Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANP.

NH
DENGAN DIARE
DI RUANG THERESIA RUMAH SAKIT SANTO YUSUP

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Keperawatan Anak

Oleh :
Evi Yanti Polina 30140119023K

Program RPL Non ASN


Program Studi D-III Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santo Borromeus
Bandung
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Diare sampai saat ini masih menjadi masalah utama di masyarakat

yang sulit untuk ditanggulangi. Dari tahun ke tahun diare tetap menjadi

salah satu penyakit yang menyebabkan mortalitas dan malnutrisi pada

balita. Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2013,

diare adalah penyebab kematian kedua pada balita. Secara global setiap

tahunnya ada sekitar 2 miliar kasus diare dengan angka kematian 1.5 juta

per tahun. Pada negara berkembang, anak-anak usia di bawah 3 tahun rata-

rata mengalami 3 episode diare per tahun. Setiap episodenya diare akan

menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh,

sehingga diare merupakan penyebab utama malnutrisi pada anak.1

Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun

2013, studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun

diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di

Indonesia. Diare menjadi penyebab kematian tertinggi diantara penyakit

yang sering menyerang anak usia kurang dari 5 tahun, sekitar 31,4% pada

bayi dan 25,2% pada anak balita.

Dinas kesehatan Provinsi Jawa Barat melaporkan bahwa diare

merupakan pembunuh nomor 2 pada kematian bayi (umur 28 hari - 1 tahun)

1
dan balita (umur 1-4 tahun). Berdasarkan data dari Profil Kesehatan

Provinsi Jawa Barat tahun 2014 khususnya Kota Bandung, penderita diare

pada tahun tersebut adalah 87.640 orang. Angka tersebut jauh dari salah satu

langkah dalam target pencapaian Millennium Development Goals (MDGS)

yaitu menurunkan kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990

sampai pada 2015.

Berdasarkan pada ulasan di atas maka penulis melakukan studi

kasus terhadap anak dengan diare dalam bentuk karya ilmiah dengan judul

“Asuhan Keperawatan pada Anp. NH dengan Diare di Ruang Theresia

Rumah Sakit Santo Yusup, Bandung”

1.2. Tujuan Penulisan

1.2.1. Tujuan Umum

Memenuhi tugas dari mata kuliah Keperawatan Anak, yaitu menyusun

asuhan keperawatan yang tepat untuk anak dengan diare.

1.2.2. Tujuan Khusus

 Mampu melakukan pengkajian pada anak dengan diare.

 Mampu merumuskan diagnosa pada anak dengan diare

 Mampu menyusun intervensi pada anak dengan diare.

 Mampu melakukan implementasi pada anak dengan diare.

 Mampu melakukan evaluasi pada anak dengan diare.

1.3. Metode Penulisan

2
Dalam penulisan asuhan keperawatan ini, penulis menggunakan

metode deskriptif yang merupakan suatu metode ilmiah yang

menggambarkan keadaan yang sebenarnya dengan cara pengumpulan data

melalui :

1. Wawancara

Melakukan tanya jawab langsung pada klien, keluarga, perawat, dokter

yang langsung bertugas di Rumah Sakit dimana klien dirawat.

2. Observasi

Mengadakan pengawasan terhadap klien dengan pengawasan

perkembangan kesehatan klien melalui proses keperawatan.

3. Studi Kasus

Mempelajari dan memperaktekkan langsung sesuai dengan teori yang di

pelajari

4. Studi kepustakaan

Pengambilan data dari referensi yang berhubungan dengan asuhan

keperawatan ini.

1.4. Sistematika Penulisan

Karya ilmiah mengenai asuhan keperawatan ini terdiri dari 5 bab dengan

sistematika sebagai berikut :

JUDUL LUAR

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

3
BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang penulisan karya ilmiah, tujuan

penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang teori-teori yang mendukung dalam

penulisan karya ilmiah.

BAB III TINJAUAN KASUS

Bab ini berisi asuhan keperawatan yang dilakukan di Rumah

Sakit Santo Yusup Bandung

BAB IV PEMBAHASAN

Bab ini berisi analisis keterkaitan antara tinjauan teoritis dan

kasus nyata yang diamati.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi tentang simpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Konsep Dasar Penyakit Diare

2.1.1. Pengertian

Diare merupakan gangguan buang air besar atau BAB ditandai

dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat

disertai dengan darah atau lendir (Riskesdas, 2013).

Diare yaitu penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan

konsistensi feses. Seseorang dikatakan menderita bila feses berair dari

biasanya, dan bila buang air besar lebih dari tiga kali, atau buang air besar

yang berair tetapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Dinkes, 2016).

WHO mengatakan diare adalah suatu keadaan buang air besar

(BAB) dengan konsistensi lembek hingga cair dan frekuensi lebih dari tiga

kali sehari. Diare akut berlangsung selama 3-7 hari, sedangkan diare

persisten terjadi selama kurang lebih 14 hari.

2.1.2. Anatomi Fisiologi

Saluran gastrointestinal berawal di rongga mulut, dan berlanjut ke

eosefagus, lambung dan usus. Makanan disimpan sementara di lambung

sampai disalurkan keusus halus. Pencernaan dan penyerapan makanan

terutama diusus halus. Dari usus halus makanan disalurkan kedalam usus

besar yang terdiri dari kolon dan rektum. Sistem saluran pencenaan terdiri

5
dari beberapa jaringan (untuk fungsi sekresi) yang terletak paling dalam,

lapisan jaringan sub mukosa, lapisan otot sirkular dan longitudinal, dan

suatu membran serosa yang terletak paling luar yang disebut peritoneum.

Lapisan-lapisan ini dihubungkan satu sama lain secara fisik dan melalui

hubungan-hubungan saraf.

Gambar 2.1. Anatomi Saluran Gastrointestinal

Setelah melewati usus halus, penyerapan terus berlanjut di usus

besar, terutama air dan elektrolit. Sebagian besar penyerapan berlangsung

6
di separuh atas kolon. Dari sekitar 1000 ml kimus yang masuk keusus

besar setiap hari hanya 100 ml cairan dan hampir tidak ada elektrolit yang

diekskresikan. Selain air yang membentuk 75% dari feses, feses

mengandung bakteri yang mati, sebagian lemak dan bahan makanan yang

kasar yang tidak dicerna, dan sejumlah kecil protein. Produk sampingan

bilirubin menetukan warna feses.

Gambar 2.2.

Proses elimasi atau defekasi, terjadi karena kontraksi peristaltik

rektum. Kontraksi ini dihasilkan sebagai respon terhadap perangsangan

otot polos longitudinal dan sirkuler oleh pleksus mienterikus. Pleksus

mienterikus dirangsang oleh saraf parasimpatis yang berjalan di segmen

sacrum korda spinalis. Peregangan mekanis terhadap rektum oleh tinja

merupakan perangsangan peristaltik yang kuat. Sewaktu gelembung

7
peristaltik dimulai, sfingter anus internus, suatu otot polos, melemas maka

akan terjadi defeksi. Sfingter anus eksternus adalah suatu otot rangka

sehingga di bawah control kesadaran. Pada kenyataannya, relaksasi

sfingter internus menyebabkan kontraksi refleks sfingter eksternus pada

semua individu kecuali bayi dan sebagian orang yang mengalami transeksi

korda spinalis. Hal ini secara efektif menghentikan defekasi. Apabila

refleks defeksi terjadi pada waktu yang tepat setelah sfingter internus

melemas, maka kontraksi refleks sfingter eksternus dapat secara sadar

dilawan dan defeksi akan berlangsung.

2.1.3. Etiologi

Menurut Sudarti, (2010) penyebab diare adalah sebagai berikut :

1. Faktor infeksi

1. Infeksi enteral

Merupakan infeksi saluran pencernaan makanan yang nerupakan

penyebab utama diare pada anak. meliputi infeksi enteral sebagai

berikut:

 Infeksi bakterial : vibrio, ecoli, salmonella, shigella,

champylobacter, tersima, aeromans.

 Infeksi virus : enterovirus (virus ECHO,coxsacke, rotavirus,

astrovirus.

 Infeksi parasit : cacing (ascaria, trichuris,oxyuris,

strongyloides), protozoa (entaomoebahistolicia, giardilambia,

trichomonashominis), jamur (candidaalbicans).

8
2. Infeksi parenteral

Infeksi parenteral adalah infeksi diluar alat pencernaan

makanan seperti : otitis media akut (OMA),

tonsilitis/tonsilfaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis.

Keadaan inin terutama terdapat pada bayi dan anak berumur

dibawah 2 tahun.

2. Faktor Malabsorbsi

 Malabsorbsi karbon hidrat: disakarida ( intoleransi laktosa, maltosa

dan sukrosa), monoskarida (intoleransi gukosa, dan galaktosa),

pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi

laktosa).

 Malabsorbsi lemak

 Malabsorbsi protein

3. Faktor Makanan

Makanan basi, beracun, alergi makanan

4. Faktor Biologis

Rasa takut dan cemas (jarang tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih

besar) (Ngastiyah, 2014).

2.1.4. Klasifikasi

Klasifikasi diare ada beberapa macam. Berdasarkan waktu, diare

dibagi menjadi diare akut dan diare kronik. Berdasarkan manifestasi klinis,

diare akut dibagi menjadi disentri, kolera dan diare akut (bukan disentri

9
maupun kolera). Sedangkan, diare kronik dibagi menjadi diare persisten

dan diare kronik.

1. Diare akut

Diare akut yaitu diare karena infeksi usus yang bersifat mendadak,

berhenti secara cepat atau maksimal berlangsung sampai 2 minggu,

namun dapat pula menetap dan melanjut menjadi diare kronis. Hal ini

dapat terjadi pada semua umur dan bila menyerang bayi biasanya

disebut gastroenteritis infantil. Penyebab tersering pada bayi dan anak-

anak adalah intoleransi laktosa.

Setiap diare akut yang disertai darah dan atau lender dianggap disentri

yang disebabkan oleh shigelosis sampai terbukti lain. Sedangkan

kolera, memiliki manifestasi klinis antara lain diare profus seperti

cucian air beras, berbau khas seperti “bayklin/sperma”, umur anak

lebih dari 3 tahun dan ada KLB dimana penyebaran pertama pada

orang dewasa kemudian baru pada anak. Sedangkan kasus yang bukan

disentri dan kolera dikelompokkan kedalam diare akut.

2. Diare kronis

Diare kronis yaitu diare yang berlangsung selama 2 minggu atau lebih.

Sedangkan berdasarkan ada tidaknya infeksi, dibagi diare spesifik dan

non spesifik. Diare spesifik adalah diare yang disebabkan oleh infeksi

bakteri, virus, atau parasit. Diare yang disebabkan oleh makanan

disebut diare non spesifik. Berdasarkan organ yang terkena, diare dapat

diklasifikasikan menjadi diare infeksi enteral dan parenteral.

10
Diare persisten lebih ditujukan untuk diare akut yang melanjut lebih

dari 14 hari, umumnya disebabkan oleh agen infeksi. Sedangkan, diare

kronik lebih ditujukan untuk diare yang memiliki manifestasi klinis

hilang-timbul, sering berulang atau diare akut dengan gejala yang

ringan yang melanjut lebih dari 14 hari, umumnya disebabkan oleh

agen non infeksi.

2.1.5. Patofisiologi

Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai

kemungkinan faktor diantaranya:

1. Faktor infeksi, proses ini dapat diawali adanya mikroorganime

(kuman) yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian

berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat

menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan

kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus

dalam absorbsi cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya

toksin bakteri akan menyebabkan system transport aktif dalam usus

halus, sel di dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan

meningkatnya cairan dan elekrtolit. Mikroorganisme yang masuk akan

merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan

intestinal, perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbsi

cairan dan elektrolit.

11
2. Faktor malabsorbsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi

yang mengakibatkan tekanan osmotic meningkat sehingga terjadi

pergeseran air dan elektrolit ke ronga usus yang dapat meningkatkan

isi rongga usus sehingga terjadilah Gastroenteritis.

3. Faktor makanan ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu

diserap dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltic usus

yang mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan

yang kemudian menyebabkan Gastroenteritis.

4. Faktor psikologi dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan

peristalticusus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan

makanan yang dapat mnyebabkan Gastroenteritis.

12
Gambar 2.3. Pathway Diare

2.1.6. Manifestasi Klinis

Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya

meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare.

Tinja cair mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja makin

13
lama berubah kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu. Anus

dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan tinja makin

lama makin asam sebagai ak ibat makin banyak asam laktat yang berasal

dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah

dapat timbul sebelum dan sesudah diare, dan dapat disebabkan karena

lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa

dan elektrolit. Akan terjadi dehidrasi mulai nampak, yaitu berat badan

turun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung (pada

bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.

Manifestasi klinis yang terjadi pada klien diare berdasarkan

dehidrasi:

a. Diare dengan dehidrasi ringan

 Kehilangan cairan 5% dari berat badan

 Kesadaran baik (samnolen)

 Mata agak cekung

 Turgor kulit kurang dan kekenyalan kulit normal

 Berak cair 1-2 kali per hari

 Lemah dan haus

 Ubun-ubun besar agak cekung

b. Diare dengan dehidrasi sedang

 Kehilangan cairan lebih dari 5-10% dari berat badan

 Keadaan umum gelisah

 Rasa haus

14
 Denyut nadi cepat dan pernafasan agak cepat

 Mata cekung

 Turgor dan tonus otot agak berkurang

 Ubun-ubun besar cekung

 Kekenyalan kulit sedikit berkurang dan elastisitas kembali sekitar

1-2 detik

c. Diare dengan dehidrasi berat

 Kehilangan cairan lebih dari 10% dari berat badan

 Keadaan umum dan kesadarna umum koma (apatis)

 Denyut nadi cepat nsekali

 Pernafasan kusmaul (cepat sekali)

 Ubun-ubun besar cekung sekali

 Mata cekung sekali

 Turgor/tonus kurang sekali

 Selaput lendir kurang/asidosis

2.1.7. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi akibat diare adalah sebagai berikut :

a. Dehidrasi

 Dehidrasi ringan

Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran

klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh

pada keadaan syok.

 Dehidrasi Sedang

15
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran

klinik turgor kulit jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok, nadi

cepat dan dalam.

 Dehidrasi Berat

Kehilangan cairan 8 - 10 % dari bedrat badan dengan gambaran

klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan

kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai

sianosis.

b. Renjatan hipovolemik.

c. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah,

bradikardi, perubahan pada elektro kardiagram).

d. Hipoglikemia.

e. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase

karena kerusakan vili mukosa, usus halus.

f. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.

g. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita

juga mengalami kelaparan.

2.1.8. Tes Diagnostik

1. Laboratorium

1. Pemeriksaan feses rutin (feses voll).

Makroskopis : warna, konsistensi lembek atau cair disertai

darah, lendir, atau nanah. Mikroskopis: mungkin ditemukan

banyak sel darah putih dan atau sel darah merah.

16
2. Kultur feses dan resistensi : E. coli, Entamuba histolitica,

Salmonella, Shigella, atau Staphylococus.

3. Urine

 Berat jenis urine meningkat (normalnya 1,010-1,025)

 PH urine kurang dari 7 (dehidrasi)

4. Darah

 Analis gas darah menunjukkan asidosis metabolik

 Hematokrit meningkat

 Lekositosis

2. Foto barium enema

3. Sigmoideskcopi

4. Kolonoscopi

2.1.9. Penatalaksanaan

1. Pemberian Cairan

a. Cairan per oral

Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral

berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk

diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90

mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-

sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit,

sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak

lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.

b. Cairan parentral

17
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan

rincian sebagai berikut :

Untuk anak umur 1 bulan - 2 tahun berat badan 3-10 kg

 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set

berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1

ml=20 tetes).

 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt

(infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus

1 ml=20 tetes).

 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit

Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg

1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts

atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg

 1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15

tts atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

 7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1

ml=15 tts atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

 16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.

Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg

 Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250

ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1

bagian NaHCO3 1½ %.

18
 Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6

tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).

Untuk bayi berat badan lahir rendah

Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian

glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).

2. Pengobatan dietetic

Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat

badan kurang dari 7 kg, jenis makanan :

 Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan

lemak tak jenuh

 Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)

 Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan

misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak

yang berantai sedang atau tak jenuh.

3. Obat-obatan

Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan

yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.

2.2.Konsep Dasar Proses Keperawatan

2.2.1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap pertama proses keperawatan yang meliputi

pengumpulan data secara sistematis dan cermat untuk menentukan status

19
kesehatan klien saat ini dan riwayat kesehatan masa lalu, serta menentukan

status fungsional serta mengevaluasi pola koping klien saat ini dan masa

lalu. Pengumpulan data diperoleh dengan cara wawancara, pemeriksaan

fisik, observasi, peninjauan catatan dan laporan diagnostik, kolaborasi

dengan rekan sejawat.

1) Identitas klien

Meliputi nama,, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa,

agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register

dan diagnosa medik.

2) Keluhan utama

Buang air besar lebih dari 3 kali

3) Riwayat penyakit sekarang

BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir

saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran :

3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih

dari 14 hari (diare kronis)..

4) Riwayat penyakit dahulu

Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakaian antibiotik atau

kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari

saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.

5) Riwayat penyakit keluarga

Apakah ada salah satu keluarga yang mengalami diare.

6) Pemeriksaan fisik

20
a. pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan

mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,

b. keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran

menurun.

c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada

anak umur 1 tahun lebih

d. Mata : cekung, kering, sangat cekung

e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen,

peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual

muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan

haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum

f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena

asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)

g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi

menurun pada diare sedang .

h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu

meningkat > 375 0


c, akral hangat, akral dingin (waspada syok),

capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah

perianal.

i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400

ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.

7) Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium

21
 Pemeriksaan AGD, elektrolit, kalium, kadar natrium serum.

 Pemeriksaan urine.

 Pemeriksaan feses.

 Pemeriksaan pH, leukosit, glukosa.

 Pemeriksaan biakan empedu untuk indiksai infeksi

sistemik.

b. Endoskopi

 Endoskopi gastrointestinal bagian atas dan biopsi D2 untuk

indikasi penyakit seliak atau giardia.

 Sigmoidoskopi berhubungan dengan pendarahan segar

melalui rektum.

 Kolonoskopi dan ileoskopi jika pemeriksaan feses dan

darah hasilnya normal, yang bertujuan untuk

menyingkirkan kanker.

c. Radiologi

 CT kolonografi, jika pasien tidak bisa dilakukan

kolonoskopi

 USG abdomen atau CT scan untuk indikasi penyakit bilier

atau pankreas.

2.2.2. Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

diare atau output berlebihan dan intake yang kurang

22
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan

kehilangan cairan skunder terhadap diare.

3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi

skunder terhadap diare.

4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan

frekuensi diare.

5. Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB

menurun terus menerus.

6. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive

2.2.3. Perencanaan Keperawatan

1. Diagnosa Keperawatan :

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

diare atau output berlebihan dan intake yang kurang.

Intervensi
Tujuan (NOC) Rasional
Keperawatan (NIC)
Setelah dilakukan Diskusikan dan jelaskan Serat tinggi, lemak,air
tindakan perawatan tentang pembatasan diet terlalu panas / dingin
selama dirumah di RS (makanan berserat tinggi, dapat merangsang
kebutuhan nutrisi berlemak dan air terlalu mengiritasi lambung
terpenuhi panas atau dingin) dan sluran usus.
Ciptakan lingkungan yang Situasi yang nyaman,
Kriteria Hasil : bersih, jauh dari bau yang rileks akan
 Nafsu makan tak sedap atau sampah, merangsang nafsu
meningkat sajikan makanan dalam makan
 BB meningkat atau keadaan hangat
normal sesuai Berikan jam istirahat Mengurangi
umur (tidur) serta kurangi pemakaian energi
kegiatan yang berlebihan yang berlebihan
Monitor intake dan out put Mengetahui jumlah
dalam 24 jam output dapat
merencenakan jumlah
makanan
Kolaborasi dengan tim Mengandung zat yang
kesehtaan lain : diperlukan , untuk
 terapi gizi : Diet TKTP proses pertumbuhan

23
rendah serat, susu
 suplemen atau vitamin
( A)

2. Diagnosa Keperawatan :

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan

kehilangan cairan skunder terhadap diare.

Intervensi
Tujuan (NOC) Rasional
Keperawatan (NIC)
Setelah dilakukan Pantau tanda dan gejala Penurunan sisrkulasi
tindakan keperawatan kekurangan cairan dan volume cairan
selama 3 x 24 jam elektrolit menyebabkan
keseimbangan dan kekeringan mukosa
elektrolit dan pemekataj urin
dipertahankan secara
maksimal Deteksi dini
memungkinkan terapi
Kriteria Hasil : pergantian cairan
 Tanda vital dalam segera untuk
batas normal (N: memperbaiki defisit
120-60 x/mnt, S; Pantau intake dan output Dehidrasi dapat
36-37,50 c, RR : < meningkatkan laju
40 x/mnt ) filtrasi glomerulus
 Turgor elastik , membuat keluaran tak
membran mukosa aadekuat untuk
bibir basah, mata membersihkan sisa
tidak cowong, metabolisme
UUB tidak Timbang berat badan Mendeteksi
cekung. setiap hari kehilangan cairan ,
 Konsistensi BAB penurunan 1 kg BB
lembek, frekwensi sama dengan
1 kali perhari kehilangan cairan 1 lt
Anjurkan keluarga untuk Mengganti cairan dan
memberi minum banyak elektrolit yang hilang
pada kien, 2-3 lt/hr secara oral
Kolaborasi :
 Pemeriksaan  Koreksi
laboratorium serum keseimbang
elektrolit (Na, K,Ca, cairan dan
BUN) elektrolit, BUN
untuk mengetahui
faal ginjal
(kompensasi)

24
 Cairan parenteral (IV  Mengganti cairan
line) sesuai dengan dan elektrolit
umur secara adekuat
dan cepat
 Obat-obatan :  Anti sekresi untuk
antisekresin, menurunkan
antispasmolitik, sekresi cairan dan
antibiotik elektrolit agar
simbang,
antispasmolitik
untuk proses
absorbsi normal,
antibiotik sebagai
anti bakteri
berspektrum luas
untuk
menghambat
endotoksin

3. Diagnosa Keperawatan :

Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi

sekunder terhadap diare.

Intervensi
Tujuan (NOC) Rasional
Keperawatan (NIC)
Setelah dilakukan Monitor suhu tubuh setiap Deteksi dini
tindakan perawatan 2 jam terjadinya perubahan
selama 3x 24 jam tidak abnormal fungsi
terjadi peningkatan tubuh (adanya
suhu tubuh infeksi)
Berikan kompres hangat Merangsang pusat
Kriteria Hasil : pengatur panas untuk
 suhu tubuh dalam menurunkan produksi
batas normal ( 36- panas tubuh
37,5OC) Kolaborasi : pemberian Merangsang pusat
 Tidak terdapat antipirektik pengatur panas di
tanda infeksi otak
(rubur, dolor,
kalor, tumor,
fungtio leasa)

25
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1. Pengkajian

3.1.1. Pengumpulan Data

Pada lampiran

3.1.2. Pengelompokan Data

Data Subyektif Data Obyektif

1. Ibu mengatakan anak mencret 1. Ku. Anak tampak lemas

2. Ibu mengatakan anak tidak mau 2. Turgor kulit kembali lambat

makan 3. Mata cekung

3. Ibu mengatakan anak demam 4. Ubun-ubun cekung

4. Ibu mengatakan anak mual 5. Tidak tampak selera makan

5. Ibu mengatakan anak rewel 6. Bising usus 40 kali permenit

6. Ibu mengatakan anak muntah 1 7. Suhu 38,3°c

kali 8. Muka tampak kemerahan

9. Perabaan acral panas

10. Mukosa mulut kering

11. Makan hanya 2 suap

12. BB sehat 8.6 kg, BB sakit 7.9 kg

26
3.1.3. Analisa Data

No Tanggal/Jam Data Fokus Etiologi Problem


1 16-12-2019 DS Virus Devisit volume
13.00 WIB  Ibu mengatakan  tubuh
anak mencret Masuk dalam
sudah 3 hari ±4-5 saluran cerna
kali perhari 
 Ibu mengatakan Infeksi virus
anak muntah 1 
kali Reaksi RES

DO Peristaltik usus
 Anak lemas meningkat
 Turgor kulit 
kembali lambat Diare
 Mata cekung 
 Ubun-ubun Kurang kebutuhan
cekung cairan
 Bising usus 40
kali permenit
 Mukosa mulut
Hasil feses; zat
laemak
2 16-12-2019 DS Invansi Virus Peningkatan
13 .00 WIB  Ibu mengatakan  suhu tubuh
anak panas sudah Reaksi RES
3 hari 
 Ibu mengatakan Inflamasi sekitar
anak rewel saluran cerna

DO Thermoregulasi
 Anak tampak 
lemas Suhu Meningkat
 Anak teraba
panas
 Suhu 38,3°c
 Wajah
kemerahan
 Anak rewel
3 16-12-2019 DS Peristaltik usus Nutrisi kurang
13.00 WIB  Ibu mengatakan meningkat dari kebutuhan
anak tidak mau  tubuh.
makan Malabsorsi
 Ibu mengatakan 
anak mual dan Mual-muntah
muntah. 
Intake kurang
DO 
 Anak lemas Nutrisi kurang

27
 Tampak tidak
selera makan
 Anak makan
hanya 2 suap
 BB sehat : 8,6 kg
 BB sakit : 8,3 kg.
 Zcore ; -2 SD

3.2. Diagnosa Keperawatan

1. Devisit volume cairan tubuh berhubungan dengan diare.

2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi virus.

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubunan dengan intake yang

kurang dan mual-muntah.

3.3. Perencanaan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


DK Keperawatan
1 Defisit volume Setelah dilakukan 1. Observasi 1. Untuk
16/12/ cairan tubuh Bd tindakan tanda - mengetahui
2019 diare keperawatan selama tanda tingkat
2x24 jam dehidrasi dehidrasi dan
DS (16/12/2019-17-12- tiap 6 jam penangan
 Ibu mengatakan 2018) diharapkan 2. Berikan lebih lanjut
anaknya volume cairan cairan 2. Mempertahan
mencret sudah 3 tubuh terpenuhi perinfus kan dan
hari ±4-5 kali dengan kriteria : sesuai mengganti
perhari 1. Turgor kulit DPJP cairan tubuh
 Ibu kembali normal RL dan elektrolit
mnengatakan 2. Intake adekuat 50cc/jam yang hilang
anaknya muntah 3. Mukosa mulut 3. Jelaskan 3. ASI sangat
1 kali lembab ibu untuk diperlukan
4. Mata tidak Asi tetap oleh tubuh
DO cekung diberikan dan untuk
 Anak tampak 5. Ubun-ubun 4. Berikan meningkatkan
lemas tidak cekung terapi imunitas anak.
 Turgor kembali 6. TTV normal intezinc1x1 4. Pemberian
lambat  TD;100/60 cth, terapi ini
 Mata tampak mmhg Lactobe untuk
cekung  Nadi ; 1x1sacshet meningakatka
 Ubun-ubun 120kali/me 5. Timbang n funsi usus
teraba cekung nit BB/hari dan untuk

28
 Mukosa mulut  RR; 20 6. Edukasi mengurangi
tampak kering kali/ menit cara cuci frekwensi bab.
 Nadi; 120  Bising tangan dan 5. Mengawasi
kali/menit usus;30 cara penurunan
 RR ; 32 kali/menit pembuatan berat badan
kali/menit 7. BAB kembali oralit 6. Untuk
 Bising normal yaitu mengetahui
usus ;40kali/me 1kali/hari ,kons tehnik aseptic
nit istensi normal dan anti
 BB sehat; 8.6 8. BB kembali septic,serta
kg normal menambah
 BB sakit ; 8.3 pengetahuan
kg ibu untuk
 Bab cair 4-5 penangan
kali /hari dehidrasi
dirumah.

2 Peningkatan suhu Setelah dilakukan 1. Observasi 1. Dengan


16/12/ tubuh Bd infeksi tindakan tanda-tanda mengobservas
2019 virus keperawatan selama vital sushu i tanda vital
DS 2x24jam tidak dan nadi dapat
 Ibu mengatakan terjadi peningkatan tiap 5jam menentukan
anak demam suhu tubu dengan 2. Berikan tindakan
sudah 3 hari kriteria: kompres selanjutnya
 Ibu mengatakan 1. Suhu tubuh hangatpada 2. Meningkatkan
anak rewel normal( 36°c- daerah evaporasi
37°c) axila dan dalam
DO 2. Wajah tidak lipat paha menurunkan
 Anak tampak kemerahan 3. Anjurkan suhu tubuh.
lemas 3. Perabaan acral ibu tetap 3. Rehidrasi
 Anak teraba hangat memberika cairan dapat
panas 4. Anak tidak n Asi dan mengurangi
 Suhu 38,3°c rewel minum peningkatan
 Wajah sedikit- suhu tubuh
kemerahan sedikit tapi 4. Antipiretik
 Anak rewel sering sebagai
4. Kolaborasi penurun panas
untuk
pemberian
antiperetik
3 Nutrisi kurang dari Setelah dilakukan 1. Berikan 1. Makanan yang
16/12/ kebutuhan tubuh bd tindakan makanan lunak akan
2019 intake yang kurang keperawatan selama atau diit memudahkan
dan mual-muntah 2x24jam rendah usus untuk
diharapkan nutrisi serat 3kali mengabsorsi
DS terpenuhi dengan /hari sehingga tidak
Ibu mengatakan kriteria ; 2. Berkan menimbulkan
anaknya tidak mau 1. Nafsu makan makanan diare
makan membaik sedikit - 2. Makanan yang
2. Tidak ada mual sedikit tapi cukup dapat

29
DO dan muntah sering memenuhi
 Anak tampak 3. Makan habis ½ dalam nutrisi dalam
lemas porsi sampai keadaan tubuh dan
 Mata tampak dengan 1porsi hangat dan sangat penting
cekung 4. Anak mulai m,enarik untuk masa
 Anak makan aktif 3. Pantau dan penyembuhan.
hanya 2 suap 5. Mata tidak catat intake 3. Intake dan
 BB sebelum cekung -output output yang
sakit :8,6kg 6. BB naik atau 4. Timbang seimbang
 BB saat kembali BB /hari dehidrasi
sakit;8,3kg normal(BB 5. Laksanaka teratasi
 ZCORE;- 2SD normal 12 kg) n program 4. Untuk
DPJP mengetahui
6. Kolaborasi status gizi
dengan tim anak
gizi 5. Pemberian
terapi untuk
mengurangi
rasa mual dan
muntah,serta
mempercepat
proses
penyembuhan
6. Untuk
memenuhi
nutrisi sesuai
diit

3.4. Implementasi Keperawatan

Pada lampiran

3.5. Evaluasi Keperawatan

Pada lampiran

30
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1.Persamaan antara Teori dan Kasus

Mengacu pada penjelasan konsep penyakit terdapat beberapa persamaan

yang penulis temukan dalam menangani kasus pada Anp. NH. Tanda dan

gejala yang terlihat pada pasien sama dengan yang diuraikan pada manifestasi

klinis yaitu :

 Kehilangan cairan lebih dari 5-10% dari berat badan

 Keadaan umum gelisah

 Rasa haus

 Denyut nadi cepat dan pernafasan agak cepat

 Mata cekung

 Turgor dan tonus otot agak berkurang

 Ubun-ubun besar cekung

 Kekenyalan kulit sedikit berkurang dan elastisitas kembali sekitar

1-2 detik

4.2.Perbedaan Teori dan Kasus

Penulis tidak menemukan perbedaan yang signifikan antara teori dan kasus

pada Anp. NH.

31
4.3.Analisa Penulis

Dari pembahasan antara konsep penyakit diare dan tinjauan kasus Anp.

NH terdapat persamaan. Dari persamaan itu klien sudah bisa diindikasikan

terjangkit diare.

Kemudian pada diagnosa keperawatan tidak ditemukan gangguan tumbuh

kembang yang berlebihan karena setelah penangan medis, hanya memerlukan

waktu 2 hari bagi pasien Anp. untuk NH boleh pulang.

32
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Diare merupakan gangguan buang air besar atau BAB ditandai dengan

BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai

dengan darah atau lendir (Riskesdas, 2013).

Diare yaitu penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi

feses. Seseorang dikatakan menderita bila feses berair dari biasanya, dan bila

buang air besar lebih dari tiga kali, atau buang air besar yang berair tetapi

tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Dinkes, 2016)

Peran perawat sangatlah diperlukan dalam memberikan asuhan

keperawatan secara tepat dan benar pada penderita diare serta memberikan

penyuluhan pada klien dan keluarga tentang pencegahan berulangnya kembali

penyakit tersebut. Yang terpenting bagi penderita sendiri adalah niat dan

kemauan disertai upaya dalam perubahan kebiasaan dan gaya hidup untuk

menghindari terjangkit penyakit diare. Keluarga hendaknya mampu menjadi

fasilitator pada masa rehabilitasi.

5.2. Saran

Peran tenaga kesehatan dalam pencegahan penyakit diare sangatlah

penting agar individu dan masyarakat mengetahui tanda dan gejala dari

33
penyakit diare sehingga dapat mencegah komplikasi lebih lanjut. Tenaga

kesehatan juga diharapkan selalu menambah wawasan dan referensi tentang

penyakit diare sehingga mampu melakukan asuhan keperawatan dengan tepat

dan benar.

34

Anda mungkin juga menyukai