Anda di halaman 1dari 14

INDONESIA DAN PERDAMAIAN DUNIA

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Kewarganegaraan yang di ampu
oleh: Ns. Helena Golang, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep.An

Di Susun oleh:

1. Mila Apriliana
2. Nadia Putri
3. Nadya Virdianti
4. Nanda Putri Amalia
5. Nisa Nadya Salsabila

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MH THAMRIN
JAKARTA TIMUR
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul INDONESIA DAN

PERDAMAIAN DUNIA. Dalam meyelesaikan makalah ini kami telah berusaha untuk mencapai hasil
yang maksimum, tetapi dengan keterbatasan wawasan pengetahuan, pengalaman dan
kemampuan yang kami miliki, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauhdari
sempurna.Terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Olehkarena
itu, pada kesempatan kali ini kami ingin menyampaikan terima kasih kepada Teman-teman
yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.Kami menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran demi
perbaikan dan sempurnanya makalah ini sehingga dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Jakarta, 22 Januari 2020


BAB I

PENDAHULUAN

Indonesia berperan aktif di dunia Internasional dalam upaya pemeliharaan perdamaian


dunia dilaksanakan berdasarkan pada kebijakan politik, bantuan kemanusiaan maupun
peranannya baik dalam bentuk sebagai pengamat militer, staf militer atau Kontingen Satgas
operasi pemeliharaan perdamaian sebagai duta bangsa di bawah bendera PBB. Peranan TNI
dalam operasi pemeliharaan perdamaian peran aktif Indonesia, dimulai sejak tanggal 8 Januari
1957, yaitu pengiriman Kontingen Garuda pertama ke Sinai, Mesir dalam misi United Nation
Emergency Force - UNEF Keberhasilan Kontingen Garuda dalam melaksanakan tugas misi
pemeliharaan perdamaian di Mesir menimbulkan kepercayaan dunia Internasional, khususnya
PBB terhadap Indonesia, sehingga kontribusi Indonesia untuk berpartisipasi dan mengirim
kontingennya selalu diharapkan dalam misi perdamaian PBB.

Pasukan pemelihara perdamaian, memerlukan kecermatan dalam menjalin hubungan


baik dengan pihak yang terkait konflik, sehingga tidak melakukan kegiatan yang melanggar
marjin dan tidak akan menurunkan citra independensi dan netralitas. Tugas pemeliharaan
perdamaian dunia penting bagi bangsa Indonesia. "Tugas ini penting karena konstitusi kita
mengamanahkan agar kita ikut melaksanakan ketertiban dunia, world order, berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial," kata Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono dalam pidatonya saat meresmikan Fasdiklat Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian
(PMPP) di Bukit Merah Putih, Citereup, Sentul, Kabupaten Bogor, Senin (19/12) pagi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Indonesia dalam Misi Perdamaian Dunia

Peran aktif Indonesia di dunia Internasional dalam upaya pemeliharaan perdamaian


dunia dilaksanakan berdasarkan pada kebijakan politik, bantuan kemanusiaan maupun
peranannya baik dalam bentuk sebagai pengamat militer, staf militer atau Kontingen Satgas
operasi pemeliharaan perdamaian sebagai duta bangsa di bawah bendera PBB. Peranan TNI
dalam operasi pemeliharaan perdamaian peran aktif Indonesia, dimulai sejak tanggal 8
Januari 1957, yaitu pengiriman Kontingen Garuda pertama ke Sinai, Mesir dalam misi
United Nation Emergency Force - UNEF Keberhasilan Kontingen Garuda dalam
melaksanakan tugas misi pemeliharaan perdamaian di Mesir menimbulkan kepercayaan
dunia Internasional, khususnya PBB terhadap Indonesia, sehingga kontribusi Indonesia
untuk berpartisipasi dan mengirim kontingennya selalu diharapkan dalam misi perdamaian
PBB.

Seiring dengan meningkatnya kepercayaan PBB terhadap peranan Kontingen


Garuda dalam operasi pemeliharaan perdamaian, perundang-undangan nasional telah
mengakomodasi operasi pemeliharaan perdamaian sebagai salah satu tugas pokok TNI
sebagai salah satu bentuk dalam operasi militer selain perang. Secara eksplisit, hal tersebut
tertuang dalam UU no. 34 Tahun 2004 Tentang TNI. Untuk itu, penggunaan kekuatan TNI
dalam rangka tugas perdamaian dunia dilakukan sesuai dengan kebijakan politik luar negeri
Indonesia dan ketentuan hukum nasional (Indonesia, Undang-Undang Tentang TNI , UU
No 34 Tahun 2004, pasal 7 ayat (2) dan pasal 20 ayat(3)).

Selain legitimasi dalam perundang-undangan nasional, peranan TNI dalam operasi


pemeliharaan perdamaian telah mendapat dukungan secara politik dari Presiden RI , Dr. H.
Susilo Bambang Yudhoyono. Sebagaimana pernyataan politik Presiden di depan Rapat
Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia pada tanggal 14 Agustus 2009
dalam rangka peringatan Hari Ulang Tahun ke 64 Kemerdekaan Republik Indonesia,
diantaranya menyatakan bahwa:

"Dengan berakhirnya konllik dan operasi mililer di berbagai wilayah tanah air, maka
penugasan untuk menjaga perdamaian inlernasional adalah juga medan latihan bagi para
prajurit TNI untuk meningkatkan profesionalitas mereka sesuai standar militer
internasional" .

Realitas di atas semakin meneguhkan komitmen TNI untuk senantiasa berperan aktif
mengirimkan prajurit-prajuritnya dalam operasi perdamaian dunia di bawah bendera
Perserikatan Bangsa-Bangsa. Perwujudan komitmen TNI dalam mengirimkan prajurit-
prajurit TNI tersebut ialah dengan menyiapkan dan mendidik prajurit-prajurit TNI secara
profesional sesuai dengan tuntutan standar Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Puncak prestasi dari semakin banyaknya permintaan keterlibatan TNI dalam setiap
konflik yang ditangani PBB dan untuk mengantisipasi tantangan tugas dalam operasi
pemeliharaan perdamaian ke depan yang semakin komplek, maka Panglima TNI kemudian
membentuk suatu badan tersendiri yang khusus menangani operasi pemeliharaan
perdamaian, yang dinamakan PUSAT MISI PEMELIHARAAN PERDAMAIAN TNI
(PMPP TNI) melalui Kep Panglima TNI No : Kep / 4 / I / 2007 dan No : Kep / 5 / I / 2007
tanggal 29 Januari 2007 (di mana sebelum terbentuknya PMPP TNI , operasi pemeliharaan
perdamaian TNI dilaksanakan oleh Staf Operasi Panglima TNI)

Berdasarkan Keputusan Panglima TNI tersebut, PMPP TN I memiliki tugas untuk


menyelenggarakan pembekalan dan pelatihan bagi personel TNI yang dipersiapkan sebagai
Milobs , kontingen dan penugasan luar negeri untuk tugas operasi perdamaian dunia.
Dengan demikian, hasil yang diharapkan adalah membentuk prajurit TNI yang profesional,
sesuai dengan standar PBB yang dapat mengemban tugas misi perdamaian tersebut.

B. Indonesia Punya Peran dalam Perdamaian Palestina

Duta besar Indonesia untuk Palestina yang baru dilantik, Zainulbahar Noor melihat
adanya perkembangan baru yang memberikan harapan baru untuk perdamaian di Palestina.
Kelihatan ada perkembangan-perkembangan baru yang bisa memberikan harapan-harapan
baru, ujarnya usai dilantik oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara,
Jakarta, Jumat (30/1).

Peran serta Indonesia di Palestina memiliki peranan yang mutlak. Kita ada citizen
service disana, yang sangat memperhatikan hal itu, ujar Zainulbahar yang mengaku baru
mengetahui tentang kondisi Palestina baru dari media massa. Zainulbahar juga mengatakan
Indonesia memiliki peran dalam upaya perdamaian dunia. Indonesia memiliki diplomasi
untuk berperan dalam perdamaian dunia yang disampaikan oleh menteri luar negeri,
tuturnya.

Selain melantik dubes RI untuk Palestina, Presiden juga melantik14 duta besar
(dubes) luar biasa dan berkuasa penuh (LBBP) Republik Indonesia (RI) lainnya. Dalam
pelantikan itu, Presiden di dampingi oleh wakil presiden Jussuf Kalla. Serta sejumlah meneri
yang hadir ialah Menkokesra Aburizal Bakrie, Menkopolkam Widodo AS, Menlu Hassan
Wirajuda, Mensesneg Hatta Rajasa, Menteri budaya dan pariwisata Jerowacik, dan jajaran
menteri kabinet bersatu lainnya.

Para duta besar yang dilantik ialah Ahmad Rusdi sebagai dubes LBBP RI untuk
negara Republik Yunani berkedudukan di Athena. Dian Triansyah Djani sebagai perutusan
tetap RI di PBB, WTO dan organisasi internasional lainnya di Jenewa berkedudukan di
Jenewa. Eddy Pratomo sebagai dubes LBBP RI unjuk negara Republik Demokratik Timor
Leste berkedudukan di Dili.Harsha Edwana Joesoef sebagai dubes LBBP RI untuk negara
Republik Slovakia berkedudukan di Bratislava.

Yudhistiranto Sungadi sebagai dubes LBBP RI untuk negara Republik Tanzania


berkedudukan di Dar Es Salam. I Gede Ngurah Swajaya sebagai dubes LBBP RI untuk
negara Kerajaan Kamboja berkedudukan di Phnom Penh. Ishak Latuconsina sebagai dubes
LBBP RI untuk negara Republik Islam Pakistan berkedudukan di Islamabad.

Mohamad Oemar sebagai dubes LBBP RI untuk negara Republik Italia merangkap negara
Republik Malta, neg rep. syprus, FAO, IFAD dan WFP berkedudukan di Roma.

Muhammad Ibnu Said sebagai dubes LBBP RI untuk negara Republik Tunisia
berkedudukan di Tunis. Nicholas Tandi Dammen sebagai dubes LBBP RI untuk negara
Republik Korea berkedudukan di Seoul.

Nining Suningsih Rochadiat sebagai dubes LBBP RI untuk negara Republik Ukrania
merangkap negara Republik Georgia dan negara republik Armenia berkedudukan di Kyiv.
Primo Alui Joelianto sebagai dubes LBBP RI untuk negara Australia berkedudukan di
Canberra.

Zainulbahar Noor sebagai dubes LBBP RI untuk negara kerajaan Yordania Hasyimiah,
merangkap otoritas nasional Palestina berkedudukan di Amman. Zet Mirzal Zainuddin
sebagai dubes LBBP RI untuk Negara republik rakyat Bangladesh merangkap negara
republik Nepal Berkedudukan di Dhaka.
C. Tugas Pemeliharaan Perdamaian Dunia Penting Bagi Indonesia

Tugas pemeliharaan perdamaian dunia penting bagi bangsa Indonesia. "Tugas ini
penting karena konstitusi kita mengamanahkan agar kita ikut melaksanakan ketertiban
dunia, world order, berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial," kata
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidatonya saat meresmikan Fasdiklat Pusat
Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) di Bukit Merah Putih, Citereup, Sentul, Kabupaten
Bogor, /Senin (19/12) pagi.

Menurut Presiden SBY, situasi keamanan dan perdamaian dunia hingga saat ini belum
pernah baik, sehingga pemeliharaan perdamaian internasional adalah tugas yang akan terus
dilakukan Indonesia sampai dunia betul-betul aman dan damai sesuai dengan Piagam PBB.
"Kita ingin membekali dan meningkatkan kemampuan dan pengalaman TNI, dan dalam
batas tertentu Polri, untuk tugas-tugas pemeliharaan perdamaian ini," ujar SBY. Menjawab
pertanyaan mengapa Indonesia harus memiliki pusat pemeliharaan perdamaian, Presiden
SBY menjelaskan karena intensitas, partisipasi, dan kontribusi Indonesia dalam berbagai
tugas-tugas pemeliharaan perdamaian itu sangat tinggi. "Indonesia adalah negara yang
sangat aktif untuk berkonstribusi pada misi pemeliharan perdamaian dunia," Presiden SBY
menerangkan.

"Dunia juga menilai bahwa kontingen Indonesia di manapun mereka mengemban tugas
memiliki prestasi yang baik. Tentu saja penilaian ini wajib kita pertahankan dan bahkan
terus kita tingkatkan," jelasnya. Presiden mencontohkan ketika kontingen Indonesia
mengemban misi perdamaian di bekas negara Yugoslavia. "Indonesia mendapatkan
penghargaan yang tinggi karena disiplin kita, can do spirit kita, kinerja kita, bahkan
hubungan peace keepers Indonesia dengan masyarakat lokal. Kita dinilai sebagai good
guys," SBY menambahkan. Namun Indonesia kehilangan beberapa kesempatan baik untuk
meningkatkan perannya dalam misi-misi ini, misalnya dalam jumlah perwira yang
memimpin. "Jumlah perwira-perwira Indonesia yang menjadi leaders tidak terlalu banyak
karena hambatan bahasa dan pengetahuan tentang peace keeping mission itu sendiri," kata
Presiden.

Kesempatan lain yang terlewatkan adalah ketika Indonesia diberi kesempatan untuk
menambah 1 batalyon mekanis untuk kekuatan misi perdamaian di Bosnia dan
menempatkan seorang jenderal bintang dua untuk menjadi force commander atau komandan
pasukan “Ternyata kita tidak siap” ujar SBY. Oleh karena itu Presiden SBY sudah
memikirkan untuk membangun sebuah pusat pelatihan dan pendidikan pasukan pemelihara
perdamaian bersama dengan perwira TNI lainnya sejak ia selesai bertugas di Bosnia tahun
1996. "Karena pertimbangan tertentu, sayang sekali waktu itu belum bisa dibangun, dan
alhamdulillah sekaranglah bisa kita wujudkan," SBY menjelaskan.

D. Kontribusi Indonesia dalam Perdamaian Dunia

Konflik negara adalah isu yang terus menggelinding setiap waktu dan penyelesaiannya
sangatlah alot. Setiap tahun selalu ada persengketaan antara dua negara. Indonesia pernah
memanas dengan Malaysia di Sipadan wilayah perairan Kalimantan, Cina sekarang
berseteru dengan Filipina di perairan Laut Cina Selatan, Serbia dengan Bosnia, dan
perseteruan yang tak pernah berakhir antara Israel dan Palestina.Masih banyak catatan
persengketaan bilateral dua negara yang terpaksa harus diselesaikan dengan angkat senjata.

Antrean problematika konflik bilateral yang kerap memicu konflik


multilateral—menuntut para pihak untuk menyelesaikannya secara damai. PBB sebagai
organisasi perdamaian dunia dituntut untuk mengatasi perselisihan dengan cara damai,
konsisten berada di tengah-tengah tanpa diintervensi oleh kekuatan negara-negara super
power. Itulah sebabnya PBB kemudian membentuk pasukan pemelihara perdamaian
(peacekeeper) pada 29 Mei 60 tahun silam.

Pasukan pemelihara perdamaian adalah alat yang terdapat dalam tubuh PBB yang
memiliki hak legitimasi, kemampuan untuk membatasi ruang gerak tentara dan polisi di
seluruh dunia, serta mengintegrasi tentara dan polisi dengan pasukan penjaga perdamaian
dalam operasi multidimensi.

Menurut data yang dihimpun dari United Nations Blog


(http://www.un.org/en/peacekeeping/ operations/history.shtml) hingga bulan Mei 2010,
pasukan pemelihara perdamaian PBB memiliki lebih dari 124.000 personel militer, polisi
dan staf sipil yang berasal lebih dari 110 negara di dunia, dan jumlah tersebut terus
meningkat hingga saat ini, terbukti dengan bertambahnya kuota staf sipil resmi PBB hingga
tembus angka 1.009 pada Februari 2012.

Tantangan pasukan pemelihara perdamaian yang telah eksis lebih dari 60


tahunsemakin hari semakin mendapat tantangan yang luar biasa beratnya. Pasukan ini harus
menjalankan misi sebagai kontigen perdamaian, mendukung dan menyuplai institusi negara
pascakonflik yang masih lemah selama transisi politik sehingga mampu bangkit dan menata
kembali negaranya sendiri bertahap mulai dari alas fundamental, serta memberdayakan dan
melindungi warga sipil korban konflik sesuai prosedur hukum dan peradilan untuk menekan
sikap introvert.

Di satu sisi pasukan ini harus bersikap netral, tidak berpihak kepada negara manapun,
dan tidak boleh diintervensi oleh kekuatan mana pun; di sisi lain dalam situasi tertentu
pasukan pemelihara perdamaian pun harus tetap tegas dan siap “ menghukum” negara-
negara pembangkang yang melanggar kesepakatan. Oleh karena itu, mau tidak mau anggota
pasukan ini mesti memiliki kemampuan militer dan berstrategi.

Kontigen Garuda Indonesia sebagai anggota perdamaian dunia


mengimplementasikannya dengan berpartisipasi di tubuh Pasukan Pemelihara Perdamaian
PBB sejak 1957. TNI dengan standar manuver terbaik yang tergabung dalam Kontigen
Garuda merupakan unsur vital di dalamnya.

Dalam kurun waktu 55 tahun, Indonesia telah mengirimkan 26 kontigen untuk


mengintervensi negara konflik dalam upaya perdamaian. Kontingen Garuda I, dengan 559
personel yang merupakan gabungan dari Resimen Infanteri-15 Tentara Territorium
IV/Diponegoro dengan Resimen Infanteri-18 Tentara Territorium V/Brawijaya Malang,
dikirim pada 8 Januari 1957 ke Mesir, ketika Majelis Umum PBB memutuskan untuk
menarik mundur pasukan Inggris, Prancis dan Israel dari wilayah Mesir. Saat ini, sekitar
2000 Pasukan Perdamaian Indonesia dioperasikan di 7 negara konflik, dengan rincian
(halonusantara.com) Lebanon (1.455orang), Kongo (192), Haiti (170), Darfur (146), Sudan
Selatan (8) dan Liberia (1 orang).

Eksistensi Indonesia dalam upaya memproteksi negara konflik dengan aktif


mengirimkan pasukan pemelihara perdamaian diapresiasi secara positif. Poin terpenting,
kebudayaan Indonesia yang mendoktrin warganya untuk menjadi masyarakat berbudi,
ramah, dan hangat, di refleksikan dengan baik oleh Kontigen Garuda secara lebih fleksibel,
hal itu merupakan tindakan preventif terhadap penolakan warga sipil negara konflik, seperti
di Sudan. Keramahan sebagai langkah diplomatik agar ketegangan tidak berlarut.

Pasukan pemelihara perdamaian, memerlukan kecermatan dalam menjalin hubungan baik


dengan pihak yang terkait konflik, sehingga tidak melakukan kegiatan yang melanggar
marjin dan tidak akan menurunkan citra independensi dan netralitas.

Kontigen Garuda telah memberikan warna tersendiri dalam pasukan pemelihara


perdamaian. Kontigen Garuda lebih menggunakan pendekatan preventif dan persuasif agar
dicapai perdamaian yang sesungguhnya. Kontigen Garuda berpegang pada prinsip-prinsip
perdamaian sebagaimana yang dikumandangkan PBB. United Nations Blog menyatakan,
ada beberapa hal yang perlu dilakukan agar operasi pemelihara perdamaian dapat berjalan
sukses dan singkron, antara lain :

1. Pasukan pemelihara perdamaian harus mengikuti prinsip-prinsip persetujuan,


ketidakberpihakan, dan menghindari penggunaan kekuatan kecuali untuk membela
diri dan melaksanakan mandat.
2. Menunjukan kredibilitas terutama di mata penduduk setempat.
3. Membuat komitmen politik dengan pihak terkait menuju perdamaian.
4. Menunjukan kepekaan tinggi terhadap penduduk setempat dan menetapkan standar
profesionalisme tinggi dalam berperilaku, karena pasukan perdamaian harus
menghindarkan diri menjadi bagian dari konflik.

E. Kesungguhan Indonesia

Saat ini, TNI menempatkan pasukan penjaga perdamaian Indonesia dengan jumlah
personel terbesar di Lebanon, kemudian di Haiti, dan Kongo. Sedangkan military observer,
personel yang terlatih dan dibekali ilmu dalam misi PBB serta mempunyai kecakapan
khusus sebagai pengamat militer, ditempatkan di beberapa negara seperti Sudan, Sudan
Selatan, Liberia, dan Suriah.

Untuk memenuhi klasifikasi sebagai sepuluh besar negara pengirim pasukan


perdamaian PBB, Indonesia tengah meningkatkan personel TNI yang siap dikirim hingga
4000 personel dengan salah satu kualifikasi memiliki kecakapan berbahasa Inggris.

Indonesia membuka Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pasukan Misi Perdamaian di


Sentul seluas 261 hektar untuk melatih tentara yang berkapasitas lebih. Karena kapasitas
yang dibutuhkan tidak hanya berperang, melainkan upaya mengatasi terorisme, menangani
korban bencana, dan memahami kebudayaan negara yang dilanda konflik. (Pikiran Rakyat,
20 Maret 2012).

Tugas Kontingen Garuda XXII/H yang terhitung mulai 23 Agustus 2008 - 22 Agustus
2009, memikul tugas pokok untuk monitoring, verifikasi, dan implementasi Perjanjian
Damai Komprehensif (Comprehensive Peace Agreement/CPA). Tujuannya adalah
terlaksananya proses gencatan senjata, proses DDR, sensus, pemilu, dan referendum. Ini
berarti bukan hanya mengutamakan kekuatan fisik, melainkan juga intelektual, abilitas, dan
integritas. Akhirnya damai Indonesia, damailah dunia!
F. Implementasi Politik dan Strategi Nasional
Untuk mencapai tujuan nasional, politik dan strategi nasional (polstranas) yang ada
haruslah diimplementasikan dalam berbagai bidang pembangunan nasional. Implementasi
polstranas tersebut diantaranya adalah:
1. Implementasi Polstranas di Bidang Hukum
 Mengembangkan budaya hukum nasional di semua lapisan masyarakat
 Menegakkan hukum secara konsisten
 Menyelenggarakan proses pengadilan secara cepat, mudah dan terbuka.
2. Implementasi Polstranas di Bidang Politik :
Politik Dalam Negeri
 Memperkuat keberadaan dan kelangsungan negara kesatuan RI
 Meningkatkan kualitas perundang-undangan nasional
 Meningkatkan pendidikan politik secara intensif dan komprehensif kepada
masyarakat
 Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas penyelenggara negara
Politik Luar Negeri
 Meningkatkan kualitas dan kinerja aparatur luar negri
 Meningkatkan kualitas diplomasi
 Meningkatkan kerjasama dalam segala bidang dengan negara tetangga
3. Implementasi Polstranas di Bidang Sosial dan budaya:
 Melestarikan warisan budaya nasional dan daerah
 Menggali nilai nilai budaya daerah dan nasional untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
 Menjaga dan mengamalkan nilai nilai budaya yang luhur dalam tata pergaulan
sosial dalam wujud toleransi dan kebersamaan
 Meningkatkan rasa kesetiakawanan sosial nasional
 Membuat cadangan anggaran untuk menanggulangi bencana nasional yang
mungkin ada
4. Implementasi Polstranas di Bidang Pertahanan dan Keamanan
 Meningkatkan kemampuan ABRI dalam menghadapi segala ancaman yang
mungkin ada
 Membuat cadangan kekuatan pertahanan keamanan nasional dari rakyat dalam
bentuk Rakyat terlatih ataupun Perlindungan Masyarakat(linmas)
 Memelihara dan meningkatkan kemampuan persenjataan ABRI
 Menjaga kemanunggalan ABRI dan Rakyat
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Konflik negara adalah isu yang terus menggelinding setiap waktu dan
penyelesaiannya sangatlah alot. Setiap tahun selalu ada persengketaan antara dua negara.
Indonesia pernah memanas dengan Malaysia di Sipadan wilayah perairan Kalimantan,
Cina sekarang berseteru dengan Filipina di perairan Laut Cina Selatan, Serbia dengan
Bosnia, dan perseteruan yang tak pernah berakhir antara Israel dan Palestina.Masih banyak
catatan persengketaan bilateral dua negara yang terpaksa harus diselesaikan dengan angkat
senjata.
DAFTAR PUSTAKA

http://keepinmind-blog.blogspot.com/2015/10/implementasi-politik-dan-strategi.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai