pengertian stress
3. Distres Akut
Distres akut terjadi ketika seseorang mengalami
distres yang dipicu oleh peristiwa buruk yang berlalu
dengan cepat. Sementara stres kronik terjadi ketika
seseorang harus menahan stres dalam waktu yang
lama. Kedua tipe stres tadi akan memicu timbulnya
hiperstres
4.Hipostres
Ternyata hari-hari tanpa kekhawatiran dan tantangan juga
dapat memicu tipe stres lainnya, yaitu hipostres. Hipostres
merupakan "ketidakadaan" stres, tetapi bisa juga diartikan
kebosanan yang ekstrem. Seseorang yang mengalami
hipostres mungkin merasa tidak tertantang, tidak memiliki
motivasi untuk melakukan apa pun. Hipostres dapat
memicu perasaan depresi dan kesia-siaan.
5.Eustres
Eustres merupakan stres yang sangat berguna lantaran
dapat membuat tubuh menjadi lebih waspada. Eustres
membuat tubuh dan pikiran menjadi siap untuk
menghadapi banyak tantangan, bahkan bisa tanpa disadari.
Tipe stres ini dapat membantu memberi kekuatan dan
menentukan keputusan, contohnya menemukan solusi
untuk masalah.
Reaksi dan Respon Tubuh Terhadap
Stres
1. Respon fisik
2. Respon Psikologis
3. Daya pikir
E. Adaptasi Terhadap Stress
Adaptasi suatu cara untuk mengatasi tekanan dari lingkungan
sekitar untuk tetap menjaga keseimbangan tubuhnya.
Sehingga terjadi perubahan anatomi, fisiologis dan psikologis
di dalam diri seseorang sebagai reaksi terhadap stress.
Adaptasi pada Stress dapat meliputi :
1. Secara Frontal : cara menyesuaikan diri terhadap stress
dengan menghadapi rintangan secara sadar realistik, obyektif,
dan rasional.
2.Menggunakan Mekanisme Defensif yaitu :
a) Proyeksi : Menyalahkan orang lain
b) Introversi : Menarik diri
c) Kegembiraan dan kesibukan Dengan demikian adaptas
F. Respons
respons adalah setiap tingkah laku pada hakekatnya merupakan
tanggapan/balasan (respons) terhadap rangsangan/stimulus
(Sarlito, 1995). Menurut Steven M. Caffe, respons dibagi menjadi (3)
bagian yaitu :
1. Kognitif : berkaitan dengan pengetahuan keterampilan dan
informasi seseorang terhadap sesuatu. Respons ini timbul apabila
adanya perubahan terhadap yang dipahami atau dipersepsi oleh
banyak orang.
2. Afektif : berhubungan dengan emosi, sikap dan menilai
seseorang terhadap sesuatu. Respons ini timbul ketika ada
perubahan yang disenangi oleh banyak orang.
3. Konatif : berhubungan dengan prilaku nyata yang meliputi
tindakan atau perbuatan, oleh karena itu proses perubahan sikap
tersebut tergantung pada keselarasan.
G. Macam-Macam Adaptasi Terhadap
Stress
Adaptasi terhadap stress dapat berupa :
1. Adaptasi Fisiologis
Indikator fisiologis stress adalah objektif, lebih mudah diidentifikasi dan secara
umum dapat diamati atau diukur. Oleh karenanya pengkajian tentang stress
mencakup pengumpulan data dari semua sistem. Sekarang penyebab utama
kematian adalah penyakit yang mencakup stressor gaya hidup. Indikator fisiologis
stress :
• Tekanan darah meningkat.
• Peningkatan ketegangan di leher, bahu, punggung.
• Denyut nadi dan frekwensi pernafasan meningkat.
• Telapak tangan berkeringat dan kaki dingin.
• Postur tubuh yang tidak tegap.
• Keletihan, sakit kepala, gangguan lambung, diare dan suara bernada tinggi.
• Mual, muntah, nafsu makan berkurang, BB
2. Adaptasi Psikologis
Emosi kadang dikaji secara langsung atau tidak langsung
dengan mengamati perilaku klien. Stress mempengaruhi
kesejahteraan emosional dalam berbagai cara. Ketiga
karakteristik ini adalah media terhadap stress, meliputi rasa
kontrol terhadap peristiwa kehidupan, komitmen terhadap
aktivitas yang berhasil, dan antisipasi dari tantangan
sebagai suatu kesempatan untuk pertumbuhan (Wiebe
dan Williams, 1992 ; Tarstasky, 1993). Indikator emosional /
psikologi dan perilaku stress :
• Ansietas
• Depresi, kehilangan motivasi, mudah lupa
• Kepenatan, kehilangan harga diri
• Peningkatan penggunaan bahan kimia
• Perubahan dalam kebiasaan makan, tidur, dan pola
aktivitas.
• Kelelahan mental, perasaan tidak adekuat, dsb.
3.Adaptasi Perkembangan
tiap tahap perkembangan, seseorang biasanya menghadapi tugas perkembangan dan
menunjukkan karakteristik perilaku dari tahap perkembangan tersebut. Dalam bentuk yang
ekstrem, stress yang berkepanjangan dapat mengarah pada krisis pendewasaan, yang
meliputi :
• Masa Bayi, mereka mampu mengembangkan harga diri yang sehat dan pada akhirnya
belajar respons koping adaptif yang sehat (Haber et al, 1992).
• Anak usia Sekolah, stress ditunjukkan oleh ketidakmampuann atau ketidakinginan untuk
mengembangkan hubungan berteman.
• Remaja, mengembangkan rasa identitas yang kuat tetapi pada waktu yang bersamaan
perlu diterima oleh teman sebaya. Tanpa sistem pendukung sosial sering menunjukkan
peningkatan masalah psikososial (Dubos, 1992).
• Dewasa muda berada dalam transisi dari pengalaman masa remaja ke tanggung jawab
orang dewasa. Konflik dapat berkembang antara tanggung jawab pekerjaan dan keluarga.
Stresor mencakup konflik antara harapan dan realitas.
• Usia setengah baya biasanya terlibat dalam membangun keluarga, menciptakan karier
yang stabil dan kemungkinan merawat orang tua mereka. Mereka biasanya dapat
mengontrol keinginan dan pada beberapa kasus menggantikan kebutuhan pasangan,
anak-anak, atau orang tua dari kebutuhan mereka. Namun dapat timbul stress, jika
mereka merasa terlalu banyak tanggung jawab yang membebani mereka.
• Usia lansia biasanya menghadapi adaptasi terhadap perubahan dalam keluarga dan
kemungkinan terhadap kematian dari pasangan atau teman hidup. Usia dewasa tua juga
harus menyesuaikan terhadap perubahan penampilan fisik dan fungsi fisiologis. Perubahan
besar dalam kehidupan seperti memasuki masa pensiun juga menegangkan
4.Adaptasi Sosial Budaya
Mengkaji stressor dan sumber koping dalam dimensi sosial
mencakup penggalian bersama klien tentang besarnya, tipe, dan
kualitas dari interaksi sosial yang ada. Stresor pada keluarga dapat
menimbulkan efek disfungsi yang mempengaruhi klien atau
keluarga secara keseluruhan (Reis & Heppner, 1993). Perawat juga
harus waspada tentang perbedaan cultural dalam respons stress
atau mekanisme koping. Misalnya klien dari suku Afrika-Amerika
mungkin lebih menyukai mendapatkan dukungan sosial dari
anggota keluarga ketimbang dari bantuan professional (Murata,
1994).
5. Adaptasi Spiritual
Orang menggunakan sumber spiritual untuk mengadaptasi stress
dalam banyak cara, tetapi stress dapat juga bermanifestasi dalam
dimensi spiritual. Stress yang berat dapat mengakibatkan
kemarahan pada Tuhan, atau individu mungkin memandang
stressor sebagai hukuman. Stresor seperti penyakit akut atau
kematian dari orang yang disayangi dapat mengganggu makna
hidup seseorang dan dapat menyebabkan depresi. Ketika
perawatan pada klien yang mengalami gangguan spiritual, perawat
tidak boleh menilai kesesuaian perasaan atau praktik keagamaan
klien tetapi harus memeriksa bagaimana keyakinan dan nilai telah
berubah.