatan,
pembauan dan cita rasa. Lambung dapat berfungsi sebagai pengumpulan makakan untuk
sementara sampai makanan yang dikonsumsi diubah dalam bentuk yang memungkinkan untuk
proses pencernaan yang akan berlangsung di dalam duodenum. Usus halus mempunyai
kemampuan untuk melaksanakan beragam proses pencernaan dengan bantuan beragam enzim
sebagai katalisator yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas dan zat-zat lain yang
dihasilkan oleh sel-sel usus itu sendiri. Di dalam usus halus juga terjadi proses emulsifikasi
lemak sehingga bahan ini mudah dicerna oleh enzim tertentu dan lebih mudah diserap oleh
usus. Usus besar mempunyai kemampuan untuk melakukan konservasi air, berfungsi sebagai
pengumpul sementara hasil pencernaan dan dapat menyerap makanan dari usus besar sangat
terbatas. Usus besar juga berfungsi sebagai inkubator bagi beragam bakteri yang
berkemampuan untuk mensintesis faktor-faktor nutrisi tertentu yang pada akhirnya memegang
peranan dalam status gizi individu yang bersangkutan. Jadi, sistem pencernaan merupakan
proses perubahan atau pemecahan zat makanan dari molekul kompleks menjadi molekul yang
lebih sederhara dengan menggunkan enzim dan organ-organ pencernaan.
Pencernaan makanan di dalam tubuh manusia melalui 6 tahap yaitu:
1. Ingesti : pemasukan makanan ke dalam tubuh melalui mulut.
2. Mastikasi: proses mengunyah makanan oleh gigi.
3. Deglutisi: proses menelan makanan di kerongkongan.
4. Digesti: pengubahan makanan menjadi molekul yang lebih sederhana dengan bantuan
enzim, trdapat di lambung.
5. Absorbsi: proses penyerapan, terjadi di usus halus.
6. Defekasi: pengeluaran sisa makanan yang sudah tidak berguna untuk tubuh melalui
anus.

B. Organ pencernaan manusia


A. Mulut/cavum oris
Di dalam mulut terdapat alat-alat yyang membantu dalam proses pencernaan, yaitu:
gigi, lidah, dan kelenjar ludah (air liur). Dan di dalam ronggga mulut, makanan
menggalami pencerrnaan secara mekanik dan kimiawi.
1. Gigi
Gigi berfungsi untuk mengunyah makanan sehingga makanan menjadi halus. Gigi
dapat di bedakan atas empat macam yaitu, Gigi seri, gigi taring, gigi geraham
depan dan gigi geraham belakang. Secara umum, gigi manusia terdiri dari tiga
bagian, yaitu: Mahkota gigi (korona), leher gigi (kolum), dan akar gigi (radiks).
Setiap gigi memiliki bentuk mahkota gigi yang berbeda-beda. Gigi seri berbentuk
seperti pahat runcing, dan gigi geraham berbentuk agak silindris dengan
permukaan lebar dan datar berlekuk-lekuk dan gigi taring yang berbentuk seperti
pahat runcing berfungsi untuk merobek makanan. Sedangkan gigi geraham
dengan permukaan yang lebar dan datar berlekuk-lekuk, berfungsi untuk
mengunyah.
Leher gigi merupakan bagian gigi yang terlindung dalam gusi, sedangkan akar gigi
merupakan bagian gigi yang tertanam di dalam rahang. Tulang gigi tersusun atas
zat dentin. Sum-sum gigi (pulpa), merupakan rongga gigi yang di dalamnya
terdapat serabut saraf dan pembuluh_pembuluh darah.
Pada bayi, gigi sudah mulai tumbuh pada usia 6 bulan. Gigi pertama yang tumbuh
disebut gigi susu. Gigi anak-anak pada usia 6 tahun jumlahnya 20 yang terdiri
dari 8 gigi seri, 4 gigi taring, dan 8 gigi geraham.
2. Lidah
Lidah berfungsi untuk mengaduk makanan di dalam rongga mulut dan membantu
mendorong makanan ( proses penelanan ). Selain itu lidah juga berfungsi sebagai
alat pengecap yang dapat merasakan manis, asin, pahit, dan asam,
3. Kelenjar ludah
Kelenjar ludah menghasilkan ludah atau air liur ( saliva ). Kelenjar ludah dalam
rongga mulut ada 3 pasang, yaitu:
 Kelenjar parotis, terletak di bawah telinga
 Kelenjar submandibulavis, terletak di rahang bawah
 Kelenjar sublingualis, terletak di bawah lidah.
Ludah berfungsi untuk memudahkan penelanan makanan. Selain itu, lidah juga
melindungi selaput mulut terhadap panas, dingin, asam, dan basah.
Didalam ludah terdapat enzim ptialin ( amilase ). Enzim ptialin berfungsi mengubah
makanan dalam mulut yang mengandung zat karbohidrat ( amilum ) menjadi gula
sederhana ( maltosa ). Maltosa mudah di cerna oleh organ pencernaan
selanjutnya. Enzim ptialin beketja dengan baik pada PH antara 6, 8-7 dan suhu
37oC.

B. Faring
Faring merupakan organ penghubung antara rongga mulut dengan kerongkongan atau e
sofagus. Makanan yang telah dicerna akan masuk kerongkongan melalui proses degl
utisi melewati faring.Faring juga merupakan pertemuan antara tractus digestivus den
gan saluran respirasi. Disebut juga sebagai pangkal esophagus. Di bagian dalam fari
ng terdapat amandel/tosil yang merupakan kumpulan kelenjar limpa yang mengandu
ng limposit.

C. Kerongkongan (esophagus)
Esophagus [berasal dari bahasa Yunani: οiσω (dibaca: oeso) yang berarti membawa
dan έφαγον (dibaca: phagus) yang berarti memakan] atau kerongkongan adalah tabu
ng (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian
mulut ke dalam lambung atau ventrikulus dengan panjang sekitar 20-25 cm.
Makanan berjalan melalui esofagus dengan menggunakan proses peristaltik .
Dinding kerongkongan atau esophagus ini terdiri atas 3 lapisan, yaitu:
a. Tunika mukosa : menghasilkan mucus/lender
b. Tunika submukosa : terdapat jaringan ikat kolagen dan elastis, ujung kapiler darah, da
n ujung saraf
c. Tunika muskularis : mengandung otot polos dan jaringan ikat
Gerakan peristaltik pada kerongkongan
Gerakan menelan makanan yang terjadi di esophagus merupakan gerakan peristaltic/peri
stalsis, yaitu gerakan otot dinding saluran pencernaan (kaya akan otot polos) yang ber
upa gerakan kembang kempis atau gerak meremasremas makanan dalam bentu
k bolus dan akan mendorong lobus menuju ke lambung. Waktu yang diperlukan lobus
dari kerongkongan menuju ke lambung adalah 6 detik

D. Lambung/ventrikulus
Lambung atau ventrikulus merupakan organ kantung besar yang terletak di rongga perut
agak ke kiri. Dinding lambung tersusun menjadi 4 lapisan, yaitu :
a. Lapisan peritoneal (Lapisan Serosa)
Merupakan lapisan terluar dari ventrikulus yang berfungsi sebagai lapisan pelindung
perut. Sel-
sel di lapisan ini mengeluarkan sejenis cairan untuk mengurangi gaya gesekan yang te
rjadi antara perut dengan anggota tubuh lainnya.
b. Lapisan Berotot, yang terdiri dari :
1. Cardiac merupakan bagian atas ventriculus yang berhubungan dengan esopha
gus dan hepar.
2. Fundus merupakan bagian tengah ventriculus yang bentuknya membulat.
3. Pylorus merupakan bagian bawah ventriculus yang berhubungan dengan intest
inum tenue.
c. Lapisan Submukosa.
Submucosa ialah lapisan dimana pembuluh darah arteri dan vena dapat ditemukan untuk
menyalurkan nutrisi dan oksigen ke sel-
sel perut sekaligus untuk membawa nutrisi yang diserap, urea, dan karbon dioksida da
ri sel-sel tersebut.
d. Lapisan Mukosa.
Mucosa ialah lapisan dimana selsel mengeluarkan berbagai jenis cairan, seperti enzim, as
am lambung, dan hormon. Lapisan ini berbentuk seperti palung untuk memperbesar p
erbandingan antara luas dan volume sehingga memperbanyak volume getah lambung
yang dapat dikeluarkan.
Fungsi ventriculus yaitu :
 Menyimpan makanan dalam kurun waktu 2 – 5 jam.
 Mengaduk makanan (dengan gerakan meremas).
 Mencerna makanan dengan bantuan enzim.
 Menerima makanan dan bekerja sebagai penampung untuk jangka
waktu pendek
 Makanan dicairkan dan dicampur dengan asam hidrokhlorida dan dengan car
a ini disiapkan untuk dicernakan oleh usus.
 Susu dibekukan dan kasein dikeluarkan.
 Pencernaan lemak dimulai di dalam lambung.
 Faktor antianemia dibentuk.
 Khime, yaitu isi lambung yang cair disalurkan masuk duodenum.

E. Usus Halus (Intestinum Tenue)


Merupakan saluran panjang sekitar 8,25 m dan dibagi menjadi 3 bagian utama yaitu :
 Duodenum/usus dua belas jari merupakan usus halus yang berbatasan dengan
ventriculus. Terjadi proses oemecahan lemak dan karbohidrat. Panjangnya sek
itar 25 cm/0,25 m
 Jejunum/usus kosong merupakan usus halus yang berbatasan langsung dengan
duodenum dan ileum. Disini tidak terjadi proses penyerapan dan pencernaaan
makanan. Panjangnya sekitar 7 m.
 Ileum/usus penyerapan merupakan usus halus yang berbatasan dengan jejunu
m dan intestinum crassum. Disinilah terjadi penyerapan sari-
sari makanan. Panjangnya sekitar 1 m.
Fungsi utama usus halus adalah:
a. Menerima zat-zat makanan yang mudah dicerna untuk diserap
melalui kapiler-kapiler darah dan saluran-saluran limfe
b. Menyerap protein dalam bentuk asam amino
c. Menyerap karbohidrat dalam bentuk emulsi lemak
Kelenjar atau enzim didalam usus halus :
 Enterokinase untuk mengaktifkan tripsinogen menjadi tripsin.
 Eripsin menyempurnakan pencernaan protein menjadi asam amino
 Laktase mengubah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.
 Maltase mengubah maltosa menjadi glukosa.
 Disakarase mengubah disakarida menjadi monosakarida
 Peptidase mengubah polipeptida menjadi asam amino
 Lipase mengubah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak
 Sukrase mengubah sukrosa menjadi fruktosa dan glukosa

F. Kelenjar Pankreas
Terletak dekat ventriculus (rongga perut sebelah kiri) yaitu diantara duodenum dan li
mpa. Dengan panjang sekitar 15 cm dan lebar 5 cm.
Kelenjar pancreas menghasilkan :
1. Hormon insulin yang berfungsi untuk mengatur (menurunkan) kadar gula dalam d
arah.
2. Berfungsi untuk menghasilkan getah pancreas yang banyak mengandung enzim. E
nzim tersebut yaitu :
 Amylopsin/amylase pancreas berfungsi untuk mengubah amilum menjadi
maltose.
 Steapsin/lipase pancreas berfungsi untuk mengubah lipid menjadi asam le
mak dan gliserol.
 Tripsinogen dengan bantuan enterokinase akan diubah menjadi tripsin. Tri
psin berfungsi untuk memecahkan pepton menjadi asam amino.
 Karbohidrase pancreas berfungsi mengubah disakarida menjadi monosaka
rida. Disakarida yang penting adalah maltase, sukrase, lactase.
 Garam NaHCO3 dan bersifat basa yang berfungsi untuk menetralkan keas
amaan kim/chyme yang keluar dari ventriculus.

G. Hati (Hepar)

Hepar merupakan kelenjar pencernaan yang terbesar dalam tubuh dengan


berat sekitar 2 kg dan berwarna kemerahan. Terletak di dalam rongga perut sebelah kanan, d
i bawak sekat rongga dada. Menghasilkan cairan empedu (bilus) yang ditampung dalam kan
tung empedu (vesica felea). Setiap hari vesica felea menghasilkan 0,5 liter cairan empedu.
Kandungan Empedu :
a. Garam kholat yang berfungsi :
1. Mengaktifkan lipase pancreas
2. Menurunkan tekanan permukaan butir-butir lemak sehingga dapat
diemulsikan dalam pencernaan
b. Natrium karbonat berfungsi mengatur keasaman empedu sehingga membuat
pH empedu menjadi 7, 1 – 8,5.
c. Kolesterol merupakan lemak netral yang memiliki daya larut sangat kecil
dalam air. Merupakan prekusor dari aktivitas steroid seperti vitamin dan
hormon. Empedu menghasilkan
Zat warna empedu (bilirubin dan biliverdin), Garam empedu.
Fungsi empedu :
a. Untuk mengemulsikan/memecahkan lemak.
b. Membunuh kuman-kuman dalam saluran pencernaan bagian atas.

Hepar berfungsi :
 Menghasilkan cairan empedu.
 Menawarkan racun.
 Menyimpan gula dalam bentuk glikogen (gula otot).
 Mengubah provitamin A menjadi vitamin A.
 Menjaga keseimbangan zat makanan dalam darah.
 Mengubah kelebihan asam amino menjadi urea untuk dikeluarkan dari tubuh

H. Usus Besar (Intestinum Mayor)

Usus besar/duodenum Merupakan saluran panjang dengan permukaan dinding yang men
galami penyempitan dan penonjolan serta merupakan terusan dari usus halus. Panjang usus b
esar ± l½ m dengan lebar 5 - 6cm.
Bagian-bagian usus besar, yaitu :
a. Caecum/sekum

Merupakan pertemuan antara usus halus dan usus besar. Pada bagian ujung sekum te
rdapat tonjolan kecil yang disebut umbai cacing (appendiks) dengan panjang 6 cm. Selur
uhnya ditutupi oleh peritonium mudah bergerak walaupun tidak mempunyai mesenteniu
m dan dapat diraba melalui dinding abdomen pada orang yang masih hidup.
Fungsi dari peritoneum sendiri adalah :
 Menutupi sebagian dari organ abdomen dan pelvis
 Membentuk pembatas yang halus antara organ dalam rongga peritoneum
 Menjaga kedudukan dan mempertahankan hubungan organ terhadap posterior abd
omen
 Tempat kelenjar limfe dan pembuluh darah

b. Usus Buntu (appendiks)

Usus buntu (Bahasa Latin: caecus yang berarti buta) dalam istilah anatomi adalah s
uatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari us
us besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagia
n besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki s
ekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacig
Bisa juga diartikan sebagai bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari
akhir seikum mempunyai pintu keluar yang sempit tapi masih memungkinkan dapat dile
wati oleh beberapa isi usus.
Appendiks tergantung menyilang pada linea terminalis masuk ke dalam rongga pel
vis minor terletak horizontal dl belakang seikum. Sebagai suatu organ pertahanan terhad
ap infeksi kadang appendiks bereaksi secara hebat dan hiperaktif yang bisa menimbulka
n perforasi dindingnya ke dalam rongga abdomen.
c. Colon/kolon/usus tebal merupakan bagian yang lebih tebal dan menyempit
dengan banyak tonjolan pada bagian pemukaannya

I. Anus/Lubang Pelepasan
Merupakan lubang pada ujung saluran pencernaan yang menghubungkan rektum den
gan dunia luar (udara luar). Terletak di dasar pelvis. Di anus, terjadi proses perjalan
an terakhir dari feces yang telah dibentuk di colon. Proses pengeluaran fecesmelalui
anus disebut defekasi.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa sistem pencernaan pada ma
nusia adalah merupakan proses perubahan atau pemecahan zat makanan dari moleku
l kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana dengan menggunakan enzim dan
organ-ogran pencernaan.
Proses pencernaan makanan yang terjadi dalam tubuh dibantu dengan enzim untu
k mempercepat proses. Enzim ini dihasilkan oleh organ–
organ pencernaan dan jenisnya tergantung dari bahan makanan yang akan dicerna ol
eh tubuh. Organ-organ pada sistem pencernaan yaitu terdiri dari :
 Mulut (oris)
 Tekak (faring)
 Kerongkongan (esophagus)
 Lambung (ventrikulus)
 Usus halus (intestinum minor)
Usus dua belas jari (duodenum)
Usus kosong (jejunum)
Usus penyerapan (ileum)
 Kelenjar Pankreas
 Hati (Hepar)
 Usus besar (intestinum mayor)
Rectum
Anus

B. Saran
Dengan mengetahui sistem-sistem yang ada pada tubuh manusia ini,
kita mengharapkan para pembaca maupun temanteman yang lain dapat mengenallebih dek
at bagianbagian dari keadaan tubuh kita. Mulai dari organ-organ yang
menyusun sistem tersebut, cara kerja suatu sistem pada tubuh kita, zat-zat atau
enzim yang membantu dalam proses sistem tersebut, penyakit yang dapat
menyerang system-sistem tersebut, atau hal-hal lain yang berkaitan dengan
salah satu sistem organ. Disini pula kita temukan pengetahuan dan wawasan yang baru yang
belum kita ketahui seluruhnya.
Semoga makalah dengan judul “Sistem Pencernaan pada Manusia” ini dapat menjadi
sumber inspirasi teman-teman untuk membuat makalah dengan tema
yang sama. Mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini ada kata-
kata yang tidak berkenan di hati pembaca maupun banyak kekurangan pada
makalah ini.

Terima kasih..

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mahluk hidup khususnya manusia memiliki bermacam-macam sistem jaringan dan organ dalam
tubuhnya. Sistem tersebut memiliki fungsi dan peranan serta manfaat tertentu bagi mahluk hidup. Salah
satu sistem yang ada pada mahluk hidup yaitu sistem kardiovaskuler. Fungsi utama dari sistem
kardiovaskuler adalah untuk memberi oksigen ke setiap sel tubuh. Sistem kardivaskuler terdiri dari
jantung sebagai pusat peredaran darah, pembuluh-pembuluh darah dan darah itu sendiri. Jantung adalah
organ berongga, berotot, yang terletak di tengah toraks, dan jantung menempati rongga antara paru-paru
dan diafragma. Beratnya sekitar 300 g (10,6 oz). Berat jantung di pengaruhi oleh usia, jenis kelamin, berat
badan. Selain itu kebiasaan latihan fisik dan penyakit jantung juga mempengaruhi berat dari jantung.
Fungsi jantung adalah untuk memompa darah ke jaringan, menyuplai oksigen dan zat nutrisi lain sambil
mengangkut karbondioksida dan sampah hasil metabolisme.
Sebenarnya terdapat dua pompa jantung, yang terletak disebelah kanan dan kiri. Keluaran jantung kanan
didistribusikan seluruhnya ke paru melalui arteri pulonali, dan keluaran jantung kiri seluruhnya
didistribusikan kebagian tubuh lain melalui aorta. Kedua pompa itu menyemburkan darah secara
bersamaan dengan kecepatan keluaran yang sama. Kerja pemompaan jantung dijalankan oleh kontraksi
dan relaksasi ritmik dinding otot. Selama kontraksi otot (sistolik), kamar jantung menjadi lebih kecil
karena darah disemburkan keluar. Selama relaksasi otot dinding jantung (diastolik), kamar jantung akan
terisi darah sebagai persiapan untuk penyemburan berikutnya. Jantung dewasa normal berdetak sekitar
60-80 kali per menit, menyemburkan sekitar 70mL darah dari kedua ventrikel per detakan, dan keluaran
totalnya sekitar 5 L/menit.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana fisiologi sistem peredaran darah manusia?
2. Apa saja anatomi sistem kardiovaskuler?
3. Bagaimana fisiologi sistem kardiovaskuler?
4. Bagaimana fisiologi sistem konduksi jantung?

C. Tujuan
1. Mengetahui fisiologi sistem peredaran darah manusia
2. Mengetahui anatomi sistem kardiovaskuler
3. Mengetahui fisiologi sistem kardiovaskuler
4. Mengetahui fisiologi sistem konduksi jantung

D. Manfaat
Kami mengharapkan makalah ini dapat menjadi wawasan pengetahuan bagi pembaca dan juga khususnya
bagi mahasiswa akademi keperawatan terutama dalam memahami materi tentang Sistem Kardiovaskuler.

E. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, kami memperoleh materi dari beberapa sumber yaitu buku-buku yang
terkait dengan materi Sistem Kardiovaskuler.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Fisiologi Sistem Peredaran Darah Manusia


Sistem peredaran darah pada manusia tersusun atas jantung sebagai pusat peredaran darah, pembuluh-
pembuluh darah dan darah itu sendiri. Peredaran darah manusia merupakan peredaran darah tertutup
karena darah yang dialirkan dari dan keseluruh tubuh melalui pembuluh darah dan darah mengalir
melewati jantung sebanyak dua kali sehingga disebut sebagai peredaran darah ganda, yaitu
a. Peredaran darah besar (sistemik)
Peredaran darah sistemik adalah peredaran darah yang mengalirkan darah yang kaya oksigen dari
ventrikel sinistra lalu diedarkan keseluruh jaringan tubuh. Oksigen bertukar dengan karbondioksida di
jaringan tubuh. Lalu darah yang kaya karbondioksida dibawa melalui vena menuju atrium dextra.
b. Peredaran darah kecil (pulmonal)
Peredaran darah pulmonal adalah peredaran darah yang mengalirkan darah dari jantung ke paru-paru dan
kembali lagi ke jantung. Darah yang kaya karbondioksida dari ventrikel dextra dialirkan ke paru-paru
melalui arteri pulmonalis, di alveolis darah tersebut bertukar dengan darah yang kaya oksigen yang
selanjutnya akan dialirkan ke atrium sinistra melalui vena pulmonalis.
Sistem peredaran darah atau sistem kardiovaskular adalah suatu sistem organ yang berfungsi
memindahkan zat ke dan dari sel. Sistem ini juga menolong stabilisasi suhu dan pH tubuh (bagian dari
homeostasis). Ada dua jenis sistem peredaran darah: sistem peredaran darah terbuka, dan sistem
peredaran darah tertutup.
a. Sistem Peredaran Darah Terbuka
Sistem peredaran darah terbuka artinya dalam peredarannya, darah dan cairan lainnya tidak selamanya
beredar atau berada di dalam pembuluh darah. Darah menuju jaringan tanpa melalui pembuluh. Pada saat
tertentu darah meniggalkan pembuluh darah dan langsung beredar dalam rongga-rongga tubuh dan
akhirnya kembali lagi ke dalam tubuh. Sistem peredaran darah terbuka terdiri-dari jantung yang
merupakan pusat peredaran darah, sejumlah sinus (rongga) dan sejumlah arteri. Jantung terletak dibagian
tengah belakang dada, berdinding otot tebal, berbentuk sadel atau tabung yang terbungkus oleh
perikardium. Arteri merupakan saluran yang berasal dari jantung, mempunyai valve(katub-katub) yang
mencegah darah masuk kembali ke jantung. Pada sistem peredaran darah terbuka, terdapat empat jenis
arteriberikut:
1).Arteri Optalmik (mata)
2).Dua arteri antena
3) Dua arteri hati
4) Arteri dorsal abdominalis

b. Sistem Peredaran Darah Tertutup


Peredaran darah tertutup adalah sirkulasi darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh – pembuluh darah.
Pada sistem peredaran darah lni. Darah diedarkan melewati arteri dan kembali ke jantung melewati vena.
Contoh cacing tanah (Lumbricus terrestris). Pada cacing tanah, sistem peredarannya terdiri dari cairan
darah, beberapa pembuluh darah, dan jantung sebagai pusat peredaran. Darah cacing tanah terdiri atas
plasma darah dan benda darah. Darah cacing tanah berwarna merah disebabkan oleh adanva hemoglobin
yang larut dalam plasma darah. Jantung dan saluran darahnva memiliki katup sehingga darah tidak
mengalir kembali ke jantung. Aliran darah disebabkan oleh kontraksi lengkung jantung. Jantung
memompa darah dari saluran darah dorsal ke saluran darah ventral kemudlian ke seluruh tubuh.
Pertukaran gas terjadi di jaringan-jaringan tubuh, Dari seluruh tubuh, darah menuju bagian dorsal tubuh,
darah menuju bagian dorsal tubuh. Dari bagian dorsal tubuh darah kembali ke jantung. Sistem peredaran
darah, yang merupakan juga bagian dari kinerja jantung dan jaringan pembuluh darah (sistem
kardiovaskuler) dibentuk.
Sistem ini menjamin kelangsungan hidup organisme, didukung oleh metabolisme setiap sel dalam tubuh
dan mempertahankan sifat kimia dan fisiologis cairan tubuh.
1) Pertama, darah mengangkut oksigen dari paru-paru ke sel dan karbon dioksida dalam arah yang
berlawanan.
2) Kedua, yang diangkut dari nutrisi yang berasal pencernaan seperti lemak, gula dan protein dari
saluran pencernaan dalam jaringan masing-masing untuk mengonsumsi, sesuai dengan kebutuhan mereka,
diproses atau disimpan. Metabolit yang dihasilkan atau produk limbah (seperti urea atau asam urat) yang
kemudian diangkut ke jaringan lain atau organ-organ ekskresi (ginjal dan usus besar). Juga
mendistribusikan darah seperti hormon, sel-sel kekebalan tubuh dan bagian-bagian dari sistem
pembekuan dalam tubuh.
B. Anatomi Sistem Kardiovaskuler

1. Atrium dextra
Terletak dalam bagian superior kanan jantung, menerima darah dari seluruh jaringan kecuali paru.
2. Ventrikel dextra
Terletak dibagian inferior kanan pada apeks jantung, darah meninggalkan vetrikel dextra melalui trunkus
pulmonal dan mengalir melewati jarak pendek ke paru-paru.
3. Atrium sinistra
Terletak dibagian superior kiri jantung berukuran lebih kecil dari atrium dextra tetapi dindingnya lebih
tebal, menampung empat vena pulmonalis yang mengembalikan darah yang kaya oksigen dari paru-paru.
4. Ventrikel sinistra
Terletak dibagian inferior kiri pada apeks jantung tebalnya tiga kali tebal dinding ventrikel dextra. Darah
meninggalkan vrntrikel sinistra melalui aorta dan mengalir keseluruh tubuh kecuali paru-paru.
5. Katup trikuspidalis
Terletak antara atrium dextra dan ventrikel dextra, memiliki tiga daun katup (kuspis) jaringan ikat fibrosa
irreguler yang dilapisi endokardium.

6. Katup mitral (bikuspidalis)


Terletak diantara atrium sinistra dan ventrikel sinistra melekat pada chordae tendinea dan otot papilaris.
7. Katup aortik
Terletak diantara ventrikel sinistra dan aorta.
8. Vena kava superior dan inferior
Vena ini membawa darah yang tidak mengandung oksigen atau darah yang kaya karbondioksida dari
tubuh kembali ke jantung tepat nya di atrium dextra.

C. Fisiologi Sistem Kardiovaskuler


a. Pembuluh Nadi (Arteri)
Pembuluh nadi atau arteri adalah pembuluh darah berotot yang membawa darah dari jantung. Fungsi ini
bertolak belakang dengan fungsi pembuluh balik yang membawa darah menuju jantung. Sistem sirkulasi
sangat penting dalam mempertahankan hidup. Fungsi utamanya adalah menghantarkan oksigen dan
nutrisi ke semua sel, serta mengangkut zat buangan seperi karbon dioksida. Pada negara berkembang, dua
kejadian kematian utama disebabkan oleh infark miokardium dan stroke pada sistem pembuluh nadi,
misalnya arterosklerosis.
1. Penggambaran
Sistem pembuluh nadi memiliki bagian tekanan yang tinggi pada sistem sirkulasi. Tekanan darah
biasanya menunjukkan tekanan pada pembuluh nadi utama. Tekanan pada saat jantung mengembang dan
darah masuk ke jantung disebut diastol. Tekanan sistol berarti tekanan darah saat jantung berkontraksi
dan daeah keluar jantung. Tekanan darah ini dapat dikur dengan tensimeter atau sfigmomanometer.
Anatomi Lapisan terluar disebut tunika adventitia yang tersusun dari jaringan penyambung. Di lapisan
selanjutnya terdapat tunika media yang tersusun atas otot polos dan jaringan elastis. Lapisan terdalam
adalah tunika intima yang tersusun atas sel endothelial. Darah mengalir di dalam pada lumen. Jenis
pembuluh nadi Terdapat beberapa jenis pembuluh nadi pada tubuh: Arteri pulmonaris Pembuluh ini
membawa darah yang telah dideoksigenasi yang baru saja dialirkan dari paru-paru. Arteri sistemik Arteri
sistemik membawa darah menuju arteriol dan kemudian ke pembuluh kapiler, dimana zat nutrisi dan gas
ditukarkan. Aorta adalah pembuluh nadi terbesar dalam tubuh yang keluar dari ventrikel jantung dan
membawa banyak oksigen.
2. Arteriol
Arteriol adalah pembuluh nadi terkecil yang berhubungan dengan pembuluh kapiler. Pembuluh kapiler
Pembuluh ini bukan pembuluh nadi sesungguhnya. Di sinilah terjadinya pertukaran zat yang menjadi
fungsi utama sistem sirkulasi. Pembuluh kapiler adalah pembuluh yang menghubungkan cabang-cabang
pembuluh nadi dan cabang-cabang pembuluh balik yang terkecil dengan sel-sel tubuh. Pembuluh nadi dan
pembuluh balik itu bercabang-cabang, dan ukuran cabang-cabang pembuluh itu semakin jauh dari jantung
semakin kecil. Pembuluh kapiler sangat halus dan berdinding tipis.

b. Pembuluh Balik (Vena)


Pembuluh balik atau vena adalah pembuluh yang membawa darah menuju jantung. Darahnya banyak
mengandung karbon dioksida. Umumnya terletak dekat permukaan tubuh dan tampak kebiru-biruan.
Dinding pembuluhnya tipis dan tidak elastis. jika diraba, denyut jantungnya tidak terasa. Pembuluh vena
mempunyai katup sepanjang pembuluhnya. Katup ini berfungsi agar darah tetap mengalir satu arah.
Dengan adanya katup tersebut, aliran darah tetap mengalir menuju jantung. Jika vena terluka, darah tidak
memancar tetapi merembes. Dari seluruh tubuh, pembuluh darah balik bermuara menjadi satu pembuluh
darah balik besar, yang disebut vena cava. Pembuluh darah ini masuk ke jantung melalui serambi kanan.
Setelah terjadi pertukaran gas di paru-paru, darah mengalir ke jantung lagi melalui vena paru-paru.
Pembuluh vena ini membawa darah yang kaya oksigen. Jadi, darah dalam semua pembuluh vena banyak
mengandung karbon dioksida kecuali vena pulmonalis. Vena diselubungi oleh otot rangka dan memiliki
sebuah katup yaitu Valvula Semilunaris. Pembuluh balik yang masuk ke jantung adalah sebagai berikut :
1. Vena KavaS
Vena kava bercabang-cabang menjadi pembulu yang lebih kecil yaitu vena. Ada dua macam vena kava,
yaitu vena kava superior dan vena kava inferior.
· Vena kava superior
Vena ini membawa darah yang mengandung CO2 dari bagian atas tubuh ( kepala, leher, keserambi kanan
jantung).
· Vena kava inferior
Vena ini membawa darah yang mengandung CO2 dari bagian tubuh lainnya dan anggota badan bawah
tubuh keserambi kanan jantung.
· Vena Pulmonalis
Vena ini membawa darah yang mengandung O2 dari paru-paru keserambi kiri jantung. Salah satu
penyakit yang menyerang pembuluh balik adalah varises.

c. Jantung Latin Cor


Sistem organ Kardiovaskular Jantung (bahasa Latin, cor) adalah sebuah rongga, rongga organ berotot
yang memompa darah lewat pembuluh darah oleh kontraksi berirama yang berulang. Istilah kardiak
berarti berhubungan dengan jantung, dari kata Yunani cardia untuk jantung. Jantung adalah salah satu
organ manusia yang berperan dalam sistem peredaran darah. Permukaan Jantung. Jantung terletak dalam
rongga dada agak sebelah kiri, di antara paru-paru kanan dan paru-paru kiri. Massanya kurang lebih 300
gram, besarnya sebesar kepalan tangan. Jantung adalah satu otot tunggal yang terdiri dari lapisan
endothelium. Jantung terletak di dalam rongga torakik, di balik tulang dada. Struktur jantung berbelok ke
bawah dan sedikit ke arah kiri. Jantung hampir sepenuhnya diselubungi oleh paru-paru, namun tertutup
oleh selaput ganda yang bernama perikardium, yang tertempel pada diafragma. Lapisan pertama
menempel sangat erat kepada jantung, sedangkan lapisan luarnya lebih longgar dan berair, untuk
menghindari gesekan antar organ dalam tubuh yang terjadi karena gerakan memompa konstan jantung.
Jantung dijaga di tempatnya oleh pembuluh-pembuluh darah yang meliputi daerah jantung yang
merata/datar, seperti di dasar dan di samping. Dua garis pembelah (terbentuk dari otot) pada lapisan luar
jantung menunjukkan di mana dinding pemisah di antara serambi & bilik jantung.

d. Struktur internal jantung


Secara internal, jantung dipisahkan oleh sebuah lapisan otot menjadi dua belah bagian, dari atas ke
bawah, menjadi dua pompa. Kedua pompa ini sejak lahir tidak pernah tersambung. Belahan ini terdiri dari
dua rongga yang dipisahkan oleh dinding jantung. Maka dapat disimpulkan bahwa jantung terdiri dari
empat rongga, serambi kanan & kiri dan bilik kanan & kiri.
Dinding serambi jauh lebih tipis dibandingkan dinding bilik karena bilik harus melawan gaya gravitasi
bumi untuk memompa dari bawah ke atas dan memerlukan gaya yang lebih besar untuk mensuplai
peredaran darah besar, khususnya pembuluh aorta, untuk memompa ke seluruh bagian tubuh yang
memiliki pembuluh darah. Tiap serambi dan bilik pada masing-masing belahan jantung disambungkan
oleh sebuah katup. Katup di antara serambi kanan dan bilik kanan disebut katup trikuspidalis atau katup
berdaun tiga. Sedangkan katup yang ada di antara serambi kiri dan bilik kiri disebut katup mitralis atau
katup bikuspidalis (katup berdaun dua).

e. Cara Kerja Jantung


Pada saat berdenyut setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah (disebut diastol). Selanjutnya
jantung berkontraksi dan memompa darah keluar dari ruang jantung (disebut sistol). Kedua serambi
mengendur dan berkontraksi secara bersamaan, dan kedua bilik juga mengendur dan berkontraksi secara
bersamaan. Darah yang kehabisan oksigen dan mengandung banyak karbondioksida (darah kotor) dari
seluruh tubuh mengalir melalui dua vena berbesar (vena kava) menuju ke dalam atrium kanan. Setelah
atrium kanan terisi darah, ia akan mendorong darah ke dalam ventrikel kanan melalui katup trikuspidalis.
Darah dari ventrikel kanan akan dipompa melalui katup pulmoner ke dalam arteri pulmonalis menuju ke
paru-paru. Darah akan mengalir melalui pembuluh yang sangat kecil (pembuluh kapiler) yang
mengelilingi kantong udara di paru-paru, menyerap oksigen, melepaskan karbondioksida dan selanjutnya
dialirkan kembali ke jantung. Darah yang kaya akan oksigen mengalir di dalam vena pulmonalis menuju
ke atrium kiri. Peredaran darah di antara bagian kanan jantung, paru-paru dan atrium kiri disebut sirkulasi
pulmoner karena darah dialirkan ke paru-paru. Darah dalam atrium kiri akan didorong menuju ventrikel
kiri melalui katup bikuspidalis/mitral, yang selanjutnya akan memompa darah bersih ini melewati katup
aorta masuk ke dalam aorta (arteri terbesar dalam tubuh). Darah kaya oksigen ini disirkulasikan ke
seluruh tubuh, kecuali paru-paru. dan sebagainya.

f. Fungsi bilik jantung


1. Serambi kanan berfungsi untuk menerima darah dari seluruh tubuh dan kaya
2. karbondioksida.
3. Serambi kiri berfungsi untuk menerima darah dari paru-paru dan kaya oksigen.
4. Bilik kanan berfungsi untuk memompa darah ke paru-paru dan banyak mengandung karbon-
dioksida.
5. Bilik kiri berfungsi untuk memompa darah ke seluruh tubuh dan banyak mengandung oksigen.

D. Fisiologi Sistem Konduksi Jantung


a. Elektrofisiologi jantung
Aktivitas listrik dari jantung merupakan akibat dari perubahan pada permiabelitas membran sel, yang
memungkinkan pergerakan ion-ion. Dengan masuknya ion-ion tersebut maka muatan listrik sepanjang
membran itu mengalami perubahan relative. Ada tiga ion yang mempunyai fungsi penting sekali dalam
elektrofisiologi sel, yaitu : kalium, natrium dan kalsium. Adalah kation intrasel yang dominan sedangkan
konsentrasi Na dan Ca tertinggi pada lingkungan ekstrasel. Membran sel otot jantung pada keadaan
istirahat berada dalam keadaan polarisasi, dengan bagian luar berpotensi positif dibandingkan bagian
dalam selisih potensial ini disebut potensial membrane. Bila membran otot jantung dirangsang, sifat
permeabel berubah sehingga ion Na masuk ke dalam sel, yang menyebabkan potensial membrane.
Perubahan potensial membran karena stimulasi ini disebut depolarisasi. Setelah proses depolarisasi
selesai, maka potensial membran kembali mencapai keadaan semula yaitu proses repolarisasi.
b. Sistem konduksi jantung
Jantung manusia berdenyut dimulai saat listrik/ impuls merambat sepanjang jalur konduksi jantung. hal
ini meyebabkan otot jantung berkontraksi sehingga menimbulkan pemompaan darah oleh jantung. System
konduksi jantung adalah hambatan impuls-impuls memungkinkan pengaturan irama jantung , system ini
merupakan modifikasi dari otot jantung yang disertai tenaga ritmik spontan dan serabut syaraf tertentu.
Jantung manusia dewasa normalnya berkontraksi secara berirama dengan frekuensi sekitar 72
denyutan/menit. Supaya pemompaan jantung efektif maka perlu pengkoordinasian dari jutaan sel otot
jantung. Kontraksi akan terjadi jika potential aksi yang berjalan menuju membran sel otot. Impuls yang
diterima sel tersebut kemudian disalurkan ke sel selanjutnya melalui gap junction sehinnga jika ada
rangsangan pada salah satu bagian saja maka bagian yang lain juga terangsang. Oleh karena itu, sel otot
pada jantung diatur secara spesifik oleh frekuensi eksitasi jantung, jalur konduksi dan banyaknya eksitasi
pada daerah tertentu. Komponen-komponen eksitasi dari jantung secara urut terdiri dari sino-auricular
node(SA node), jaras internodal atrium, atrio-ventricular node (AV node), bundle His, cabang kiri-kanan
bundel dan sistem Purkinje.
Komponen – komponen eksitasi jantung :
1. SA Node ( Sino-Atrial Node )
Simpuls sino-atrial (S-A) merupakan kepingan berbentuk sabit yang mengalami spesialisasi dengan lebar
kira-kira 3mm-1cm ; simpul Ini terletak pada dinding posterior atrium masing-masing berdiameter 3-
5mikro, berbeda dengan serabut atrium sekitarnya yang berdiameter 15-20mikro. Tetapi serabut S-A
berhubungan langsung dengan atrium sehingga setiap potensial aksi yang mulai pada simpul S-A segera
menyebar ke atrium.
Serabut sino-atrial sedikit berbeda dari sebagian terbesar serabut otot jantung lainnya, yaitu hnya
mempunyai potensial membrane istiraha dari -55 milivolt sampai -60 milivolt,dibandingkan dengan -85
sampai -95milivolt pada sebagian terbesar serabut lainnya. Potensial istirahat yang rendah ini disebabkan
oleh sifat membrane yang mudah ditembus ion natrium. Kebocoran natrium ini menyebabkan eksitasi-
sendiri dari serabut S-A.

2. AV Node (Atrio-Ventricular Node)


Ujung serabut simpul S-A bersatu serabut otot atrium yang ada disekitarnya, dan pontensial yang berasal
dari simpul S-A berjalan ke luar, masuk tersebut. Dengan jalan ini, pontensial aksi menyebar ke seluruh
masa otot dan akhirnya juga ke simpul A-V. Kecepatan penghataran dalam otot atrium sekitar 0,3 meter
per detik. Tetapi, penghatar dalam otot atrium, sebagian diantaranya sedikit lebih cepat dalam beberapa
berkas kecil serabut otot atrium sebagian diantarnnya berjalan langsung dari simpul S-A ke simpul A-V
dan menghantarkan implus jantung dengan kecepatan sekitar 0,45 sampai 0,6 meter perdetik.Llintasan ini,
yang dinamakan lintasan inernodal.
Sel-sel dalam AV Node dapat juga mengeluar¬kan impuls dengan frekuensi lebih rendah dan pada SA
Node yaitu : 40 – 60 kali permenit. Oleh karena AV Node mengeluarkan impuls lebih rendah, maka
dikuasai oleh SA Node yang mempunyai impuls lebih tinggi. Bila SA Node rusak, maka impuls akan
dikeluarkan oleh AV Node.

3. Berkas His
Terletak di septum interventrikular dan bercabang 2, yaitu :
a. Cabang berkas kiri ( Left Bundle Branch)
Cabang berkas kanan ( Right Bundle Branch ). Setelah melewati kedua cabang ini, impuls akan
diteruskan lagi ke cabang-cabang yang lebih kecil yaitu serabut purkinye.
b. Serabut Purkinye
Serabut purkinye ini akan mengadakan kontak dengan sel-sel ventrikel. Dari sel-sel ventrikel impuls
dialirkan ke sel-sel yang terdekat sehingga seluruh sel akan dirangsang. Di ventrikel juga tersebar sel-sel
pace maker (impuls) yang secara otomatis mengeluarkan impuls dengan frekuensi 20 – 40 kali permenit.

Jantung merupakan sistem elektromekanikal dimana signal untuk kontraksi otot jantung timbul akibat
penyebaran arus listrik di sepanjang otot jantung.
Konsep automaticity mempunyai karakteristik berikut:
1. Sel jantung memiliki fungsi mekanik dan elektrik serta terdiri dari filamen-filamen kontraktil yang
jika terstimulasi akan saling berinteraksi sehingga sel miokard akan berkontraksi.
2. Kontraksi sel otot jantung yang berhubungan dengan perubahan muatan listrik disebut depolarisasi
dan pengembalian muatan listrik disebut repolarisasi. Rangkaian proses ini disebut potensial aksi.
3. Sel miokard bersifat depolarisasi spontan, yang berfungsi sebagai back up sel pacu jantung jika
terjadi disfungsi nodal sinus atau kegagalan propagasi depolarisasi dengan manifestasi klinis berupa
aritmia.
Sistem konduksi terdiri dari sel otot jantung yang memiliki sifat unik, terdiri dari:
1. Nodal Sinoatrial (SA)
a. Nodal SA merupakan sekumpulan sel yang terletak di bagian sudut kanan atas atrium kanan dengan
ukuran panjang 10-20 mm dan lebar 2-3 mm serta merupakan pacemaker jantung.
b. Nodal SA mengatur ritme jantung (60-100x/menit) dengan mempertahankan kecepatan depolarisasi
serta mengawali siklus jantung ditandai dengan sistol atrium.
c. Impuls dari nodal SA mentebar pertama sekali ke atrium kanan lalu ke atrium kiri (melalui berkas
Bachman) yang selanjutnya di teruskan ke nodal atrioventrikular (AV) melalui traktus internodal.
2. Nodal Atrioventrikular (AV)
a. Nodal AV terletak dekat septum interatrial bagian bawah, di atas sinus koronarius dan dibelakang
katup trikuspid yang berfungsi memperlambat kecepatan konduksi sehingga memberi kesempatan atrium
mengisi ventrikel sebelum sistol ventrikel serta melindungi ventrikel dari stimulasi berlebihan atrium
seperti pada fibrilasi atrial.
b. Nodal AV menghasilkan impuls 40-60x/menit dan kecepatan konduksi 0,05 meter/detik.
c. Impuls dari nodal AV akan diteruskan ke berkas His.
3. Sistem His-Purkinje
a. Berkas His terbagi atas berkas kanan dan kiri.
Berkas His kiri terbagi menjadi berkas anterior kiri, posterior dan septal.
b. Berkas kanan menyebabkan impuls listrik ke ventrikel kanan, sedangkan berkas kiri menyebarkan
impuls ke septum inter-ventrikel dan ventrikel kiri dengan kecepatan konduksi 2 meter/detik.
c. Berkas-berkas tersebut bercabang menjadi cabang-cabaang kecil atau serabut purkinje yang tersebar
mulai dari septum interventrikel sampai ke muskulus papilaris dan menghasilkan impuls 20-40x/menit
dengan kecepatan konduksi 4 meter/detik.
d. Impuls listrik menyebar mulai dari endokardium ke miokardium dan terakhir mencapai epikardium,
yang selanjutnya otot jantung akan bergerak (twisting) dan memompa darah keluar dari ruang ventrikel ke
pembuluh darah arteri.
Fase potensial aksi jantung
1. Fase 0:
Depolarisasi cepat (fase sodium channel): terjadi pemasukan cepat Na+ dari luar sel ke dalam sel melalui
saluran Na+ Ion K+ bergerak ke luar sel dan Ca++ bergerak lambat masuk ke dalam sel melalui saluran
Ca++. Sel akan terdepolarisasi dan dimulailah kontraksi jantung ditandai dengan kompleks QRS pada
elektrokardiogram (EKG). Selanjutnya terjadi repolarisasi segera yang terdiri dari 3 fase (fase 1,2 dan 3).
2. Fase 1:
Repolarisasi dini: saluran Na+ akan menutup sebagian sehingga memperlambat aliran Na+ ke dalam sel.
Pada saat bersamaan, Cl- masuk ke dalam sel dam K+ keluar melalui saluran K+. Alhasil terjadi
penurunan jumlah ion positif dalam sel yang menimbulkan gelombang defleksi negatif kecil pada kurva
potensial aksi.
3. Fase 2:
Fase plateau: Terjadi pemasukan lambat Ca++ ke dalam sel melalui saluran Ca++ Ion K+ terus keluar
dari sel melalui saluran K+. Fase ini ditandai dengan segmen ST pada EKG.
4. Fase 3:
Repolarisasi cepat akhir: Terjadi downslope potensial aksi, dimana K+ bergerak cepat keluar sel. Saluran
Ca++ dan Na+ tertutup sehingga Ca++ dan Na+ tidak bisa masuk ke dalam sel. Pengeluaran cepat K+
menyebabkan suasana elektrik di dalam sel menjadi negatif. Hal ini menjelaskan terjadi gelombang T
(repolarisasi ventrikel) pada EKG. Jika saluran K+ dihambat, terjadi pemanjangan potensial aksi.
5. Fase 4:
Resting membrane potential: kembali pada keadaan istirahat, Na+ dijumpai banyak di dalam sel serta K+
banyak diluar sel. Pompa Na+K+ akan diaktivasi untuk mengeluarkan Na+ dan memasukkan K+ ke
dalam sel. Jantung mengalami polarisasi ( siap untuk stimulus berikutnya).

BAB II

PEMBAHASAN

Sistem Ekskresi adalah sistem pengeluaran zat-zat sisa metabolisme yang tidak berguna

bagi tubuh dari dalam tubuh, seperti: Menghembuskan gas CO2 ketika kita bernafas Berkeringat

Buang air kecil (urine) . Sistem ekskresi membantu memelihara homeostasis dengan tigacara, yaitu

melakukan osmoregulasi, mengeluarkan sisa metabolisme, dan mengatur konsentrasi sebagian

besar penyusun cairan tubuh

Ekskresi merupakan proses pengeluaran zat sisa metabolisme tubuh, seperti CO2, H2O,

NH3, zat warna empedu dan asam urat. Zat hasil metabolisme yang tidak diperlukan oleh tubuh

akan dikeluarkan melalui alat ekskresi. Alat ekskresi yang dimiliki oleh mahluk hidup berbeda-

beda.semakin tinggi tingkatan mahluk hidup, semakin kompleks alat ekskresinya. Beberapa istilah

yang erat kaitannya dengan ekskresi :

• defekasi : yaitu proses pengeluaran sisa pencernaan makana yang disebut feses. Zat yang

dikeluarkan belum pernah mengalami metabolisme di dalam jaringan.Zat yang

dikeluarkan meliputi zat yang tidakl diserap usus sel epitel, usus yang rusak dan

mikroba usus.

• ekskresi : yaitu pengeluaran zat sampah sisa metabolisme yang tidak berguna lagi bagi

tubuh.

• sekresi : yaitu pengeluaran getah oleh kelenjar pencernaan ke dalam saluran pencernaan.
Getah yang dikeluarkan masih berguna bagi tubuh dan umumnya mengandun

genzim.

• eliminasi : yaitu proses pengeluaran zat dari rongga tubuh, baik dari rongga yang kecil

(saluran air mata) maupun dari rongga yang besar (usus)


Fungsi sistem ekskresi antara lain:

1. Membuang limbah yang tidak berguna dan beracun dari dalam tubuh

2. Mengatur konsentrasi dan volume cairan tubuh (osmoregulasi)

3. Mempertahankan temperatur tubuh dalam kisaran normal (termoregulasi)

4. Homeostasis

ORGAN-ORGAN DAN FUNGSINYA PADA SISTEM EKSKRESI

A. GINJAL

1. Struktur Ginjal

Alat pengeluaran (ekskresi) utama pada manusia adalah ginjal.Ginjal atau buah

pinggang manusia berbentuk seperti kacang merah, berwarna keunguan, dan berjumlah

dua buah.Bobot kedua ginjal orang dewasa antara 120-150 gram.Manusia memiliki

sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen.

Gambar 1. Struktur ginjal


Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut

kelenjarsuprarenal). Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh tulang rusuk ke

sebelas dandua belas.Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal

dan lemakpararenal) yang membantu meredam goncangan.

Pada bagian kulit ginjal (korteks) terdapat alat penyaring darah yang disebut nefron.

Glomerolus berupa anyamanpembuluh kapiler darah, sedangkan simpai bowman berupa

cawan berdinding tebal yangmengelilingi glomerolus.Saluran panjang yang

berlengkung (tubulus) dikelilingi oleh pembuluh kalpilerdarah. Tubulus yang letaknya

dekat badan malpighi disebut tubulus proximal. Tubulusyang letaknya jauh dari badan

malpighi disebut tubulus distal. Tubulus proximal dantubulus distal dihubungkan oleh

lengkung Henle atau angsa Henle.Tempat lengkung Henle bersinggungan dengan arteri

aferen disebut apparatusjuxtaglomerular, mengandung macula densa dan sel

juxtaglomerular.Sel juxtaglomerularadalah tempat terjadinya sintesis dan sekresi

renin.Cairan menjadi makin kental disepanjang tubulus dan saluran untuk membentuk

urin, yang kemudian dibawa kekandung kemih melewati ureter.Lengkung Henle ini

berupa pembuluh menyerupai leherangsa yang turun ke arah medula ginjal, kemudian

naik lagi menuju koretks ginjal.Bagian akhir dari tubulus ginjal adalah saluran (tubulus)

pengumpul yang terletak padasum-sum ginjal

Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks, bagian lebih dalam lagi disebutmedulla

(sum-sum ginjal).Bagian paling dalam disebut pelvis (rongga ginjal), pada bagian

medulla ginjal manusia dapat pula dilihat adanya piramida yang merupakan bukan

saluran pengumpul.Ginjal dibungkus oleh lapisan jaringan ikat longgar yang disebut

kapsula. Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut
korpuskula (atau badan malpighi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran (tubulus).

Setiap korpuskula mengandung gulungan kapiler darah yang disebut glomerulus yang

berada dalam kapsula Bowman.Setiap glomerulus mendapat aliran darah dari arteri

aferen.Dinding kapiler dari glomerulus memiliki pori-pori untuk filtrasi atau

penyaringan.Darah dapat disaring melalui dinding epitelium tipis yang berpori

dariglomerulus dan kapsula Bowman karena adanya tekanan dari darah yang

mendorongplasma darah. Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke dalan tubulus ginjal.

Darah yang telah tersaring akan meninggalkan ginjal lewat arteri eferen.

Di antara darah dalam glomerolus dan ruangan berisi cairan dalam kapsulBowman

terdapat tiga lapisan:

a. kapiler selapis sel endotelium pada glomerulus

b. lapisan kaya protein sebagai membran dasar

c. selapis sel epitel melapisi dinding kapsul Bowman (podosit).

Darah manusia melewati ginjal sebanyak 350 kali setiap hari dengan laju 1,2 literper

menit, menghasilkan 125 cc filtrat glomerular per menitnya. Laju penyaringan

glomerular ini digunakan untuk tes diagnosa fungsi ginjal.

2. Fungsi Ginjal

1. Menyaring dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme tubuh

2. Mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan

3. Reabsorbsi (penyerapan kembali) elektrolit tertentu yang dilakukan oleh bagian

tubulus ginjal

4. Menjaga keseimbanganan asam basa dalam tubuh manusia

5. Menghasilkan zat hormon yang berperan membentuk dan mematangkan sel-sel darah
merah (SDM) di sumsum tulang

3. Kerja Ginjal

A. Proses Pembentukan Urin

Ginjal berperan dalam proses pembentukan urin yang terjadi melalui serangkaian

proses, yaitu: penyaringan, penyerapan kembali dan pengumpulan (augmentasi).

1) Penyaringan (filtrasi)

Proses pembentukan urin diawali dengan penyaringan darah yang terjadi di kapiler

glomerulus. Sel-sel kapiler glomerulus yang berpori (podosit), tekanan

danpermeabilitas yang tinggi pada glomerulus mempermudah proses penyaringan.

Selain penyaringan, di glomelurus juga terjadi penyerapan kembali sel-sel darah,

keping darah, dan sebagian besar protein plasma.Bahanbahan kecil yang terlarut

di dalam plasma darah, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida,

bikarbonat dan urea dapat melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan.

Hasil penyaringan di glomerulus disebut filtrate glomerolus atau urin primer,

mengandung asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam lainnya.

2) Penyerapan kembali (reabsorbsi)

Bahan-bahan yang masih diperlukan di dalam urin pimer akan diserap kembali di

tubulus kontortus proksimal, sedangkan di tubulus kontortus distal terjadi

penambahan zat-zat sisa dan urea. Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua

cara. Gula dan asam amino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air

melalui peristiwa osmosis. Setelah terjadi reabsorbsi makatubulus akan

menghasilkan urin sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan

lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun


bertambah, misalnya urea.

Gambar 2. Struktur nefron pada ginjal manusia

3) Augmentasi

Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadidi

tubulus kontortus distal. Dari tubulus-tububulus ginjal, urin akan menuju rongga

ginjal, selanjutnya menuju kantong kemih melalui saluran ginjal. Urin akan keluar

melalui uretra.

4. Kandungan Urin

Urin yang normal mengandung bahan-bahan yaitu: air, urea dan amonia yang merupakan

sisa-sisa pembongkaran protein garam-garam mineral, terutama garam dapur (NaCl). Zat

warna empedu yang memberi warna kuning pada urin.Zat-zat yang berlebihan dalam

darah seperti vitamin D, vitamin C, obat-obatan dan hormon.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi urin

Urin yang dikeluarkan oleh ginjal sebenarnya sangat dipengaruhi oleh faktor dalam dan
luar dari individu yang bersangkutan.Faktor-faktor tersebut antara lain hormone

antidiuretik (ADH), hormon insulin, jumlah air yang diminum, dan faktor cuaca.

6. Gangguan pada ginjal

a. Batu ginjal

Batu ginjal adalah gangguan yang terjadi dengan gejala penggumpalan batu ginjal

karena terjadi stagnasi urin.Biasanya terjadi pada orang yang kurang minum sehingga

terjadi penggumpalan serta kristalisasi zat-zat yang seharusnya dibuang dari ginjal ke

luar tubuh.Batu ginjal merupakan batu yang terbentuk dari asam urat, kalsium, fosfat,

asam oksalat dan lain-lain yang terbentuk di dalam ginjal.Terbentuknya batu ginjal bisa

disebabkan karena urin terlalu pekat dan kurang minum.Batu ini bisa juga terbentuk di

dalam kantung kemih maupun ginjal itu sendiri.

b. Gagal Ginjal

Gagal ginjal adalah penyakit yang menyebabkan tidak terbentuknya urin (anuria)

sehingga apabila sudah akut /parah dapat menyebabkan nefritis, pendarahan dan

jantung berhenti bekerja / berfungsi secara tiba-tiba. Ginjal bisa kehilangan fungsinya

sehingga tidak bisa mengeluarkan zat-zat sisa metabolisme dari dalam tubuh, bahkan

zat-zat yang masih bisa dipergunakan tubuh seperti glukosa dan protein bisa ikut keluar

tubuh.Orang yang menderita kerusakan ginjal secara serius masih bisa menyaring

darahnya dengan ginjal buatan atau transplantasi ginjal. Proses ini disebut cuci darah

atau dialisis. Pada dialisis darah dipompa ke dalam saluran yang mengandung larutan

garam yang mirip dengan plasma darah.Zat sampah berdifusi dari saluran

yangmengandung darah dan dibersihkan oleh larutan garam.Darah bersih yang

tertinggal dikembalikan ke dalam vena.Seseorang yang hanya mempunyai satu ginjal


masih bisamenggunakan ginjal tersebut secara normal.Satu ginjal yang sehat dapat

mengerjakan pekerjaan dua ginjal.

c. Nefritis

Nefritis terjadi karena infeksi oleh bakteri Streptococcus pada nefron, bakteri ini masuk

melalui saluran pernafasan yang dibawa oleh darah ke ginjal. Akibat infeksi ini, protein

dan sel-sel darah akan keluar baersama urin. Kadar urea dalam darah menjadi tinggi

sehingga penyerapan air terganggu akibatnya air akan tertimbun di kaki (kaki penderita

bengkak). Penderita biasanya mengeluh seperti rasa dingin, demam, sakit kepala, sakit

punggung, udema (bengkak) pada bagian muka biasanya sekitar mata (kelopak), mual,

muntah-muntah dan sulit buang air kecil serta air seni menjadi keruh.

d. Sistis

Sistis adalah gangguan kelainan pada ginjal manusia yang berupa radang pada

membran mukosa yang menjadi pelapis kandung kemih.

e. Diabetes insipidus

Diabetes insipidus terjadi karena di dalam tubuh kekurangan hormon antidiuretik

(ADH) sehingga volume urin yang dihasilkan dapat mencapai 30 kali dari volume urin

normal.Akibatnya penderita menjadi sering buang air kecil.

f. Albuminaria

Penyakit ini disebabkan oleh kegagalan proses penyaringan protein, sehingga urin

mengandung protein.

g. Diabetes Melitus (kencing manis)

Diabetes melitus dapat disebabkan karena kekurangan insulin, akibatnya kadar glukosa

darah meningkat.
h. Anuria

Anuria merupakan kegagalan ginjal karena kerusakan di glomerolus, sehingga tidak ada

urin yang dihasilkan oleh penderita.

B. Kulit
Kulit merupakan lapisan tipis yang menutupi dan melindungi seluruh permukaan
tubuh.Selain berfungsi menutupi permukaan tubuh, kulit juga berfungsi sebagai alat
pengeluaran.Zat sisa yang dikeluarkan melalui kulit adalah air dan garam-garaman.Kulit
terdiri dari tiga lapisan, yitu lapisan kulit ari (epidermis), lapisan kulit jangat (dermis) dan
lapisan jaringan ikat bawah kulit.

Gambar 3.Struktur pada kulit manusia.

A. Bagian-bagian kulit

1. Kulit ari (epidermis)

Terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan tanduk dan lapisan malpighi. Lapisan tanduk
merupakan lapisannya yang terletak paling luar dan terdiri dari sel-sel mati.Lapisan

ini dapat mengelupas. Lapisan malpighi terletak dibawah lapisan tanduk dan terdiri

darisel-sel yang hidup. Lapisan malpighi mengandung pigmen melamin yang

berfungsi memberi warna pada kulit. Lapisan malpighi berfungsi juga melindungi

tubuh dari sengatan sinar matahari.

2. Kulit Jangat (Dermis)

Kulit janggat merupakan lapisan kulit yang terletak dibawah lapisan kulit ari.Di

dalam kulit jnggat terdapat kelenjar keringat, kelenjar minyak, pembuluh darah,

ujung-ujung saraf dan kantong rambut.Ujung saraf terdiri atas ujung saraf peraba

untuk mengenali rabaan, ujung saraf peras untuk mengenali tekanan dan ujung saraf

suhu untuk mengenali suhu.

a) kelenjar keringat

mengahasilkan keringat. Kelenjar keringat yang berbentuk tabung berbelit-belit

dan banyak jumlahnya, terletak disebelah dalam kulit jangat, bermuara diatas

pemukiman kulit didalam lekukan halus yang disebut pori. Ada beberpa

kelenjar keringat yang berubah sifatnya yang dapat dijumpai dikulit disebelah

dalam telinga, yaitu kelenjr serumen. Kelenjar sebasea ialah kelenjar kantong

didalam kulit. Bentuknya seperti botol dan bermuara didalam folikel rambut.

Kelenjar ini banyak terdapat diatas kepala dan muka, sekitar hidung, mulut dan

telinga, tetapi sama sekali tidak terdapat dalam kulit tapak tangan dan telapak

kaki. Kelenjarnya dan salurannya dilapisi epitel. Perubahan ini berakibat

sekresi berlemak yang disebut sebum

b) Saraf Indera
Ujung akhir saraf sensoris yaitu putting peraba terletak didalam kulit jangat atau

dermis. Ujung-ujung saraf indera perasa dan peraba meliputi ; peraba, perasa

panas, perasa dingin, perasa nyeri dan lain sebagainya.

c) Kantung Rambut

Di dalamnya terdapat akar rambut dan batang rambut. Di dekat akar rambut

terdapat otot polos yang merupakan otot penegak rambut dan terdapat pula

ujung saraf indera perasa nyeri. Bila tubuh kita kedinginan, maka otot penegak

rambut akan berkontraksi sehingga rambut akan berduri. Bila rambut dicabut

akan tersa nyeri. Untuk menjaga agar rambut tidak kering, disekitar rambut

terdapat kelenjar minyak. Akar rambut dapat mendapatkan makanan dari

pembuluh-pembuluh darah, sehingga memungkinkan rambut dapat tumbuh

terus.

3. Jaringan Ikat Bawah Kulit

Pada jaringan bawah kulit terdapat cadangan lemak.Lemak berfungsi sebagai

cadangan makanan dan pengendali suhu tubuh agar tetap hangat.

B. Fungsi Kulit

1. Organ pengantar panas

Suhu tubuh seseorang adalah tetap, walaupun terjadi perubahan suhu lingkungan.

Hal itu dipertahankan karena penyesuaian antara panas yang hilang dan panas yang

dihasilkan, yang diatur oleh pusat pengatur panas. Pusat ini segera menyadari bila

ada perubahan pada panas tubuh, karena suhu darah yang mengalir melalui sumsum

lanjutan atau medula oblongata. Suhu normal ( sebelah dalam) tubuh, yaitu suhu

visera dan otak ialah 360- 370 C. Suhu kulit sedikit lebih rendah.
2. Pelindung jaringan

Melindungi jaringan-jaringan sel yang terletak dibawahnya terdapat pengaruh-

pengaruh luar.

1) Melindungi jaringan-jaringan sel terhadap pukulan.

2) Mencegah penguapan air karena pengaruh suhu luar

3) Mencegah masuknya kuman-kuman penyakit.

3. Tempat penyimpanan

Kulit dan jaringan dibawahnya bekerja sebagai tempat penyimpanan air dan tempat

penyimpanan lemak yang utama pada tubuh.

4. Indera peraba

Rasa sentuhan yang disebabkan oleh ransangan pada ujung saraf didalam kulit

berbeda menurut ujung saraf yang diransang. Perasaan panas, dingin, sakit, semua ini

perasaan yang berlainan. Didalam kulit terdapat tempat –tempat tertentu, yaitu

tempat perabaan; beberapa sensitif (peka) terhadap dingin, terhadap panas, dan lain-

lain.

5. Alat pengeluaran

Kulit mengeluarkan zat-zat sampah yang terdapat dalam keringat. Keringat

adalah pengeluaran aktif dan kelenjar keringat dibawah pengendalian saraf simpatis.

Keringat terutama berisi larutan garam dengan konsentrasi kira-kira 1/3 dari yang ada

di dalam plasma.

6. Pembentuk vitamin

Tempat pembentuk vitamin D dengan bantuan sinar matahari. Kulit atau

integumen adalah organ uutama yang beruurusan dengan pelepasan panas dari
tubuh. Banyak panas juga hilang melalui paru-paru, dan sebagian kecil melalui tinja

(feses ) dan air kemih ( urine).

C. Proses Pembentukan Keringat

Bila suhu tubuh kita meningkat atau suhu udara di lingkungan kita tinggi, pembuluh-

pembuluh darah di kulit akan melebar. Hal ini mengakibatkan banyak darah yang

mengalir ke daerah tersebut.Pangkal kelenjar keringat berhubungan dengan pembuluh

darah maka terjadilah penyerapan air, garam dan sedikit urea oleh kelenjar

keringat.Kemudian air bersama larutannya keluar melalui pori-pori yang

merupakanujung dari kelenjar keringat.Keringat yang keluar membawa panas tubuh,

sehingga sangat penting untuk menjaga agar suhu tubuh tetap normal. Ketika suhu di

keliling kita panas maka kulit akan mengatur suhu tubuh dengan banyak

mengeluarkan keringat danurin yang dihasilkan lebih sedikit. Sebaliknya ketika suhu

dingin maka tubuh hanya sedikit memproduksi keringat dan pengeluaran air lebih

banyak melalui ginjal (urin).

D. Kelainan Pada Kulit

Kelainan pada kulit yang banyak dialami oleh para remaja adalah jerawat. Adatiga tipe

jerawat, yaitu:

a. Komedo

b. Jerawat biasa

c. Cystic Acne (Jerawat Batu/Jerawat Jagung)

C. Hati

Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh manusia, terletak di dalam ronggaperut
sebelah kanan, dibawah diafragma.Pada orang dewasa berat hati mencapai 2 kg.Hati

merupakan tempat untuk mengubah berbagai zat, termasuk racun. Seperti hati menerima

kelebihan asam amino yang akan diubah menjadi urea yang bersifat racun. Hati menjadi

tempat perombakan sel darah merah yang rusak menjadi empedu. Empedu yang dihasilkan

akan disimpan dalam kantong empedu (bilirubin).Bilirubin adalah produk utama dari

penguraian sel darah merah yang tua.Bilirubindisaring dari darah oleh hati, dan dikeluarkan

pada cairan empedu. Sebagaimana hati menjadi semakin rusak, bilirubin total akan

meningkat. Sebagian dari bilirubin total termetabolisme, dan bagian ini disebut sebagai

bilirubin langsung. Bila bilirubin langsung adalah rendah sementara bilirubin total tinggi,

hal ini menunjukkan kerusakan pada hati atau pada saluran cairan empedu dalam hati.

Bilirubin mengandung bahan pewarna, yang memberi warna pada kotoran (feses).Bila

tingkatnya sangat tinggi, kulit dan mata dapat menjadi kuning, yang mengakibatkan gejala

ikterus.Albumin adalah protein yang mengalir dalam darah.Albumin dibuat oleh hatidan

dikeluarkan pada darah.

Hati berwarna mera tua. Pada orang dewasa berat hati kira-kira 2 kg. Hati mempunyai

2 jenis persediaan darah, yaitu yang datang melalui arteri hepatica dan yang melalui vena

porta. Terdapat 4 pembuluh darah utama yang menjelajahi seluruh hati, 2 yang masuk,

yaitu arteri hepatica dan vena porta, dan 2 yang keluar, yaitu vena hepatica dan saluran

empedu. Pembuluh-pembuluh darah pada hati tersebut akan diuraikan sebagai berikut :

a) Arteri hepatica

Adalah arteri yang keluar dari aorta dan memberikan 1/5 darahhnya kepada hati. Darah

ini mempunyai kejenuhan oksigen 95-100 %.


b) Vena porta

adalah vena yang terbentuk dari lienalis dan vena mesentrica superior, mengantarkan

4/5 darah ke hati. Darah ini mempunyai kejenuhan oksigen hanya 70% sebab beberapa

oksigen telah diambil oleh limfa dan usus. Darah vena porta ini membawa kepada hati

zat makanan yang telah diserap oleh mukosa usus halus.

c) Vena hepatica

mengembalikan darah dari hati ke vena cava inferior. Di dalam vena hepatica tidak

etrdapat katup.

d) Saluran empedu

terbentuk dari penyatuan kapiler-kapiler empedu yang mengumpulkan empedu dari sel

hati.

1. Fungsi Hati

Adapun fungsi hati bagi tubuh sebagai berikut:

a. sebagai tempat untuk menyimpan gula dalam bentuk glikogen

b. menetralkan racun yang masuk ke dalam tubuh dan membunuh bibit penyakit

c. mengatur kadar gula dalam darah

d. sebagai tempat pengubahan provitamin A menjadi vitamin A

e. menghasilkan empedu yang berguna untuk mengemulsikan lemak

f. menguraikan molekul hemoglobin tua

g. menghilangkan hormon-hormon berlebihan

h. membentuk protein tertentu dan merombaknya

i. pembentukan dan pengeluaran lemak dan kolesterol.

2. Gangguan Hati
Hepatitis adalah peradangan pada sel-sel hati. Penyebab penyakit hepatitis yang utama

adalah virus. Virus hepatitis yang sudah ditemukan sudah cukup banyak dan digolongkan.

Beberapa jenis hepatitis yang saat ini harus diwaspadai adalah:

a. hepatitis A yang disebabkan oleh Virus Hepatitis A (VHA), penyakit ini menular

melalui makanan dan minuman.

b. hepatitis B yang disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB), penyakit ini dapat

menular melalui darah atau cairan tubuh yang terinfeksi, atau dari ibu ke bayi yang

dilahirkan.

c. hepatitis C yang disebabkan oleh Virus Hepatitis C (VHC), penyakit ini sama

denganhepatitis B yang ditularkan melalui cairan tubuh

D. PARU-PARU

Paru-paru berada di dalam rongga dada manusia sebelah kanan dan kiri yangdilindungi

oleh tulang-tulang rusuk.Paru-paru terdiri dari dua bagian, yaitu paru-paru kanan yang

memiliki tiga gelambir dan paru-paru kiri memiliki dua gelambir.Paru-paru sebenarnya

merupakan kumpulan gelembung alveolus yang terbungkus oleh selaput yang disebut

selaput pleura.Paru-paru merupakan organ yang sangat vital bagi kehidupan manusia karena

tanpa paru-paru manusia tidak dapat hidup.Dalam sistem ekskresi, paruparu berfungsi untuk

mengeluarkan karbondioksida (CO2) dan uap air (H2O).

1. Fungsi Paru-paru

Paru-paru merupakan organ yang sangat vital bagi kehidupan manusia karena tanpa paru-

paru manusia tidak dapat hidup. Dalam Sistem Ekskresi, paru-paru berfungsi untuk
mengeluarkan Karbondioksida (CO2) dan Uap air (H2O). Karbon dioksida dan air yang

dihasilkan pada setiap metabolisme karbohidrat dan lemak yang dikeluarkan dari sel-sel

jaringan tubuh dan masuk ke dalam aliran darah. Sel darah merah pada alveolus paru-

paru mengikat O2 dan ditransfer ke jaringan. Setelah membebaskan oksigen, sel-sel darah

merah menangkap karbon dioksida ini dengan proses berantai yang disebut “pertukaran

klorida”. Karbon dioksida larut menjadi asam karbonat. Proses pelarutan ini dipercepat

oleh enzim karbonat anhidrase. Sam karbonat akan terpisah lagi menjadi ion HCO3- dan

ion H+. ion hidrogen ini bersifat racun karena dapat mengubah pH darah. Oleh karena

itu, ion hidrogen segera diikat oleh hemoglobin. Ion bikarbonat keluar dari sel darah dan

digantikan kedudukannya oleh ion kloroid dalam darah. Dengan demikian CO2 akan

diangkut sebagian besar sebagai HCO3- dalam plasma darah, dan sebagian lagi (25%)

diikat oleh hemoglobin sebagai senyawa karbomino hemoglobin dan sedikit sekali

sebagai H2CO3 yang larut dalam plasma darah.

Kebalikan proses ini berlangsung di paru-paru. Di paru-paru, karbon dioksida (CO2)

dilepaskan dan oksigen diikat darah; ion klorid yang mula-mula masuk ke dalam sel

darah dikeluarkan lagi. Demikian pula air dikeluarkan dari paru-paru dalam bentuk uap

air.

2. Kelainan-kelainan pada paru-paru, diantaranya yaitu:

a. Asma atau sesak nafas, yaitu kelainan yang disebabkan oleh penyumbatan saluran

pernafasan yang disebabkan oleh alergi terhadap rambut, bulu, debu atau tekanan

psikologis.
b. Kanker paru-paru, yaitu gangguan paru-paru yang disebabkan oleh kebiasaan

merokok
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

System ekskresi pada manusia berupa ginjal, kulit, paru-paru, dan hati.Masing-masing organ tersebut,

bisa mengeluarkan sisa metabolisme dari dalam tubuh.

1. Ginjal

Ginjal merupakan alat ekskresi utama berjumlah sepasang dan terletak di kanan an kiri dekat

tulang pinggang. Dalam ginjal terjadi proses-proses pembentukan urine, yang meliputi

- Tahap filtrasi ( penyaringan)

- Tahap reabsorbsi ( penyerapan kembali)

- Tahap augmentasi (proses pengumpulan)

2. Kulit

Kulit merupakan lapisan terluar dari tubuh kita dan termasuk salah satu alat ekskresi. Kulit

memiliki struktur yang terdiri atas lapisan epidermis dan lapisan dermis. Pada lapisan dermis

terdapat akar rambut, kelenjar keringat, kelenjar minyak, pembuluh darah dan serabut

saraf.Dimana kulit mengeluarkan sisa metabolisme berupa air, urea dan garam.

3. Paru-paru

Paru-paru merupakan organ pernapasan dan juga organ ekskresi. Paru-paru mengeluarkan sisa

metabolisme berupa gas, CO dan H O.

4. Hati

Hati atau hepar merupakan organ terbesar dalam tubuh dan merupakan salah satu alat ekskresi

penting.Hati juga menghasilkan enzim orginase untuk menguraikan asam amino.

Nama Kelompok :
1. Nur Ali Zainuddin Patty
2. Nur Hikmawati
3. Nur Shifa
4. NurFadila
BAGIAN 2

SUB TOPIK/SUB JUDUL : Pengendalian Mutu Laboratorium


Sitohistoteknologi
:
URAIAN MATERI :
Menurut PERMENKES RI Nomor 411/MENKES/PER/III/2010 menyebutkan bahwa
Laboratorium patologi anatomik merupakan laboratorium yang melaksanakan pembuatan preparat
histopatologi, pulasan khusus sederhana, pembuatan preparat sitologik, dan pembuatan preparat
dengan teknik potong beku.
Di dalam laboratorium patologi anatomik kita mengenal dua komponen besar dalam pelayanan
laboratorium. Dua komponen besar tersebut adalah laboratorium histopatologi dan laboratorium
sitopatologi. Laboratorium histopatologi merupakan laboratorium yang menangani spesimen berupa
jaringan sedangkan laboratorium sitopatologi menangani spesimen berupa cairan atau bentukan lain
yang mengandung sel-sel untuk dilakukan diagnosis. Namun kadangkala kedua laboratorium tersebut
dapat berkolaborasi menjadi satu ketika spesimen berupa materi mengandung sel namun diperlakukan
seperti sebuah jaringan atau organ (cytoblock/sitoblok).

6. PENCEGAHAN KESALAHAN DI LABORATORIUM PATOLOGI ANATOMI


(SITOHISTOTEKNOLOGI)

Tujuan Keselamatan Pasien


Tujuan meliputi:
4. Tingkatkan keakuratan identifikasi pasien
5. Meningkatkan efektifitas komunikasi antar wali
6. Perbaiki keamanan penggunaan obat
7. Hilangkan prosedur operasi salah lokasi, salah pasien, salah prosedur
8. Gunakan / verifikasikan setidaknya dua pengenal pasien saat menyediakan layanan
laboratorium
9. Laporkan hasil kritis dari tes dan prosedur diagnostik secara tepat waktu
10. Mematuhi pedoman kebersihan tangan CDC atau WHO

Tujuan Pra Dan Pasca Analitik


1.Memberikan ID pasien & sampel yang benar
 Pada saat pengumpulan spesimen
 Pada saat analisis
 Pada saat pengiriman hasil
2.Memastikan verifikasi & komunikasi hasil laboratorium yang memerlukan tindakan pada bagian
merawat dokter, mis. termasuk:
d. Keganasan baru
e. Diagnosis penyakit menular yang memerlukan perawatan segera atau isolasi pasien
f. Nilai laboratorium kritis
3.Pastikan selisih waktu dilakukan sebelum prosedur dimulai
16. Persiapan uji yang benar
17. Posisi pasien benar
18. Tindakan pencegahan keselamatan berdasarkan riwayat pasien atau penggunaan
obat
4.Pastikan identifikasi, komunikasi dan koreksi kesalahan
5.Meningkatkan integrasi dan koordinasi peran keselamatan pasien laboratorium dalam organisasi dan
operasi kesehatan
6. Menyediakan daftar standar singkatan, akronim, dan simbol yang dapat diterima
7.Meningkatkan pendekatan komunikasi hand-off, dalam situasi klinis berisiko tinggi
8.Mengurangi risiko infeksi terkait perawatan kesehatan
Proses analitik dianggap menghasilkan lebih sedikit kesalahan daripada dua fase lainnya. Banyak
daerah analitik yang sudah banyak diliputi melalui proses QC/ QM
• Sertifikasi dewan
• Melanjutkan pendidikan / kompetensi

Siklus Uji Laboratorium


Tahap pra analitik :
3. Permintaan tes
4. Sampel dikumpulkan
5. Sampel diangkut

Tahap analitik :
9. Sampel diterima
10. Sampel diolah
11. Sampel dianalisis
12. Hasil diverifikasi

Tahap post analitik :


1. Pelaporan hasil
2. Interpretasi hasil

Tahap Pengujian Lab & Kesalahan Terkait


Tahap Pra-Analitik
 Proses yang terjadi sebelum spesimen diterima di laboratorium
 Masuk proses yang terjadi di tempat pengumpulan atau dalam perjalanan
 Clinically driven tahap pengujian
Diperkirakan memperhitungkan 40% kesalahan laboratorium

Kesalahan Pra-Analitik
1. Pengujian yang salah dipesan
2. Test permintaan hilang
3. Keaksi ID yang sabar
4. Data kesalahan persiapan
5. Mislabeling spesimen
6. Kesalahan contoh koleksi
7. Pengambilan sampel yang salah
8. Transport error

Fase Analitik
1. Proses yang terjadi sebagai bagian dari pengolahan atau analisis lab
2. Tahap pengujian berbasis laboratorium
3. Diperkirakan memperhitungkan 20% kesalahan terkait laboratorium
4. Kesalahan dalam fase ini adalah yang paling mudah bagi laboratorium untuk diidentifikasi dan
diperbaiki karena prosesnya terjadi di dalam lingkungan laboratorium

Kesalahan Analitik
4. Specimen pengolahan mix-up
5. Loss spesimen
6. Metode kegagalan
7. Kontaminasi selama pemrosesan
8. Selingkuhan dan interpretasi

Post-Analitik
C. Proses yang terjadi setelah analisis laboratorium spesimen / kasus
D. Menguji fase pengintaian. Diperkirakan memperhitungkan 40% kesalahan laboratorium

Kesalahan Post-Analitik
1. Transkripsi atau kesalahan klerus lainnya selama pembuatan laporan
2. Delay komunikasi hasil mendesak / signifikan
3. Pembayaran waktu yang tepat
4. Keuangan dalam penyampaian laporan (yaitu hasil uji hilang)
5. Salah interpretasi laporan

Faktor-faktor yang Menyumbang terhadap Kesalahan


3) Variabel masukan
 Tidak lengkap / riwayat pasien yang salah
 Penyimpanan pasien yang tidak benar / salah
4) Kompleksitas proses
5) Proses tidak konsisten
6) Intervensi manusia
7) Time constraints

Kesalahan Identifikasi, Pengurangan & Resolusi


Definisi Penting
 Error: "Kegagalan suatu tindakan yang direncanakan akan selesai seperti yang dimaksudkan
atau penggunaan rencana yang salah untuk mencapai suatu tujuan.”
5. Kesalahan Mayor - memiliki pengaruh besar pada terapi; dapat mengubah prognosis
penyakit
6. Kesalahan Minor - tidak memiliki efek utama pada terapi atau prognosis penyakit
7. Risk - "tunduk pada bahaya"
8. Prediksi dan pencegahan risiko dapat digunakan untuk mengurangi kesalahan medis /
laboratorium
Strategi Pengurangan Kesalahan Umum
 Mengembangkan sistem non-hukuman untuk melaporkan dan memantau
kesalahan
9. Untuk mengurangi cacat atau lubang pada sistem yang memungkinkan
terjadinya kesalahan
Mengulangi masalah berulang dengan proses dan / atau perbaikan lainnya
(lingkungan, penjadwalan, dll.
 Partisipasi dalam program pengujian dan akreditasi laboratorium
10. Strategi Reduksi Kesalahan Lanjutan
11. Mendukung proses klinis dan laboratorium
12. Mengandalkan ketergantungan pada memori dengan prosedur operasi standar
(SOP) dan daftar periksa
13. Mendapatkan staf klinis dan laboratorium tentang sumber kesalahan umum
14. Design untuk kesalahan dengan membuat langkah tinjauan ke dalam proses
15. Gunakan aplikasi komputer dengan kendala dan fungsi paksa untuk mencoba
proses proof error

Strategi Pengurangan Kesalahan Analitik


14. Metode kegagalan
16. Membentuk, mendokumentasikan dan mengkomunikasikan perawatan rutin
pealatan
15. Loss spesimen
17. Mendukung proses penyimpanan dan persiapan spesimen
18. Gunakan fitur pelacakan di sistem informasi laboratorium untuk
mendokumentasikan saat spesimen dikirim ke tempat lain

Strategi Analitik Cont


 Kontaminasi selama pemrosesan
 Miliki spesimen Non-GYN positif dan negatif secara terpisah
 Filter / ganti noda dan bersihkan instrumentasi lainnya secara teratur
 TeknisiTrain untuk mencari entitas yang tampak tidak pada tempatnya (sel dari situs
tubuh yang berbeda, di dataran fokal yang berbeda, tidak konsisten dengan sisa
spesimen)
 Strategi analitik cont
 Spesimen mix-up
3) Gunakan beberapa pengenal pasien
4) Print cukup label pasien untuk semua kontainer di depan agar tidak perlu mencetak lagi
nanti
5) Tidak banyak spesimen yang diproses dalam kap mesin pada satu waktu
6) Gunakan serbet / ember individu untuk menjaga semua bagian dari satu kasus yang
terkandung dan terpisah dari yang lain
7) Teknisi Train untuk membandingkan label kertas dengan informasi yang ditulis
langsung pada slide
8) Teknisi Train untuk melihat hal-hal yang tidak sesuai dengan situs tubuh atau
mencocokkan riwayat klinis yang diberikan

Strategi Analitik Cont.


1) Selingkuhan dan interpretasi
2) Perform diperlukan langkah QC/QM
3) Memberikan teknisi dengan umpan balik dan pelatihan yang memadai dan
berkesinambungan
Kesalahan laboratorium akan terjadi, namun bisa diminimalisir:
g. Pendidikan berjalan terus dalam mencegah kesalaha. Kesalahan terus menerus
kemungkinan disebabkan oleh proses yang salah
h. Manajemen sistem membantu memantau jenis dan frekuensi kesalahan

7. KONTROL KUALITAS PEWARNAAN


Pedoman Kontrol Kualitas
Membuat sediaan jaringan yang berkualitas sangat diperlukan untuk memperoleh hasil yang
meyakinkan dan akurat. Namun sayangnya, jaringan terkadang mengalami kerusakan saat proses
fiksasi, pematangan jaringan, pemotongan jaringan maupun pewarnaan. Seorang Teknisi
Laboratorium Patologi Anatomi harus bisa meminimalisir kerusakan pada jaringan dan memperbaiki
jika terjadi kerusakan. Hal tersebut dapat dicapai dengan melakukan kontrol kualitas pada suatu proses
pembuatan sediaan jaringan. Pada topik ini, akan dibahas mengenai kontrol kualitas pada pewarnaan
Hematoxylin Eosin sebagai pewarnaan
histopatologi yang sering dipakai.
Beberapa pedoman umum yang dapat dipakai untuk menilai kualitas H&E adalah sebagai
berikut:
a. Nukleus: zat warna dapat mewarnai nukleus menjadi biru dan dapat menunjukkan
membran nukleus, nukleoli, kromatin, dan nukleus yang vakuolar dan hiperkromatis.
b. Sitoplasma dan subtansi dasar lainnya: dapat mewarnai dan membedakan sitoplasma,
kolagen, otot, eritrosit, sel darah merah dan mucin dengan nuansa warna kemerahan.
c. Pada potongan usus, usus buntu dan paru-paru: dapat mewarnai mucin pada sel epitel,
apakah berwarna biru atau terang tergantung pada pH dari Hematoxylin.
MenurunkanpH biasanya dapat dilakukan dengan menambahkan asam asetat, hal ini
secara signifikan dapat mengurangi warna mucin.
d. Pewarnaan Hematoxylin yang terlalu teroksidasi akan menimbulkan warna coklat pada
elemen-elemen tertentu pada jaringan.
Teknisi Laboratorium Patologi Anatomi harus bisa membedakan antara serat otot dan kolagen,
otot akan berwarna merah lebih tua dari kolagen. Sel darah merah harus berwarna merah terang.
Penilaian nukleus akan tergantung pada jenis sel pada jaringan yang diwarnai. Adapun beberapa
pedoman kontrol kualitas harian pewarnaan H&E dapat dilakukan pada organ usus besar (kolon), kulit
dan ginjal.
a. Kolon: dapat membedakan serat otot dan kolagen. Pewarnaan mucin yang tidak tepat,
jika mucin terwarnai biru maka langkah yang dapat dilakukan adalah menurunkan pH
Hematoxylin. Pewarnaan yang jelas terhadap nukleus sel epitel vesikuler.
b. Kulit: dapat menunjukan butiran keratohialin yang berwarna biru, dapat membedakan
keratin dari kolagen dan saraf, memperlihatkan batas papiler pada dermis.
c. Ginjal: mengidentifikasi membranbasal dan tubulus kontortus. Ginjal mempunyai
keragaman sel yang luas dari mulai sel yang mempunyai kromatin padat (glomerulus)
hingga sel yang mempunyai kromatin seperti debu (selkuboidal di tubulus pengumpul).

Troubleshoot Pewarnaan Hematoxylin


Mengatasi Masalah Pewarnaan Eosin
RINGKASAN
Membuat sediaan jaringan yang berkualitas sangat diperlukan untuk memperoleh hasil yang
meyakinkan dan akurat. Hal tersebut bisa dicapai dengan mencegah kesalahan di laboratorium
patologi anatomi dan mengontrol kualitas dari suatu proses pewarnaan. Kesalahan yang terjadi di
laboratorium terjadi pada tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik. Pedoman kontrol kualitas
pewarnaan H&E secara umum adalah dengan memastikan bahwa inti sel (nukleus) berwarna biru saat
diwarnai Hematoxylin, sedangkan sitoplasma, jaringan ikat serta eritrosit berwarna oranye/merah saat
diwarnai Eosin. Organ yang dapat dijadikan kontrol kualitas sehari-hari pada pewarnaan H&E adalah
Kolon, Kulit dan Ginjal. sebagai Teknisi Laboratorium Patologi Klinik, jika terjadi masalah pada
pewarnaan H&E maka harus bisa mencari penyebabnya dan memperbaiki masalah tersebut.
LATIHAN PEMAHAMAN
 SOAL PILIHAN GANDA
c) Berikut adalah keselamatan pasien, kecuali ............
a. Tingkatkan keakuratan identifikasi pasien
b. Meningkatkan efektivitas komunikasi antar wali
c. Perbaiki keamanan penggunaan obat
d. Tidak melaporkan hasil kritis dari tes dan prosedur diagnostik
Jawab: d. Tidak melaporkan hasil kritis dari tes dan prosedur diagnostik

d) Salah satu siklus uji laboratorium dibawah ini adalah ........


a. Tahap Pra analitik
b. Tahap Administrasi
c. Tahap Sampling
d. Tahap Persiapan Pasien
Jawaban: a. Tahap Pra analitik
e) Kesalahan Pra analitik laboratorium dibawah ini, kecuali ........
a. Data kesalahan persiapan
b. Mislabeling spesimen
c. Spesimen pengolahan mix-up
d. Kesalahan contoh koleksi
Jawaban: c. Spesimen pengolahan mix-up
f) Beberapa pedoman kontrol kualitas harian pewarnaan H&E dapat dilakukan pada organ
berikut, kecuali......
a. Ginjal
b. Tulang
c. Kolon
d. Kulit
Jawaban: b. Tulang
g) Jika pada pewarnaan HE sitoplasma ikut terwarnai karena kurangnya waktu diferensiasi
dengan HCl, maka cara mengatasinya adalah .......
b. Gunakan konsentrasi HCl yang lebih tinggi
c. Tingkatkan waktu bilas; celupkan lebih banyak
d. Tingkatkan lagi diferensiasi; kurangi waktu pewarnaan atau encerkan
e. Ganti Eosin
Jawaban: c. Tingkatkan lagi diferensiasi; kurangi waktu pewarnaan atau encerkan

 SOAL ESSAY
 Seorang analis kesehatan di laboratorium patologi anatomi sebuah rumah sakit menerima
beberapa sampel jaringan. Analis tersebut kemudian memprose jaringan yang diterima
tanpa mengecek id pasien pada formulir dan label pada spesimen. Termasuk jenis
kesalahan apakah yang dilakukan analis tersebut?.........
Jawaban: Kesalahan Pra Analitik
 Seorang analis kesehatan laki-laki yang bekerja di salah satu laboratorium sitologi rumah
sakit swasta setiap harinya melakukan pewarnaan jaringan. Pewarnaan yang sering
dilakukan salah satunya adalah HE. Untuk menilai apakah reagen untuk pewarnaan
tersebut bagus, analis tersebut melakukan pewarnaan HE terhadap organ ginjal, kolon dan
kulit. Kegiatan yang dilakukan analis tersebut adalah........
Jawaban: Kontrol Kualitas Pewarnaan HE
GLOSSARIUM
 Hiperkromatik: berwarna lebih gelap dari sel normal.
 Hipokromatik: berwarna lebih terang dari sel normal.
 QC: seluruh kegiatan terencana dan sistematis yang dilaksanakan dengan menggunakan Sistem
Manajemen Mutu (SMM) untuk meyakinkan bahwa suatu produk (hasil) akan memenuhi
persyaratan tertentu.
 QM: kegiatan untuk mengarahkan dan mengendalikan suatu organisasi yang berkaitan dengan
mutu.
 Sitoplasma: bagian cair pada sel yang terbungkus oleh membran plasma.

Spesimen: Sekumpulan dari satu bagian atau lebih bahan yang diambil langsung dari sesuatu untuk
digunakan dalam pengujian, pemeriksaan, atau belajar.

Anda mungkin juga menyukai