Anda di halaman 1dari 34

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya. Salawat dan salam kita sanjungkan kepangkuan Nabi besar Muhammad SAW
yang telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan. Ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberi bimbingan
dan masukan sehingga makalah yang berjudul ”ASKEP ANAK DENGAN GANGGUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIFITAS SISTEM PERSARAFAN DAN SISTEM
MUSKULOSKELETAL” dapat penulis selesaikan.

Pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu tugas kami dalam
menempuh pembelajaran di semester ini, kami mengucapkan terimah kasih kepada Dosen
pembimbing.

Kiranya makalah ini bisa bermanfa’at bagi pihak yang membaca. Meski begitu, kami
sadar bahwa makalah ini perlu perbaikan dan penyempurnaan. Untuk itu, saran dan kritik
yang membangun dari pembaca akan diterima dengan senang hati. Akhirnya, kami ucapkan
terima kasih, semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, 23 Januari 2020


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Gangguan muskuloskeletal adalah suatu kondisi yang mengganggu fungsi sendi,
ligamen, otot, saraf dan tendon, serta tulang belakang. Sistem muskuloskeletal Anda
melibatkan struktur yang mendukung anggota badan, leher dan punggung. Gangguan
muskuloskeletal seringnya merupakan penyakit degeneratif, penyakit yang
menyebabkan jaringan tubuh Anda rusak secara lambat laun. Hal ini dapat
mengakibatkan rasa sakit dan mengurangi kemampuan Anda untuk bergerak, yang
dapat mencegah Anda dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

Penyakit saraf adalah gangguan yang terjadi pada sistem saraf tubuh, meliputi otak
dan sumsum tulang (sistem saraf pusat), serta saraf yang menghubungkan
sistem saraf pusat dengan organ tubuh (sistem saraf perifer).

Hydrocephalus telah dikenal sajak zaman Hipocrates, saat itu hydrocephalus dikenal
sebagai penyebab penyakit ayan. Di saat ini dengan teknologi yang semakin
berkembang maka mengakibatkan polusi didunia semakin meningkat pula yang pada
akhirnya menjadi factor penyebab suatu penyakit, yang mana kehamilan merupakan
keadaan yang sangat rentan terhadap penyakit yang dapat mempengaruhi janinnya,
salah satunya adalah Hydrocephalus. Saat ini secara umum insidennya dapat
dilaporkan sebesar tiga kasus per seribu kehamilan hidup menderita hydrocephalus.
Dan hydrocephalus merupakan penyakit yang sangat memerlukan pelayanan
keperawatan yang khusus.

Kejang demam adalah kejang yang disebabkan kenaikan suhu tubuh lebih dari
38,40°c tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit akut pada
anak berusia di atas 1 bulan tanpa riwayat kejang sebelumnya (IDAI, 2009). Kejang
demam dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu kejang demam sederhana
dan kejang demam kompleks (Schwartz, 2005). Di Asia sekitar 70% - 90% dari
seluruh kejang demam merupakan kejang demam sederhana dan sisanya merupakan
kejang demam kompleks (Karemzadeh, 2008).
Polio, kependekan dari poliomyelitis, adalah penyakit yang dapat merusak sistem
saraf dan menyebabkan paralysis. Penyakit ini paling sering terjadi pada anak-anak di
bawah umur 2 tahun. Infeksi virus ini mulai timbul seperti demam yang disertai
panas, muntah dan sakit otot. Kadang-kadang hanya satu atau beberapa tanda tersebut,
namun sering kali sebagian tubuh menjadi lemah danlumpuh (paralisis). Kelumpuhan
ini paling sering terjadi pada salah satu atau kedua kaki. Lambat laun, anggota gerak
yang lumpuh ini menjadi kecil dan tidak tumbuh secepat anggota gerak yang lain.
Poliomielitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus dengan
predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan intimotorik
batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut akanterjadi
kelumpuhan serta autropi otot. Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralysis atau
lumpuh yangdisebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang
dinamakan poliovirus (PV), masuk ketubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus.
Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir kesistem saraf pusat
menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralysis).

B. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan umum

Adapun tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui
berbagai hal yang berhubungan dengan Asuhan Keperawatan gangguan persarafan
dan muskuloseletal dan dapat merancang berbagai cara untuk mengantisipasi masalah
serta dapat melakukan asuhan pada kasus gangguan sistem persarafan dan
muskuloskeletal.

2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui
penyakit dari gangguan sistem persarafan dan muskuloskeletal yaitu :
A. Hidrochepalus
- Pengertian
- Etiologi
- Tanda Dan Gejala
- Asuhan keperawatan
B. Kejang Demam
- Pengertian
- Etiologi
- Tanda dan Gejala
- Asuhan Keperawatan
C. Poliomelytis
- Pengertian
- Etiologi
- Tanda dan Gejala
- Asuhan keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN
A. HIDROCHEPALUS
1. DEFINISI
Hydrocephalus merupakan keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan cerebro spinalis tanpa atau pernah dengan tekanan intrakranial
yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan
serebro spinal (Ngatisyah, 1997).
Hydrocephalus berkembang jika aliran serebro spinal terhambat pada tempa
sepanjang perjalanannya, timbulnya hydrocephalus akibat produksi berlebihan
cairan serebrospinal dianggap sebagai proses yang intermitten setelah suatu infeksi
atau trauma. Ini dapat terjadi kelainan yang progresif pada anak – anak yang
disebabkan oleh papyloma pleksus dapat diatasi dengan operasi (Mumenthaler,
1995).
2. ETIOLOGI

Etiologi Hidrosefalus menurut L.Djoko Listiono (1998 );

1. Sebab-sebab Prenatal

Sebab prenatal merupakan faktor yang bertanggung jawab atas terjadinya


hidrosefalus kongenital yang timbul in- utero ataupun setelah lahir. Seabb-
sebab ini mencakup malformasi ( anomali perkembangan sporadis ), infeksi
atau kelainan vaskuler. Pada sebagian besar pasien banyak yang etiologi tidak
dapat diketahui dan untuk ini diistilahkan sebagai hidrosefalus idiopatik

2. Sebab-sebab Postnatal

a. Lesi masa menyebabkan peningkatan resistensi aliran liquor serebrospinal


dan kebanyakan tumor berlokasi di fosa posterior.Tumor lain yang
menyebabkan hidrosefalus adalah tumor di daerah mesencephalon. Kista
arachnoid dan kista neuroepitalial merupakn kelompok lesi masa yang
menyebabkan aliran gangguan liquor berlokasi di daerah supraselar atau
sekitar foramen magmum.
b. Perdarahan yang disebabkan oleh berbagai kejadian seperti prematur, cedera
kepala, ruptura malformasi vaskuler.
c. Semua meningitis bakterialis dapat menyebabkan hidrosefalus akibat dari
fibrosis leptomeningeal. Hidrosefalus yang terjadi biasanya multi okulasi, hal
ini disebabkan karena keikutsertaan adanya kerusakan jaringan otak
d. Gangguan aliran vena. Biasanya terjadi akibat sumbatan antomis dan
fungsional seperti akhondroplasia dimana terjadi gangguan drainase vena
pada basis krani, trombosis jugularis

Penyebab sumbatan aliran CSF, Penyebab sumbatan aliran CSF yang


sering terdapat pada bayi dan anak – anak. Penyebab penyumbatan aliran
CSS yang sering terdapat pada bayi adalah.

Kelainan bawaan
1. Stenosis Aquaductus sylv

Merupakan penyebab yang paling sering pada bayi/anak (60-90%)


Aquaductus dapat berubah saluran yang buntu sama sekali atau abnormal
ialah lebih sempit dari biasanya. Umumnya gejala Hidrocefalus terlihat sejak
lahir/progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah lahir.

2. Spina bifida dan cranium bifida

Biasanya berhubungan dengan sindrom Arnold-Chiari akibat tertariknya


medula spinalis dengan medula oblongata dan cerebelum, letaknya lebih
rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan
sebagian/total.

3. Sindrom Dandy-Walker

Merupakan atresia congenital foramen luscha dan mengendie dengan akibat


Hidrocefalus obstruktif dengan pelebran sistem ventrikel terutama ventrikel
IV sehingga merupakan krista yang besar di daerah losa posterior.

4. Kista Arachnoid

Dapat terjadi conginetal membai etiologi menurut usi

5. Anomali Pembuluh Darah

1. Infeksi
Infeksi mengakibatkan perlekatan meningen (selaput otak) sehingga terjadi
obliterasi ruang subarakhnoid,misalnya meningitis.

2. Perdarahan

3. Neoplasma

Terjadinya hidrosefalus disini oleh karena obstruksi mekanis yang dapat


terjadi di setiap aliran CSS. Neoplasma tersebut antara lain:

 Tumor Ventrikel kiri


 Tumorfosa posterior
 Pailoma pleksus khoroideus
 Leukemia, limfoma

4. Degeneratif.

Histositosis incontentia pigmenti dan penyakit krabbe.

5. Gangguan Vaskuler
• Dilatasi sinus dural
• Thrombosis sinus venosus
• Malformasi V. Galeni
• Ekstaksi A. Basilaris
3. 3 TANDA DAN GEJALA
a) Bayi
 Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3 tahun.
 Keterlambatan penutupan fontanela anterior, sehingga fontanela menjadi tegang,
keras, sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.

Tanda – tanda peningkatan tekanan intracranial antara lain :

 Muntah
 Gelisah
 Menangis dengan suara ringgi
 Peningkatan sistole pada tekanan darah, penurunan nadi, peningkatan pernafasan
dan tidak teratur, perubahan pupil, lethargi – stupor.
 peningkatan tonus otot ekstrimitas
 Dahi menonjol atau mengkilat dan pembuluh – pembuluh darah terlihat jelas
 Alis mata dan bulu mata ke atas, sehingga sclera terlihat seolah – olah diatas iris
 Bayi tidak dapat melihat ke atas, ‘‘Sunset Eyes”
 Strabismus, nystagmus, atropi optic
 Bayi sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas
b) Anak yang telah menutup suturanya;

Tanda – tanda peningkatan intarakranial

 Nyeri kepala
 Muntah
 Lethargi, lelah, apatis, perubahan personalitas
 Ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10 tahun
 Penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer
 Strabismus
 Perubahan pupil
4. ASUHAN KEPERAWATAN
 Diagnosa keperawatan
a) Resiko tinggi peningktan tekana intracranial b.d peningkatan jumlah cairan
serebrospinal
b) Nyeri yang berhubunngan dengan peningkatan tekanan intracranial
c) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan perubahan mencerna makanan, peningkatan
kebutuhan metabolism.
d) Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan meningkatnya
volume cairan serebrospinal, meningkatnya tekanan intra karnial
e) Kurangnya pengetahuan keluarga sehubungan dengan kurang informasi
dalam keadaan krisis.
f) Resiko tinggi terjadinya kerusakn intregasi kulit sehubungan dengan
penekanan
g) dan ketidakmampuan untuk menggerakan kepala.
 Intervensi keperawatan
1. Dx 1. Resiko tinggi peningktan tekana intracranial b.d peningkatan jumlah
cairan serebrospinal.

Tujuan: Setelah dilakukan atau diberikan asuhan keperawatan 2 x 24 jam


klien tidak mengalami peningkatan TIK.

Kriteria hasil: Klien tidak mengeluh nyeri kepala, mual-mual dan muntah,
GCS 4,5,6 tidak terdapat papiledema, TTV dalam batas normal.

1. Intervensi
a. Kaji factor penyebab dari keadaan individu/penyebab koma/penurunan
perfusi jaringan dan kemungkinan penyebab peningkatan TIK.

R/: deteksi dini untuk memperioritaskan intervensi , mengkaji status


neurologi/tanda-tanda kegagalan untuk menentukan perawatan
kegawatan atau tindakan pembedahan.

b. Monitor tanda-tanda vital tiap 4jam

R/: Suatu keadaan normal bila sirkulasi serebral terpelihara dengan


baik atau fluktuasi ditandai dengan tekanan darah sistemik, penurunan
dari autoregulator kebanyakan merupakan tanda penurunan difusi local
vaskularisasi darah serebral. Adanya peningkatan tekanan darah,
bradhikardi, distritmia, dispnia merupakan tanda terjadinya
peningkatan TIK.

c. Evaluasi pupil

R/: Reaksi pupil dan pergerakan kembali dari bola mata merupakan
tanda dari gangguan nervus/saraf jika batang otak terkoyak.

d. Monitor temperature dan pengaturan suhu lingkungan

R/: Panas merupakan refleks dari hipotalamus. Peningkatan kebutuhan


mertabolisme dan oksegen akan menunjang peningkatan TIK.

e. Pertahankan kepala / leher pada posisi yang netral, usahakan dengan


sedikit bantal. Hindari penggunaan bantal yang tinggi pada kepala
R/: perubahan kepala pada satu sisi dapat menimbulkan penekanan
pada vena jugularis dan menghambat aliran darah otak (menghambat
drainase pada vena serebral), untuk itu dapat meningkatkan TIK

f. Berikan periode istirahat antara tindakan perawatan dan batasi lamanya


prosedur.

R/: tindakan yang terus menerus dapat meningkatkan TIK oleh efek
rangsangan komulatif.

g. Kurangi rangsangan ekstra dan berikan rasa nyaman seperti massase


punggung, lingkungan yang tenang, sentuhan yang ramah dan suasana
atau pembicaraan yang tidak gaduh.

R/: memberikan suasana yang tenang (colming effect) dapat


mengurangi respons psikologis dan memberikan istirahat untuk
mempertahan TIK yang rendah.

h. Cegah atau hindari terjadinya valsava maneuver.

R/: mengurangi tekanan intra torakal dan intraabdominal sehingga


menghindari peningkatan TIK.

i. Bantu pasien jika batuk, muntah.

R/: aktivitas ini dapat meningkatkan intra thorak atau tekanan dalam
thorak dan tekanan dalam abdomen dimana aktivitas ini dapat
meningkatkan tekanan TIK.

j. Kaji peningkatan istirahat dan tingkah laku oada opagi hari.

R/: tingkat non verbal ini meningkatkan indikasi peningkatan TIK atau
memberikan refleks nyeri dimana pasien tidak mampu
mengungkapkan keluhan secara verbal, nyeri yang tidak menurun
dapat meningkatkan Tik

k. Palpasi pada pembesaran atau pelebaran blader, peertahgankanb


drainase urine secara paten jika digunakan dan juga monitor
terdapatnya konstipasi.
R/: dapat meningkatkan respon automatic yang potensial menaikan Tik

l. Berikan penjelasan pada klien (jika sadar) dan orangtua tentang sebab
akibat TIK meningkat.

R/: meningkatkan kerja sama dalam meningkatkan perawatan klien dan


mengurangi kecemasan

2. Dx2: Gangguan rasa nyaman: Nyeri sehubungan dengan meningkatkanya


tekanan intracranial, terpasang shunt .

Data Indikasi : Adanya keluahan Nyeri Kepala, Meringis atau menangis,


gelisah, kepala membesar

Tujuan :Setelah dilaksakan asuhan keperawatan 2x24 jam diharapkan


nyeri kepala klien hilang.

Kriteria hasil: pasien mengatakan nyeri kepala berkurang atau hilang


(skala nyeri 0), dan tampak rileks, tidak meringis kesakitan, nadi normal
dan RR normal.

1. Intervensi :
a. Kaji pengalaman nyeri pada anak, minta anak menunjukkan area yang
sakit dan menentukan peringkat nyeri dengan skala nyeri 0-5 (0 = tidak
nyeri, 5 = nyeri sekali)

R/: Membantu dalam mengevaluasi rasa nyeri.

b. Bantu anak mengatasi nyeri seperti dengan memberikan pujian kepada


anak untuk ketahanan dan memperlihatkan bahwa nyeri telah ditangani
dengan baik.

R/: Pujian yang diberikan akan meningkatkan kepercayaan diri anak


untuk mengatasi nyeri dan kontinuitas anak untuk terus berusaha
menangani nyerinya dengan baik.

c. Pantau dan catat TTV.

R/: Perubahan TTV dapat menunjukkan trauma batang otak.


d. Jelaskan kepada orang tua bahwa anak dapat menangis lebih keras bila
mereka ada, tetapi kehadiran mereka itu penting untuk meningkatkan
kepercayaan.

R/: Pemahaman orang tua mengenai pentingnya kehadiran, kapan anak


harus didampingi atau tidak, berperan penting dalam menngkatkan
kepercayaan anak.

e. Gunakan teknik distraksi seperti dengan bercerita tentang dongeng


menggunakan boneka, nafas dalam, dll.

R/: Teknik ini akan membantu mengalihkan perhatian anak dari rasa
nyeri yang dirasakan.

3. Dx.3: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang


berhubungan dengan perubahan mencerna makanan, peningkatan
kebutuhan metabolisme.

Tujuan: Setelah dilaksakan asuhan keperawatan 1x 24 jam diharapkan


ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi dengan

Kriteria hasil: tidak terjadi penurunan berat badan sebesar 10% dari berat
awal, tidak adanya mual-muntah.

1. Intervensi :
a. Pertahankan kebersihan mulut dengan baik sebelum dan sesudah
mengunyah makanan.

R/: Mulut yang tidak bersih dapat mempengaruhi rasa makanan dan
meninbulkan mual.

b. Tawarkan makanan porsi kecil tetapi sering untuk mengurangi


perasaan tegang pada lambung.

R/: Makan dalam porsi kecil tetapi sering dapat mengurangi beban
saluran pencernaan. Saluran pencernaan ini dapat mengalami gangguan
akibat hidrocefalus.
c. Atur agar mendapatkan nutrien yang berprotein/ kalori yang disajikan
pada saat individu ingin makan.

R/: Agar asupan nutrisi dan kalori klien adeakuat.

d. Timbang berat badan pasien saat ia bangun dari tidur dan setelah
berkemih pertama.

R/: Menimbang berat badan saat baru bangun dan setelah berkemih
untuk mengetahui berat badan mula-mula sebelum mendapatkan
nutrient

e. Konsultasikan dengan ahli gizi mengenai kebutuhan kalori harian yang


realistis dan adekuat.

R/: Konsultasi ini dilakukan agar klien mendapatkan nutrisi sesuai


indikasi dan kebutuhan kalorinya

f. Makanan atau cairan, jika muntah dapat diberikan cairan infuse


dekstrosa 5% 2-3 hari kemudian diberikan makanan lunak.
4. DX4: Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
meningkatnya volume cairan serebrospinal, meningkatnya tekanan intra
karnial.

Tujuan : perfusi jaringan serebral adequat.

1. Intervensi:
Observasi TTV
a. Kaji data dasar neurologi
b. Hindari pemasangan infuse pada vena kepala jika terjadi
pembedahan
c. Tentukan posisi anak :
 tempatkan pada posisi terlentang
 tinggikan kepala
d. Hindari penggunaan obat – obat penenang

5. DX5: Resiko tinggi terjadinya kerusakn intregasi kulit sehubungan dengan


penekanan dan ketidakmampuan untuk menggerakan kepala.
Tujuan : klien akan menunjukan intregasi kulit yang baik

1. Intervensi :
a. Berikan perawatan kulit
b. Laporkan segera bila terjadi perubahan TTV ( tingkah laku ).
c. Monitor daerah sekitar operasi terhadap adanya tanda – tanda
kemerahan atau pembengkakan.
6. DX6: Kurangnya pengetahuan keluarga sehubungan dengan kurang
informasi dalam keadaan krisis.

Tujuan : keluarga klien akan menerima support dengan adekuat

1. Intervensi :
a. Jelaskan tentang penyakit tindakan dan prosedur yang akan dilakukan.
b. Berikan kesempatan pada orang tua atau anggota keluarga untuk
mengekspresikan perasaan.
c. Berikan dorongan pada orang tua untuk membantu perawatan anak.
B. KEJANG DEMAM
1. DEFINISI
Kejang demam adalah kejang yang disebabkan kenaikan suhu tubuh lebih dari
38,40°c tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit akut pada
anak berusia di atas 1 bulan tanpa riwayat kejang sebelumnya (IDAI, 2009). Kejang
demam dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu kejang demam sederhana
dan kejang demam kompleks (Schwartz, 2005). Di Asia sekitar 70% - 90% dari
seluruh kejang demam merupakan kejang demam sederhana dan sisanya merupakan
kejang demam kompleks (Karemzadeh, 2008).
2. ETIOLOGI
Etiologi dari kejang demam masih tidak diketahui. Namun pada sebagian
besar anak dipicu oleh tingginya suhu tubuh bukan kecepatan peningkatan suhu
tubuh. Biasanya suhu demam diatas 38,8°C dan terjadi disaat suhu tubuh naik dan
bukan pada saat setelah terjadinya kenaikan suhu tubuh (Dona Wong L, 2008).
1. Patofisiologi
Pada keadaan demam, kenaikan suhu sebanyak 1º C akan menyebabkan kenaikan
kebutuhan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen meningkat sebanyak
20%. Pada seorang anak yang berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari
seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Pada kenaikan
suhu tubuh tertentu dapat menyebabkan terjadinya perubahan keseimbangan dari
membran sel neuron. Dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion Kalium
maupun ion Natrium melalui membran tadi, akibatnya terjadinya lepasan muatan
listrik. Lepasan muatan listrik ini dapat meluas ke seluruh sel maupun membran sel
tetangganya dengan bantuan neurotransmitter dan terjadilah kejang. Tiap anak
mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung pada tinggi atau rendahnya
ambang kejang seseorang anak pada kenaikan suhu tubuhnya. Kebiasaannya, kejadian
kejang pada suhu 38ºC, anak tersebut mempunyai ambang kejang yang rendah,
sedangkan pada suhu 40º C atau lebih anak tersebut mempunyai ambang kejang yang
tinggi. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih
sering terjadi pada ambang kejang yang rendah (Latief et al., 2007).
2. Manifestasi Klinis
Kejang demam berlangsung singkat, berupa serangan kejang klonik atau tonik klonik
bilateral. Seringkali kejang berhenti sendiri. Setelah kejang berhenti anak tidak
memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak
terbangun dan sadar kembali tanpa defisit neurologis. Adapun tanda- tanda kejang
demam meliputi :
a. Demam yang biasanya di atas (38,9 º C)
b. Jenis kejang (menyentak atau kaku otot)
c. Gerakan mata abnormal (mata dapat berputar-putar atau ke atas)
d. Suara pernapasan yang kasar terdengar selama kejang
b. Penurunan kesadaran
c. Kehilangan kontrol kandung kemih atau pergerakan usus
d. Muntah
e. Dapat menyebabkan mengantuk atau kebingungan setelah kejang dalam waktu
yang singkat (Lyons, 2012)
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan klien dengan Kejang Demam Sederhana
1. Pengkajian
Berdasarkan tanda dan gejala penyakit kejang demam, maka asuhan
keperawatan yang prioritas ditegakkan adalah pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi, perencanaan pemulang yaitu :
Riwayat Keperawatan
Kaji gejala dan tanda meningkatnya suhu tubuh, terutama pada malam hari,
terjadinya kejang dan penurunan kesadaran.
a. Data biografi : nama, alamat, umur, status perkawinan, tanggal MRS, diagnose
medis, catatan kedatangan, keluarga yang dapat dihubungi.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Mengapa pasien masuk Rumah Sakit dan apa keluhan utama pasien, sehingga
dapat ditegakkan prioritas masalah keperawatan yang dapat muncul.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah sudah pernah sakit dan dirawat dengan penyakit yang sama.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada dalam keluarga pasien yang sakit seperti pasien.
e. Riwayat psikososial
Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas / sedih)
Interpersonal : hubungan dengan orang lain.
f. Pola Fungsi kesehatan
1) Pola nutrisi dan metabolisme :
Pola nutrisi klien perlu dikaji untuk menentukan terjadinya gangguan
nutrisi atau tidak pada klien
2) Pola istirahat dan tidur
Selama sakit pasien merasa tidak dapat istirahat karena pasien
merasakan demam terutama pada malam hari
g. Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran dan keadaan umum pasien
Kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar-tidak sadar (composmentis-
coma) untuk mengetahui berat ringannya prognosis penyakit pasien.
2) Tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik kepala-kaki
TD, Nadi, Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak ukur dari
keadaan umum pasien / kondisi pasien dan termasuk pemeriksaan
dari kepala sampai kaki dengan menggunakan prinsip-prinsip
(inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi), disamping itu juga
penimbangan BB untuk mengetahui adanya penurunan BB karena
peningkatan gangguan nutrisi yang terjadi, sehingga dapat dihitung
kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan (Wijaya,2013).

2. Diagnosa keperawatan
a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses patologis
b. Gangguan volume cairan kurang dari kebutuhann tubuh b.d peningkatan suhu
tubuh
c. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d peningkatan sekresi mucus
d. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak
adekuat (Doengoes, 2007)

3. Perencanaan
Perencanaan asuhan keperawatan pada anak dengan kejang demam sederhana
adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1
Rencana Tindakan keperawatan
Diagnosa Perencanaan
NO
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
0
1. Peningkatan suhu Tupan: 1. Pantau suhu 1. Suhu 38,9-41,1 C
tubuh Setelah pasien (derajat menunjukkan proses
berhubungan dilakukan dan pola): penyakit infeksius
dengan proses tindakan perhatikan akut.
patologis keperawatan menggigil?diafore
selama 4 x 24 si.
suhu tubuh 2. Pantau suhu 2. Suhu ruangan,
normal. lingkungan, jumlah selimut harus
Tupen: batasi/tambahkan dirubah untuk
Setelah linen tempat tidur mempertahankan
dilakukan sesuai indikasi. suhu mendekati
tindakan normal
perawatan
selama 3 x 24 3. Berikan kompres 3. Dapat membantu
jam proses hangat: hindari mengurangi demam,
patologis teratasi penggunaan penggunaan air
dengan kriteria: kompres alkohol. es/alkohol mungkin
TTV stabil menyebabkan
Suhu tubuh kedinginan
dalam batas 4. Berikan selimut 4. Digunakan untu
normal pendingin kengurangi demam
umumnya lebih besar
dari 39,5-40 0C pada
waktu terjadi
gangguan pada otak.
Kolaborasi:
5. Berikan antipiretik 5. Digunakan untuk
sesuai indikasi mengurangi demam
dengan aksi sentral
2 Resiko tinggi Tupan: setelah 1. Ukur/catat 1. Penurunan haluaran
kekurangan dilakukan haluaran urin. urin dan berat jenis
volume cairan tindakan akan menyebabkan
berhubungan perawatan hipovolemia.
dengan selama 3 x 24 2. Pantau tekanan 2. Pengurangan dalam
peningkatan suhu jam kekurangan darah dan denyut sirkulasi volume
tubuh volume cairan jantung cairan dapat
tidak terjadi mengurangi tekanan
darah/CVP,
Tupen: setelah mekanisme
dilakukan kompensasi awal
tindakan dari takikardia
perawatan untuk meningkatkan
selama 2 x 24 curah jantung dan
jam peningkatan meningkatkan
suhu tubuh 3. Palpasi denyut tekanan darah
teratasi, dengan perifer. sistemik.
kriteria: 3. Denyut yang lemah,
Tidak ada tanda- 4. Kaji membran mudah hilang dapat
tanda dehidrasi mukosa kering, menyebabkan
Menunjukan turgor kulit yang hipovolemia.
adanya tidak elastis 4. Hipovolemia/cairan
keseimbangan ruang ketiga akan
cairan seperti memperkuat tanda-
output urin Kolaborasi: tanda dehidrasi.
adekuat
5. Berikan cairan
Turgor kulit baik
intravena,
Membran
misalnya
mukosa mulut
kristaloid dan
lembab 5. Sejumlah besar
koloid
cairan mungkin
dibutuhkan untuk
mengatasi
hipovolemia relatif
(vasodilasi perifer),
6. Pantau nilai menggantikan
laboratorium kehilangan dengan
meningkatkan
permeabilitas
kapiler.
6. Mengevaluasi
perubahan didalam
hidrasi/viskositas
darah.
3. Tidak efektifnya Tupan: setelah 1. Anjurkan pasien 1. Menurunkan risiko
bersihan jalan dilakukan untuk aspirasi atau
nafas b.d tindakan mengosongkan masuknya sesuatu
peningkatan perawatan mulut dari benda asing ke
sekresi mucus selama 4 x 24 benda/zat tertentu. faring.
jam jalan nafas 2. Letakkan pasien
kembali efektif pada posisi 2. Meningkatkan aliran
miring, (drainase) sekret,
Tupen: setelah permukaan datar, mencegah lidah
dilakukan miringkan kepala jatuh dan
tindakan selama serangan menyumbat jalan
perawatan kejang. nafas.
selama 2 x 24 3. Tanggalkan
jam peningkatan pakaian pada 3. Untuk memfasilitasi
sekresi mukus daerah leher/dada usaha
teratasi, dengan dan abdomen. bernafas/ekspansi
kriteria: 4. Masukan spatel dada.
Suara nafas lidah/jalan nafas 4. Jika masuknya di
vesikuler buatan atau awal untuk
gulungan benda membuka rahang,
Respirasi rate
lunak sesuai alat ini dapat
dalam batas
normal dengan indikasi. mencegah
tergigitnya lidah dan
memfasilitasi saat
melakukan
penghisapan
lendiratau memberi
sokongan terhadap
pernafasan jika di
5. Lakukan perlukan.
penghisapan
sesuai indikasi 5. Menurunkan risiko
aspirasi atau
Kolaborasi :
asfiksia.
6. Berikan tambahan
oksigen/ventilasi
manual sesuai
kebutuhan pada 6. Dapat menurunkan
fase posiktal. hipoksia serebral
sebagai akibat dari
sirkulasi yang
menurunkan atau
oksigen sekunder
terhadap spasme
vaskuler selama
serangan kejang.

4 Resiko perubahan Tupan: setelah 1. Buat tujuan berat 1. Malnutrisi adalah


nutrisi kurang dilakukan badan minimum kondisi gangguan
dari kebutuhan tindakan dan kebutuhan minat yang
tubuh b.d intake perawatan nutrisi harian. menyebabkan
yang tidak selama 5 x 24 depresi, agitasi dan
adekuat jam perubahan mempengaruhi
nutrisi kurang fungsi
dari kebutuhan kognitif/pengambila
tidak terjadi 2. Gunakan n keputusan.
pendekatan 2. Pasien mendeteksi
Tupen: setelah konsisten, duduk pentingnya dan
dilakukan dengan pasien saat dapat beraksi
tindakan makan, sediakan terhadap tekanan,
perawatan dan buang komentar apapun
selama 3 x 24 makanan tanpa yang dapat terlihat
jam intake persuasi sebagai paksaan
nutrisi adekuat, dan/komentar. memberikan fokus
dengan kriteria: 3. Berikan makan padad makanan.
Makan klien sedikit dan 3. Dilatasi gaster dapat
habis makanan kecil terjadi bila
BB klien normal tambahan, yang pemberian makan
tepat. terlalu cepat setelah
4. Buat pilihan menu periode puasa.
yang ada dan 4. Pasien yang
izinkan pasien meningkat
untuk mengontrol kepercayaan dirinya
pilihan sebanyak dan merasa
mungkin. mengontrol
lingkungan lebih
suka menyediakan
makanan untuk
makan.
5. Pertahankan 5. Memberikan catatan
jadwal bimbingan lanjut penurunan
berat badan dan/atau
teratur. peningkatan berat
badan yang akurat.

4. Pelaksanaan
Menurut Iyer et al (1996) yang dikutip oleh Nursalam (2008).Implementasi
adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan spesifik. Tahap
implementasi dimulai setelah rencana intervensi disusun dan ditujukkan pada nursing
orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.
5. Evaluasi
Fase terakhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan dengan melihat perkembangan masalah klien sehingga
dapat diketahui tingkatan-tingkatan keberhasilan intervensi. Evaluasi hasil
perencanaan keperawatan dari masing-masing diagnosa keperawatan dapat dilihat
pada kriteria hasil intervensi keperawatan.
C. POLIOMYELITIS
DEFINISI

1) Polio, kependekan dari poliomyelitis, adalah penyakit yang dapat merusak sistem
saraf dan menyebabkan paralysis. Penyakit ini paling sering terjadi pada anak-anak di
bawah umur 2 tahun. Infeksi virus ini mulai timbul seperti demam yang disertai
panas, muntah dan sakit otot. Kadang-kadang hanya satu atau beberapa tanda tersebut,
namun sering kali sebagian tubuh menjadi lemah danlumpuh (paralisis). Kelumpuhan
ini paling sering terjadi pada salah satu atau kedua kaki. Lambat laun, anggota gerak
yang lumpuh ini menjadi kecil dan tidak tumbuh secepat anggota gerak yang lain.
Poliomielitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus dengan
predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan intimotorik
batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut akanterjadi
kelumpuhan serta autropi otot. Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralysis atau
lumpuh yangdisebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang
dinamakan poliovirus (PV), masuk ketubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus.
Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir kesistem saraf pusat
menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralysis).
2) ETIOLOGI

Penyebab poliomyelitis Family Pecornavirus dan Genus virus, dibagi 3 yaitu :

1. Brunhilde

2. Lansing

3. Leon ; Dapat hidup berbulan-bulan didalam air, mati dengan pengeringan


/oksidan. Masa inkubasi : 7-10-35 hari

Klasifikasi virus :

Golongan: Golongan IV ((+)ssRNA)

 Familia: Picornaviridae
 Genus: Enterovirus
 Spesies: Poliovirus
Secara serologi virus polio dibagi menjadi 3 tipe, yaitu:

 Tipe I Brunhilde
 Tipe II Lansing dan
 Tipe III Leoninya

Tipe I yang paling sering menimbulkan epidemi yang luas dan ganas, tipe II kadang-
kadang menyebabkan wajah yang sporadic sedang tipe III menyebabkan epidemic
ringan.

Di Negara tropis dan sub tropis kebanyakkan disebabkan oleh tipe II dan III dan virus
ini tidak menimbulkan imunitas silang.

Penularan virus terjadi melalui :

a. Secara langsung dari orang ke orang


b. Melalui tinja penderita
c. Melalui percikan ludah penderita

Virus masuk melalui mulut dan hidung,berkembang biak didalam tenggorokan dan
saluran pencernaan,lalu diserap dan disebarkan melalui system pembuluh darah dan
getah bening

Resiko terjadinya Polio:

a. Belum mendapatkan imunisasi


b. Berpergian kedaerah yang masih sering ditemukan polio
c. Usia sangat muda dan usia lanjut
d. Stres atay kelehahan fisik yang luar biasa(karena stress emosi dan fisik dapat
melemahkan system kekebalan tubuh).

3) MANIFESTASI KLINIK

1. Poliomielitis Asimtomatis: Setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala
karena daya tahan tubuh cukup baik, maka tidak terdapat gejala klinik sama
sekali.
2. Poliomielitis Abortif: Timbul mendadak langsung beberapa jam sampai beberapa
hari. Gejala berupa infeksi virus seperti malaise, anoreksia, nausea, muntah, nyeri
kepala, nyeri tenggorokan, konstipasi dan nyeri abdomen.
3. Poliomielitis Non Paralitik: Gejala klinik hampir sama dengan poliomyelitis
abortif, hanya nyeri kepala, nausea dan muntah lebih hebat. Gejala ini timbul 1-2
hari kadang-kadang diikuti penyembuhan sementara untuk kemudian remisi
demam atau masuk ke dalam fase ke-2 dengan nyeri otot. Khas untuk penyakit ini
dengan hipertonia, mungkin disebabkan oleh lesi pada batang otak, ganglion
spinal dan kolumna posterior.
4. Poliomielitis Paralitik: Gejala sama pada poliomyelitis non paralitik disertai
kelemahan satu atau lebih kumpulan otot skelet atau cranial. Timbul paralysis akut
pada bayi ditemukan paralysis fesika urinaria dan antonia usus. Adapun bentuk-
bentuk gejalanya antara lain :

a) Bentuk spinal: Gejala kelemahan/paralysis atau paresis otot


leher, abdomen, tubuh, diafragma, thorak dan terbanyak
ekstremitas.
b) Bentuk bulbar: Gangguan motorik satu atau lebih syaraf otak
dengan atau tanpa gangguan pusat vital yakni pernapasan dan
sirkulasi.
c) Bentuk bulbospinal: Didapatkan gejala campuran antara
bentuk spinal dan bentuk bulbar.
d) Kadang ensepalitik: Dapat disertai gejala delirium, kesadaran
menurun, tremor dan kadang kejang.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN POLIOMYELITIS PADA ANAK

1. Riwayat Kesehatan

Riwayat pengobatan penyakit-penyakit dan riwayat imunitas

2. Pemeriksaan Fisik

a.Nyerikepala
b.Paralisis
c.Reflekstendonberkurang
d.Kakukuduk
e. Brudzinky

I. Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual dan muntah.
2. Hipertermi b/d proses infeksi.
3. Resiko ketidakefektifan pola nafas dan ketidakefektifan jalan nafas b/d
paralysis otot.
4. Nyeri b/d proses infeksi yang menyerang syaraf.
5. Gangguan mobilitas fisik b/d paralysis
6. Kecemasan pada anak dan keluarga b/d kondisi penyakit.

J. Intervensi

1. Perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual dan muntah.

intervensi:

1. Kaji pola makan anak.

2. Berikan makanan secara adekuat.

3. Berikan nutrisi kalori, protein, vitamin dan mineral.


4. Timbang berat badan.
5. Berikan makanan kesukaan anak.

6. Berikan makanan tapi sering.

rasional:

1. Mengetahui intake dan output anak.


2. Untuk mencakupi masukan sehingga output dan intake seimbang.
3. Mencukupi kebutuhan nutrisi dengan seimbang.
4. Mengetahui perkembangan anak.
5. Menambah masukan dan merangsang anak untuk makan lebih
banyak.
6. Mempermudah proses pencernaan.

2. Hipertermi b/d proses infeksi.

intervensi:

1. Pantau suhu tubuh.


2. Jangan pernah menggunakan usapan alcohol saat mandi/kompres.
3. Hindari mengigil.
4. Kompres mandi hangat durasi 20-30 menit.

rasional:

1. Untuk mencegah kedinginan tubuh yang berlebih


2. Dapat menyebabkan efek neurotoksi.
3. Mengurangi penguapan tubuh.
4. Dapat membantu mengurangi demam.

3. Resiko ketidakefektifan pola nafas dan ketidakefektifan jalan nafas b/d paralysis otot.

intervensi:

1. Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman.


2. Auskultasi bunyi nafas.
3. Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi duduk tinggi
atau semi fowler.
4. Berikan tambahan oksigen.

rasional:

1. Pengenalan dini dan pengobatan ventilasi dapat mencegah


komplikasi.
2. Mengetahui adanya bunyi tambahan.
3. Merangsang fungsi pernafasan atau ekspansi paru.
4. Meningkatkan pengiriman oksigen ke paru.
4. Nyeri b/d proses infeksi yang menyerang syaraf.

intervensi:

1. Lakukan strategi non farmakologis untuk membantu anak


mengatasi nyeri.
2. Libatkan orang tua dalam memilih strategi.
3. Ajarkan anak untuk menggunakan strategi non farmakologis
khusus sebelum nyer
4. Minta orang tua membantu anak dengan menggunakan srtategi
selama nyeri.
5. Berikan analgesic sesuai indikasi.

rasional:

1. Teknik-teknik seperti relaksasi, pernafasan berirama, dan distraksi


dapat membuat nyeri dan dapat lebih di toleransi
2. Karena orang tua adalah yang lebih mengetahui anak.
3. Pendekatan ini tampak paling efektif pada nyeri ringan.
4. Latihan ini mungkin diperlukan untuk membantu anak berfokus
pada tindakan yang diperlukan
5. Mengurangi nyeri.

5. Gangguan mobilitas fisik b/d paralysis.

intervensi:

1. Tentukan aktivitas atau keadaan fisik anak.


2. Catat dan terima keadaan kelemahan (kelelahan yang ada).
3. Indetifikasi factor-faktor yang mempengaruhi kemampuan untuk
aktif seperti pemasukan makanan yang tidak adekuat
4. Evaluasi kemampuan untuk melakukan mobilisasi secara aman.

rasional:
1. Memberikan informasi untuk mengembangkan rencana
perawatan bagi program rehabilitasi.
2. Kelelahan yang dialami dapat mengindikasikan keadaan anak.
3. Memberikan kesempatan untuk memecahkan masalah untuk
mempertahankan atau meningkatkan mobilitas.
4. Latihan berjalan dapat meningkatkan keamanan dan efektifan anak
untuk berjalan.

6. Kecemasan pada anak dan keluarga b/d kondisi penyakit.

intervensi:

1. Kaji tingkat realita bahaya bagi anak dan keluarga tingkat ansietas
(mis.renda, sedang, parah).
2. Nyatakan retalita dan situasi seperti apa yang dilihat keluarga tanpa
menayakan apa yang dipercaya.
3. Sediakan informasi yang akurat sesuai kebutuhan jika diminta oleh
keluarga.
4. Hindari harapan –harapan kosong mis ; pertanyaan seperti “ semua akan
berjalan lancar”.

rasional:

1. Respon keluarga bervariasi tergantung pada pola kultural yang


dipelajari.
2. Pasien mungkin perlu menolak realita sampai siap menghadapinya.
3. Informasi yang menimbulkan ansietas dapat diberikan dalam jumlah
yang dapat dibatasi setelah periode yang diperpanjang.
4. Harapan–harapan palsu akan diintervesikan sebagai kurangnya
pemahaman atau kejujuran.
BAB III
PENUTUP
Hidrosephalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya airan
cerebrospinal (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intra kranialyang meninggi
sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya CSS.

Kejang demam pada anak adalah kondisi yang terjadi ketika


seorang anak menderita kejang saat sedang demam tinggi. Kejang ini bisa sangat
mengkhawatirkan bagi orangtua dan pengasuhnya. Kejang demam disebut juga febrile
seizure atau step pada anak.

Poliomielitis atau polio adalah penyakit menular yang disebabkan oleh poliovirus. Virus ini
menyerang sistem saraf pusat, menyebabkan nyeri atau merusak saraf motorik, sehingga
menyebabkan kelumpuhan otot atau ketidakmampuan untuk menggerakan tungkai atau
bagian tubuh lain
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/16380588/ASUHAN_KEPERAWATAN_ANAK_DENGAN_KEJANG_
DEMAM
https://www.academia.edu/34986171/MAKALAH_ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_PASIEN
_POLIO_NAMA_KELOMPOK
https://www.academia.edu/19961303/hidrosefalus
MAKALAH MATERI PENGKAJIAN
Dosen Koordinator ;

Ns. Helena Golang S.kep, M.kep, Sp.Kep. An

Di Susun Oleh :

Mila Apriliana

Nadia Putri

Nadya Virdianti

Nanda Putri Amalia

Nisa Nadya Salsabila

Nur Hilyatul Uyun

Puspita Sari

PROGRAM STUDI D-3 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MH.THAMRIN

TAHUN AJARAN 2019/2020

Anda mungkin juga menyukai