NH
DENGAN DIARE
DI RUANG THERESIA RUMAH SAKIT SANTO YUSUP
Oleh :
Evi Yanti Polina 30140119023K
PENDAHULUAN
yang sulit untuk ditanggulangi. Dari tahun ke tahun diare tetap menjadi
balita. Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2013,
diare adalah penyebab kematian kedua pada balita. Secara global setiap
tahunnya ada sekitar 2 miliar kasus diare dengan angka kematian 1.5 juta
per tahun. Pada negara berkembang, anak-anak usia di bawah 3 tahun rata-
rata mengalami 3 episode diare per tahun. Setiap episodenya diare akan
2013, studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun
yang sering menyerang anak usia kurang dari 5 tahun, sekitar 31,4% pada
1
dan balita (umur 1-4 tahun). Berdasarkan data dari Profil Kesehatan
Provinsi Jawa Barat tahun 2014 khususnya Kota Bandung, penderita diare
pada tahun tersebut adalah 87.640 orang. Angka tersebut jauh dari salah satu
yaitu menurunkan kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990
kasus terhadap anak dengan diare dalam bentuk karya ilmiah dengan judul
2
Dalam penulisan asuhan keperawatan ini, penulis menggunakan
melalui :
1. Wawancara
2. Observasi
3. Studi Kasus
pelajari
4. Studi kepustakaan
keperawatan ini.
Karya ilmiah mengenai asuhan keperawatan ini terdiri dari 5 bab dengan
JUDUL LUAR
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
3
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Pengertian
dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat
biasanya, dan bila buang air besar lebih dari tiga kali, atau buang air besar
yang berair tetapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Dinkes, 2016).
(BAB) dengan konsistensi lembek hingga cair dan frekuensi lebih dari tiga
kali sehari. Diare akut berlangsung selama 3-7 hari, sedangkan diare
terutama diusus halus. Dari usus halus makanan disalurkan kedalam usus
besar yang terdiri dari kolon dan rektum. Sistem saluran pencenaan terdiri
5
dari beberapa jaringan (untuk fungsi sekresi) yang terletak paling dalam,
lapisan jaringan sub mukosa, lapisan otot sirkular dan longitudinal, dan
suatu membran serosa yang terletak paling luar yang disebut peritoneum.
Lapisan-lapisan ini dihubungkan satu sama lain secara fisik dan melalui
hubungan-hubungan saraf.
6
di separuh atas kolon. Dari sekitar 1000 ml kimus yang masuk keusus
besar setiap hari hanya 100 ml cairan dan hampir tidak ada elektrolit yang
mengandung bakteri yang mati, sebagian lemak dan bahan makanan yang
kasar yang tidak dicerna, dan sejumlah kecil protein. Produk sampingan
Gambar 2.2.
7
peristaltik dimulai, sfingter anus internus, suatu otot polos, melemas maka
akan terjadi defeksi. Sfingter anus eksternus adalah suatu otot rangka
semua individu kecuali bayi dan sebagian orang yang mengalami transeksi
refleks defeksi terjadi pada waktu yang tepat setelah sfingter internus
2.1.3. Etiologi
1. Faktor infeksi
1. Infeksi enteral
berikut:
astrovirus.
8
2. Infeksi parenteral
dibawah 2 tahun.
2. Faktor Malabsorbsi
laktosa).
Malabsorbsi lemak
Malabsorbsi protein
3. Faktor Makanan
4. Faktor Biologis
Rasa takut dan cemas (jarang tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih
2.1.4. Klasifikasi
dibagi menjadi diare akut dan diare kronik. Berdasarkan manifestasi klinis,
diare akut dibagi menjadi disentri, kolera dan diare akut (bukan disentri
9
maupun kolera). Sedangkan, diare kronik dibagi menjadi diare persisten
1. Diare akut
Diare akut yaitu diare karena infeksi usus yang bersifat mendadak,
namun dapat pula menetap dan melanjut menjadi diare kronis. Hal ini
dapat terjadi pada semua umur dan bila menyerang bayi biasanya
Setiap diare akut yang disertai darah dan atau lender dianggap disentri
lebih dari 3 tahun dan ada KLB dimana penyebaran pertama pada
orang dewasa kemudian baru pada anak. Sedangkan kasus yang bukan
2. Diare kronis
Diare kronis yaitu diare yang berlangsung selama 2 minggu atau lebih.
non spesifik. Diare spesifik adalah diare yang disebabkan oleh infeksi
disebut diare non spesifik. Berdasarkan organ yang terkena, diare dapat
10
Diare persisten lebih ditujukan untuk diare akut yang melanjut lebih
2.1.5. Patofisiologi
berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat
11
2. Faktor malabsorbsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi
3. Faktor makanan ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu
12
Gambar 2.3. Pathway Diare
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare.
Tinja cair mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja makin
13
lama berubah kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu. Anus
dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan tinja makin
lama makin asam sebagai ak ibat makin banyak asam laktat yang berasal
dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah
dapat timbul sebelum dan sesudah diare, dan dapat disebabkan karena
dan elektrolit. Akan terjadi dehidrasi mulai nampak, yaitu berat badan
turun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung (pada
bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
dehidrasi:
Rasa haus
14
Denyut nadi cepat dan pernafasan agak cepat
Mata cekung
1-2 detik
2.1.7. Komplikasi
a. Dehidrasi
Dehidrasi ringan
klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh
Dehidrasi Sedang
15
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran
klinik turgor kulit jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok, nadi
Dehidrasi Berat
sianosis.
b. Renjatan hipovolemik.
d. Hipoglikemia.
1. Laboratorium
16
2. Kultur feses dan resistensi : E. coli, Entamuba histolitica,
3. Urine
4. Darah
Hematokrit meningkat
Lekositosis
3. Sigmoideskcopi
4. Kolonoscopi
2.1.9. Penatalaksanaan
1. Pemberian Cairan
berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk
diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90
sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak
b. Cairan parentral
17
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan
ml=20 tetes).
1 ml=20 tetes).
Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
bagian NaHCO3 1½ %.
18
Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6
2. Pengobatan dietetic
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat
3. Obat-obatan
2.2.1. Pengkajian
19
kesehatan klien saat ini dan riwayat kesehatan masa lalu, serta menentukan
status fungsional serta mengevaluasi pola koping klien saat ini dan masa
1) Identitas klien
2) Keluhan utama
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir
3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih
6) Pemeriksaan fisik
20
a. pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan
menurun.
muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan
g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi
h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu
perianal.
7) Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
21
Pemeriksaan AGD, elektrolit, kalium, kadar natrium serum.
Pemeriksaan urine.
Pemeriksaan feses.
sistemik.
b. Endoskopi
melalui rektum.
menyingkirkan kanker.
c. Radiologi
kolonoskopi
atau pankreas.
22
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
frekuensi diare.
1. Diagnosa Keperawatan :
Intervensi
Tujuan (NOC) Rasional
Keperawatan (NIC)
Setelah dilakukan Diskusikan dan jelaskan Serat tinggi, lemak,air
tindakan perawatan tentang pembatasan diet terlalu panas / dingin
selama dirumah di RS (makanan berserat tinggi, dapat merangsang
kebutuhan nutrisi berlemak dan air terlalu mengiritasi lambung
terpenuhi panas atau dingin) dan sluran usus.
Ciptakan lingkungan yang Situasi yang nyaman,
Kriteria Hasil : bersih, jauh dari bau yang rileks akan
Nafsu makan tak sedap atau sampah, merangsang nafsu
meningkat sajikan makanan dalam makan
BB meningkat atau keadaan hangat
normal sesuai Berikan jam istirahat Mengurangi
umur (tidur) serta kurangi pemakaian energi
kegiatan yang berlebihan yang berlebihan
Monitor intake dan out put Mengetahui jumlah
dalam 24 jam output dapat
merencenakan jumlah
makanan
Kolaborasi dengan tim Mengandung zat yang
kesehtaan lain : diperlukan , untuk
terapi gizi : Diet TKTP proses pertumbuhan
23
rendah serat, susu
suplemen atau vitamin
( A)
2. Diagnosa Keperawatan :
Intervensi
Tujuan (NOC) Rasional
Keperawatan (NIC)
Setelah dilakukan Pantau tanda dan gejala Penurunan sisrkulasi
tindakan keperawatan kekurangan cairan dan volume cairan
selama 3 x 24 jam elektrolit menyebabkan
keseimbangan dan kekeringan mukosa
elektrolit dan pemekataj urin
dipertahankan secara
maksimal Deteksi dini
memungkinkan terapi
Kriteria Hasil : pergantian cairan
Tanda vital dalam segera untuk
batas normal (N: memperbaiki defisit
120-60 x/mnt, S; Pantau intake dan output Dehidrasi dapat
36-37,50 c, RR : < meningkatkan laju
40 x/mnt ) filtrasi glomerulus
Turgor elastik , membuat keluaran tak
membran mukosa aadekuat untuk
bibir basah, mata membersihkan sisa
tidak cowong, metabolisme
UUB tidak Timbang berat badan Mendeteksi
cekung. setiap hari kehilangan cairan ,
Konsistensi BAB penurunan 1 kg BB
lembek, frekwensi sama dengan
1 kali perhari kehilangan cairan 1 lt
Anjurkan keluarga untuk Mengganti cairan dan
memberi minum banyak elektrolit yang hilang
pada kien, 2-3 lt/hr secara oral
Kolaborasi :
Pemeriksaan Koreksi
laboratorium serum keseimbang
elektrolit (Na, K,Ca, cairan dan
BUN) elektrolit, BUN
untuk mengetahui
faal ginjal
(kompensasi)
24
Cairan parenteral (IV Mengganti cairan
line) sesuai dengan dan elektrolit
umur secara adekuat
dan cepat
Obat-obatan : Anti sekresi untuk
antisekresin, menurunkan
antispasmolitik, sekresi cairan dan
antibiotik elektrolit agar
simbang,
antispasmolitik
untuk proses
absorbsi normal,
antibiotik sebagai
anti bakteri
berspektrum luas
untuk
menghambat
endotoksin
3. Diagnosa Keperawatan :
Intervensi
Tujuan (NOC) Rasional
Keperawatan (NIC)
Setelah dilakukan Monitor suhu tubuh setiap Deteksi dini
tindakan perawatan 2 jam terjadinya perubahan
selama 3x 24 jam tidak abnormal fungsi
terjadi peningkatan tubuh (adanya
suhu tubuh infeksi)
Berikan kompres hangat Merangsang pusat
Kriteria Hasil : pengatur panas untuk
suhu tubuh dalam menurunkan produksi
batas normal ( 36- panas tubuh
37,5OC) Kolaborasi : pemberian Merangsang pusat
Tidak terdapat antipirektik pengatur panas di
tanda infeksi otak
(rubur, dolor,
kalor, tumor,
fungtio leasa)
25
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian
Pada lampiran
26
3.1.3. Analisa Data
27
Tampak tidak
selera makan
Anak makan
hanya 2 suap
BB sehat : 8,6 kg
BB sakit : 8,3 kg.
Zcore ; -2 SD
28
Mukosa mulut RR; 20 6. Edukasi mengurangi
tampak kering kali/ menit cara cuci frekwensi bab.
Nadi; 120 Bising tangan dan 5. Mengawasi
kali/menit usus;30 cara penurunan
RR ; 32 kali/menit pembuatan berat badan
kali/menit 7. BAB kembali oralit 6. Untuk
Bising normal yaitu mengetahui
usus ;40kali/me 1kali/hari ,kons tehnik aseptic
nit istensi normal dan anti
BB sehat; 8.6 8. BB kembali septic,serta
kg normal menambah
BB sakit ; 8.3 pengetahuan
kg ibu untuk
Bab cair 4-5 penangan
kali /hari dehidrasi
dirumah.
29
DO dan muntah sering memenuhi
Anak tampak 3. Makan habis ½ dalam nutrisi dalam
lemas porsi sampai keadaan tubuh dan
Mata tampak dengan 1porsi hangat dan sangat penting
cekung 4. Anak mulai m,enarik untuk masa
Anak makan aktif 3. Pantau dan penyembuhan.
hanya 2 suap 5. Mata tidak catat intake 3. Intake dan
BB sebelum cekung -output output yang
sakit :8,6kg 6. BB naik atau 4. Timbang seimbang
BB saat kembali BB /hari dehidrasi
sakit;8,3kg normal(BB 5. Laksanaka teratasi
ZCORE;- 2SD normal 12 kg) n program 4. Untuk
DPJP mengetahui
6. Kolaborasi status gizi
dengan tim anak
gizi 5. Pemberian
terapi untuk
mengurangi
rasa mual dan
muntah,serta
mempercepat
proses
penyembuhan
6. Untuk
memenuhi
nutrisi sesuai
diit
Pada lampiran
Pada lampiran
30
BAB IV
PEMBAHASAN
yang penulis temukan dalam menangani kasus pada Anp. NH. Tanda dan
gejala yang terlihat pada pasien sama dengan yang diuraikan pada manifestasi
klinis yaitu :
Rasa haus
Mata cekung
1-2 detik
Penulis tidak menemukan perbedaan yang signifikan antara teori dan kasus
31
4.3.Analisa Penulis
Dari pembahasan antara konsep penyakit diare dan tinjauan kasus Anp.
terjangkit diare.
32
BAB V
5.1.Kesimpulan
Diare merupakan gangguan buang air besar atau BAB ditandai dengan
BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai
feses. Seseorang dikatakan menderita bila feses berair dari biasanya, dan bila
buang air besar lebih dari tiga kali, atau buang air besar yang berair tetapi
keperawatan secara tepat dan benar pada penderita diare serta memberikan
penyakit tersebut. Yang terpenting bagi penderita sendiri adalah niat dan
kemauan disertai upaya dalam perubahan kebiasaan dan gaya hidup untuk
5.2. Saran
penting agar individu dan masyarakat mengetahui tanda dan gejala dari
33
penyakit diare sehingga dapat mencegah komplikasi lebih lanjut. Tenaga
dan benar.
34