Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN MENGALAMI SKIZOFERNIA DENGAN HARGA DIRI RENDAH KRONIK DI

RSKD DUREN SAWIT

KARYA TULIS ILMIAH

DISUSUN OLEH :

MILA APRILIANA

1030181022

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MH THAMRIN

2020
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN MENGALAMI SKIZOFERNIA DENGAN HARGA DIRI RENDAH KRONIK DI
RSKD DUREN SAWIT

Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan (A.Md.Kep)

pada Program Studi D-III Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas MH. Thamrin

DISUSUN OLEH :

MILA APRILIANA

1030181022

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MH THAMRIN

2020
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini;

NAMA ;.........................................................................................

NIM ;.........................................................................................

Program Sudi ;.........................................................................................

Institusi ;........................................................................................

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya tulis ilmiah yang saya tulis ini adalah benar- benar

bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau fikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil

tuisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti astau dapat dibuktikan karya tulis ilmiah ini hasil plagiat ,

maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut

Mengetahui

Pembimbing Utama
.......................................................

.................................,....................20...

Pembuat pernyataan

MATERAI

6000

.....................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gangguan jiwa adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak

normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun mental yang dibagi

dalam dua golongan yaitu gangguan jiwa (neurosis) dan sakit jiwa (psikosis)

(Yosep, 2011). Sesorang dengan gangguan jiwa disebabkan oleh gangguan

bio-psiko-social. Penderita gangguan jiwa didunia di perkirakan akan

semakin meningkat seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat.

Masalah ini merupakan masalah yang sangat serius. Gangguan jiwa

merupakan permasalahan kesehatan yang disebabkan oleh gangguan n

biologis, sosial, psikologis, genetik fisik atau kimiawi dengan jumlah

penderita yang terus meningkat dari tahun ketahun (WHO, 2015).


Prevalensi gangguan jiwa didunia pada tahun 2014 diperkirakan gangguan

jiwa mencapai 516 juta jiwa (WHO,2015). Pravelensi gangguan jiwa di

Indonesia berdasar data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013

sebesar 1,7 per mil. Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010,

menyatakan jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia mencapai 2,5 juta.

Dari 150 juta populasi orang dewasa indonesia, berdasarkan data

Departemen Kesehatan (Depkes), ada 1,74 juta orang mengalami gangguan

mental emosional. Sedangkan 4 % dari jumlah tersebut terlambat berobat

dan tidak tertangani akibat kurangnya layanan untuk penyakit kejiwaan ini.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas Tahun 2013) pravelensi

gangguan mental di Indonesia 6,0%. Provinsi dengan gangguan mental

emosional tertinggi adalah Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Barat,

DI Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Timur.

Prevalensi gangguan jiwa di Jawa Tengah mencapai 3,3% dari seluruh

populasi yang ada (Balitbangkes, 2008). Berdasarkan data dari dinas

kesehatan provinsi Jawa tengah tercatat ada 1.091 kasus yang mengalami

gangguan jiwa dan beberapa dari kasus tersebut hidup dalam pasungan

Angka tersebut diperoleh dari pendataan sejak januari hingga november

2012 (Hendry, 2012). Berdasarkan jumlah kunjungan masyarakat yang

mengalami gangguan jiwa kepelayanan kesehatan baik puskesmas, rumah

sakit, maupun sarana pelayanan kesehatan lainnya pada tahun 2009 terdapat
1,3 juta orang yang melakukan kunjungan, hal ini diperkirakan sebanyak

4,09% (Profil Kesehatan Kab/ Kota Jawa Tengah Tahun 2009). Cakupan

pelayanan kesehatan jiwa kebupaten Kebumen di puskesmas pada Tahun

2014 tercatat 686 jiwa ( laki-laki 411 jiwa dan perempuan 275 jiwa ).

Kebupaten Kebumen menduduki perangkat kedua sebagai wilayahh dengan

rpenderita gangguan jiwa terbanyak setelah Kabupaten Semarang. Hasil

pendataan di 35 puskesmas di Kabupaten Kebumen dari 26 puskesmas

tercatat 773 warga mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan catatan rekan

medis Puskesmas Gombong II, selama tahun 2007 telah mengirimkan

rujukan ke RS Jiwa Magelang dan Banyumas sebanyak 10 oranng. Untuk

klien jiwa yang teratur minum obat sebanyak 5 oranng. Dari penelusuran di

9 Desa yang berada diruang lingkup kerja Puskesmas Gombong II, terdapat

sekitar 47 pasien gangguan jiwa, mayoritas dari meraka hidup serumah


dengan keluarganya. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita

skizofrenia serta anggota keluarga yang bertanggung jawab merawat

penderita skizofrenia dilingkup wilayah kerja Puskesmas Gombong II

Kecamatan Gombong Kabupaten Kebumen yaitu sebanyak 35 orang.

Puskesmas merupakan pelayanan pertama atau pelayanan primer pada

masyarakat untuk meningkatkan angka kesehatan dengan skizofrenia.

Upaya kesehatan jiwa masih perlu sosialisasi lebih, dimana persepsi

keluarga/masyarakat bahwa penyakit gangguan jiwa merupakan aib

keluarga dan tidak membawa/keterlambatan membawa orang gangguan jiwa

ke fasilitas kesehatan.

Berdasarkan Rumah Sakit Jiwa daerah Surakarta (RSJD) pada tahun

2016 sampai januari 2017 terdapat pasien yang mengalami Gangguan Jiwa
Konsep Diri : Harga Diri Rendah sebanyak 2520 pasien pada tahun 2016

dan 334 pasien pada bulan januari 2017. Ada beberapa faktor yang

Anda mungkin juga menyukai