Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Seorang inu hamil membutuhkan informasi tentang kehamilannya itu baik ibu yang mengandung
dan janin yang ada dalam kandungannya. Maka perlunya pengawasan dan pendidikan yang
diberikan oleh seorang petugas kesehatan kepada ibu hamil. Petugas kesehatan ini kemudian
dijadikan sebuah program yang disebut Antenatal Care. Program ini sebuah program untuk
menharahkan dan memberikan informasi tentang hal-hal yang harus dilakukan seorang ibu agar
janinnya tetap sehat dan terjadi kelahiran normal bagi bayi.
Pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu tahapan penting menuju kehamilan yang sehat.
Boleh dikatakan pemeriksaan kehamilan merupakan hal yang wajib dilakukan oleh para ibu hamil.
Pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan melalui dokter kandungan atau bidan dengan minimal
pemeriksaan 3 kali selama kehamilan yaitu pada usia kehamilan trimester pertama, trimester
kedua dan pada kehamilan trimester ke tiga, itupun jika kehamilan normal. Namun ada baiknya
pemeriksaan kehamilan dilakukan sebulan sekali hingga usia 6 bulan, sebulan dua kali pada usia
7 - 8 bulan dan seminggu sekali ketika usia kandungan menginjak 9 bulan.
Pemeriksaan kehamilan atau ante natal care (ANC) sangat disarankan bagi para ibu hamil untuk
memonitor kesehatan ibu dan janin dalam kandungan. Pemeriksaan kehamilan adalah
serangkaian pemeriksaan yang dilakukan secara berkala dari awal kehamilan hingga proses
persalinan untuk memonitor kesehatan ibu dan janin agar tercapai kehamilan yang optimal.
Asuhan Antenatal Care meliputi pengawasan terhadap kehamilan untuk mendapatkan informasi
kesehatan umum ibu, menegakkan secara dini penyakit yang menyakit kehamilan, menegakkan
secara dini komplikasi kehamilan dan menetapkan resiko kehamilan (resiko tinggi, resiko
meragukan, resiko rendah). (Manuaba, 2008).
Menurut World health organizations (WHO) tahun 2008, menyatakan bahwa masih tingginya
mortalitas dan morbilitas pada ibu hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara
berkembang. di Negara miskin berkisar 25 – 30% kematian usia subur disebabkan oleh hal yang
berkaitan dengan kehamilan dan persalinan.
Kehamilan adalah rangkaian peristiwa yang baru terjadi bila ovum dibuahi dan pembuahan ovum
akhirnya berkembang sampai menjadi fetus yang aterm (Guyton, 1997). Sementara menurut
manuaba (2005), kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterine mulai
sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan. menurut Federasi Obstetri Ginekologi
Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (sarwono, 2008).

1.2 Rumusan Masalah


Dari pembahasan ini kita bisa menarik sebuah rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan antenatal care?
2. Apakah tujuan program antenatal care?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Antenatal Care (ANC)


Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan yang diberikan oleh bidan atau dokter
kepada ibu selama masa kehamilan untuk mengoptimalisasikan kesehatan mental dan fisik ibu
hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan memberikan ASI, dan
kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 1998). Juga mengetahui kesehatan
umum ibu, menegakan secara dini penyakit yang menyertai kehamilan, menegakan secara dini
komplikasi kehamilan, dan menetapkan resiko kehamilan (Manuaba, 2009).

2.2Tujuan Antenatal Care (ANC)


1. Membantu kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang
bayi.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial ibu dan bayi.
3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama
ibu hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan, dan pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun bayinya
dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.
6. Mempersiapkan peranan ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bagi bayi.
7. Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat saat kehamilan, saat
persalinan, dan kala nifas.
8. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil, persalinan, dan kala nifas.
9. Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, kala nifas,
laktasi, dan aspek keluarga berencana.
10. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal. (Manuaba, I.B.G, 1998)
2.3 Manfaat Antenatal Care (ANC)
Manfaat pemeriksaan kehamilan secara dini adalah untuk memperoleh gambaran dasar
mengenai perubahan fisiologik yang terjadi selama kehamilan dan berbagai kelainan yang
menyertai kehamilan secara dini, sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-
langkah dalam pertolongan persalinannya (Manuaba, 2009). Pemeriksaan antenatal juga
memberikan manfaat bagi ibu dan janin, antara lain:

 Bagi ibu
a. Mengurangi dan menegakkan secara dini komplikasi kehamilan dan mengobati secara dini
komplikasi yang mempengaruhi kehamilan.
b. Mempertahankan dan meningkatkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil dalam menghadapi
persalinan.
c. Meningkatkan kesehatan ibu setelah persalinan dan untuk dapat memberikan ASI.
d. Memberikan konseling dalam memilih metode kontrasepsi (Manuaba, 1999).

 Bagi janin
Manfaat untuk janin adalah memelihara kesehatan ibu sehingga mengurangi persalinan
prematur, BBLR, juga meningkatkan kesehatan bayi sebagai titik awal kualitas suber daya
manusia (Manuaba, 1999).

2.4 Kebijakan Antenatal Care (ANC)


1) Kebijakan Program
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit empat kali selama kehamilan. Yaitu :
a) Satu kali pada triwulan pertama
b) Satu kali pada triwulan kedua
c) Dua kali pada triwulan ketiga
d. Standar Pelayanan ANC

2.5 Standar Antenatal Care

1) Identifikasi Ibu Hamil


Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk
memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami, anggota keluarganya agar mendorong ibu
untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.
2) Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesis dan
pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung
normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan resiko tinggi atau kelainan, khususnya anemia,
kurang gizi, hipertensi, PMS / infeksi HIV, memberikan pelayanan iminusasi, nasehat dan
penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh puskesmas. Mereka harus
mencatat data yang tepat pada setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, mereka harus mampu
mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk tindakan selanjutnya.

3) Palpasi Abdominal
Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan palpasi untuk
memperkirakan usia kehamilan, serta bila kehamilan bertambah memeriksa posisi, bagian
terendah janin dan masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan
serta melakukan rujukan tepat waktu.

4) Pengelolaan Anemia pada Kehamilan


Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan dan atau rujukan semua kasus
anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

5) Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan


Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali
tanda serta gejala pre eklampsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat serta merujuknya.

6) Persiapan Persalinan
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya pada trimester
ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang
menyenangkan akan direncanakan dengan baik, disamping persiapan transportasi dan biaya
untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan hendaknya melakukan
kunjungan rumah untuk hal ini. (Standar Pelayanan Kebidanan. DepKes RI. 2000).

7. Frekwensi Antenatal Care


Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dan petugas kesehatan yang memberi
pelayanan antenatal untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Menurut Dep Kes RI (2003)
dalam pelaksanaan ANC terdapat kesepakatan adanya standar adanya minimal yaitu dengan
pemeriksaan ANC 4 kali selama kehamilan sebagai berikut : 1). Minimal satu kali pada trimester
I ( 0-13 minggu) 2). Minimal satu kali pada trimester II (14-28minggu) 3). Minimal dua kali pada
trimester III (29-36 minggu).
8. Cakupan Antenatal Care
Cakupan pelayanan Antenatal care dapat di pantau melalui kunjungan baru ibu hamil kunjungan
pertama (K1) atau disebut juga akses dan pelayanan ibu hamil sesuai standar paling sedikit
empat kali dengan distribusi sekali pada triwulan pertama, sekali triwulan kedua, dan dua kali
pada triwulan ketiga dan keempat untuk melihat kwalitas. Cakupan kunjungan ibu hamil keempat
(K4) adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal care 4 kali sesuai
standar disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pemerintah menetapkan cakupan ANC
> 95% (Peranginangin, 2006).
9. Pelayanan Anatenatal Care
Menurut Ari, (2009) bahwa dalam penerapan praktek sering dipakai standart minimal pelayanan
antenatal care yang disebut 7T yaitu: (Timbang) berat badan dan tinggi badan, Ukur (Tekanan)
darah. Ukur (Tinggi) fundus uteri, Pemberian imunisasi TT lengkap, Pemberian Tablet zat besi
minimum 90 tablet selama hamil, Tes terhadap penyakit seksual menular, Temu wicara dan
konseling dalam rangka rujukan.
10. Pelaksanaan Antenatal Care
Menurut Kusmiyati, Wahyuningsi,& Sujiyatini (2008) bahwa pemeriksaan yang sering dilakukan
dirumah sakit atau puskesmas yaitu:
a. Inspeksi
Muka : adalah kloasma gravidarum, keadaan selaput mata pucat atau merah, udem, lidah dan
gigi.
Leher: apakah ada bendungan vena di leher, kelenjar gondok membesar atau kelenjar limfe
membengkak.
Dada : bentuk buah dada, pigmentasi putting susu dan gelanggang susu, keadaan putting susu,
kolustrum.
Perut : Perut membesar ke depan atau ke samping, keadaan pusat, pigmentasi linea alba,
nampakkah gerakan anak atau kontraksi rahim, adakah striae gravidarum atau bekas luka
Vulva : keadaan perineum, varises, tanda Chadwick, kondylomata, fluor.
Anggota bawah : adalah varises, edema, luka dan sikatris pada lipatan paha
b. Palpasi
Untuk menentukan besarnya rahim, konsistensinya
Bagian-bagian janin, letak, presentasi
Gerakan janin
Cara palpasi menurut Leopold (Prawiroharjo & Wiknjosastro, 2005) yaitu:
Leopold I Tujuan untuk menentukan tinggi fundud uteri dan untuk menemukan - presentasi
dengan cara mengidentifikasi bagian tubuh fetus apa yang berada di fundus.
Leopold II Tujuan untuk menentukan batas samping rahim kiri-kanan dan untuk menentukan letak
punggung janin dan letak bagian-bagian kecil.
Leopold III Tujuan untuk menentukan bagian terbawah sudah atau belum terpegang pada pintu
atas panggul.
Caranya : Tekan dengan ibu jari dan jari tengah pada salah satu tangan secara lembut dan
masuk kedalam abdomen pasien diatas simpisis pubis.
4. Kemudian peganglah begian presentasi bayi, lalu bagian apakah yang menjadi presentasi
tersebut. (Hidayat, A.Aziz Alimul, 2008).
Caranya :
a. Letakkan kedua tangan disis bawah uterus lalu
b. Tekan kedalam dan gerakkan jari-jari kearah romgga panggul, dimanakah tonjolan sefalik
dan apakah bagian presentasi telah masuk .

5. Pemeriksaan ini dilakukan bila kepala masih tinggi, pemeriksaan leopold lengkap dapat
dilakukan bila janin cukup besar, kira-kira bulan ke VI le atas. (Hidayat, A.Aziz Alimul, 2008)
Leopold IV Tujuan untuk menentukan bagian terbawah janin apa dan berapa jauh janin sudah
masuk pintu atas panggul.
c. Auskultasi
Uliyah dan Hidayat (2008) mengindikasikan bahwa auskultasi dilakukan menggunakan stetoskop
monoaural untuk mendengarkan:
1. Denyut jantung janin
2. Bising tali pusat, bising rahim, bising usus
3. Gerakan dan tendangan janin
* Menurut Saifuddin,B.A. 2006, pelayanan / asuhan standar minimal ”7 T” adalah sebagai
berikut :
1. Timbang berat badan
Selama kehamilan antara 0,3 – 0,5 kg per minggu. Bila dikaitkan dengan umur kehamilan
kenaikan berat badan selama hamil muda ± 1 kg, selanjutnya pada trimester II dan III masing –
masing bertambah 5 kg. Pada akhir kehamilan pertambahan berat total adalah 9 – 12 kg. Bila
ada kenaikan berat badan yang berlebihan perlu dipikirkan kearah adanya resiko seperti
bengkak, kehamilan kembar, hidramnion, dan anak besar (Depkes, 1997).
2. Ukur tekanan darah
Selama hamil tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari 140/90 mmHg. Bila tekanan darah
meningkat, yaitu sistolik 30 mmHg atau lebih dan atau diastolik 15 mmHg atau lebih. Kelainan ini
dapat berlanjut menjadi preeklamsia dan eklamsia kalau tidak ditangani dengan tepat (Depkes,
1997).
3. Ukur tinggi fundus uteri
Ukuran tinggi fundus uteri normal adalah sebagai berikut:
12 Minggu : Tinggi fundus uteri 1 – 2 jari diatas symphysis.
16 Minggu : Tinggi fundus uteri pertengahan antara symphysis–pusat.
20 Minggu : Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah pusat.
24 Minggu : Tinggi fundus uteri setinggi pusat.
28 Minggu : Tinggi fundus uteri 3 jari diatas pusat.
32 Minggu : Tinggi fundus uteri pertengahan pusat-Proc.xyphoideus.
36 Minggu : Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah Proc.xyphoideus.
40 Minggu : Tinggi fundus uteri pertengahan antara Proc.xyphoideus-pusat (Mochtar, 1998).
4. Pemberian imunisasi TT
Pemberian TT baru akan menimbulkan efek perlindungan apabila diberikan sekurang-kurangnya
dua kali dengan interval minimal 4 minggu. Kecuali jika sebelumnya ibu pernah mendapat TT dua
kali pada kehamilan yang lalu atau pada masa calon pengantin maka TT cukup diberikan satu
kali saja. Dosis pemberian imunisasi TT yaitu 0,5 cc IM pada lengan atas. Adapun syarat
pemberian imunisasi TT adalah sebagai berikut :
a) Bila ibu belum pernah mendapat imunisasi TT atau meragukan diberikan II sedini mungkin
sebanyak dua kali dengan jarak minimal dua minggu.
b) Bila ibu pernah mendapat imunisasi TT dua kali, diberikan suntikan ulang/boster satu kai pada
kunjungan antenatal yang pertama (Depkes RI, 1997).
5. Pemberian tablet zat besi
Pada dasarnya pemberian tablet zat besi dimulai dengan pemberian satu tablet sehari sesegera
mungkin setelah rasa mual hilang.
Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 500 ug, minimal 90
tablet. Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama kopi atau teh karena akan mengganggu
penyerapan (Saifuddin, 2002). Sebaiknya tablet besi diminum bersama air putih ataupun air jeruk.
Selain itu perlu diberitahukan juga bahwa ada kemungkinan tinja menjadi berwarna hitam setelah
ibu minum obat ini, hal tersebut adalah normal (Depkes, 1997).
6. Tes terhadap penyakit menular seksual.
Selama kehamilan, ibu perlu dilakukan tes terhadap penyakit menular seksual seperti HIV/AIDS,
Gonorrhoe, Siphilis. Hal tersebut dikarenakan sangat berpengaruh pada janin yang
dikandungnya. Apabila ditemukan penyakit – penyakit menular seksual harus segera ditangani.
7. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
Persiapan rujukan perlu disiapkan karena kematian ibu dan bayi disebabkan keterlambatan
dalam mencapai fasilitas pelayanan kesehatan (Saifuddin, 2002). Perlu diingat juga bahwa
pelayanan antenatal hanya dapat diberikan oleh tenaga kesehatan profesional dan tidak dapat
dilakukan oleh dukun bayi.

* Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi komponen-komponen (Saifudin, 2006)


sebagai berikut:
1. Informasi yang dapat diberikan
Kegiatan fisik dapat dilakukan dalam batas normal.
Kebersihan pribadi khususnya daerah genitalia harus lebih dijaga karena selama kehamilan
terjadi peningkatan sekret vagina.
Pemilihan makanan sebaiknya yang bergizi dan tinggi serat.
Pemakian obat harus dikonsultasikan dahulu dengan dokter atau tenaga medis lainnya.
Wanita perokok atau peminum alkohol harus menghentikan kebiasaannya. Suami perlu diberi
pengertian tentang keadaan istrinya yang sedang hamil.
2. Anamnesis
Pada wanita dengan haid terlambat dan diduga hamil. Ditanyakan hari pertama haid terakhir
(HPHT). Taksiran partus dapat ditentukan bila HPHT diketahui dan siklus haidnya teratur + 28
hari dengan menggunakan rumus Naegele.
Bila ibu lupa HPHT, tanyakan tentang hal lain seperti gerakan janin. Untuk primigravida gerakan
janin terasa pada kehamilan 18 minggu, sedangkan multigravida 16 minggu. Nausea biasanya
hilang pada kehamilannya 12-14 mingggu.
Tanyakan riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya serta berat bayi yang pernah
dilahirkan. Demikian pula riwayat penyakit yang pernah diderita seperti penyakit jantung, paru,
ginjal, diabetes melitus. Selain itu ditanyakan riwayat menstruasi, kesehatan, keluarga, sosial,
obstetri, kontrasepsi, dan faktor risiko yang mungkin ada pada ibu
3. Pemeriksaan umum
Pada ibu hamil yang datang pertama kali lakukan penilaian keadaan umum, status gizi dan tanda
vital. Pada mata dinilai ada tidaknya konjungtiva pucat, sklera ikterik, edema kelopak mata, dan
kloasma gravidarum. Periksa gigi untuk melihat adanya infeksi lokal. Periksa pula jantung, paru,
mammae, abdomen, anggota gerak secara lengkap.
4. Pemeriksaan Obstetri
Terdiri dari pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam. Sebelum pemeriksaan kosongkan
kandung kemih. Kemudian ibu diminta berbaring terlentang dan pemeriksaan dilakukan di sisi
kanan ibu.
5. Pemeriksaan luar
Lihat apakah uterus berkontraksi atau tidak. Bila berkontraksi, harus ditunggu sampai dinding
perut lemas agar dapat diperiksa dengan teliti. Agar tidak terjadi kontraksi dinding perut akibat
perbedaan suhu dengan tangan pemeriksa, sebelum palpasi kedua tangan pemeriksa
digosokkan dahulu.
Cara pemeriksaan yang umum digunakan cara Leopold yang dibagi dalam 4 tahap. Pada
pemeriksaan Leopold I, II, dan III pemeriksa menghadap ke arah muka ibu, sedangkan pada
Leopold IV ke arah kaki. Pemeriksaan Leopold I untuk menentukan tinggi fundus uteri, sehingga
usia kehamilan dapat diketahui. Selain secara anatomi, tinggi fundus uteri dapat ditentukan
dengan pita pengukur. Bandingkan usia kehamilan yang didapat dengan hari pertama haid
terakhir. Selain itu, tentukan pula bagian janin pada fundus uteri: Kepala teraba sebagai benda
keras dan bulat, sedangkan bokong lunak dan tidak bulat.
Dengan pemeriksaan Leopold II ditentukan batas samping uterus dan posisi punggung pada bayi
letak memanjang. Pada letak lintang ditentukan kepala. Pemeriksaan Leopold III menentukan
bagian janin yang berada di bawah.
Leopold IV selain menentukan bagian janin yang berada di bawah, juga bagian kepala yang telah
masuk pintu atas panggul (PAP). Bila kepala belum masuk PAP teraba balotemen kepala.
Dengarkan DJJ pada daerah punggung janin dengan stetoskop monoaural atau doppler. Dengan
stetoskop monoaural BJJ terdengar pada kehamilan 18-20 minggu, sedangkan dengan Doppler
terdengar pada kehamilan 12 minggu.
Dari pemeriksaan luar diperoleh data berupa usia kehamilan, letak janin, persentase janin, kondisi
janin, serta taksiran berat janin.
Taksiran berat janin ditentukan berdasarkan rumus Johnson Toshack. Perhitungan penting
sebagai pertimbangan memutuskan rencana persalinan pervaginam secara spontan. Rumus
tersebut:
Taksiran Berat Janin (TBJ) = (Tinggi fundus uteri (dalam cm) – N) X 155.
N = 13 bila kepala belum melewati PAP
N = 12 bila kepala masih berada di atas spina iskiadika
N = 11 bila kepala masih berada di bawah spina iskiadika.
6. Pemeriksaan dalam
Siapkan ibu dalam posisi-litotomi lalu bersihkan daerah vulva dan perineum dengan larutan
antiseptik. Inspeksi vulva dan vagina apakah terdapat luka, varises, radang, atau tumor.
Selanjutnya lakukan pemeriksaan inspekulo. Lihat ukuran dan warna porsio, dinding, dan sekret
vagina. Lakukan pemeriksaan colok vagina dengan memasukan telunjuk dan jari tengah. Raba
adanya tumor atau pembesaran kelenjar di liang vagina. Periksa adanya massa di adneksa dan
parametrium. Perhatikan letak, bentuk, dan ukuran uterus serta periksa konsistensi, arah,
panjang, porsio, dan pembukaan servik. Pemeriksaan dalam ini harus dilakukan dengan cara
palpasi bimanual.
Ukuran uterus wanita yang tidak hamil kira-kira sebesar telur ayam. Pada kehamilan 8 minggu
sebesar telur bebek, 12 minggu sebesar telur angsa, dan 16 minggu sebesar kepala bayi atau
tinju orang dewasa.
7. Pemeriksaan panggul
Lakukan penilaian akomodasi panggul bila usia kehamilan 36 minggu karena jaringan dalam
rongga panggul lebih lunak, sehingga tidak menimbulkan rasa sakit. Masukkan telunjuk dan jari
tengah ke dalam liang vagina. Arahkan ujung kedua jari ke promontorium, coba untuk merabanya.
Bila teraba, tentukan panjang konjugata diagonalis. Dengan ujung jari menelusuri linea inominata
kiri dan kanan sejauh mungkin, tentukan bagian yang teraba. Raba lengkung sakrum dan
tentukan apakah spina iskiadika kiri dan kanan menonjol ke dalam. Raba dinding pelvik, apakah
luruh atau konvergen ke bawah dan tentukan panjang distansia interspinarum. Arahkan bagian
palmar jari-jari tangan ke dalam simfisis dan tentukan besar sudut yang dibentuk antara os pubis
kiri dan kanan.
8. Pemeriksaan laboratorium
Pada kunjungan pertama diperiksa kadar hemoglobin darah, hematokrit, dan hitung leukosit. Dari
urin diperiksa beta-hCG, protein, dan glukosa.
2.6 Dampak Ibu tidak Antenatal Care (ANC)
1. Meningkatnya angka mortalitas dan morbilitas ibu
2. Tidak terdeteksinya kelainan-kelainan kehamilan.
3. Kelainan fisik yang terjadi pada saat persalinan tidak dapat dideteksi secara dini.

2.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kontak Ibu Hamil Dengan Tenaga Kesehatan (K1)
(Depkes RI, 2008) (kontak ibu hamil diartikan sebagai kepatuhan dalam pelaksanaan antenatal
care)
1.Faktor internal
a. Paritas
Ibu yang pernah melahirkan mempunyai pengalaman tentang ANC, sehingga dari pengalaman
yang terdahulu kembali dilakukan untuk menjaga kesehatan kehamilannya.
b. Usia
Semakin cukup umur, tingkat kematangan seseorang akan lebih di percaya daripada orang yang
belum cukup tinggi kedewasaanya, jika kematangan usia seseorang cukup tinggi maka pola
berfikir seseorang akan lebih dewasa. Ibu yang mempunyai usia produktif akan lebih berpikir
secara rasional dan matang tentang pentingnya melakukan pemeriksaan kehamilan.

2. Faktor eksternal
a. Pengetahuan
Ketidakmengertian ibu dan keluarga terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak
pada ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan.
b. Sikap
Respon ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi keteraturatan ANC. Adanya sikap lebih baik tentang ANC ini mencerminkan
kepedulian ibu hamil terhadap kesehatan dirinya dan janin.
c. Ekonomi
Tingkat ekonomi akan berpengaruh terhadap kesehatan, keluarga dengan tingkat ekonomi yang
rendah tidak mampu untuk menyediakan dana bagi pemeriksaan kehamilan, masalah yang timbul
pada keluarga dengan tingkat ekonomi rendah, yaitu ibu hamil akan kekurangan energi dan
protein (KEK). Hal ini disebabkan tidak mampunya keluarga untuk menyediakan kebutuhan
energi dan protein yang dibutuhkan ibu selama kehamilan.

d. Sosial budaya
Keadaan lingkungan keluarga yang tidak mendukung akan mempengaruhi ibu dalam
memeriksakan kehamilannya. Perilaku keluarga yang tidak mengijinkan seorang wanita
meninggalkan rumah untuk memeriksakan kehamilannya merupakan budaya yang menghambat
keteraturan kunjungan ibu hamil memeriksakan kehamilannya. Perubahan sosial budaya terdiri
dari nilai-nilai kebudayaan, norma, kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat yang lazim
dilakukan di suatu daerah. Apabila adat ini tidak dilaksanakan akan terjadi kerancuan yang
menimbulkan sanksi tak tertulis oleh masyarakat setempat terhadap pelaku yang dianggap
menyimpang.
Tatanan budaya mempengaruhi dalam keputusan ibu dalam memeriksakan kehamilan pada
tenaga kesehatan.
e. Geografis
Letak geografis sangat menentukan terhadap pelayanan kesehatan, ditempat yang terpencil ibu
hamil sulit memeriksakan kehamilannya, hal ini karena transportasi yang sulit menjangkau
sampai tempat terpencil.
f. Informasi
Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai pemberitahuan seseorang,
biasanya dilakukan oleh tenaga kesehatan. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk
menggugah kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi yang berpengaruh terhadap perilaku,
biasanya melalui media massa (Saifudin, A, 2005). Ibu yang pernah mendapatkan informasi
tentang antenatal care dari tenaga kesehatan, media massa, maupun media elektronik akan
meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya melakukan antenatal care, sehingga
ibu dapat teratur dalam melakukan kunjungan antenatal care.
g. Dukungan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia yang berarti sokongan dan bantuan, disini dukungan
dalam penentuan sikap seseorang berarti bantuan atau sokongan dari orang terdekat untuk
melakukan kunjungan ulang.
Dukungan sosial suami yang sangat diharapkan oleh sang istri antara lain suami mendambakan
bayi dalam kandungan istri, suami menunjukkan kebahagiaan pada kelahiran bayi,
memperhatikan kesehatan istri, mengantar dan memahami istrinya, tidak menyakiti istri, berdo’a
untuk keselamatan istri dan suami menunggu ketika istri dalam proses persalinan (Harymawan,
2007).
Menurut Depkes RI (2010), pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan terlatih untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar
pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan. Pengertian antenatal
care adalah perawatan kehamilan. Pelayanan perawatan kehamilan merupakan pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standar
pelayanan antenatal care yang sudah ditetapkan. Sedangkan tujuan pelaksanaan
Description: tujuan antenatal care
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedimi
mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal.
Pada setiap kunjungan antenatal care (ANC), petugas mengumpulkan dan menganalisis data
mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis
kehamilan intrauterine, serta ada tidaknya masalah atau komplikasi.
3.2 Saran
Di harapkan kepada mahasiswa dapat melakukan asuhan kebidanan pada ibu yang hamil normal
dengan baik dan benar. Dan kepada ibu hamil lebih baik sering melakukan pemeriksaan sedini
mungkin agar mengetahui perkembangan janin yang dikandungnya dan apa saja yang
dibutuhkannya baik diri sendiri maupun janinnya

DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.indonesian-publichealth.com/2014/02/tujuan-pelayanan-antenatal-care-anc.html
2. http://asuhankebidanand3.blogspot.com/2013/01/antenatal-care-anc.html
3. http://midwiferyeducator.wordpress.com/2010/01/08/antenatal-care/
4. http://www.kajianpustaka.com/2013/07/antenatal-care.html
5. http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/02/konsep-anc-ante-natal-care.html
6. http://zahra-zahrasblog.blogspot.com/2012/03/makalah-anc.html
7. http://arivaibeta.blogspot.com/2010/10/makalah-antenatal-care.html

Anda mungkin juga menyukai