Anda di halaman 1dari 8

9. Pemeriksaan Penunjang.

Pemeriksaan laboratorium pada pasien anemia menurut (Doengos 1999 : 572) :


a. Jumlah darah lengkap

: Hemoglobin dan hematokrit menurun.

b. Jumlah eritrosit

: Menurun (AP), menurun berat (aplastik), MCV


(volume korpuskular rerata ) dan MCH (Hemoglobin
Korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan
eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Nilai
normal eritrosit : 3,9 juta/ml pada wanita, 4,1-6
juta/ml pada pria.

c. Jumlah retikulosit

: menurun, meningkat pada respon sumsum tulang


terhadap kehilangan darah (hemodisis)

d. LED meningkat menunjukkan adanya reaksi inflamasi.


e. Masa hidup sel darah merah pendek <120 hari.
f. Tes kerapuhan eritrosit
g. SDP

: jumlah sel total sama dengan sel darah merah normal


mungkin rendah dan meningkat.

h. Jumlah trombosit

: menurun (aplastik)
meningkat (DB)
normal atau tinggi (hemolitik)

i. Hemoglobin elektropoisis

: Mengidentifikasi struktur dan tipe hemoglobin.

j. Bilirubin serum

: Meningkat

k. Folat serum dan B12

: Mengidentifikasi defisiensi masalah / absorsi

l. Besi serum

: ADB tidak ada, meningkat (hemolitik)

m. TBC serum

: Meningkat

n. Feritin serum

: Meningkat

o. Masa perdarahan memanjang pada anemia aplastik.


p. Tes schilling

: penurunan sekresi B12, urine, feses, dan isi gaster


menunjukan perdarahan kronis atau akut.

q. Guaiak

: mungkin positif untuk darah urine.

r. analisa gaster

: penurunan sekresi dengan peningkatan PH dan tidak


adanya asam hidroklorik bebas.

s. Aspirasi sumsum tulang/ pemeriksaan / biopsies : untuk membedakan tipe anemia

t. Pemeriksaan andoskopik dan radiologi : memeriksa sisi perdarahan. Misal : pada


perdarahan system GI.

10. Penatalaksanaan.
Terapi yang di berikan pada pasien anemia berbeda-beda tergantung dari jenis dan tipe
anemia. Berikut penjelasan :
a. Anemia defisiensi besi.
- Terapi Kausal : diobati penyebab pendarahan , missal : hemoroid bila tidak
dilakukan terpi kausal anemia akan kambuh.
- Pemberian preparat besi : besi oral ferious sulpat 3x2 mg. Besi parenteral
diindikasikan pada pasien intoleransi obat berat, colitis useratif dan perlu peningkatan
besi secara tepat (bumil, preoperasi) preparat yang tersedia iron dextrancomplex, iron
sorbital citric acid complex di berikan sampai 6 bulan.
- Diet vitamin c, transfuse darah sebagai pengobatan tambahan.
b. Anemia Penyakit Kronis.
-Obati penyakit dasar
-Transfusi jarang pada derajat anemia ringan.
-Pemberian elektropoited untuk menaikan kadar hb.
-Jika anemia disertai defisiensi preparat besi, berikan besi dan hentikan apabila
Hb : 9-10 g/dl (Bakta, 2013,41).
c. Anemia Sideroblastik.
-Transfusi darah
-Pemberian vitamin B6
d. Anemia Megaloblastik
-Jika defisiensi B12 ; hydroxycobalamin 1 m 200mg/ hari
-Jika defisiensi asam folat : berikan asam folat 5 mg/ hari selama 4 bulan.
-Observasi respon terhadap terapi ; Hb harus baik 2 3 g/dl tiap 2 minggu
(Bakta,2013 :48 )
e. Anemia Pernisiosa.
- Terapi pemberian B12
-Terapi pemeliharaan.
- Monitor adanya kemungkinan karsinoma (Bakta 2003, 49)

f. Anemia Hemolitik
- Terapi gawat darurat ; pada hemolisis intravascular terjadi syok dan gagal ginjal
akut, pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
- Terapi suportif Simtomatik : untuk mendeteksi hemolisis terutama di
limpa.Pada anemia hemolitik heredifer harus di berikan transfuse darah. Pada anemia
hemolitik kronik dianjurkan pemberian asam folat 0, 15 0,3 mg/hari.
(Bakta, 2003: 69)

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN.


1. Pengkajian.
Pengkajian pasien dengan anemia (Doengos. 2000 :569) meliputi :
a. Aktivitas/ istirahat.
Gejala
: keletihan, kelemahan, malasia umum, penurunan semangat,
kehilangan produktifitas, toleransi aktifitas rendah, istirahat dan tidur lebih banyak.
Tanda
: Takikardi/ takipnue, menarik diri, apatis, dispnue pada waktu
istirahat, kurang tertarik pada lingkungan, kelemahan otot dan penurunan kekuatan,
Afaksia, tubuh tidak tegak, bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat dengan
tanda- tanda yang menunjukan keletihan.
b. Sirkulasi
Gejala
: Riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI,
angina CHF (akibat kerja jantung yang berlebih). Riwayat endokarditis infektif kronis,
palpitasi.
Tanda
: TD meningkat, hipotensi postural, distrimia abnomalitas EKG,
depresi segmen ST dan pendataran/ depresi gelombang T, takikardi, bunyi jantung
murmur sistolik. Ekremitas : warna pucat pada kulit dan membrane mukosa. Sklera : biru
atau putih seperti mutiara, CRT > 2 detik kuku mudah patah, rambut kering dan mudah
putus, menitis tubuh uban secara premature.
c. Integritas ego.
Gejala
: transfuse darah.
Tanda

: Keyakinan agama/ budaya menghalangi pengobatan. Misalnya


: Depresi.

d. Eliminasi.
Gejala
: Flatulen, hematemesis, melena, diare, atau konstipasi
penurunan haluaran urine.
Tanda

: Distensi abdomen.

e. Makanan dan cairan.


Gejala
: penuruna masukan diet protein hewani rendah nyeri mulut
atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual muntah dyspepsia, anoreksia, BB
menurun.
Tanda
: lidah tampak merah daging, halus, membrane mukosa kering,
pucat, turgor kulit buruk, kering tampak kusut, elastisitas stomatitis.
f. Neurosensori.
Gejala
: sakit kepala, pusing, vertigo, penurunan penglihatan ,
kelemahan ekstremitas, keseimbangan buruk, kaki gajah.
Tanda

: peka rangsang, gelisah , depresi, cenderung banyak tidur,

apatis.
g. Nyeri/ kenyamanan.
Gejala

: sakit kepala.

h. Pernafasan.
Gejala

: riwayat TB, abses paru nafas pendek pada istirahat.

Tanda

: takipnea, disneu

i. Keamanan.
Gejala
sering inspeksi.

: Tidak toleran terhadap nyeri atau panas gangguan penglihatan

Tanda
(aplastik)

: demam, mengigil, berkeringat malam, petekie dan ekimosis

j. Seksualitas.
Gejala
impoten.
Tanda

: penurunan libido, perubahan aliran menstruasi, monororgi


: serviks 2 dinding vagina pucat.

2. Diagnosa Keperawatan.
1. Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi ditandai dengan dispnue.
2. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d penurunan O2 ke otak ditandai
dengan penurunan kesadran nyeri kepala.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kegagalan untuk
mencerna makanan yang di perlukan dalam pembentukan sel darah merah d.d mual
muntah, anoreksia, BB menurun.

4. Nyeri akut b.d agen cedera biologis (asam laktat)


5. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai O2.
6. PK anemia.

3. Intervensi keperawatan.
1. Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi d.d dispnue, takipnue.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama x24 jam di harapkan
pola nafas kembali efektif dengan criteria hasil :
-

Pasien melaporkan sesak berkurang.


Pernafasan teratur.
Takipnue/ dispnue tidak ada
TTV : TD : 120/80 mmHg, N : 80-100 x/menit , RR : 18-24 x/menit, S : 36,5
37,5 C

Intervensi :
Mandiri.
-

Pantau TTV
Monitor usaha pernafasan.
Berikan posisi semifowler.
Ajarkan napas dalam.
Evaluasi pernafasan klien setelah diberikan intervensi.

Kolaborasi
-

Berikan O2 sesuai indikasi.


Bantu intubasi jika pernafasan semakin buruk.
Siapkan pemakaian / pemasangan ventilator (k/p)

2. perubahan perfusi serebral b.d penurunan o2 ke otak d.d penurunan


kesadran, nyeri kepala.
Tujuan : setelah diberika askep selama x 24 jam diharapkan terjadi
peningkatan perfusi jaringan dengan criteria hasil :
-

Menunjukan perfusi adekuat


Pasien mengatakan nyeri kepala berkurang.
TTV normal
GCS >13

Intervensi :
Mandiri.

Observasi TTV, CRT, warna kulit, mukosa, dasar kuku.


Head up.
Observasi keluhan sakit kepala.
Kolaborasi.
Observasi hasil lab.
Beri o2.
Beri sel darah merah segabai indikasi.

3. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kegagalan untuk
mencerna makanan.
Tujuan : setelah diberikan askep selama x 24 jam di harapkan resiko tidak
terjadi dengan criteria hasil:
-

Mual muntah tidak ada.


Makanan habis 1 porsi.
Tidak terjadi penurunan BB > 20%

Intervensi :
-

Mandiri.
Kaji riwayat nutrisi.
Obs dan catat masukan makanan pasien.
Beri makan sedikit dengan frekkuensi sering.
Obs mual muntah.
Obs hygine mulut pasien.
Kolaborasi.
Kolaborasi dengan ahli gizi.
Pantau hasil Lab.
Beri obat sesuai indikasi.

4. Nyeri akut b.d agen cedera biologis (asam laktat) d.d perilaku distraksi
(gelisah) , pasien mengeluh nyeri kepala, meringis dispnue/ takipnue.
Tujuan : setelah di berika askep selama x 24 jam di harapkan pasien tidak ada
nyeri dengan criteria hasil :
-

Pasien mengatakan nyeri berkurang.


Pasien tidak meringis
RR dalam batas normal (18-24 x/menit)

Intervensi :
-

Mandiri.
Kaji keluhan nyeri pasien.
Obs adanya tanda-tanda nyeri non verbal seperti ekspresi wajah gelisah
Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
Kolaborasi.
Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi seperti analgetik.

5. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai O2 d.d kelemahan ,


kelelahan, keletihan ,lesu dan lunglai.
Tujuan ; setelah di berika askep selamax 24jam di harapkan dapat
mempertahankan atau meningkatkan ambulansi aktifitas dengan criteria hasil :
-

Pasien melaporkan toleransi aktivitas


TTV dalam batas normal.

Intervensi :
Mandiri.
-

Kaji kemampuan ADL pasien


Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan gaya jalan dan kelemahan
otot.
Observasi TTV sebelum dan sesudah aktifitas.
Berikan lingkungan yang tenang , batasi pengunjung, suara bising dan
pertahankan tirahh baring.
Gunakan teknik menghemat energy, anjurkan pasien beristirahat bila
kelelahan.

6. PK Anemia
Tujuan : setelah di berikan askep selama . X24 jam di harapkan perawat dapat
menanggani dan meminimalisir komplikasi dari anemia dengan criteria hasil :
-

Hb 12 -16 g%
Konjungtiva tidak pucat
Pasien mengatakan kelemahan berkurang
Perdarahan tidak terjadi.

Intervensi :
Mandiri.
-

Kaji konjungtiva pasien dan keluhan letih.


Observasi ketet tanda perdarahan : petekie, purpura, perdarahan gusi,
epistasis, hematemesis melena.
Kolaborasi.
Transfusi darah.
Periksa lab darah.
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk program diet.

4. Implementasi.
Tindakan implementasi keperawatan di lakukan sesuai intervensi yang di buat
atau yang direncanakan.

5. Evaluasi.
Dx 1 : pola nafas pasien kembli efektif
DX2 : terjadi peningkatan perfusi jaringan.
Dx3 : resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tidak terjadi
Dx4: nyeri berkurang.
Dx5 : pasien tampak mempertahankan / meningkatkan ambulansi aktifitas.
Dx 6 Perawat dapat menangani dan meminimalisir komplikasi dari anemia.

Anda mungkin juga menyukai