Anda di halaman 1dari 17

RUANG LINGKUP KEPERAWATAN KELUARGA

DI SUSUN OLEH KELOMPOK : 4

1. JUNIARTI NPM 22.14201.92.18.P


2. GITA RAHMAWATI NPM 22.14201.92.20.P
3. MELDA SEPTIANI NPM 22.14201.92.16.P

DOSEN PEMBIMBING :DIAN EMILIASARI.S.KEP.NERS,M.KES

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PROGRM STUDI S1 KEPERAWATAN

BINA HUSADA PALEMBANG

TAHUN 2022 / 2023


1. Pengertian Keperawatan Keluarga
Menurut kemenkes RI (2016) keluarga adalah suatu lembaga yang
merupakan satuan (unit) terkecil dari masyarakat, terdiri atas ayah, ibu,
dan anak yang disebut keluarga inti atau rumah tangga (keluarga batin).
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa yang terkumpul dan tinggal di suatu rumah atau
atap dalam keadaan saling ketergantungan. (Harmoko, 2016, p. 12).
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang menjadi klien
(penerima) asuhan keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan
asuhan keperawatan yang diperlukan oleh anggota keluarga yang sakit
(Makhfudi, 2013, p.179).
Keperawatan keluarga adalah pemberian layanan kesehatan dengan
membantu anggota keluarga mempertahankan kesehatan yang setinggi-
tingginya melewati dari pengalaman sakit yang sebelumnya. Keperawatan
keluarga yaitu pemberian layanan kesehatan secara holistic mulai dari
pengkajian, diagnosis, intervensi, implementasi hingga evaluasi terhadap
seluruh anggota keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan kesehatan
semaksimal mungkin (Kaakinen, Coehlo, Steele & Robinson, 2018).
Keperawatan keluarga merupakan proses dalam melakukan asuhan
keperawatan keperawatan berdasarakan kebutuhan keluarg ayang meliputi
tahapan pengkajian, intervensi dan implementasi dan evaluasi dengan
melibatakan anggota keluarga. Definisi dan kerangka kerja dari
keperawatan keluarga adalah proses pemenuhan kebutuhan perawatan
kesehatan keluarga yang berada dalam lingkup praktik keperawatan.
Keperawatan keluarga mempertimbangkan keempat pendekatan untuk
melihat keluarga yitu individu, keluarga, perawat dan komunitas untuk
tujuan mempromosikan, memelihara, dan memperbaiki kesehatan
keluarga (Kaakinen et al., 2015).
Praktik keperawatan keluarga merupakan pemberian asuhan
keperawatan kepada keluarga dan anggota keluarga baik sehat maupun
sakit dan dapat diberikan pada semua tipe keluarga dengan kondisi
kesehatan yang berbeda-beda (Friedman, 2014). Keperawatan keluarga
adalah serangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktek keperawatan
kepada keluarga untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan
keluarga tersebut dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan
(pengkajian diagnosa- intervensi-implementasi-evaluasi)
2. Macam-macam keluarga
Menurut Friedman dalam pembagaian tipe keluarga yaitu:
1) Keluarga tradisional
a) Keluarga inti adalah keluarga yang terdriri dari suami, istri,
dan anakkandung serta anak angkat yang tinggal bersama
dalam satu rumah. Bentuk-bentuk keluarga inti meliputi:
i) Keluarga tanpa anak (keluarga dua orang) adalah
keluarga suami istri (tanpa anak) yang tinggal
bersama dalam satu rumah.
ii) Keluarga tanpa anak adalah keluarga yang tidak
memiliki anak karena terlambat menikah dan
terlmbat karir/ pendidikan seperti yang terjadi pada
perempuan.
iii) Keluarga angkat adalah keluarga yang secara
hukum memikul tanggung jawab orang tua kandung
terhadap keluarga yang akan mempunyai anak.
b) Keluarga besar adalah keluarga yang meliputi tiga
keturunan yang tinggal bersama -sama satu rumah,
misalnya keluarga inti dengan paman, bibi, kakek, dan
nenek.
c) Keluarga orangtua tunggal adalah keluarga yang dibentuk
oleh salah satu orang tua dengan anak-anak. Hal ini terjadi
akibat perceraian, kematian, atau penelantaran (perkawinan
tidak sah).
d) Travelling familly, yaitu suami dan istri bekerja dan tinggal
dalam tempat atau kota yang berbeda, tetapi salah satu kota
sebagai domisili dan merupakan tempat bertemu pada akhir
pekan dengan anggota keluarga, bulan atau pada saat-saat
tertentu.
e) Keluarga multigenerasi adalah keluarga yang terdiri dari
beberapa generasi atau usia yang hidup bersama dalam satu
tempat tinggal
f) Keluarga jaringan, artinya lebih dari satu keluarga inti yang
hidup bersama di tempat tinggal yang sama dan sangat
berdekatan serta berbagi barang atau jasa yang sama.
Contohnya seperti toilet, dapur, alat ektrolit dan lain
g) Keluarga campuran adalah janda atau duda (karena
perceraian) yang kawin lagi dan mengasuh anak dari hasil
pernikahan atau perkawinan sebelumnya.
h) Orang dewasa lajang yang tinggal sendiri adalah keluarga
yang terdiri dari orang dewasa yang sebagai akibat dari
keputusan atau perpisahan mereka.
i) Foster family adalah keluarga yang mengadopsi anak yang
tidak ada ikatan darah/ keluarga pada kurun waktu tertentu,
anak yang diadopsi akan kembali kepada keluarga aslinya
apabila orang tua kandung menginginkan anaknya kembali.
j) Keluarga binuklir adalah jenis keluarga pasca-perceraian
dimana masing-masing pasanagn memiliki anak pada
keluarga ini terdiri dari dua rumah tangga inti.
2) Keluarga non tradisonal
a) The unmarried teenage mother atau ibu remaja tunggal adalah
keluarga yang meliputi orang yaitu ibu dengan anak yang
idperoleh di luar dari pernikahan
b) Keluarga tiri adalah keluarga dengan oran tua tiri.
c) Communce family atau keluarga masyarakat atau banyak
keluarga (dengan anak-anak) tanpa hubungan saudara kandung
yang tinggal di rumah yang sama, dengan sumber daya,
fasilitas dan pengalaman yang sama, dan sosialisasi anak
melalui kegiatan co-parenting
d) Kohabitasi heteroseksual (kohabitasi hetroseksual non nikah),
keluarga tinggal bersama tanpa ikatan pernikahan berganti
pasangan.
e) Keluarga gay dan lesbian, artinya sesorang yaitu berbagi
kehidupan seks yang sam sebagai “ pasangan”
f) Keluarga kumpul kebo adalah orang dewasayang karena alasan
tertentu hidup bersama diluar hubungan perkawinan.
g) Keluarga nikah kelompok yaitu lebih dari satu pasang orang
dewasa yang berbagi peralatan rumah tangga dan seperti ada
ikatan pernikahan. Saling berbagi, termasuk seksualitas dan
pengasuhan anak-anak
h) Kelompok jaringan keluraga, keluarga inti yang terikat oleh
peraturan hidup berdampingan dna berbagi perlatan rumah
tangga, memberikan hak dan kewajiban atas pengasuhan anak
i) Foster family, adalah keluarga yang mengadopsi anak yang
tidak ada ikatan darah/keluarga pada kurun waktu tertentu,
anak yang diadopsi akan kembali kepada keluarga aslinya
apabila oran tua kandung menginginkan anaknya kembali.
j) Homeless family atau keluarga tunawisma, adalah keluarga
terbina sebagai akibat dari krisis pribadi yang berkaitan dengan
kondisi ekonomi dan atau masalah kesehatan mental dan
kurangnya perlindungan permanen
k) Geng bentuk keluarga destruktif yang terdiri dari anak muda
yang terikathubungan emosional dan keluarga dengan penuh
kasih, berkembang pesat dalam kekerasan dan kejahatan dalam
hidup mereka.
Menurut beberapa ahli juga mendefinisikan sebagai jenis-jenis
keluarga sebagai berikut:
a) Keluarga yang terdiri dari keluarga inti dan keluarga besar.
Dalam hal ini keluarga menjadi satu bagian yang utuh yang
saling berinteraksi dan masih menjalani hubungan darah secara
terus menerus.
b) Keluarga dengan garis keturunan. Pada konsep jenis ini
biasanya menekankan pada keluarga parental, matrilineal dan
bilateral. Jenis keluarga ini di Indonesia sering di gunakan
sebagai garis keturunan berdasarkan ada istiadat daerah
tersebut seperti keluarga suku batak
c) Keluarga atas dasar penguasa. Pada konsep ini lebih
menekankan keluarga paroki, keluarga matriakat dan keluarga
sederajat. Contoh pada keluarga ini adalah kumpulan paroki
gereja. Mereka tinggal bersama namun masih dalam satu
tujuan yang sama atas dasar satu arahan pemimpin.
d) Keluarga dengan dasar perkawinan seperti kasus yang sering
terjadi di Indonesia pernikahan poligami dan keluarga
poligami. Dalam konteks ini poligami massih menjadi
perdebatan dikalangan masyarakat. Stigma yang tinggi tentang
poligami menjadikan permasalahan yang luar biasa tentang
jenis keluarga ini.
e) Keluarga dengan status sosial ekonomi. Sangat nampak sekali
jika kita melihat masalah keluarga dengan situasi sosial
ekonomi. Pada kasus keluarga dengan jenis ini akan dilihat
berdasarkan kemampuan keluarga dalam bekerja serta
memenuhi kebutuhan hidup atau pelengkap suatu keluarga.
f) Keluarga dengan proses keutuhannya. Pada keluarga jenis ini
akan dilihat sebagai keluarga yang utuh terdiri dari ayah, ibu
dan anak. Contoh nyata keluarga dengan tidak utuh seperti
kasus perceraian, dan keluarga kekerasan dalam rumah tangga.
. Menurut Jhonson & Leny (2010, pp. 10-13) ada dua macam bentuk
keluarga dilihat dari bagaimana keputusan diambil, yaitu berdasarkan
lokasi dan berdasarkan pola otoritas.
a. Berdasarkan lokasi

1) Adat utrolokal, adalah adat yang memberi kebebasan kepada


sepasang suami istri untuk melihat tempat tinggal, baik itu sekitar
kediaman kaum kerabat suami ataupun disekitar kediaman kaum
kerabat istri.
2) Adat virolokal, merupakan adat yang menentukan bahwa sepasang
suami istri harus menetap disekitar pusat kediaman kaum kerabat suami.

3) Adat uxurilokal, merupakan bahwa adat yang menentukan sepasang


suami istri harus tinggal di sekitar kediaman kaum kerabat istri.

4) Adat bilokal, merupakan adat yang menentukan bahwa sepasang


suami istri dapat tinggal disekitaran kediaman kerabat suami pada
mas tertentu dan disekitaran pusat kediaman istri pada masa tertentu
pula (bergantian).
b. Berdasarkan pola otoritas

1) Partial, yakni otoritas didalam keluarga dimiliki oleh laki-laki (laki-


laki pemimpin dalam keluarga, umumnya ayah).

2) Matrialkal, adalah otoritas didalam keluarga dimiliki oleh perempuan


(perempuan tertua, mendidik anak-anak, umumnya ibu)

3) Equalitarian, sepasang suami istri berbagai otoritas secara seimbang.

3. Upaya peningkatan kesehatan dalam keperawatan keluarga


Peningkatan kesehatan dan tindakan preventif dirancang khusus untuk
menjaga orang bebas dari penyakit dan cedera. Maka peran perawat dalam
keluarga sangat diperlukan dalam pencegahan. Menurut Freidman,
Bowden & Jones dalam Renteng & Simak (2021) Pelayanan kesehatan
yang diberikan keluarga mencakup upaya 3 hal yaitu:
1) Pencegahan primer
Upaya pencegahan primer sangat perlu diterapkan didalam
keluarga sebagai upaya dalam peningkatan kesehatan di dalam
keluarga. Pencegahan primer dapat dilakukan pada keluarga sehat
maupun keluarga yang sakit sebagai upaya agar anggota yang lain
tidak sakit. pencegahan primer terdiri atas promosi kesehatan dan
pencegahan spesifik. Perawat mempunyai peran penting dalam upaya
pencegahan terjadinya penyakit dan memelihara hidup sehat. Pada
masa pandemic covid 19, pencegahan primer perlu diterapkan dalam
keluarga. Salah satu contoh dalam tindakan pencegahan primer yaitu
melakukan perilaku protocol kesehatan. Keberhasilan keluarga dalam
melakukan upaya pencegahan primer khususnya perliaku protocol
kesehatan akan berdampak terhadap peningkatan kesehatan dalam
keluarga.
Pencegahan spesifik merupakan salah satu upaya agar tidak
terjadinya kondisi sakit tertentu pada keluarga tersebut. Sebagai
contoh, pada masa pandemic covid 19 ini upaya pencegahan spesifik
berupa vaksinasi covid 19. Keluarga memiliki peran yang sangat besar
dalam keberhasilan vaksinasi karena keluarga akan memberikan
motivasi kepada keluarga lainnya untuk melakukan vaksinasi,
pencegahan spesifik juga dilakukan dengan melakukan imunisasi
kepada anak, dimana ketercapaian target imunisasi pada anak tidak
lepas dari peran keluarga.
Upaya pencegahan primer dalam keperawatan keluarga
memiliki beberapa hambatan adalah keterbatasan informasi yang
diberikan oleh tenaga kesehatan, keterbatasan contoh perilaku yang
sehat di lingkungan masyarakat, dan masalah sosial di dalam keluarga
seperti adanya nilai yang diyakini dalam keluarga tersebut yang
bertentangan dengan tindakan yang berkaitan dengan tindakan spesifik
seperti imunisasi atau vaksinasi. Oleh karena itu pencegahan primer
meupakan focus utama di dalam keluarga, sehingga diperlukan upaya
dari peraawat dalam meningkatkan peran keluarga dalam melakukan
pencegahan primer.
2) Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder merupakan salah satu upaya agar
mengendalikan perburukan penyakit atau mencegah terjadinya
komplikasi. Perawat mendiagnosis secara dini dan segera dalam
memberikan penanganan maupun tindakan. Bila penyakit menghambat
penyembuhan maka tujuannya mengontril perkembangan penyakit dna
mencegah terjadinya kecacatan. Perawat dalam hal ini berperan untuk
melakukan skrining atau deteksi dini pada keluarga terhadap kondisi
kesehatan keluarga tersebut. Pengkajian yang dapat digunakan dalam
melakukan deteksi dini berupa pemeriksaa riwayat kesehatan,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Bila diperlukan
lakukan rujukan, beri penyuluhan kesehatan dan lakukan tindak lanjut
Deteksi dini yang dapat dilakukan oleh perawat misalnya
melakukan pemeriksaan tumbuh kembang anak. Perawat dapat
melakukan deteksi dini terhadap proses pertumbuhan dan
perkembangan anak, apabila terjadi risiko penyimpangan pertumbuhan
ataupun perkembangan perawat dapat melakukan tindakan agar tidak
terjadi gangguan tumbuh kembang yang berdampak terhadap status
kesehatan anak tersebut.
Tindakan deteksi dini lainnya yaitu dengan melakukan
pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan kadar gula dalam darah
secara rutin kepada keluarga oleh perawat akan berdampak terhadap
penurunan risiko gangguan kesehatan pada keluarga tersebut.
Program pemerintah terkait deteksi dini pada usia produktif yaitu
melakukan pap smear dan Sadari (periksa payudara sendiri). kedua
kegiatan ini masuk sebagai upaya untuk mendeteksi dini terhadap
terjadinya kanker serviks dan kanker payudara. Apabila kanker serviks
ataupun kanker payudara lambat untuk didiagnosis akan berdampak
terhadap prognosis kasus tersebut yang dapat menimbulkan kematian.
3) Pencegahan tersier
Peran perawat dalam pencegahan secara tersier bertujuan untuk
mengurangi luasnya dan keparahan masalah kesehatan, sehingga dapat
meminimalkan ketidakmampuan dan memulihkan atau memelihara
fungsi tubuh. Pencegahan tersier dilakukan jika keluarga sudah
mengalami kondisi sakit, dimana tindakan ini dilakukan bertujuan
untuk mengurangi tingkat keparahan penyakit atau proses pemulihan
terhadap fungsi anggota tubuh setelah sakit. Pada fase ini rehabilitasi
merupakan focus utama bagi perawat keluarga. Rehabilitasi yang
dilakukan dengan memberikan tindakan keperawatan agar anggota
keluarga yang sakit dapat dipulihkan atau melakukan fungsi sesuai
kemampuannya akibat disabilitas dari proses penyakitnya. Rehabilitasi
meliputi pemulihan terhadap individu yang cacat akibat penyakit dan
luka, sehingga mereka dapat berguna pada tingkat yang paling tinggi
secara fisik, sosial dan ekonomi.
Stroke merupakan salah satu contoh dari penyakit yang
memerlukan proses rehabilitasi. Perawat keluarga dalam hal ini dapat
melakukan tindakan ROM (Range Of Motion) secara aktif ataupun
pasif kepada anggota keluarga yang sakit stroke dengan tujuan untuk
mengoptimalkan fungsi saraf. Perawat keluarga dalam tahap
rehabilitasi selain memperhatikan anggota keluarga yang sakit, perlu
juga dalam pendampingan terhadap keluarga dalam berdapatasi dan
melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit.

Pelayanan keperawatan keluarga mencakup Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)


dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) yang diberikan kepada klien sepanjang
rentang kehidupan dan sesuai tahap perkembangan keluarga.

UKP atau Upaya Kesehatan Perorangan merupakan suatu kegiatan dan atau
serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan ,
pencegahan,penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit
dan memulihkan kesehatan perseorangan. UKP bisa didapatkan di puskesmas
dan rumah sakit. Sedangkan UKM atau Upaya Kesehatan Masyarakat adalah
setiap kegiatan yang dilakukan pemerintah dan atau masyarakat serta swasta
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan
menanggulangi timbulnya masalah kesehatan masyarakat.

Ruang lingkup praktik keperawatan komunitas menurut Bambang Sumantri.


(2011) meliputi :
1. Upaya-upaya peningkatan kesehatan (promotif),
2. Pencegahan (preventif),
3. Pemeliharaan kesehatan dan pengobatan (kuratif),
4. Pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan
5. Mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya
(resosialisasi).

Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang ditekankan


adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif,
rehabiitatif dan resosialitatif.

1. Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:
a. Penyuluhan kesehatan masyarakat
b. Peningkatan gizi
c. Pemeliharaan kesehatan perseorangan
d. Pemeliharaan kesehatan lingkungan
e. Olahraga secara teratur
f. Rekreasi
g. Pendidikan seks.

2. Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan
terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui
kegiatan:
a. Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil
b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas
maupun kunjungan rumah
c. Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas ataupun di
rumah.
d. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui.

3. Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota
keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah
kesehatan, melalui kegiatan:
a. Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)
b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas dan
rumah sakit.
c. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan
nifas
d. Perawatan payudara
e. Perawatan tali pusat bayi baru lahir.

4. Upaya Rahabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-
penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok
tertentu yang menderita penyakit yang sama, misalnya kusta, TBC, cacat fisik
dan lainnya., dilakukan melalui kegiatan:
a. Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita kusta,
patah tulang maupun kelainan bawaan
b. Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu,
misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke: fisioterapi
manual yang mungkin dilakukan oleh perawat.
5. Upaya Resosialitatif
Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga dan
kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah
kelompok-kelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena menderita suatu
penyakit, misalnya kusta, AIDS, atau kelompok-kelompok masyarakat khusus
seperti Wanita Tuna Susila (WTS), tuna wisma dan lain-lain. Di samping itu,
upaya resosialisasi meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima kembali
kelompok yang mempunyai masalah kesehatan tersebut dan menjelaskan
secara benar masalah kesehatan yang mereka derita. Hal ini tentunya
membutuhkan penjelasan dengan pengertian atau batasan-batasan yang jelas
dan dapat dimengerti.
(Elisabeth, 2010)
DAFTAR PUSTAKA

Harwijayanti, dkk. 2022. Keperawatan Keluarga. Padang: PT Global Eksekutif


Teknologi
Saputra Ferdy, dkk. 2023. Keperawatan keluarga. Sukaharjo: Pradina Pustaka
Bakri, M. H. (2018) Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka
Mahardika.
Nadirawati (2018) Asuhan Keperawatan Keluarga. Bandung: PT Refika Aditama.
Jhonson, & Leny. (2010). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika.
Bambang Sumantri. (2011). Ruang Lingkup Keperawatan Komunitas. Diakses pada
tanggal 29 September 2016 pada: http://mantrinews.blogspot.co.id/2011/12/ruang-
lingkup-keperawatan-komunitas.html
PRESENTASI KELOMPOK 4 TANGGAL 15 APRIL 2023
Moderator : Vinna Dianaliasari
Penyaji : Milda Septiani
Anggota : Juniarti,Gita Rahmawati

Pertanyaan
1. Penanya Ibu Maryani : Di dalam upaya kuratif ada peran perawat dalam perawatan
tali pusat bayi baru lahir dan perawatan ibu hamil serta perawatan nifas,sebenarnya
tugas perawatan tersebut termasuk tugas perawat atau bidan?
Jawaban:
Gita Rahamawati : perawatan ibu hamil patologis,perawatan nifas,perawatan tali
pusat tetap menjadi tanggung jawab perawat sebagaimana diketahui perawat harus
memberikan perawatan holistic dari head to toe,dari bayi baru lahir sampai gerontik.
Peran perawat lebih ke fasilitator dan konselor,memberikan penkes dan tetap harus
ada evaluasi dari hasil penkes tersebut,membantu memfungsikan peran
keluarga,sebagai contoh dalam perawatan tali pusat sebaiknya di libatkan peran
keluarga untuk menumbuhkan bonding,selain itu bisa menambah ketrampilan dalam
perawatan bayi,begitu juga perawatan nifas dan ibu hamil yang patologis.

Juniarti : bidan dan perawat dua duanya berperan penting dalam perawatan tali pusat
dan perawatan ibu hamil.

2. Penanya ibu Rizki : Bagaimana upaya peningkatan mutu gizi pada anak dan
pencegahan stunting pada anak?
Jawaban :
Juniarti : stunting bisa di cegah dari dalam kandungan,memberi ASI eksklusif sampai
6 bulan,memberi MPASI yang terpenuhi nutrisi baik mikro maupun makro,memantau
tumbang anak secara rutin ke posyandu,menjaga kebersihan lingkungan.
Gita Rahmawati : menurut Kemenkes,di lakukan perbaikan di pola makan,pola asuh
dan perbaikan sanitasi dan akses air bersih.

3. Penanya ibu Haza : Di dalam ruang lingkup keperawatan keluarga ada upaya
resosialisasi,apa contohnya dan bagaimana penerapannya?
Jawaban :
Gita Rahmawati : contoh seorang wanita tuna susila,untuk kembali ke masyarakat
harus di bantu penghilangan stigma dengan kolaborasi berbagai pihak mulai dr
RT,RW maupun desa,contohnya dengan melibatkan mereka di kegiatan sosial seperti
pengkaderan dll. Contoh lain adalah ODGJ pasca perawatan ketika kembali ke
masyarakat harus di persiapkan benar-benar baik dsari segi pasien maupun juga
masyarakat sekitar,ini menjadi tugas perawat.
Resti Martia : seorang WTS di edukasi dan di yakinkan bahwa mereka bisa kembali
lagi ke masyarakat dengan baik,selain itu warga juga harus di edukasi dan di
yakinkan tentang kesiapan klien ini di masyarakat tanpa harus membawa sepeerti
penyakit yang menular dan membahayakan.

Anda mungkin juga menyukai