Anda di halaman 1dari 17

A.

pengertian stress

Stres adalah reaksi atau respons psikososial (tekanan


mental atau beban kehidupan). Stres dewasa ini
digunakan secara bergantian untuk menjelaskan
berbagai stimulus dengan intensitas berlebihan yang
tidak disukai berupa respons fisiologis, perilaku, dan
subyektif terhadapat stres. Konteks yang
menjembatani pertemuan antara individu dengan
stimulus yang membuat stres, semuanya sebagai
sistem (WHO,158)
B.Sumber-Sumber Stress
Terdapat beberapa sumber-sumber stress yang dapat
mengganggu kesehatan psikis manusia. Menurut
Lazarus & Folkman (dalam Morgan, 1986) kondisi
fisik, lingkungan dan sosial yang merupakan
penyebab dari kondisi stres disebut dengan stressor.
Stressor dapat berwujud dan berbentuk fisik, seperti
polusi udara dan dapat juga berkaitan dengan
lingkungan sosial. Pikiran ataupun perasaan individu
sendiri yang dianggap sebagai suatu ancaman baik
yang nyata maupun imajinasi dapat juga menjadi
stressor.
Lazarus & Cohen (1984) mengklasifikasikan stressor
kedalam tiga kategori, yaitu :
1. Catacysmic Event
Fenomena besar atau tiba tiba terjadi, seperti kejadian-
kejadian penting yang mempengaruhi banyak orang
seperti bencana alam.
2.Personal Stressor
Kejadian kejadian penting mempengaruhi sedikit orang
atau sejumlah orang tertentu, seperti kritis keluarga.
3.Background stressor
Pertikaian atau permasalahan yang bisa terjadi setiap hari,
seperti masalah dalam pekerjaan dan rutinitas pekerjaan.
Sarafino (1998) membagi tiga jenis sumber stres yang
dapat terjadi pada kehidupan individu :
1. Sumber yang berasal dari individu
Ada dua cara stres berasal dari individu. Pertama
adalah melalui adanya penyakit. Penyakit yang diderita
individu menyebabkan tekanan biologis dan psikologis
sehingga menimbulkan stres. Cara kedua adalah
melalui terjadinya konflik.\Konflik merupakan sumber
yang paling utama. Didalam konflik individu memiliki
dua kecenderungan yang berlawanan : menjauh dan
mendekat. Individu harus memiliki dua atau lebih
alternatif pilihan yang masing masing memiliki
kelebihan dan kekuhrangannya se ndiri. Keadaan
seperti ini banyak dijumpai saat individu dihadapkan
pada keputusan keputusan mengenai kesehatannya.
2. Sumber yang berasal dari keluarga
Stres dalam keluarga dihasilkan melalui adanya
perilaku, kebutuhan kebutuhan dan kepribadian dari
masing masing anggota keluarga yang berdampak
kepada anggota keluarga lainnya. Konflik
interpersonal ini dapat timbul dari adanya masalah
finansial, perilaku yang tidak sesuai, melalui adanya
tujuan yang berbeda antar anggota keluarga,
bertambahnya anggota keluarga perceraian orang
tua, penyakit dan kecacatan yang dialami anggota
keluarga dan kematian anggota keluarga.
3. Sumber stres yang berasal dari komunitas dan
masyarakat
Adanya hubungan manusia dengan lingkungan luar
menyebabkan banyak kemungkinan munculnya sumber
sumber stres. Misalnya: stres yang dirasakan anak
sekolah akibat adanya kompetisi kompetisi dalam hal
seperti olah raga. Di sisi lain, stres yang dialami oleh
orang dewasa banyak diperoleh melalui pekerjaannya
dan berbagai situasi lingkungan. Stres yang diperoleh
melalui pekerjaan contohnya dikarenakan : diluar sisi
kerja, kontrol yang rendah terhadap pekerjaan yang
diemban, kurangnya hubungan interpersonal dengan
sesama rekan kerja, promosi jabatan, kehilangan
pekerjaan lainnya. Stres yang diperoleh dari lingkungan
juga dapat diakibatkan oleh lingkungan yang berisik dan
padat serta lingkungan yang tercemar (Sarafino, 1998).
C. Bentuk-Bentuk Stres
Berikut ini adalah beberapa jenis stres yang perlu Anda
kenali agar Anda tahu harus berbuat apa seperti yang
saya kutip dari forum online, silahkan disimak :
1. Stres Biasa
Stres tidak hanya dipicu sepenuhnya oleh pengalaman
negatif. Bahkan, pengalaman positif juga dapat
membawa stres, seperti upacara kelulusan atau
pernikahan. Namun, tipe stres seperti ini dalam dosis
kecil sebenarnya baik untuk sistem imun kita. Selain itu,
tipe stres ini juga dapat membuat banyak orang lebih
mudah untuk menciptakan tujuan dan menikmati proses
mencapainya dengan penuh energi.
2. Distres Internal
Ini adalah tipe stres yang buruk. Distres merupakan
tipe stres negatif hasil dari pengalaman buruk,
ancaman, atau perubahan situasi yang tidak terduga
dan tidak nyaman. Pada dasarnya, tubuh kita
menginginkan rasa aman sehingga apabila rasa
tersebut terusik, tubuh pun mengalami distres.

3. Distres Akut
Distres akut terjadi ketika seseorang mengalami
distres yang dipicu oleh peristiwa buruk yang berlalu
dengan cepat. Sementara stres kronik terjadi ketika
seseorang harus menahan stres dalam waktu yang
lama. Kedua tipe stres tadi akan memicu timbulnya
hiperstres
4.Hipostres
Ternyata hari-hari tanpa kekhawatiran dan tantangan juga
dapat memicu tipe stres lainnya, yaitu hipostres. Hipostres
merupakan "ketidakadaan" stres, tetapi bisa juga diartikan
kebosanan yang ekstrem. Seseorang yang mengalami
hipostres mungkin merasa tidak tertantang, tidak memiliki
motivasi untuk melakukan apa pun. Hipostres dapat
memicu perasaan depresi dan kesia-siaan.

5.Eustres
Eustres merupakan stres yang sangat berguna lantaran
dapat membuat tubuh menjadi lebih waspada. Eustres
membuat tubuh dan pikiran menjadi siap untuk
menghadapi banyak tantangan, bahkan bisa tanpa disadari.
Tipe stres ini dapat membantu memberi kekuatan dan
menentukan keputusan, contohnya menemukan solusi
untuk masalah.
Reaksi dan Respon Tubuh Terhadap
Stres
1. Respon fisik
2. Respon Psikologis
3. Daya pikir
E. Adaptasi Terhadap Stress
Adaptasi suatu cara untuk mengatasi tekanan dari lingkungan
sekitar untuk tetap menjaga keseimbangan tubuhnya.
Sehingga terjadi perubahan anatomi, fisiologis dan psikologis
di dalam diri seseorang sebagai reaksi terhadap stress.
Adaptasi pada Stress dapat meliputi :
1. Secara Frontal : cara menyesuaikan diri terhadap stress
dengan menghadapi rintangan secara sadar realistik, obyektif,
dan rasional.
2.Menggunakan Mekanisme Defensif yaitu :
a) Proyeksi : Menyalahkan orang lain
b) Introversi : Menarik diri
c) Kegembiraan dan kesibukan Dengan demikian adaptas
F. Respons
respons adalah setiap tingkah laku pada hakekatnya merupakan
tanggapan/balasan (respons) terhadap rangsangan/stimulus
(Sarlito, 1995). Menurut Steven M. Caffe, respons dibagi menjadi (3)
bagian yaitu :
1. Kognitif : berkaitan dengan pengetahuan keterampilan dan
informasi seseorang terhadap sesuatu. Respons ini timbul apabila
adanya perubahan terhadap yang dipahami atau dipersepsi oleh
banyak orang.
2. Afektif : berhubungan dengan emosi, sikap dan menilai
seseorang terhadap sesuatu. Respons ini timbul ketika ada
perubahan yang disenangi oleh banyak orang.
3. Konatif : berhubungan dengan prilaku nyata yang meliputi
tindakan atau perbuatan, oleh karena itu proses perubahan sikap
tersebut tergantung pada keselarasan.
G. Macam-Macam Adaptasi Terhadap
Stress
Adaptasi terhadap stress dapat berupa :
1. Adaptasi Fisiologis
Indikator fisiologis stress adalah objektif, lebih mudah diidentifikasi dan secara
umum dapat diamati atau diukur. Oleh karenanya pengkajian tentang stress
mencakup pengumpulan data dari semua sistem. Sekarang penyebab utama
kematian adalah penyakit yang mencakup stressor gaya hidup. Indikator fisiologis
stress :
• Tekanan darah meningkat.
• Peningkatan ketegangan di leher, bahu, punggung.
• Denyut nadi dan frekwensi pernafasan meningkat.
• Telapak tangan berkeringat dan kaki dingin.
• Postur tubuh yang tidak tegap.
• Keletihan, sakit kepala, gangguan lambung, diare dan suara bernada tinggi.
• Mual, muntah, nafsu makan berkurang, BB
2. Adaptasi Psikologis
Emosi kadang dikaji secara langsung atau tidak langsung
dengan mengamati perilaku klien. Stress mempengaruhi
kesejahteraan emosional dalam berbagai cara. Ketiga
karakteristik ini adalah media terhadap stress, meliputi rasa
kontrol terhadap peristiwa kehidupan, komitmen terhadap
aktivitas yang berhasil, dan antisipasi dari tantangan
sebagai suatu kesempatan untuk pertumbuhan (Wiebe
dan Williams, 1992 ; Tarstasky, 1993). Indikator emosional /
psikologi dan perilaku stress :
• Ansietas
• Depresi, kehilangan motivasi, mudah lupa
• Kepenatan, kehilangan harga diri
• Peningkatan penggunaan bahan kimia
• Perubahan dalam kebiasaan makan, tidur, dan pola
aktivitas.
• Kelelahan mental, perasaan tidak adekuat, dsb.
3.Adaptasi Perkembangan
tiap tahap perkembangan, seseorang biasanya menghadapi tugas perkembangan dan
menunjukkan karakteristik perilaku dari tahap perkembangan tersebut. Dalam bentuk yang
ekstrem, stress yang berkepanjangan dapat mengarah pada krisis pendewasaan, yang
meliputi :
• Masa Bayi, mereka mampu mengembangkan harga diri yang sehat dan pada akhirnya
belajar respons koping adaptif yang sehat (Haber et al, 1992).
• Anak usia Sekolah, stress ditunjukkan oleh ketidakmampuann atau ketidakinginan untuk
mengembangkan hubungan berteman.
• Remaja, mengembangkan rasa identitas yang kuat tetapi pada waktu yang bersamaan
perlu diterima oleh teman sebaya. Tanpa sistem pendukung sosial sering menunjukkan
peningkatan masalah psikososial (Dubos, 1992).
• Dewasa muda berada dalam transisi dari pengalaman masa remaja ke tanggung jawab
orang dewasa. Konflik dapat berkembang antara tanggung jawab pekerjaan dan keluarga.
Stresor mencakup konflik antara harapan dan realitas.
• Usia setengah baya biasanya terlibat dalam membangun keluarga, menciptakan karier
yang stabil dan kemungkinan merawat orang tua mereka. Mereka biasanya dapat
mengontrol keinginan dan pada beberapa kasus menggantikan kebutuhan pasangan,
anak-anak, atau orang tua dari kebutuhan mereka. Namun dapat timbul stress, jika
mereka merasa terlalu banyak tanggung jawab yang membebani mereka.
• Usia lansia biasanya menghadapi adaptasi terhadap perubahan dalam keluarga dan
kemungkinan terhadap kematian dari pasangan atau teman hidup. Usia dewasa tua juga
harus menyesuaikan terhadap perubahan penampilan fisik dan fungsi fisiologis. Perubahan
besar dalam kehidupan seperti memasuki masa pensiun juga menegangkan
4.Adaptasi Sosial Budaya
Mengkaji stressor dan sumber koping dalam dimensi sosial
mencakup penggalian bersama klien tentang besarnya, tipe, dan
kualitas dari interaksi sosial yang ada. Stresor pada keluarga dapat
menimbulkan efek disfungsi yang mempengaruhi klien atau
keluarga secara keseluruhan (Reis & Heppner, 1993). Perawat juga
harus waspada tentang perbedaan cultural dalam respons stress
atau mekanisme koping. Misalnya klien dari suku Afrika-Amerika
mungkin lebih menyukai mendapatkan dukungan sosial dari
anggota keluarga ketimbang dari bantuan professional (Murata,
1994).
5. Adaptasi Spiritual
Orang menggunakan sumber spiritual untuk mengadaptasi stress
dalam banyak cara, tetapi stress dapat juga bermanifestasi dalam
dimensi spiritual. Stress yang berat dapat mengakibatkan
kemarahan pada Tuhan, atau individu mungkin memandang
stressor sebagai hukuman. Stresor seperti penyakit akut atau
kematian dari orang yang disayangi dapat mengganggu makna
hidup seseorang dan dapat menyebabkan depresi. Ketika
perawatan pada klien yang mengalami gangguan spiritual, perawat
tidak boleh menilai kesesuaian perasaan atau praktik keagamaan
klien tetapi harus memeriksa bagaimana keyakinan dan nilai telah
berubah.

Anda mungkin juga menyukai