Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

FRACTURE VERTEBRA LUMBAL 1

I. Konsep Dasar Medis


A. Defenisi
Fraktur adalah diskontinuitas jaringan tulang dan tulang rawan
(R.Syamsuhidayat,1997). Tanda-tanda khas terjadinya fraktur adanya
krepitasi, disfungsi serta dislokasi. Fraktur vertebra adalah terputusnya
discus invertebralis yang berdekatan dan berbagai tingkat perpindahan
fragmen tulang(Theodore, 1993) Fraktur atau patah tulang adalah
terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Lewis, 2000). Fraktur adalah
terpisahnya kontinuitas tulang normal yang terjadi karena tekanan pada
tulang yang berlebihan (Brunner and Suddarth 2002).
Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, fraktur
lumbal adalah kerusakan pada tulang belakang berakibat trauma,
biasanya terjadi pada orang dewasa laki-laki yang disebabkan oleh
kecelakaan, jatuh, dan perilaku kekerasan.
B. Etiologi
Penyebab terjadinya fraktur kompresi vertebra adalah sebagai
berikut:
1. Trauma langsung ( direct )
Fraktur yang disebabkan oleh adanya benturan langsung pada
jaringan tulang seperti pada kecelakaan lalu lintas, jatuh dari
ketinggian, dan benturan benda keras oleh kekuatan langsung.
2. Trauma tidak langsung ( indirect )
Fraktur yang bukan disebabkan oleh benturan langsung, tapi lebih
disebabkan oleh adanya beban yang berlebihan pada jaringan tulang
atau otot, contohnya seperti pada olahragawan yang menggunakan
hanya satu tangannya untuk menumpu beban badannya.

Laporan Pendahuluan Fraktur Vertebra Lumbal 1 Page 1


3. Trauma tidak langsung ( indirect )
Fraktur yang disebabkan oleh proses penyakit seperti osteoporosis,
penderita tumor dan infeksi.
Penyebab pokok dari fraktur kompresi lumbal adalah
osteoporosis. Pada wanita, faktor risiko utama untuk osteoporosis
adalah menopause, atau defisiensi estrogen. Faktor risiko lain yang
dapat memperburuk tingkat keparahan osteoporosis termasuk
merokok, aktivitas fisik, penggunaan prednison dan obat lain, dan gizi
buruk. Pada laki-laki, semua faktor risiko non-hormon di atas juga
berpengaruh. Namun, kadar testosteron rendah juga dapat
berhubungan dengan fraktur kompresi.
Gagal ginjal dan gagal hati keduanya terkait dengan osteopenia.
Kekurangan gizi dapat menurunkan remodeling tulang dan
meningkatkan osteopenia. Akhirnya, genetika juga memainkan peran
dalam pengembangan fraktur kompresi,risiko osteoporosis juga dapat
dilihat dari riwayat keluarga dengan keluhan serupa.
Keganasan dapat bermanifestasi awalnya sebagai fraktur
kompresi. Kanker yang paling umum di tulang belakang adalah
metastasis. Keganasan khas yang bermetastasis ke tulang belakang sel
ginjal, prostat, payudara, paru-paru dan, meskipun jenis lainnya dapat
bermetastasis ke tulang belakang. 2 hal keganasan tulang primer
paling umum adalah multipel myeloma dan limfoma.
Infeksi yang menghasilkan osteomyelitis dapat juga
mengakibatkan fraktur kompresi. Biasanya, organisme yang paling
umum dalam infeksi kronis adalah stafilokokus atau streptokokus.
Tuberkulosis bisa terjadi pada tulang belakang dan disebut penyakit
Pott.
C. Patofisologi
Menurut chairudin Rasjad (2012), menegaskan bahwa semua trauma
tulang belakang harus dianggap sebagai trauma yang hebat. Oleh karena
itu, klien harus diperlakukan secara hati – hati saat pertolongan pertama

Laporan Pendahuluan Fraktur Vertebra Lumbal 1 Page 2


dan dibawa ke rumah sakit dengan menggunakan transportasi. Trauma
pada tulang belakang dapat mengenai jaringan lunak pada tulang
belakang (ligamen dan diskus), tulang belakang dan sumsum tulang
belakang.
Penyebab trauma tulang belakang adalah kecelakaan lalu lintas,
kecelakaan olahraga, kecelakaan industri, kecelakaan lain seperti jatuh
dari pohon atau bangunan, luka tusuk, luka tembak, trauma kerana tali
pengaman (fraktur chance), kejatuhan benda keras. Sebagian besar
trauma tulang belakang yang mengenai tulang tidak disertai kelainan
pada sumsum tulang belakang disertai kelainan pada sumsum tulang
belakang.
Mekanisme trauma yang terjadi pada trauma tulang belakang adalah:
a. Fleksi.
Trauma terjadi akibat fleksi dan diserta dengan sedikit kompresi pada
vertebra. Vertebra mengalami tekanan berbentuk remuk yang dapat
menyebabkan kerusakan atau tanpa kerusakan ligamen posterior.
Apabila terdapat kerusakan ligamen posterior, fraktus bersifat tidak
stabil dan dapat terjadi subluksasi.
b. Fleksi dan rotasi.
Trauma jenis ini merupakan trauma fleksi yang bersama – sama
dengan rotasi. Pada trauma ini terdapat strain dan ligamen dan kapsul
serta ditemukan fraktur faset. Pada kejadian ini terjadi pergerakan ke
depan atau dislokasi vertebra diatasnya. Semua fraktur dislokasi
bersifat tidak stabil.
c. Kompresi vertikal (aksial).
Trauma vertikal yang secara langsung mengenai vertebra akan
menyebabkan kompresi aksial. Nukleus polposus akan memecahkan
permukaan serta badan vertebra secara vertikal. Material diskus akan
masuk dalam badan vertebra dan menyebabkan vertebra bisa menjadi
rekah (pecah). Pada trauma jenis ini elemen posterior masih utuh
sehingga fraktur yang terjadi bersifat stabil.

Laporan Pendahuluan Fraktur Vertebra Lumbal 1 Page 3


d. Hiperekstensi atau retroekstensi.
Biasanya terjadi hiperekstensi sehingga terjadi kombinasi distraksi
dan ekstensi. Keadaan ini sering ditemukan pada vertebra servikalis
dan jarang pada vertebra torakolumbalis. Ligammen anterior dan
diskus dapat mengalami kerusakan atau terjadi fraktur pada arkus
neuralis. Fraktur ini biasanya bersifat stabil.
e. Fleksi lateral
Kompresi atau trauma distraksi yang menimbulkan fleksi lateral akan
menyebabkan fraktur pada komponen lateral, yaitu pedikel, foramen
vertebra dan sendi laser.
f. Fraktur dislokasi
Trauma yang menyebabkan terjadinya fraktur tulang belakang dan
dislokasi pada tulang belakang.
Pada pasien dengan fraktur vertebra datang dengan nyeri tekan akut,
pembengkakan, spasme otot paravertebralis dan perubahan lengkungan
normal atau adanya gap antara prosesus spinosus. Nyeri akan memberat
saat bergerak, batuk atau pembebanan berat badan (Brunner dan
Suddarth, 2001; 2387). Trauma pada sumsum tulang belakang dapat
terjadi perdarahan pada sumsum tulang belakang yang disebut
hematomiela. Gejala yang penting adalah tetap adanya sensibilitas di
bawah trauma (pinprick perianal). Gejala yang paling sering terjadi
adalah sindrom sentral berupa paralisis layu yang diikuti paralisis lower
motor neuron anggota gerak atas dan paralisis upper motor neuron
(spastik) dari anggota gerak bawah disertai kontrol kandung kemih dan
sensibilitas perianal yang tetap baik. Trauma tulang belakang jika
mengenai:
a. Vertebra servikalis. Jika terjadi trauma pada vertebra servikalis, maka
dapat terjadi kelumpuhan otot pernapasan karena blok saraf simpatis
sehingga klien dapat mengalami gagal napas. Trauma vertebra
servikalis juga dapat menyebabkan quadiplegik dengan disfungsi
kedua lengan, kedua kaki, defekasi dan berkemih.

Laporan Pendahuluan Fraktur Vertebra Lumbal 1 Page 4


b. Vertebra torakolumbalis. Dapat terjadi paraplegi dan gangguna dalam
menelan.
c. Vertebra sakralis. Jika trauma terjadi pada vertebra ini akan terjadi
disfungsi bladder dan bowel. Trauma pada sakralis juga dapat
menyebabkan penis erection.
D. Manifestasi Klinis
Fraktur kompresi biasanya bersifat insidental, menunjukkan
gejala nyeri tulang belakang ringan sampai berat. Dapat
mengakibatkan perubahan postur tubuh karena terjadinya kiposis dan
skoliosis. Pasien juga menunjukkan gejala-gejala pada abdomen
seperti rasa perut tertekan, rasa cepat kenyang, anoreksia dan
penurunan berat badan. Gejala pada sistem pernafasan dapat terjadi
akibat berkurangnya kapasitas paru.
Hanya sepertiga kasus kompresi vertebra yang menunjukkan
gejala. Pada saat fraktur terasa nyeri, biasanya dirasakan seperti nyeri
yang dalam pada sisi fraktur. Jarang sekali menyebabkan kompresi pada
medulla spinalis, tampilan klinis menunjukkan gejala nyeri radikuler
yang nyata. Rasa nyeri pada fraktur disebabkan oleh banyak gerak,
dan pasien biasanya merasa lebih nyaman dengan beristirahat.Banyak
pasien yang mengalami fraktur kompresi vertebra akan menjadi
tidak aktif, dengan berbagai alasan antara lain rasa nyeri akan berkurang
dengan terlentang, takut jatuh sehingga terjadi patah tulang lagi.
Sehingga kurang aktif atau malas bergerak pada akhirnya akan
mengakibatkan semakin buruknya kemampuan dalam melakukan
aktifitas sehari-hari.
Apabila kerusakan tulang belakang setinggi vertebra L1-L2
mengakibatkan sindrom konus medullaris.Konus medullaris adalah ujung
berbentuk kerucut dari sumsum tulang belakang. Normalnyaterletak
antara ujung vertebra torakalis (T-12) dan awal dari vertebra lumbalis (L-
1),meskipun kadang-kadang konus medullaris ditemukan antara L-1 dan
L-2. Saraf yangmelewati konus medullaris mengontrol kaki, alat kelamin,

Laporan Pendahuluan Fraktur Vertebra Lumbal 1 Page 5


kandung kemih, dan usus.Gejala umum termasuk rasa sakit di punggung
bawah, anestesi di paha bagian dalam, pangkal paha; kesulitan berjalan,
kelemahan di kaki, kurangnya kontrol kandung kemih; inkontinensia
alvi, dan impotensi.

a. Gangguan motorik
Cedera medula spinalis yang baru saja terjadi, bersifat komplit dan terjadi
kerusakan sel-sel saraf pada medulla spinalisnya menyebabkan gangguan
arcus reflek dan flacid paralisis dari otot-otot yang disarafi sesuai dengan
segmen-segmen medulla spinalis yang cedera. Pada awal kejadian akan
mengalami spinal shock yang berlangsung sesaat setelah kejadian sampai
beberapa hari bahkan sampai enam minggu. Spinal shock ini ditandai
dengan hilangnya reflek dan flacid. Lesi yang terjadi di lumbal
menyebabkan beberapa otot-otot anggota gerak bawah mengalami flacid
paralisis.
b. Gangguan sensorik
Pada kondisi paraplegi salah satu gangguan sensoris yaitu adanya
paraplegic pain dimana nyeri tersebut merupakan gangguan saraf tepi
atau sistem saraf pusat yaitu sel-sel yang ada di saraf pusat mengalami
gangguan. Selain itu kulit dibawah level kerusakan akan mengalami
anaestesi, karena terputusnya serabut-serabut saraf sensoris.

Laporan Pendahuluan Fraktur Vertebra Lumbal 1 Page 6


c. Gangguan bladder dan bowel
Pada defekasi, kegiatan susunan parasimpatetik membangkitkan
kontraksi otot polos sigmoid dan rectum serta relaksasi otot spincter
internus. Kontraksi otot polos sigmoid dan rectum itu berjalan secara
reflektorik. Impuls afferentnya dicetuskan oleh ganglion yang berada di
dalam dinding sigmoid dan rectum akibat peregangan, karena penuhnya
sigmoid dan rectum dengan tinja. Defekasi adalah kegiatan volunter
untuk mengosongkan sigmoid dan rectum. Mekanisme defekasi dapat
dibagi dalam dua tahap. Pada tahap pertama, tinja didorong kebawah
sampai tiba di rectum kesadaran ingin buang air besar secara volunter,
karena penuhnya rectum kesadaran ingin buang air besar timbul. Pada
tahap kedua semua kegiatan berjalan secara volunter. Spincter ani
dilonggarkan dan sekaligus dinding perut dikontraksikan, sehingga
tekanan intra abdominal yang meningkat mempermudah dikeluarkannya
tinja. Jika terjadi inkontinensia maka defekasi tak terkontrol oleh
keinginan.
d. Gangguan fungsi seksual
Pasien pria dengan lesi tingkat tinggi untuk beberapa jam atau beberapa
hari setelah cidera. Seluruh bagian dari fungsi seksual mengalami
gangguan pada fase spinal shock. Kembalinya fungsi sexual tergantung
pada level cidera dan komplit/tidaknya lesi. Untuk dengan lesi komplet
diatas pusat reflek pada konus, otomatisasi ereksi terjadi akibat respon
lokal, tetapi akan terjadi gangguan sensasi selama aktivitas seksual.
Pasien dengan level cidera rendah pusat reflek sakral masih mempunyai
reflex ereksi dan ereksi psikogenik jika jalur simpatis tidak mengalami
kerusakan, biasanya pasien mampu untuk ejakulasi, cairan akan melalui
uretra yang kemudian keluarnya cairan diatur oleh kontraksi dari internal
bladder sphincter. Kemampuan fungsi seksual sangat bervariasi pada
pasien dengan lesi tidak komplit, tergantung seberapa berat kerusakan
pada medula spinalisnya. Gangguan sensasi pada penis sering terjadi

Laporan Pendahuluan Fraktur Vertebra Lumbal 1 Page 7


dalam hal ini. Masalah yang terjadi berhubungan dengan lokomotor dan
aktivitas otot secara volunter.
E. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu :9
a. Roentgenography : pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat
tulang vertebra untuk melihat fraktur dan pergeseran tulang vertebra

Fraktur Kompresi Vertebra Lumbal 1


b. Magnetic Resonance Imaging : pemeriksaan ini memberi informasi
detail mengenai jaringan lunak di daerah vertebra. Gambaran yang
akan dihasilkan adalah 3 dimensi. MRI sering digunakan untuk
mengetahui kerusakn jaringan lunak pada ligament dan diskus
intervertebralis dan menilai cedera medulla spinalis

MRI Fraktur Kompresi Lumbal 1

Laporan Pendahuluan Fraktur Vertebra Lumbal 1 Page 8


c. CT- Scan
CT scan sangat berguna dalam menggambarkan adanya fraktur dan
dapat memberikan informasi jika tentang adanya kelainan densitas
tulang. CT scan danMRI juga sangat penting dalam menentukan
diferensial diagnosis karena adanyapenyempitan kanalis spinal, dan
komposisi spesifik vertebra dapat digambarkan.
d. Single-Photon Emission Computed Tomography (SPECT)
Dapat juga digunakan dalam menentukan adanya fraktur dan tingkat
adanyaosteoporosis karena kemampuannya dalam menggambarkan
densitas tulang.
e. Scintigraphy
Merupakan suatu metode diagnostik yang menggunakan deteksi
radiasi sinar gamma untuk menggambarkan kondisi dari jaringan atau
organ, juga merupakancmetode yang penting untuk memprediksikan
hasil (outcome) dari beberapa teknik operasi.
F. Penatalaksanaan
a. Nyeri akut fraktur kompresi vertebra
Jika pada pasien tidak ditemukan kelainan neurologis, pengobatan
pada pasien dengan akut fraktur harus menekankan pada pengurangan
rasa nyeri, dengan pembatasan bedrest, penggunaan analgetik,
brancing dan latihan fisik.
1) Menghindari bedrest terlalu lama
Bahaya dari bedrest yang terlalu lama pada orang tua adalah,
meningkatkan kehilangan densitas tulang, deconditioning,
thrombosis, pneumonia, ulkus dekubitus, disorientasi dan depresi.
2) Analgetik
Analgetik digunakan untuk mengurangi rasa nyeri, biasa
diberikan sebagai terapi awal untuk menghindari dari bedrest
yang terlalu lama.
3) Calcitonin, diberikan secara subkutan, intranasal, atau perrektal
mempunyai efek analgetik pada fraktur kompresi yang

Laporan Pendahuluan Fraktur Vertebra Lumbal 1 Page 9


disebabkan oleh osteoporosis dan pasien dengan nyeri tulang
akibat metastasis.
4) Bracing
Bracing merupakan terapi yang biasa dilakukan pada manegemen
akut non operatif. Ortose membantu dalam mengontrol rasa nyeri
dan membantu penyembuhan dengan menstabilkan tulang
belakang. Dengan mengistirahatkan pada posisi fleksi, maka akan
mengurangi takanan pada kolumna anterior dan rangka tulang
belakang.Bracing dapat digunakan segera, tetapi hanya dapat
digunakan untuk dua sampai tiga bulan. Terdapat beberapa tipe
ortose yang tersedia untuk pengobatan.
5) Vertebroplasty
Vertebroplasty dilakukan dengan menempatkan jarum biopsy
tulang belakang kedalam vertebra yang mengalami kompresi
dengan bimbingan fluoroscopy atau computed tomography.
Kemudian diinjeksikan Methylmethacrylate kedalam tulang yang
mengalami kompresi. Prosedur ini dapat menstabilkan fraktur dan
megurangi rasa nyeri dengan cepat yaitu pada 90% 100% pasien.
Tetapi prosedur ini tidak dapat memperbaiki deformitas yang
terjadi pada tulang belakang.

Teknik Vertebroplasty
6) Kypoplasty
Prosedur ini dilakukan dengan menyuntikkan jarum yang
berisikan tampon kedalam tulang yang mengalami fraktur. Insersi
jarum tersebut akan membentuk suatu kavitas pada tulang

Laporan Pendahuluan Fraktur Vertebra Lumbal 1 Page 10


vertebra. Kemudian kavitas tersebut diisi dengan campuran
methylmetacrylate dibawah tekanan rendah.

Gambar 2.13. Teknik Kypoplasty


b. Penatalaksanaan nyeri kronis
Nyeri kronis umumnya biasa dialami oleh pasien dengan
multipel fraktur, penurun tinggi badan, dan kehilangan densitas
tulang. Pada pasien-pasien ini, sangat dianjurkan untuk tetap aktif
melakukan pelemasan otot dan program peregangan, seperti program
yang berdampak ringan seperti berjalan dan berenang. Sebagai
tambahan obat penghilang rasa sakit, pemeriksaan nonfarmakologis
seperti stimulasi saraf listrik transkutaneus, aplikasi panas dan
dingin, atau penggunaan bracing, dapat menghilangkan rasa sakit
sementara. Aspek psikologis dari rasa nyeri yang kronis dan
kehilangan fungsi fisiologis harus diterangkan dalam konseling, jika
perlu, dapat diberikan antidepresan.
c. Pencegahan fraktur tambahan
1) Sebagian besar pasien dengan fraktur akibat osteoporosis akut
harus diberikan terapi osteoporosis secara agresif.
2) Pemeriksaan bone densitometry sebaiknya dilakukan pada pasien
dengan fraktur kompresi dan sebelumnya diduga mengalami
kehilangan massa tulang.
3) National Osteoporosis Foundation menganjurkan semua wanita
yang mengalami fraktur spiral dan densitas mineral tulang
harus diberikan terapi seperti osteoporosis.

Laporan Pendahuluan Fraktur Vertebra Lumbal 1 Page 11


4) Diet suplemen vitamin D dan kalsium harus optimal.
Bisphosponates (alendronate, risendronate) mengurangi insidensi
terjadinya fraktur vertebra baru sampai lebih dari 50%.
5) Raloxifene, merupakan modulator estrogen selektif,
menunjukkan dapat mengurangi terjadi fraktur vertebra 65%
pada tahun pertama dan sekitar 50% pada tahun ketiga.
6) Kalsitonin menunjukkan penurunan resiko terjadinya fraktur
vertebra baru sekitar 1 dari 3 wanita yang mengalami fraktur
vetebra.
7) Teriparatide (fortoe), merupakan preparat hormon paratiroid
rekombinan diberikan secara subkutan. Obat ini juga
menunjukkan rendahnya resiko terjadinya fraktur vertebra dan
meningkatkan densitas tulang pada wanita postmenopause
dengan osteoporosis. Obat ini bekerja pada osteoblast untuk
menstimulasi pembentukan tulang baru.
G. Komplikasi
Apakah fraktur kompresi vertebra menunjukkan gejala atau tidak,
komplikasijangka panjangnya sangat penting. Konsekuensinya dapat
dikategorikan sebagai biomekanik, fungsional, dan psikologis.9
a. Biomekanik
Pada beberapa pasien yang mengalami pemendekan segmen
torakolumbal yang signifikan, costa bagian terbawah akan bersandar
padapevis, menyebabkan terjadinya abdominal discomfort. Gejala-
gejala pada gangguanabdomen dapat berupa anoreksia yang dapat
mengakibatkan penurunan berat badan,terutama pada pasien yang
berusia lanjut. Konsekuensi pada paru akibat adanyafraktur kompresi
pada vertebra dan kyposis umumnya ditandai dengan penyakit
parurestriktif dengan penurunan kapasitas vital paru. Dalam
persamaan, setiap frakturmenurunkan kapasitas vital 9%.
Meningkatkan resiko terjadinya fraktur. Karenaterjadinya kyposis,
maka beban berlebih akan ditopang oleh tulang

Laporan Pendahuluan Fraktur Vertebra Lumbal 1 Page 12


disekitarnya,ditambah lagi dengan adanya osteoporosis semakin
meningkatkan resiko terjadinyafraktur. Adanya satu atau lebih
vertebra mengalami fraktur kompresi semakinmeningkatkan adanya
fraktur tambahan lima kali lipat dalam satu tahun.
b. Fungsional
Pasien yang mengalami fraktur kompresi memiliki level yang lebih
rendahdalam performa fungsional dibandingkan dengan kontrol,
lebih banyakmembutuhkan pembantu, pengalaman lebih sering
mengalami sakit saat bekerja, danmengalami kesulitan dalam
menjalani aktivitas sehari-hari. Penelitian terbaru padapasien-pasien
ini memiliki nilai yang rendah pada indeks kulalitas hidup
yangberhubungan dengan kesehatan berdasarkan fungsi fisik, status
emosi, gejala klinisdan keseluruhan performa fungsional. Oleh
karena itu, banyak pasien yangmengalami fraktur kompresi
vertebra akan menjadi tidak aktif, dengan berbagaialasan antara
lain rasa nyeri akan berkurang dengan terlentang, takut jatuh
sehinggaterjadi patah tulang lagi. Sehingga kurang aktif atau malas
bergerak pada akhirnyaakan mengakibatkan semakin buruknya
kemampuan dalam melakukan aktifitassehari-hari.
c. Psikologis
Kejadian depresi meningkat sampai 40% pada pasien yang menderita
frakturkompresi vertebra, akibat nyeri kronis, perubahan bentuk
tubuh, detorientasi dalamkemampuan untuk merawat diri sendiri, dan
akibat bedrest yang lama. Pasien yangmengalami depresi biasanya
yang mengalami lebih dari satu fraktur dan akanmenjadi cepat tua
dan terisolasi secara sosial
H. Pencegahan
a. Hindari aktifitas fisik berat
b. Olah raga seperti jogging dan berjalan cepat
c. Jaga asupan kalsium (sayuran hijau, susu tinggi kalsium dll)
d. Hindari defisiensi vitamin D

Laporan Pendahuluan Fraktur Vertebra Lumbal 1 Page 13


e. Nutrisi dengan diet tinggi protein
f. Berjemur pada pagi dan sore hari
g. Diperlukan pendamping untuk usia lanjut
h. Memperhatikan lingkungan dan berbagai penyebab untuk
menghindari berulangnya jatuh
II. Konsep Dasar Keperawatan
A. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
a. Respon
Cek respon, dengan memanggil nama klien, menggoyangkan
badan, dan member rangsang nyeri.
b. Airways
- Bagaimana jalan nafas
- bisa berbicara secara bebas
- Adakah sumbatan jalan nafas (darah, lendir, makanan,
sputum)
c. Breathing
- Bagaimana frekuensi pernafasan, teratur atau tidak,
kedalamannya
- Adakah sesak nafas, bagaimana bunyi nafas
- Apakah menggunakan otot tambahan
- Apakah ada reflek batuk
d. Circulation
- Bagaimana nadi, frekuensi, teratur atau tidak, lemah atau kuat
Berapa tekanan darah
- Akral dingin atau hangat
- capillary refill < 3 detik atau > 3 detik, warna kulit,
produksi urin

Laporan Pendahuluan Fraktur Vertebra Lumbal 1 Page 14


2. Pengkajian Sekunder
 Pemeriksaan fisik:
a. Keadaan umum
b. Kepala : bagaimana bentuk kepala, rambut mudah
dicabut/tidak, kulit kepala bersih/tidak
c. Mata : konjungtiva anemis +/-, sclera icterik +/-, besar
pupil, refleks cahaya +/-
d. Hidung :bentuk simetris atau tidak, discharge +/-,
pembauan baik atau tidak.
e. Telinga : simetris atau tidak, discharge +/-
f. Mulut : sianotik +/-, lembab/kering, gigi caries +/-
g. Leher : pembengkakan +/-, pergeseran trakea +/-
h. Dada
- Paru
Inspeksi : simetris atau tidak, jejas +/-, retraksi intercostal
Palpasi : fremitus kanan dan kiri sama atau tidak
Perkusi : sonor +/-, hipersonor +/-, pekak +/-
Auskultasi : vesikuler +/-, ronchi +/-, wheezing +/-,
crekles +/
- Jantung
Inspeksi : ictus cordis tampak atau tidak
Palpasi : dimana ictus cordis teraba
Perkusi : pekak +/-
Auskultasi : bagaimana BJ I dan II, gallops +/-, mur-mur
+/-
i. Abdomen
Inspeksi : datar +/-, distensi abdomen +/-, ada jejas +/-
Auskultasi : bising usus +/-, berapa kali permenit
Palpasi : pembesaran hepar / lien
Perkusi : timpani +/-, pekak +/-
j. Genetalia : bersih atau ada tanda – tanda infeksi

Laporan Pendahuluan Fraktur Vertebra Lumbal 1 Page 15


k. Ekstremitas :
- Adakah perubahan bentuk: pembengkakan, deformitas,
nyeri, pemendekan tulang, krepitasi
- Adakah nadi pada bagian distal fraktur, lemah/kuat
- Adakah keterbatasan/kehilangan pergerakan
- Adakah spasme otot, ksemutan
- Adakah sensasi terhadap nyeri pada bagian distal fraktur
- Adakah luka, berapa luasnya, adakah jaringan/tulang
yang keluar
 Psikologis :
a. Cemas
b. Denial
c. Depresi
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelumpuhan otot
diafragma
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
neuromuskuler
C. Intervensi Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelumpuhan otot
diafragma
NOC
a. Respiratory status : Ventilation
b. Respiratory status : Airway patency
c. Vital sign Status
Dengan kriteria hasil:
a. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,
tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

Laporan Pendahuluan Fraktur Vertebra Lumbal 1 Page 16


b. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak
ada suara nafas abnormal
c. Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi,
pernafasan
NIC
a. Pertahankan jalan nafas; posisi kepala tanpa gerak.
b. Berikan oksigen dengan cara yang tepat
c. Lakukan penghisapan lendir bila perlu, catat jumlah, jenis dan
karakteristik sekret.
d. Kaji fungsi pernapasan.
e. Auskultasi suara napas.
f. Observasi warna kulit.
g. Lakukan pengukuran kapasitas vital, volume tidal dan kekuatan
pernapasan.
h. Pantau analisa gas darah.
Kaji tanda-tanda vital
2. Nyeri akut/kronis b.d agen cidera: fisik
NOC
a. Pain level
b. pain control
c. comfort level dengan criteria:
Kriteria hasil:
a. Menggunakan skala nyeri untuk mengidentifikasi nyeri yang
dirasakan
b. Mendiskripsikan cara manajemen nyeri
c. Mengungkapkan kemampuan tidur dan istirahat
d. Mendiskripsikan terapi non farmakologi untuk mengontrol
nyeri

Laporan Pendahuluan Fraktur Vertebra Lumbal 1 Page 17


NIC
a. Kaji karakteristik nyeri yang dialami klien
b. Observasi ketidak nyamanan non verbal terhadap nyeri
c. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
d. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
e. Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk klien
f. Berikan analgetik untuk mengurangi rasa nyeri
g. Ajarkan tehnik nonfarmakologi untuk mengatasi nyeri
h. Kaji tipe dan sumber nyeri
i. Monitor ttv sebelum dan sesudah pemberian analgetik
3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
neuromuskuler
NOC
a. Joint Movement : active
b. Mobility level
c. Self care : ADls
d. Transfer performance
Kriteria hasil:
a. Klien meningkat dalam aktivitas fisik
b. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
c. Menverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan
kemampuan berpindah
d. Memperagakan penggunaan alat
e. Bantu untuk mobilisasi(walker)
NIC
a. Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon
pasien saat latihan
b. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai
dengan kebutuhan
c. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah
terhadap cedera

Laporan Pendahuluan Fraktur Vertebra Lumbal 1 Page 18


d. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi
e. Kaji kemampuan klien dalam mobilisasi
f. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADls secara mandiri
sesuai kemampuan
g. Dampingindan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan ADls
h. Berikan alat bantu jika klien memerlukan
i. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan

Laporan Pendahuluan Fraktur Vertebra Lumbal 1 Page 19


DAFTAR PUSTAKA

1. Jong WD, Samsuhidayat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC, 2005.

2. Andrew L Sherman, MD, MS; Chief Editor: Rene Cailliet, MD. Lumbar
Compression Fracture. (diakses tanggal 17 Juli 2014). Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/309615-overview

3. Rasjad, C. Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi. Jakarta : PT. Yarsif Watampone.


2007.

4. Young W. Spinal cord injury level and classification (serial online) 2000
(diakses 10 April 2012); Diunduh dari: URL:
http://www.neurosurgery.ufl.edu/Patients/fracture.shtml

5. Hanna J, Letizia M. Kyphoplasty: A treatment for osteoporotic vertebral


compression fractures. nursing journal center (serial online) 2007 ( diakses 10
April 2012); Dunduh dari: URL:
http://www.nursingcenter.com/library/journalarticle.asp?article_id=755899.

6. Pearce, Evelyn C., Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Jakarta : PT


Gramedia Pustaka Utama. 2006. Hal 89

7. Philips W. Ballinger, M.S., R.T.(R). (1995), Merrill’s Atlas of Radiographic


Positions and Radiologic Prosedures. Ohio : Mosby-Year Book.

8. Apley graham and Solomon Louis. Ortopedi Fraktur System Apley;


edisiketujuh. Jakarta: Widya medika, 1995.

9. Aron B, Walter CO. Vertebral compreesion fractures : treatment and


evaluation (serial online) 2006 ( diakses 10 April 2012); Diunduh dari: URL:
http://bjr.birjournals.org/cgi/reprint/75/891/207.pdf.

Laporan Pendahuluan Fraktur Vertebra Lumbal 1 Page 20

Anda mungkin juga menyukai