Gagal ginjal kronik (GGK) adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat persisteM dan
irreversible. Sedangkan gangguan fungsi ginjal yaitu penurunan laju filtrasi glomerulus
yang dapat digolongkan dalam kategori ringan, sedang, dan berat (Mansjoer, 2007).
Gagal ginjal merupakan penyakit sistemik dan merupakan jalur akhir yang umum dari
berbagai penyakit traktus urinarius dan ginjal (Yusuf Fikri, 2012).
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju Filtration
Glomerulus) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m² dengan rumus
Kockroft-Gault sebagai berikut :
Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1,73m²
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ ≥ 90
2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau ringan 60 – 89
3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau sedang 30 – 59
4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau berat 15 – 29
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis
Sumber : Sudoyo Aru, (2009:1035)
1
1.2 Etiologi
Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak nefron
ginjal. Sebagian besar merupakan penyakit parenkim ginjal difus dan bilateral.
2
d. Kardiovaskuler
1. Hipertensi
2. Pitting edema
3. Edema pariorbital
4. Pembesaran vena leher
5. Friction Rub Pericardical
e. Kelainan kulit
1. Gatal
Terutama pada klien dengan dialysis rutin karena :
1) Toksik uremia yang kurang terdialisis
2) Peningkatan kadar kalium phosphor
3) Alergi bahan-bahan dalam proses HD
2. Kering bersisik
Karena ureum meningkat menimbulkan penimbunan Kristal urea dibawah kulit.
3. Kulit mudah memar
4. Kulit kering dan bersisik
5. Rambut tipis dan kasar
f. Neuropsikiatri
g. Kelainan selaput serosa
h. Neurologi :
1. Kelemahan dan keletihan
2. Konfusi
3. Disorientasi
4. Kejang
5. Kelemahan pada tungkai
6. Rasa panas pada telapak kaki
7. Perubahan perilaku
i. Kardiomegali
Tanpa memandang penyebabnya terdapat rangkaian perubahan fungsi ginjal yang
serupa yang disebabkan oleh destruksi nefron progresif. Rangkaian perubahan
tersebut bisanya menimbulkan efek berikut pada pasien : bila GFR menurun 5-10%
dari keadaan normal dan terus menerus mendekati nol, maka pasien menderita apa
yang disebut sindrom uremik.
1.4 Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus)
diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh
3
hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi
walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini
memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan
yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat
diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak
bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya
gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan
ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal
yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.
(Barbara C Long, 1996:368)
Klasifikasi atas dasar derajat penyakit, dibuat atas dasar LFG, yang dihitung dengan
mempergunakan rumus kockcroft-gault sebagai berikut :
LPG (ml/mnt/1,73 m2) = ( 140-umur ) x berat badan
72 x kreatinin plasma (mg/dl)
1.6 Komplikasi
- Hiperkalemia akibat penurunan eksresi, asidosis metabolic, katabolisme dan
masukan diet berlebih.
- Perikarditis, efusi pericardial, dan tamponade jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan dialysis yang tidak adekuat.
- Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem rennin-
angiotensin-aldosteron.
- Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah,
perdarahan gastrointestinal akibat iritasi toksin dan kehilangan darah selama
hemodialisa.
- Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatic akibat retensi fosfat, kadar kalsium
serum yang rendah dan metabolism vitamin D abnormal.
- Asidosis metabolic
- Osteodistropi ginjal
- Sepsis
- Neuropati perifer
- Hiperuremia
1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
a. Konservatif
1. Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
2. Observasi balance cairan
5
3. Observasi adanya odema
4. Batasi cairan yang masuk
b. Dialysis
1. Peritoneal dialysis
Biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency. Sedangkan dialysis yang
bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD ( Continues
Ambulatori Peritonial Dialysis )
2. Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah
femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :
3. AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
4. Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke jantung )
c. Operasi
1. Pengambilan batu
2. Transplantasi ginjal
6
1.8 Pathway
DM Glomelurone E. coli Obstruksi saluran kemih Hipertensi tidak terkontrol Lesi herediter Agen
fritis kronis berbahaya
Nefropati Inflamasi Kelainan
Arteri renalis Refluk urin Vasokonstriksi Peningkat
Radang pada pelvis ginjal herediter Masuk
Kerusakan ketubulus pemb. Darah di an tekanan
ginjal pada struktur kevaskuler
Penurunan ginjal
glomelurus pielonefritis kapiler
suplai O2 di hidronefrosis ginjal
ginjal Menuju
ginjal Secara
Kelainan ginjal
progresif
Iskemik nefron
jaringan mengendap
Kerusakan nefron
Penurunan laju filtrasi Renin meningkat Proteinuria Penurunan fungsi ginjal Peningkatan kadar
glomelurus kreatinin dan BUN
Angiotensin I Kadar protein dalam Produksi eritropoitin serum
Ginjal tidak mampu meningkat darah turun menurun
mengencerkan urin Azotemia
secara maksimal Angiotensin II Penurunan tekanan Penurunan pembentukan
Gagguan
meningkat osmotic eritrosit Syndrome uremia
psikology
edema KELEBIHAN
VOLUME
CAIRAN Smeltzer, Suzanne. C. (2001)
7
II. Rencana asuhhan klien dengan gangguan
2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
Riwayat penyakit yang diderita sebelum CKD seperti DM, glomerulo nefritis,
hipertensi, rematik, hiperparatioridisme, obstruksi saluran kemih, dan traktus
urinarius bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.
8
Gejalanya penurunan sensori dan rangsang. Tandanya adalah penurunan
kesadaran seperti bicaranya nglantur dan tidak dapat berkomunikasi dengan
jelas.
9
2. Urine
a. urine rutin
b. urin khusus : benda keton, analisa kristal batu
3. Pemeriksaan kardiovaskuler
a. ECG
b. ECO
4. Radiagnostik
a. USG abdominal
b. CT scan abdominal
c. BNO/IVP, FPA
d. Renogram
e. RPG ( retio pielografi )
11
Oliguria Ortopenea
Penambahan BB dalam waktu sangat singkat pe↑ tekanan vena sentral
Penurunan hemotokrit Penurunan hemoglobin
Perubahan berat jenis urine Perubahan status mental
Perubahan tekanan arteri pulmonal Reflex hepatojugularis positif
2.2.9 Faktor yang berhubungan
Gangguan mekanisme regulasi
Kelebihan asupan cairan
Kelebihan asupan natrium
12
(mis., aritmia, abnormalitas konduksi, iskemia)
Perubahan preload
Distensi vena jugularis Edema
Keletihan Murmur jantung
Peningkatan berat badan Peningkatan CVP
Peningkatan PAWP
Penurunan pulmonary artery wedge pressure (PAWP)
Penurunan tekanan vena sentral (central venous pressure)
Perubahan afterload
Dyspnea Kulit lembap
Oliguria Pengisian kapiler memanjang
Peningkatan PVR Peningkatan SVR
Penurunan nadi perifer Penurunan resistensi vascular paru
Penurunan resistensi vaskuler sistemik Perubahan tekanan darah
Perubahan warna kulit (mis., pucat, abu-abu, sianosis)
Perubahan kontraktilitas
Batuh bunyi napas tambahan Bunyi S3
Banyi S4 Dyspnea paroksimal nocturnal
Ortopnea Penurunan fraksi ejeksi
Penurunan indeks jantung
Penurunan left ventricular stroke work index (LVSWI)
Penurunan stroke volume index (SVI)
Perilaku/emosi
Ansietas Gelisah
2.2.16 Faktor yang berhubungan
Perubahan afterload
Perubahan frekuensi jantung
Perubahan irama jantung
Perubahan kontraktilitas
Perubahan preload
Perubahan volume sekuncup
14
2.2.22 Faktor yang berhubungan
Perkembangan dan situasi
Nyeri
Penyakit / sakit
Psikologis
Ansietas
Dukungan social tidak cukup
Krisis personal
Riwayat memanipulasi religiositas
Strategi koping tidak efektif
Takut mati
Tidak ama
2.3 Perencanaan
Diagnosa 1 : Gangguan eliminasi urine (00016)
2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam ganggguan
eliminasi urine berkurang dengan kriteria hasil:
- Kontinensia urina : pengendalian eliminasi urine dari kandung kemih
- Eliminasi urine : pengumpulan dan pengeluargan urine
2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional.
- Pelatihan kandung kemih : Meningkatkan fungsi kandung kemih pada
individu yang mengalami inkontinensia urine dengan meningkatkan
kemampuan kandung kemih untuk menahan urine dan kemampuan pasien
untuk menekan urinasi
- Manajemen eliminasi urine : mempertahankan pola eliminasi urine yang
optimum.
18
2.3.12 Intervensi keperawatan dan rasional
Keputusasaan
- Peningkatan koping : membantu pasien untuk beradaptasi dengan persepsi
stressor, perubahan, atau ancaman yang menganggu pemenuhan tuntutan dan
peran dalam kehidupan
- Konseling : Menggunakan proses bantuan interaktif yang berfokus pada
kebutuhan, masalah, atau perasaan pasien dan orang terdekatnya untuk
meningkatkan atau mendukung koping, penyelesaian masalah, dan hubungan
interpersonal
- Manajemen alam perasaan : memberikan keamanan, stabilisasi, pemulihan,
dan pemeliharaan kepada pasien yang mengalami disfungsi alam perasaan
baik depresi maupun peningkatan alam perasaan
Kesiapan untuk meningkatkan harapan
- Dukungan pengambilan keputusan : memberikan informasi dan dukungan
bagi pasien yang membuat keputusan mengenai perawatan kesehatannya
- Penumbuhan harapan : memfasilitasi perkembangan cara pandang yang
positif terhadap situasi tertentu
- Promosi daya tahan : membantu individu, keluarga, dan komunitas dalam
mengembangkan, menggunakan, dan memperkuat factor protektif yang dapat
digunakan dalam berkoping menghadapi stressor lingkungan dan social
- Bantuan modifikasi diri : memberi penguatan terhadap perubahan diri sendiri
yang dimulai oleh pasien untuk mencapai tujuan penting individu
- Fasilitasi perkembangan spiritual : memfasilitasi pertumbuhan dalam
kapasitas pasien untuk mengdentifikasi, berhubungan dengan, dan mencari
sumber makna, tujuan, kenyamanan, kekuatan dan harapan dalam hidupnya
- Klasifikasi nilai : membantu individu untuk mengklasifikasi nilainya sendiri
untuk memfasilitasi pengambilan keputusan yang efektif
20
III. DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (2001). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.
Doengoes, M.E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasiann Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.
Herdman, T. Heather. (2015). Diagnosa Keperawatan Defenisi dan Klasifikasi 2015-
2017. Edisi ke 10. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta:EGC.
Mansjoer, A dkk. (2007). Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 Edisi 3, Jakarta:Media
Aesculapius
Nahas, Megiud El & Adeera Levin. (2010). Chronic Kidney disease: APractice Guide
to Understanding and Management. USA : Oxford University Press.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001).Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddart.Edisi 8. Jakarta : EGC
Suyono, Slamet. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I,II. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI
21