Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS JURNAL

EFEKTIVITAS PEMBERIAN HOT-PACK TERHADAP HIPOTERMI


PASIEN POST OPERASI SEKSIO CAESARIA DI RECOVERY ROOM

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Stase Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
di IBS RSUD Ulin Banjarmasin

Oleh Kelompok 1A.8:


Ahmad Safariansyah
Sukma Firdaus
Rabiatul Adawiyah
Khasna Kamalia
Rafi‘ah

PROGRAM STDI S1 KEPERAWATAN TAHAP PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
LEMBAR PENGESAHAN SEMINAR JURNAL
RUANG IBS RSUD BANJARMASIN

Kelompok 1A.8 : Ahmad Safariansyah


Sukma Firdaus
Rabiatul Adawiyah
Khasna Kamalia
Rafi‘ah
Judul Jurnal : “Analisis Jurnal Efektivitas Pemberian Hot-Pack Terhadap
Hipotermi Pasien Post Operasi Seksio Caesaria Di Recovery
Room”

Banjarmasin, Desember 2017


Preseptor akademik, Preseptor klinik,

Hj. Noorhalilati, Ns.,M.kep Khairul Islah, S.Kep., Ns


EVIDENCE BASED NURSING PRACTICE
Clinical problem findings:
Pertanyaan Klinis
P Pasien*
Pasien asma yang dipilih dari Poli Paru RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Populasi*
Populasi dalam penelitian ini sebanyak 14 pasien.
Problem*
Didalam penelitian tersebut disebutkan dari pengobatan asma akan timbul berbagai
komplikasi, komplikasi tersebut dapat di cegah dengan memberikan pembaharuan
terapi yaitu dengan diberikan terapi pendamping (terapi non medis). Terapi non medis
bertujuan mencapai gaya hidup yang normal, menghindari serangan, dan
mengembalikan fungsi paru yang optimal (Bruurs, Van Der Giessen, & Moed, 2013).
Sedangkan menurut Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013 penyakit asma di Indonesia
menempati urutan tertinggi untuk kategori penyakit tidak menular sebesar 4,5% dan
lebih banyak dialami perempuan (Penelitian & Pengembangan, 2013).
Dampak negatif dari kontrol asma buruk dapat mengganggu pola tidur, aktivitas
sehari-sehari, kerusakan paru, dan berbagai komplikasi asma lainnya(Li et al., 2005).
Asma menyebabkan kecemasan dan depresi. Kecemasan tersebut muncul karena
konsumsi kortikosteroid dan meningkatnya jumlah hari rawat inap di rumah sakit.
Dampak kecemasan dan depresi salah satunya adalah penurunan kualitas hidup
(Kullowatz, Kanniess, Dahme, Magnussen, & Ritz, 2007).
Selain memberikan dampak fisik, psikologis, ataupun fungsional, Asma juga
berpengaruh terhadap kualitas hidup penderitanya bahkan meningkatkan angka
morbiditas (To et al., 2013).
Penyakit asma berdampak pada finansial karena perawatan asma membutuhkan biaya
yang besar untuk biaya medis seperti rawat inap dan obat-obatan. Asma juga dapat
menyebabkan kematian dini(Masoli et al., 2004). Peningkatan pengeluaran biaya
pengobatan disebabkan oleh control penyakit yang ketat. Kehilangan hari kerja terjadi
pada pasien asma karena kekambuhan asma (Dal Negro et al., 2007)
I Intervensi*
Pada penelitian ini teknik yang digunakan adalah penelitian Quasi eksperiment
dengan pendekatan pretest and post test one group design yang terdiri dari 14 pasien
asma dengan consecutive sampling. Penelitian dilakukan di Poli Paru Rumah Sakit
Hasan Sadikin Bandung dari tanggal 20 Juni sampai 24 Juli 2017.

Variabel dalam penelitian ini adalah pengaruh teknik pernafasan buteyko sebagai
variabel bebas dan ACT (Asthma Control Test) sebagai variabel terikat. Instrumen
ACT (Asthma Control Test) di lakukan secara time series artinya diukur pada saat
pretest, minggu pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Data yang terkumpul dianalisis
secara deskriptif dan inferensial yaitu dengan menggunakan uji Repeated ANOVA dan
dilanjutkan dengan analisis uji Post Hoc dengan skala signifikansi p<0,05. Langkah-
langkah pelaksanaan lima kali yaitu, pretest (awal) kemudian dilanjutkan
pemeriksaan pada Penelitian dengan desain time-series ini memberikan intervensi
sebanyak minimal dua kali dalam seminggu selama empat minggu. Pemeriksaan ACT
dilakukan sebanyak minggu I, minggu II, Minggu III, dan post test pada minggu ke
IV.

Tehnik pernapasan buteyko merupakan suatu metode penatalaksanaan asma yang


ertujuan untuk mengurangi konstriksi atu penyempitan jalan napas dengan prinsip
latihan bernapas dangkal. Terapi ini di guakan untuk memperlamat atau mengurangi
intake udara ke dalam paru-paru sehingga dapat mengurangi gangguan pada saluran
pernapasan (Dupler, 2005)
Analisa data menggunakan teknik pernapasan buteyko dalam setiap minggu (p<0,05),
artinya skor ACT pada minggu IV setelah diberikan teknik buteyko signifikan lebih
tinggi daripada skor ACT pada minggu III, II, I, dan pretest.
C Comparasi*
Beberapa penelitian sebelumnya juga meneliti tentang bagaimana cara mengontrol
asma. Salah satunya yang di teliti oleh Nurul Dwi Astuti dan Mahalul Azam dengan
judul penelitian “Terapi Slow Deep Breathing (SDB) Terhadap Tingkat Kontrol
Asma”. penelitian ini dilakukan di BKPM wilayah Semarang dengan menggunakan
metode non equivalent control group design. Pengambilan sampel menggunakan
purposive sampling sehingga didapat 15 responden pada masing-masing kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah terapi napas slow deep breathing sebagai variabel bebas dan
tingkat kontrol asma sebagai variabel terikat. Penelitian ini dilakukan dengan
mengkaji terapi slow deep breathing terhadap tingkat kontrol asma antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol yang diberikan pretest dan posttest untuk
mengetahui perbedaan dari kedua kelompok tersebut sebelum dan sesudah penelitian
(Sugiyono, 2008:79). Penelitian dilakukan selama 10 minggu dan menggunakan alat
peak flow meter yang akan digunakan untuk mengukur fungus faal paru pasien.
Dalam penelitian ini sampel yang digunakan ada 2 kelompok, yaitu sebagai kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
yaitu penderita asma bronkial persisten sedang yang berusia 21-65 tahun.

Keterkaitan jurnal pembanding ini dengan jurnal utama adalah bahwa penelitian ini
sama-sama meneliti tentang intervensi yang dapat mempengaruhi tingkat control
asma. Dari segi keefektifannya, Perbedaan yang signifikan antara skor ACT setelah
diberikan teknik pernapasan buteyko dengan skor ACT pada minggu III, minggu II,
minggu I, dan pretest (p=0,00) dengan terdapat perbedaan bermakna antara selisih skor
pretest dan posttest ACT (p=0,001), nilai APE (p=0,004), variasi harian APE (p =0,005), efek
samping obat (p=0,010) dan kunjungan ke UGD (p=0,038) pada penderita asma bronkial
persisten sedang antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
O OutCome*
Berdasarkan data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif dan inferensial dengan
skala signifikansi p<0,05.Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan rerata
yang signifikan lebih tinggi antara skor ACT setelah diberikan teknik pernapasan
buteyko (19,79±1,47) dengan skor ACT pada minggu III (17,50±1,78), minggu II
(12,64±1,82), minggu I (9,57±1,95), dan pretest (7,64±1,82). Post hoc analisis
menemukan skor post test minggu ke empat (19,79±1,47) signifikan lebih baik dari
pada post test minggu III (17,50±1,78), minggu II (12,64±1,82), minggu I
(9,57±1,95), dan pre-test (7,64±1,82) dalam meningkatkan kontrol asma.
Disimpulkan bahwa ada pengaruh teknik pernapasan buteyko terhadap ACT (asthma
control test).
T Time*
Waktu penelitian dari tanggal 20 Juni Sampai 24 Juli 2017. Dilakukan Di Poli Paru
Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung.
.
Table Evaluasi Rapid Critical Apraissal (RCA)
First Author Conceptual Design/Method Sample/Setting Major Variables Studied Measurement Data Findings
(Year) Framework (and Analysis
Their Definitions)

Budi Susatia Seksio caesaria Metode Sampel penelitian Dalam Alat pengumpul data Analisa data Hasil uji T-Paired
(2016) merupakan salah satu penelitian berjumlah 10 orang penelitian ini variabel yang digunakan menggunakan test didapatkan nilai
tindakan yang menggunakan yang memenuhi independen: pemberian dalam teknik analisa p = 0,019 yang
dilakukan untuk quasi kriteria inklusi: hot-pack penelitian ini adalah T-Paired test berarti ada
melahirkan janin eksperimen pasien post operasi Hot-pack merupakan lembar observasi. dengan bantuan efektivitas
melalui pembedahan di dengan sectio cesaria kemasan tertutup yang Langkah-langkah SPSS no. 15 pemberian hot-pack
daerah abdomen. rancangan time dengan SAB, suhu suhunya dinaikkan hingga pelaksanaan dengan terhadap hipotermi
Dalam tindakan operasi series tubuh pasien < menjadi panas atau sesuai pemberian Hot-pack Signifikansi pada pasien post
akan timbul berbagai 360C (hipotermia), suhu yang dapat ditahan pada sampel, 0,05 operasi seksio
komplikasi atau usia 20-45 tahun, pasien (Rosdahl, 1999) yaitu Observasi 1 pengambilan caesaria.
masalah yang timbul pasien tanpa terapi variabel dependen: dilakukan kesimpulan
setelah tindakan pethidin, pasien Hipotermia pengukuran suhu sebagai berikut
pembedahan dan elektif. Hipotermi post operasi tubuh menggunakan Ho ditolak jika
pentingnya dalam merupakan keadaan suhu termometer aksila nilai P < 0,05
pemantauan berbagai tubuh dibawah temperatur dan dan Ho diterima
sistem. Salah satu normal (<36ºC). Proses dicatat pada lembar jika nilai P ≥
komplikasi yang kehilangan suhu tubuh observasi. Kemudian 0,05
mungkin timbul setelah akibat tindakan diberikan hot-pack di
operasi adalah pembedahan dimana lengan bagian dalam,
terjadinya penurunan terjadi peningkatan setelah 10 menit
suhu tubuh pasien atau metabolisme tubuh yang angkat Hot pack
hipotermi post operasi berlebih dan berulang
(Ignatavicious,1995). mengakibatkan sampai 30 menit
Tujuan penelitian ini Vasokontriksi dan pemberian hot-pack
untuk mengetahui perubahan termoregulasi lakukan
efektivitas pemberian sistem pada hipotalamus. Observasi
hot-pack terhadap pengukuran suhu
hipotermia pada pasien tubuh sebanyak 3
post operasi seksio kali pengukuran atau
caesaria di RSUD Dr. setiap 10 menit.
Haryoto Lumajang Data yang diperoleh
selanjutnya
diberikan kode nilai
sebagai berikut: nilai
3
jika suhu tubuh
pasien berubah ke
nilai normal
360C-370C dalam 10
menit pertama, nilai
2
jika suhu tubuh
pasien berubah
dalam 10
menit kedua, nilai 1
Jika suhu tubuh
pasien
berubah dalam 10
menit ketiga, dan
nilai 0
Jika suhu tubuh
pasien tidak naik ke
normal.
Rini Prosedur operasi Metode quasi Sampel Independen : Kelompok perlakuan Uji Hasil uji t-test
Minarsih (termasuk bedah exsperiment minimal pada Elemen penghangat cairan menggunakan Independent menunjukkan derajat
(2013) caesar) mempunyai research setiap kelompok intravena, cairan selimut dan sample t-test signifikansi (P) =
resiko integritas atau dengan sebanyak 9, intravena dan irigasi elemen penghangat dengan bantuan 0,000 disimpulkan
keutuhan tubuh rancangan sehingga jumlah dihangatkan sampai cairan intravena, dan program SPSS bahwa
terganggu penelitian sampel secara 37OC. Apapun metode kelompok kontrol for Windows pemberian elemen
bahkan dapat digunakan keseluruhan yang dipakai untuk menggunakan Release 10.0 penghangat cairan
merupakan ancaman dalam dibutuhkan menghangatkan pasien, selimut saja pada taraf intravena sangat
kehidupan pasien. minimal 18. penghangatan harus kesalahan (a) = efektif dalam
Intervensi untuk 0,05. menurunkan
menurunkan keadaan penelitian ini Sampel yang dilakukan secara bertahap gejala hipotermi
menggigil adalah postest diambil dan bukan dengan pada 10 menit, 30
pasca bedah adalah only control harus memenuhi cepat menit dan
penggunaan elemen group design kriteria: pasien dan variabel dependen 60 menit pasca
penghangat cairan pasca bedah penelitian ini yaitu gejala bedah Sectio Caesar.
intravena pasca caesar di Ruang hipotermi pasca bedah
operasi. Penelitian ini Pulih Sadar RS
bertujuan Wava
untuk mengetahui Husada Kepanjen,
efektifitas pemberian bersedia menjadi
elemen penghangat responden, pasien
cairan intravena dalam bedah caesar bukan
menurunkan gejala karena
hipotermi pasca bedah indikasi infeksi
Sectio Caesaria. seperti pada Herpes
genital,
dan infeksi lain-
lain. Tidak ada
komplikasi
pembedahan yang
menimbulkan
kondisi kritis
pada pasien. Pasien
tidak mengalami
penurunan
kesadaran. Umur
responden
antara 20 – 35
tahun. Teknik
sampling
penelitian ini
menggunakan
teknik systematic
random sampling
VALIDITY
Apakah Hasil Dari Studi Valid?
Valid dengan nama JURNAL KEPERAWATAN TERAPAN VOLUME 2, NO. 1, MARET 2016: 36-42 pISSN 2443-1125 eISSN 2442-6873

IMPORTANCE
Apakah Hasilnya Membantu Saya Dalam Merawat Pasien Saya?
Dapat membantu saya dalam merawat pasien sesuai dengan hasil pada penelitian tersebut. Bahwa pemberian hot-pack efektif terhadap penurunan hipotermi pada pasien post
operasi seksio caesaria.
APPLICABLE
Apakah Hasilnya Sesuai Diterapkan ditempat praktek saya?
Untuk saat ini ditempat praktik belum diterapkan pemberian hot-pack pada pasien hipotermi pasca bedah sehingga bisa dijadikan alternatif bagi ruang IBS RSUD Ulin
Banjarmasin. Selain itu, implikasi lain yang dapat diterapkan di ruang IBS RSUD Ulin Banjarmasin untuk mengatasi hipotermi pasca bedah diantaranya :
1. Menghindari cairan infus atau darah yang terlalu dingin
2. Pasien di ruang pulih sadar diharapkan diberikan salah satunya hot-pack untuk menghangatkan pasien
3. Untuk anak dan bayi, menggunakan alas atau selimut elektrik (warm blancket)
4. Selama durante operasi, tubuh pasien (diluar daerah operasi) jangan dibiarkan terbuka dan berikan selimut
5. Kolaborasi dengan dokter jika pasien telah menggigil

Anda mungkin juga menyukai