Anda di halaman 1dari 65

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN SALAH SATU

ANGGOTA KELUARGA DENGAN KASUS HIPERTENSI

DISUSUN OLEH

AYUDIA HARDIANI
005STYJ23

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESETAHAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
MATARAM
2024
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi medis saat
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal. Penyebab
hipertensi adalah volume darah meningkat dan saluran darah menyempit. Oleh
karena itu, jantung harus memompa lebih keras untuk suplai oksigen dan nutrisi
ke setiap sel di dalam tubuh (Puspitorini, 2021).
Menurut Joint National Committee VII (2020) umumnya tekanan darah
bertambah secara perlahan dengan bertambahnya umur. Risiko untuk menderita
hipertensi pada populasi ≥ 55 tahun yang tadinya tekanan darahnya normal adalah
90%, sampai dengan umur 55 tahun, laki-laki lebih banyak menderita hipertensi
dibanding perempuan, dari umur 55-74 tahun, sedikit lebih banyak perempuan
dibandingkan laki-laki yang menderita hipertensi. Populasi lansia (umur ≥ 60
tahun), prevalensi untuk hipertensi sebesar 65,4% (Joint National Committee VII,
2020).
WHO (World Health Organization) pada tahun 2018 memperkirakan
bahwa hipertensi menyebabkan 7,5 juta kematian sedangkan tahun 2018 penyakit
kardiovaskuler seperti hipertensi telah menyebabkan 17 juta kematian tiap tahun.
Peringkat tertinggi hipertensi adalah Afrika 46% dan terendah Amerika sekitar
35% baik itu pria maupun wanita. Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
(2019) prevalensi hipertensi di Indonesia. mencapai 26,5%. Kasus hipertensi
paling banyak diderita oleh kelompok usia 45 – 64 tahun yaitu sebanyak 521
kasus dan berjenis kelamin perempuan yaitu 509 kasus serta rata-rata lama
perawatan pasien yaitu 4 hari. (RSUD Tidar, Data Primer, 2021)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Keluarga
2.1.1 Definisi Keluarga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-
ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan mengidentifikasian diri
mereka sebagai bagian dari keluarga (Zakaria, 2021). .
Sedangkan menurut Depkes RI tahun 2000, keluarga adalah unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa
orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap
dalam keadaan saling kebergantungan. Duval dan Logan (1986 dalam
Zakaria, 2017)mengatakan keluarga adalah sekumpulan orang dengan
ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan menciptakan,
mempertahankan budaya dan meningkatkan pertumbuhan fisik, mental,
emosional serta sosial dari tiap anggota keluarganya.Dari hasil analisa
Walls, 1986 (dalam Zakaria, 2017) keluarga sebagai unit yang perlu
dirawat, boleh jadi tidak diikat oleh hubungan darah atau hukum, tetapi
berfungsi sedemikian rupa sehingga mereka menganggap diri mereka
sebagai suatu keluarga.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah dua orang atau lebih
yang disatukan oleh ikatan perkawinan, kelahiran, adopsi dan boleh jadi
tidak diikat oleh hubungan darah dan hukum yang tinggal di suatu tempat
di bawah satu atap dengan keadaan saling ketergantungan dan memiliki
kedekatan emosional yang memiliki tujuan mempertahankan budaya,
meingkatkan pertumbuhan fisik, mental, emosional serta sosial sehingga
menganggap diri mereka sebagai suatu keluarga.
2.1.2 Tipe Keluarga
Menurut Nadirawati (2018) pembagian tipe keluarga adalah:
1. Keluarga Tradisional
a. Keluarga Inti (The Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri
dari suami, istri, dan anak baik dari sebab biologis maupun adopsi
yang tinggal bersama dalam satu rumah. Tipe keluarga inti
diantaranya:
b. Keluarga Tanpa Anak (The Dyad Family) yaitu keluarga dengan
suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah.
c. The Childless Family yaitu keluarga tanpa anak dikarenakan
terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat
waktunya disebabkan mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada
wanita.
d. Keluarga Adopsi yaitu keluarga yang mengambil tanggung jawab
secara sah dari orang tua kandung ke keluarga yang menginginkan
anak.
e. Keluarga Besar (The Extended Fmily) yaitu keluarga yang terdiri
dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah, contohnya
seperti nuclear family disertai paman, tante, kakek dan nenek.
f. Keluarga Orang Tua Tunggal (The Single-Parent Family) yaitu
keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan
anak. Hal ini biasanya terjadi karena perceraian, kematian atau
karena ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan).
g. Commuter Family yaitu kedua orang tua (suami-istri) bekerja di
kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat
tinggal dan yang bekerja di luar kota bisa berkumpul dengan
anggota keluarga pada saat akhir minggu, bulan atau pada
waktuwaktu tertentu.
h. Multigeneration Family yaitu kelurga dengan beberapa generasi
atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
i. Kin-Network Family yaitu beberapa keluarga inti yang tinggal
dalam satu tumah atau berdekatan dan saling menggunakan barang-
barang dan pelayanan yang sama. Contohnya seperti kamar mandi,
dapur, televise dan lain-lain.
j. Keluarga Campuran (Blended Family) yaitu duda atau janda
(karena perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan anak
dari hasil perkawinan atau dari perkawinan sebelumnya.
k. Dewasa Lajang yang Tinggal Sendiri (The Single Adult Living
Alone), yaitu keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup
sendiri karena pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti
perceraian atau ditinggal mati.
l. Foster Familyyaitu pelayanan untuk suatu keluarga dimana anak
ditempatkan di rumah terpisah dari orang tua aslinya jika orang tua
dinyatakan tidak merawat anak-anak mereka dengan baik. Anak
tersebut akan dikembalikan kepada orang tuanya jika orang tuanya
sudah mampu untuk merawat.
m. Keluarga Binuklir yaitu bentuk keluarga setela cerai di mana anak
menjadi anggota dari suatu sistem yang terdiri dari dua rumah
tangga inti.
2. Keluarga Non Tradisional
a. The Unmarried Teenage Motheryaitu keluarga yang terdiri dari
orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b. The Step Parent Family yaitu keluarga dengan orang tua tiri.
c. Commune Family yaitu beberapa keluarga (dengan anak) yang
tidak ada hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah,
sumber, dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama; serta
sosialisasi anak melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak
bersama.
d. Keluarga Kumpul Kebo Heteroseksual (The Nonmarital
Heterosexual Cohabiting Family), keluarga yang hidup bersama
berganti-ganti pasangan tanpa melakukan pernikahan.
e. Gay and Lesbian Families, yaitu seseorang yang mempunyai
persamaan seks hidup bersama sebagaimana ‘marital partners’.
f. Cohabitating Family yaitu orang dewasa yang tinggal bersama
diluar hubungan perkawinan melainkan dengan alasan tertentu.
g. Group-Marriage Family, yaitu beberapa orang dewasa yang
menggunakan alat-alat rumah tangga bersama yang saling merasa
menikah satu dengan lainnya, berbagi sesuatu termasuk seksual dan
membesarkan anak.
h. Group Network Family, keluarga inti yang dibatasi aturan/nilainilai,
hidup berdekatan satu sama lain, dan saling menggunakan alat-alat
rumah tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab
membesarkan anaknya.
i. Foster Family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada saat orang tua
anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan
kembali keluarga aslinya.
j. Homeless Family, yaitu keluarga yang terbentuk dan tidak
mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis personal
yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau masalah
kesehatan mental.
k. Gang, bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga mempunyai perhatian, tetapi
berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.
2.1.3 Struktur Keluarga
Beberapa ahli meletakkan struktur pada bentu/tipe keluarga,
namun ada juga yang menggambarkan subsitem-subsistemnya sebagai
dimensi struktural. Struktur keluarga menurut Friedman (2019) dalam
Nadirawati (2018) sebagai berikut :
1. Pola dan Proses
Komunikasi keluarga merupakan suatu proses simbolik,
transaksional untuk menciptakan mengungkapkan pengertian dalam
keluarga.
2. Struktur Kekuatan
Struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit tergantung pada
kemampuan keluarga untuk merespon stressor yang ada dalam
keluarga.Struktur kekuatan keluarga merupakan kemampuan
(potensial/aktual) dari individu untuk mengontrol atau memengaruhi
perilaku anggota keluarga. Beberapa macam struktur keluarga:
a. Legimate power/authority (hak untuk mengontrol) seperti orang
tua terhadap anak.
b. Referent power (seseorang yang ditiru) dalam hal ini orang tua
adalah sesorang yang dapat ditiru oleh anak.
c. Resource or expert power (pendapat, ahli, dan lain).
d. Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang
akan diterima).
e. Coercive power (pengaruh yang dipaksa sesuai dengan
keinginannya).
f. Informational power (pengaruh yang dilalui melalui pesuasi)
g. Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi
cinta kasih, misalnya hubungan seksual).

Sedangkan sifat struktural di dalam keluarga sebagai berikut:


a. Struktur egilasi (demokrasi), yaitu dimana masing-masing anggota
keluarga memiliki hak yang sama dalam menyampaikan pendapat.
b. Struktur yang hangat, menerima, dan toleransi.
c. authenticity), struktur keluarga ini mendorong kejujuran dan
kebenaran.
d. Struktur yang kaku, yaitu suka melawan dan bergantun pada
peraturan.
e. Struktur yang bebas (permissiveness), pada struktur ini tidak
adanya peraturan yang memaksa.
f. Struktur yang kasar (abuse); penyiksaan, kejam dan kasar.
g. Suasana emosi yang dingin; isolasi dan sukar berteman.
h. Disorganisasi keluarga; disfungsi individu, stres emosional.
3. Struktur Peran
Peran biasanya meyangkut posisi dan posisi mengidentifikasi status
atau tempat sementara dalam suatu sistem sosial tertentu.
a. Peran-peran formal dalam keluarga
Peran formal dalam keluarga dalah posisi formal pada
keluarga, seperti ayah, ibu dan anak Setiap anggota keluarga
memiliki peran masing-masing. Ayah sebagai pemimpin keluarga
memiliki peran sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung,
pemberi rasa aman bagi seluruh anggota keluarga, dan sebagai
anggota masyarakat atau kelompok sosial tertentu. Ibu berperan
sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak,
pelidung keluarga, sebagai pencari nafkah tambahan keluarga,
serta sebagai anggota masyarakat atau kelompok sosial tertentu.
Sedangkan anak berperan sebagai pelaku psikosoal sesuai dengan
perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual.
b. Peran Informal keluarga
Peran informal atau peran tertutup biasanya bersifat implisit,
tidak tampak ke permukaan, dan dimainkan untuk memenuhi
kebutuhan emosional atau untuk menjaga keseimbangan keluarga.
4. Struktur Nilai
Sistem nilai dalam keluarga sangat memengaruhi nilai-nilai
masyarakat. Nilai keluarga akan membentuk pola dan tingkah laku
dalam menghadapi masalah yang dialami keluarga. Nilai keluarga ini
akan menentukan bagaimana keluarga menghadapi masalah
kesehatan dan stressor-stressor lain.
2.1.4 Fungsi Keluarga
Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu:
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga
yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak
pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan
fungsi afektif adalah (Friedman, M.M et al.,2020) :
1) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan, saling
menerima, saling mendukung antar anggota keluarga.
2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan
mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim positif maka fungsi afektif akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan
sepakat memulai hidup baru.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan
tempat individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru
lahir dia akan menatap ayah, ibu dan orang-orang yang ada
disekitarnya. Dalam hal ini keluarga dapat Membina hubungan sosial
pada anak, Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan
tingkat perkembangan anak, dan Menaruh nilai-nilai budaya keluarga.
c. Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang
sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan
untuk membentuk keluarga adalah meneruskan keturunan.
d. Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian,dan
tempat tinggal
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan
keperawatan, yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan atau merawat
anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas
kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.
Fungsi keluarga menurut Friedman (2018) dalam Nadirawati (2020)
sebagai berikut:
1. Fungsi afektif dan koping; dimana keluarga memberikan
kenyamanan emosional anggota, membantu anggota dalam
membentuk identitas, dan mempertahankan saat terjadi stres.
2. Fungsi sosialisasi; keluarga sebagai guru, menanamkan
kepercayaan, nilai, sikap, dan mekanisme koping, memberikan
feedback dan saran dalam penyelesaian masalah.
3. Fungsi reproduksi; dimana keluarga melanjutkan garis
keturunannya dengan melahirkan anak.
4. Fungsi ekonomi; keluarga memberikan finansial untuk anggota
keluarga dan kepentingan di masyarakat.
5. Fungsi pemeliharaan kesehatan; keluarga memberikan keamanan
dan kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan,
perkembangan dan istirahat juga penyembuhan dari sakit.
2.1.5 Tugas Keluarga
Tugas kesehatan keluarga menurut Bsilon dan Maglalaya (2020) :
1. Mengenal masalah kesehatan
Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan
perubahan yang dialami anggota keluarga. Dan sejauh mana keluarga
mengenal dan mengetahui fakta-fakta dari masalah kesehatan yang
meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan yang
mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah
kesehatan.
2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Hal ini meliputi sejauh mana kemampuan keluarga mengenal
sifat dan luasnya masalah. Apakah keluarga merasakan adanya
masalah kesehatan, menyerah terhadap masalah yang dialami, adakah
perasaan takut akan akibat penyakit, adalah sikap negatif terhadap
masalah kesehatan, apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas
kesehatan yang ada, kepercayaan keluarga terhadap tenaga kesehatan,
dan apakah keluarga mendapat informasi yang benar atau salah dalam
tindakan mengatasi masalah kesehatan.
3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarganya yang
sakit, keluarga harus mengetahui beberapa hal seperti keadaan
penyakit, sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan,
keberadaan fasilitas yang diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam
keluarga (anggota keluarga yang bertanggung jawab, finansial, fasilitas
fisik, psikososial), dan sikap keluarga terhadap yang sakit.
4. Memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
Hal-hal yang harus diketahui oleh keluarga untuk memodifikasi
lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat yaitu
sumbersumber keluarga yang dimiliki, manfaat dan keuntungan
memelihara lingkungan, pentingnya dan sikap keluarga terhadap
hygiene sanitasi, upaya pencegahan penyakit.
5. Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat
Hal-hal yang harus diketahui keluarga untuk merujuk anggota
keluarga ke fasilitas kesehatan yaitu keberadaan fasilitas keluarga,
keuntungankeuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan,
tingkat kepercayaan keluarga dan adanya pengalaman yang kurang
baik terhadap petugas dan fasilitas kesehatan, fasilitas yang ada
terjangkau oleh keluarga.
2.1.6 Tahapan Dan Tugas Perkembangan Keluarga
1. Tahap dan perkembangan keluarga
a. Tahap pertama pasangan baru atau keluarga baru (beginning family)
Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu,
yaitu suami dan istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang
sah dan meninggalkan keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan keluarga masing-masing, secara psikologi keluarga
tersebut membentuk keluarga baru. Suami istri yang membentuk
keluarga baru tersebut perlu mempersiapkan kehidupan yang baru
karena keduanya membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi
sehari-hari. Masing-masing pasangan menghadapi perpisahan
dengan keluarga orang tuanya dan mulai membina hubungan baru
dengan keluarga dan kelompok sosial pasangan masing- masing.
Masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan
kebiasaan sendiri dan pasangannya. Misalnya kebiasaan makan,
tidur, bangun pagi, bekerja dan sebagainya. Hal ini yang perlu
diputuskan adalah kapan waktu yang tepat untuk mempunyai anak
dan berapa jumlah anak yang diharapkan.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
1. Membina hubungan intim dan kepuasan bersama.
2. Menetapkan tujuan bersama;
a) Membina hubungan dengan keluarga lain; teman, dan
kelompok sosial;
b) Merencanakan anak (KB)
c) Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri
untuk menjadi orang tua.
b. Tahap kedua keluarga dengan kelahiran anak pertama (child
bearing family)
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan
sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama
berusia 30 bulan (2,5 tahun). Kehamilan dan kelahiran bayi perlu
disiapkan oleh pasangan suami istri melalui beberapa tugas
perkembangan yang penting. Kelahiran bayi pertama memberi
perubahan yang besar dalam keluarga, sehingga pasangan harus
beradaptasi dengan perannya untuk memenuhi kebutuhan bayi.
Masalah yang sering terjadi dengan kelahiran bayi adalah pasangan
merasa diabaikan karena fokus perhatian kedua pasangan tertuju
pada bayi. Suami merasa belum siap menjadi ayah atau sebaliknya.
Tugas perkembangan pada masa ini antara lain :
1) Persiapan menjadi orang tua
2) Membagi peran dan tanggung jawab
3) Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah
yang menyenangan
4) Mempersiapkan biaya atau dana child bearing
5) Memfasilitasi role learning anggota keluarga
6) Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita
7) Mangadakan kebiasaan keagamaan secara rutin
c. Tahap ketiga keluarga dengan anak pra sekolah (families with
preschool)
Tahap ini dimulai saat kelahirn anak berusia 2,5 tahun dan
berakhir saat anak berusia 5 tahun. Pada tahap ini orang tua
beradaptasi terhadap kebutuhan-kebutuhan dan minat dari anak
prasekolah dalam meningatkan pertumbuhannya. Kehidupan
keluarga pada tahap ini sangat sibuk dan anak sangat bergantung
pada orang tua. Kedua orang tua harus mengatur waktunya
sedemikian rupa, sehingga kebutuhan anak, suami/istri, dan
ekerjaan (punya waktu/paruh waktu) dapat terpenuhi.
Orang tua menjadi arsitek keluarga dalam merancang dan
mengarahkan perkembangan keluarga dalam merancang dan
mengarahkan perkembangan keluarga agar kehidupan perkawinan
tetap utuh dan langgeng dengan cara menguatkan kerja sama antara
suami istri. Orang tua mempunyai peran untuk menstimulasi
perkembangan individual anak, khususnya kemandirian anak agar
tugas perkembangan anak pada fase ini tercapai.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain


sebagai berikut :
1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : kebutuhan
tempat tinggal, privasi, dan rasa aman

2. Membantu anak untuk bersosialisasi


3. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara
kebutuhan anak yang lain juga harus terpenuhi
4. Mempertahakan hubungan yang sehat, baik di dalam
maupun di luar keluarga ( keluarga lain dan lingkungan
sekitar)
5. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak
( tahap paling repot)
6. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
7. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.
d. Tahap keempat keluarga dengan anak usia sekolah (families with
children)
Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki
sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada
fase ini keluarga mencapai jumlah anggota keluarga maksimal,
sehngga keluarga sangat sibuk. Selain aktifitas di sekolah, masing-
masing anak memiliki aktifitas dan minat sendiri demikian pula
orang tua yang mempunyai aktifitas berbeda dengan anak. Untuk
itu, keluarga perlu bekerja sama untuk mencapai tugas
perkembangan. Pada tahap ini keluarga (orang tua) perlu belajar
berpisah dengan anak, memberi kesempatan pada anak untuk
bersosialisasi, baik aktifitas di sekolah maupun di luar sekolah.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah sebagai berikut
:

1) Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak,


pendidikan dan semangat belajar
2) Tetap mempertahanan hubungan yang harmonis dalam
perkawinan
3) Mendorong anak unuk mencapai pengembangan daya
intelektual
4) Menyediakan aktifitas untuk anak
5) Manyesuaikan pada aktifitas komunitas dengan
mengikutsertakan anak.
e. Tahap kelima keluarga dengan anak remaja (families with
teenagers)
Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan
biasanya berakhir sampai pada usia 19-20 tahun, pada saat anak
meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuannya keluarga melepas
anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang
lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai
berikut :
1. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab
mengingat remaja yang sudah bertambah dan meningkat
otonominya.
2. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
3. Mempertahakan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua,
hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
4. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga.
f. Tahap keenam keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan
(lounching center families)
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan
rumah. Lamanya tahap ini bergantung pada banyaknya anak dalam
keluarga atau jika anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal
bersama orang tua. Tujuan utama pada tahap ini adalah
mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan dalam
melepas anaknya untuk hidup sendiri. Keluarga empersiapkan
anaknya yang tertua untuk membentuk keluarga sendiri dan tetap
membantu anak terakhir untuk lebih mandiri. Saat semua anak
meninggalkan rumah, pasangan perlu menata ulang dan membina
hubungan suami istri seperti pada fase awal. Orang tua akan merasa
kehilangan peran dalam merawat anak dan merasa kosong karena
anak- anaknya sudah tidak tinggal serumah lagi. Guna mengatasi
keadaan ini orang tua perlu melakukan aktifitas kerja,
meningkatkan peran sebagai pasangan, dan tetap memelihara
hubungan dengan anak.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :
1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
2. Mempertahankan keintiman pasangan
3. Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit dan
memasuki masa tua
4. Mempersiapkan untuk hidup mandiri dan menerima kepergian
anak
5. Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga
6. Berperan sebagai suami istri, kakek, dan nenek
7. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi
anak-anaknya.
g. Tahap ketujuh keluarga usia pertengahan (middle age families)
Tahapan ini dimulai saat anak yang terakhir meninggalkan
rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan
meninggal. Pada tahap ini semua anak meninggalkan rumah, maka
pasangan berfokus untuk mempertahankan kesehatan dengan
berbagai aktifitas.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini atara lain adalah :
1. Mempertahankan kesehatan
2. Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti
mengolah minat sosial dan waktu santai
3. Memulihkan hubungan antara generasi muda dengan generasi
tua
4. Keakraban dengan pasangan
5. Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga
6. Persiapan masa tua atau pensiun dengan meningkatkan
keakraban pasangan.
h. Tahap kedelapan keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai saat salah satu
pasangan pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal. Proses
usia lanjut dan pensiun merupakan realitas yang tidak dapat
dihindari karena berbagai proses stresor dan kehilangan yang harus
dialami keluarga. Stresor tersebut adalah berkurangnya pendapatan,
kehilangan berbagai hubungan sosial, kehilangan pekerjaan serta
perasaan menurunnya produktifitas dan fungsi kesehatan.
Mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan merupakan
tugas utama keluarga pada tahap ini. Usia lanjut umumnya lebih
dapat beradaptasi tinggal di rumah sendiri daripada tinggal bersama
anaknnya.
Tugas perkembangan tahap ini adalah :
1. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
2. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman,
kekuatan fisik, dan pendapatan
3. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
4. Mempertahakan hubungan anak dan sosial masyarakat
5. Melakukan life review
6. Menerima kematian pasangan, kawan, dan mempersiapkan
kematian (harmoko, 2012).
Sesuai dengan fungsi kesehatan, keluarga mempunyai tugas
dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Komang
(2012) menerangkan lima tugas keluarga adalah :

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah


kesehatan,termasuk bagaimana persepsi keluarga terhadap
tingkat keparahan penyakit,pengertian, tanda gejala,faktor
penyebab dan persepsi keluarga terhadapmasalah yang dialami
keluarga.

b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk


sejauh mana mengerti mengenai sifat dan luasnya
masalah,bagaimana masalah dirasakan oleh keluarga, keluarga
menyerah atau tidak terhadap masalah yang dihadapi.
Bagaimana sistem pengambilan keputusan yang dilakukan
keluarga terhadap angota keluarga yang sakit.

c. Ketidakmamuan keluarga merawat anggota keluarga yang


sakit,seperti bagaimana keluarga mengetahui kadaan sakitnya,
sifat dan perkembangan perawatan yang diperlukan, sumber-
sumber yang ada dalam keluarga serta sikap keluarga terhadap
yang sakit.

d. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan, seperti


pentingnya hygine sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan
penyakit yang dilakukan keluarga, upaya pemeliharaan
lingkungan yang dilakukan keluarga, kekompakan anggota
keluarga dalam menata lingkungan dalam dan luar rumah yang
berdampak terhadap yang sakit.

e. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan


kesehatan seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas
kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan, keberadaan
fasilitas pelayanan kesehatan yang ada, keuntungan keluarga
terhadap penggunaan fasilitas kesehatan, apakah peayanan
kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang
kurang baik yang dipersepsikan keluarga.
2.2 Konsep Dasar Hipertensi
1. Definisi
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya
140 mmHg atau tekanan diastoliknya sedikit 90 mmHg. Hipertensi tidak
hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga beresiko
menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal dan pembuluh darah dan
makin tinggi tekanan darah, maka makin besar resikonya (Amin Huda Nuraif
& Hardi Kusuma, 2020).
2. Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi dua
golongan besar yaitu: (Amin Huda Nuraif & Hardi Kusuma, 2020)
a. Hipertensi primer (esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya.
Faktor yang mempengaruhinya yaitu: genetik, lingkungan, hiperaktifitas,
saraf simpatis sistem renin. Angiotensin dan peningkatan Na + Ca
intraseluler. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko: obesitas, merokok,
alkohol dan polistemia.
b. Hipertensi sekunder
Penyebab yaitu: penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing
dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Hipertensi berdasarkan usia lanjut dibedakan atas:
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg
dan/ atau tekanan diastoliknya sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160
mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada:
a. Elastisitas dinting aurta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunya konteraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan yaitu: (Amin Huda
Nuraif & Hardi Kusuma, 2020)
No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
1 Optimal <120 <80
2 Normal 120-129 80-84
3 High Normal 130-139 85-89
4 Hipertensi
5 Grade I (ringan) 140-159 90-99
6 Grade II (sedang) 160-179 100-109
7 Grade III (berat) 180-209 100-119
8 Grade IV (sangat >210 >120
berat)

3. Manifestasiklinis
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan
gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi:
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak napas
d. Gelisah
e. Mual-muntah
f. Kesadaran menurun
4. Patofisiologi
Manurut Amin Huda kusuma (2019), hipertensi dapat disebabkan
menjadi dua golongan yaitu hipertensi primer (esensial) dan hupertensi
sekunder. Pada hipertensi primer faktor yang mempengaruhinya yaitu genetik,
lingkungan, hiperaktivitas saraf simpatis dan sistem renin, dsn faktor yang
meningkatkan resiko hipertensi primer ini seperti: obesistas, merokok dan
alkohol. Sedangkan hipertensi sekunder penyebabnya yaitu: penggunaan
estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing dan hipertensi yang berhubungan
dengan kehamilan.
Menurut Nuraif, Amin Huda & Hardi Kusuma (2020) Faktor
predisposisi (utama) terjadinya hipertensi yakni usia, jenis kelamin, merokok,
stres, kurang olahraga, genetik, alkohol konsentrasi garam, dan obesitas.
Hipertensi dapat terjadi karena ada kerusakan vaskuler (peredaran pembuluh
darah) sehingga terjadi perubahan struktur dari peredaran pembuluh darah,
dan penyumbatan pembuluh darah terjadi karena terjadinya vasokonstriksi
(kontraksi dinding otot) hingga menyumbat pembuluh darah sehingga
gangguan sirkulasi di otak, ginjal, retina, dan pembuluh darah terganggu.
5. Patway
Faktor predisposisi usia, jenis kelamin,
merokok, stress, kurang olahraga, genetik,
alkohol, konsentrasi, garam dan obesitas

Kerusakan vaskuler
pembuluh darah Hipertensi
Perubahan struktur

Penyumbatan
pembuluh darah

Vasokonstriksi

Mk: Resiko
Otak Suplai O2 ke otak ketidakefektifan
menurun perfusi jaringan ke
v
otak
Ginjal
Retina
Pembuluh darah
Vasokontriksi
pembuluh darah Spasme
arteriol Koroner Sitemik
Ginjal
Blood flow darah
menurun Mk: Resiko Iskemia Vasokonsttiksi
Cedera miokard
Respon RAA MK: penurunan Afterload
Mk: Nyeri curah jantung meningkat
Merangsang akut
aldosteron Fatigue
Mk. Kelebihan Volume
Edema Caran
Retensi Na
Mk: Intoleransi
Aktivitas

(Amin Huda Nuraif & Hardi Kusuma, 2020)


6. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
 Hb/ Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume
cairan (viskositas) dan dapa mengindikasikan factor resiko seperti :
hipokoagulabilitas, anemia.
 BUN/ kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi
ginjal
 Glucose : hiperglikemi (DM adalah pencentus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
 Urinalisa: darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal da
nada DM.
2. CTScan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
3. EKG : dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
4. IUP : mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti : batu ginjal,
perbaikan ginjal
5. Photo dada : menunjukkan destruksi kalsifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.
7. Komplikasi
(Menurut Wijaya, 2019 dalam (jurnal Rohmatul Azizah, Rita Dwi Hartanti,
2021):
Tekanan darah tinggi apabila tidak diobati dan ditanggulangi, maka
dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh
organ yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi hipertensi
dapat terjadi pada organ-organ sebagai berikut:
a. Jantung
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung dan
penyakit jantung koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung
akan meningkat, otot jantung akan mengendor dan berkurang
elastisitasnya, yang disebut dekompensasi.
b. Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke, apabila
tidak diobati risiko terkena stroke 7 kali lebih besar.
c. Ginjal
Tekanan darah tinggi juga menyebabkan kerusakan ginjal, tekanan darah
tinggi dapat menyebabkan kerusakan system penyaringan di dalam ginjal
akibatnya lambat laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tidak
dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi
penumpukan di dalam tubuh.
d. Mata
Pada mata hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati hipertensi
dan dapat menimbulkan kebutaan.
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis menurut Sobel (2019), yaitu:
a. Penatalaksanaan non farmakologi
1) Mengurangi berat badan yang berlebihan
2) Mengurangi bahkan menghentikan konsumsi alkohol
3) Mengurangi intake garam pada makanan
4) Melakukan olahraga ringan secara teratur
Cara lain yang secara independen mengurangi resiko penyakit
arteri terutama adalah berhenti merokok. Pada pasien dengan hipertensi
ringan sampai sedang (tekanan diastolik 90-105 mmHg) dan (sistolik
160-180 mmHg) terapi non farmakologi dapat dicoba selama 3 sampai 6
bulan sebelum mempertimbangkan pembrian terapi farmakologis.
Pada hipertensi berat perubahan gaya hidup dan terpai
farmakologi harus dijalani secara bersama-sama. Pola makan makanan
yang tinggi kalium dan kalsium serta rendah natrium juga merupakan
metode terapi non farmakologis pada lansia penderita hipertensi ringan.
b. Penatalaksanaan farmakologis
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu: mempunyai
efektivitas yang tinggi, mempunyai toksitas dan efek samping yang
ringan atau minimal, memungkinkan penggunaan obat ecara oral tidak
menimbulkan intoleransi, harga obat relatif murah sehingga terjangkau
oleh klien, dan memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Berdasarkan penelitian terbaru pada obat-obat antihipertensi yang
tersedia sekarang ini angotensin converting enzyme inhibitor (ACE
inhibitor), angiotensin-receptor blokcer (ARBS) calsium channel
blocker, diuretik tipe tiazid, beta blocker, semua menurunkan komplikasi
penyakit hipertensi.
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


2.3.1 Definisi
Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan
dalam praktek keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota
keluarga pada tatanan komunitas dengan menggunakan proses
keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan dalam lingkup
wewenang serta tanggung jawab keperawatan (WHO, 2019).
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan,
agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan
keluarga. Sumber informasi dari tahapan pengkaajian dapat
menggunakan metode wawancara keluarga, observasi fasilitas rumah,
pemeriksaan fisik pada anggota keluarga dan data sekunder.
Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :
1. Data Umum
a. Nama kepala keluarga, umur, alamat, dan telepon jika ada,
pekerjaan dan pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga yang
terdiri atas nama, jenis kelamin, tanggal lahir atau umur, hubungan
dengan kepala keluarga, status imunisasi dari masing-masing
anggota keluarga, genogram (genogram keluarga dalam tiga
generasi)
b. Tipe keluarga, menjelaskan tipe keluarga beserta kendala atau
masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
c. Suku bangsa atau latar belakang budaya (etnik), mengkaji asal suku
bangsa keluarga tersebut, serta mengidentifikasi budaya suku
bangsa terkait dengan kesehatan.
1) Latar belakang etnik keluarga atau anggota keluarga
2) Tempat tinggal keluarga bagaimana (uraikan bagian dari
sebuah lingkungan yang secara etnik bersifat homogeny).
3) Kegiatan-kegiatan social budaya, rekreasi, dan pendidika.
Apakah kegiatan-kegiatan ini dalam kelompok kultur atau
budaya keluarga.
4) Kebiasan-kebiasan doet berbusana, baik tradisional maupun
modern.
5) Bahasa yang digunakan dalam keluarga(rumah).
6) Penggunaan jasa pelayanan kesehatan keluarga dan praktisi.
Apakah keluarga mengunjungi praktik, terlibat dalam praktik-
praktik pelayanan kesehatan tradisional, atau mempunyai
kepercayaan tradisional dalam bidang kesehatan.
d. Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta
kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan seperti:
1) Apakah ada anggota keluarga yang berbeda dalam keyakinan
beragamanya.
2) Bagaimana keterlibatan keluarga dalam kegiatan agama atau
organisasi keagamaan.
3) Agama yang dianut oleh keluarga.
4) Kepercayaan-kepercayaan dan nilai-nilai keagamaan yang dianut
dalam kehidupan keluarga, terutama dalam hal kesehatan.
e. Status sosial ekonomi keluarga, status sosial ekonomi keluarga
ditentukan oleh pendapatan, baik dari kepala keluarga maupun
anggota keluarga lainnya. Selain status sosial ekonomi keluarga
ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh
keluarga serta barangbarang yang dimilki oleh keluarga seperti:
1) Jumlah pendapatan perbulan
2) Sumber-sumber pendapatan perbulan
3) Jumlah pengeluaran perbulan
4) Apakah sumber pendapatan mencukupi kebutuhan keluarga
5) Bagaimana keluarga mengatur pendapatan dan pengeluarannya.
f. Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi keluarga tidak
hanya dilihat kapan keluarga pergi bersama-sama untuk
mengunjungi tempat rekreasi, namun dengan menonton TV dan
mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi, selain itu
perlu dikaji pula oenggunaan waktu luang atau senggang keluarga.
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
Tahap perkembangan keluarga adalah pengkajian keluarga
berdasarkan tahap kehidupan keluarga. Menurut Duvall, tahap
perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga
inti dan mengkaji sejauh mana keluarga melaksanakan tugas tahapan
perkembangan keluarga. Sedangkan riwayat keluarga adalah mengkaji
riwayat kesehatan keluarga inti dari riwayat kesehatan keluarga:
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan oleh anak
tertua dari keluarga inti.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi,
menjelaskan bagaimana tugas perkembangan yang beum terpenuhi
oleh keluarga serta kendalanya.
c. Riwayat keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan pada
keluarga inti, meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat
kesehatan masingmasing anggota, dan sumber pelayanan yang
digunakan keluarga seperti perceraian, kematian, dan keluarga
yang hilang.
d. Riwayat keluarga sebelumnya, keluarga asal kedua orang tua
(seperti apa kehidupan keluarga asalnya) hubungan masa silam
dan saat dengan orang tua dari kedua orang tua.
3. Pengkajian lingkungan
a. karakteristik rumah
1) Gambaran tipe tempat tinggal (rumah, apartemen, sewa
kamar, kontrak, atau lainnya). Apakah keluarga memiliki
sendiri atau menyewa rumah untuk tempat tinggal.
2) Gambaran kondisi rumah meliputi bagian interior dan
eksterior. Interior rumah meliputi: jumlah kamar dan tipe
kamar (kamar tamu, kamar tidur), penggunaan-penggunaan
kamar tersebut dan bagaimana kamar tersebut diatur.
Bagaimana kondisi dan kecukupan perabot, penerangan,
ventilasi, lantai, tangga rumah. Susunan dan kondisi bangunan
tempat tinggal. Termasuk perasan perasaan subjektif keluarga
terhadap rumah tinggalnya, apakah keluarga nenganggap
rumahnya memandai bagi mereka.
3) Dapur, suplai air minum, penggunaan alat-alat masak, apakah
ada fasilitas pengaman bahaya kebakaran.
4) Kamar mandi, sanitasi, air, fasilitas toilet, ada tidaknya sabun
dan handuk.
5) Kamar tidur, bagaimana pengaturan kamar tidur. Apakah
memadai bagi anggota keluarga dengan pertimbangan usia
mereka, hubungan, dan kebutuhan-kebutuhan khusus mereka
lainnya.
6) Kebersiahn dan sanitasi rumah, apakah banyak serangga-
serangga kecil (khususnya didalam), dan masalah-masalah
sanitasi yang disebabkan akibat binatang-binatang peliharaan.
7) Pengaturan privasi. Bagaimana dengan perasaan keluarga
terhadap pengaturan privasi rumah mereka memadai atua
tidak. Termasuk bahaya-bahaya terhadap keamanan rumah
atau lingkungan.
8) Perasaan secara keseluruhan dengan pengaturan atau penataan
rumah mereka.
b. karakteristik lingkungan dan komintas tempat tinggal
1) Tipe lingkungan tempat tinggal komunitas kota atau desa
2) Tipe tempat tinggal (hunian, industry, campuran hunian dan
industry kecil agraris).
3) Sanitasi jalan dan rumah. Bagaimana kebersihannya, cara
penangan sampah, dan lainnya.
4) Adakah jenis-jenis industri di lingkungan rumah (kebisingan,
polusi air, dan udara).
5) Karakteristik demografi di lingkungan komunitas tersebut.
6) Kelas sosial dan karakteristik etnik penghuni.
7) Lembaga pelayanan kesehatan dan sosial, apa yang ada dalam
lingkungan dan komunitas (klinik, rumah sakit, penanganan
keadaan gawat darurat, kesejahteraan, konseling, pekerjaan).
8) Kemudian pendidikan di lingkungan komunitas apakah
mudah di akses dan bagaimana kondisinya.
9) Fasilitas-fasilitas rekreasi yang di miliki di komunitas
tersebut.
10) Fasilitas-fasilitas ekonomi, warung, toko, apotik, pasar,
wartel, dan lainnya.
11) Transportasi umum. Bagaimana pelayanan dan fasilitas
tersebut dapat di akses (jarak, kecocokan, jam
pemberangkatan, dan lainnya). Untuk keluarga/komunitas.
12) Kejadian tingkat kejahatan di lingkungan dan komunitas,
apakah ada masalah yang serius seperti tidak aman dan
ancaman yang serius.
c. Mobilitas geografis keluarga
mobilitas geografis keluarga yang di tentukan, lama keluarga
tinggal di daerah ini, atau apakah sering mempunyai kebiasaan
berpindahpindah tempat tinggal.
d. Perkumpulan keluarga dan interkasi dengan masyarakat.
Menjelaskan yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang ada.
e. sistem pendukung keluarga meliputi:
1) Jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas yang dimilki
keluarga untuk menunjang kesehatan yang meliputi fasilitas
fisik, psikologis.
2) Sumber dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial
atau dukungan masyarakat setempat, lembaga pemerintah,
maupun swasta/LSM.
3) Jaminan pemeliharaan kesehatan yang dimilki keluarga.
4. Struktur keluarga
a. Pola-pola komunikasi keluarga
Menjelaskan cara berkomunikasi antaranggota keluarga, termasuk
pesan yang disampaikan, bahasa yang digunakan, komunikasi
secara langsung atau tidak, pesan emosional (positif atau negative),
frekuensi, dan kualitas komunikasi yang berlangsung. Adakah hal-
hal yang tertentu dalam keluarga untuk didiskusikan.
b. struktur kekuatan keluarga
1) Keputusan dalam keluarga, siapa yang membuat, yang
memutuskan dalam penggunaan keuangan, pengambil keputusan
dalam pekerjaan atau tempat tinggal, serta siapa yang
memutuskan kegiatan dan kedisiplinan anak-anak.
2) Model kekuatan atau kekuasaan yang digunakan keluarga dalam
membuat keputusan.
c. Struktur peran, menjelaskan peran dari masing-masing anggota
keluarga, baik secara formal maupun informal.
1) Peran formal, posisi dan peran formal pada setiap anggota
keluarga (gambarkan bagaimana setiap keluarga melakukan
peran masing-masing) dan apakah ada konflik peran dalam
keluarga.
2) Peran informal, adakah peran informal dalam keluarga, siapa
yang memainkan peran tersebut, berapa kali dan bagaimana
peran tersebut dilaksanakan secara konsisten.
d. Struktur nilai atau norma keluarga
menjelaskan mengenai nilai norma yang di anut keluarga dengan
kelompok atau komunitas. Apakah sesuai dengan nilai norma yang
dianut, seberapa penting nilai yang dianut, apakah nilai yang dianut
secara sadar atau tidak, apakah konflik nilai yang menonjol dalam
keluarga, bagaimana kelas sosial keluarga, bagaimana kelas social
keluarga, bagaimana latar belakang budaya yang mempengaruhi
nilainilai keluarga, serta bagaimana nilai-nilai keluarga
mempengaruhi status kesehatan keluarga.
5. Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif
Mengkaji gambaran diri anggota keluarga. Perasaan memiliki dan
dimiliki keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga
lainnya, kehangatan pada keluarga, serta keluarga
mengembangkan sikap saling menghargai.
b. Fungsi sosialisasi
Bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga dan sejauh
mana anggota keluarga belajar displin, norma atau budaya dan
perilaku.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, dan
perlindungan terhadap anggota yang sakit. Pengetahuan keluarga
mengenai konsep sehat sakit. Kesanggupan keluarga melakukan
pemenuhan tugas perawatan keluarga, di antaranya adalah sebagai
berikut:
1) Mengenal masalah kesehatan
Sejauh mana keluarga mengenal fakta-fakta dari masalah
kesehatan meliputi: pengerian, tanda dan gejala, penyebab,
serta yang mempengaruhi persepsi keluarga terhadap masalah
2) Mengambil keputusan
Mengenai tindakan kesehatan yang tepat. Sejauh mana
keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah,
bagaimana masalah dirasakan, menyerah terhadap masalah
yang dialami, takut akibat dari tindakan penyakit, mempunyai
sikap negatif terhadap masalah kesehatan, dapatkah
menjangkau fasilitas kesehatan yang ada, kurang percaya
terhadap tenaga kesehatan, serta mendapat informasi yang salah
terhadap tindakan dalam mengatasi masalah.
3) Merawat anggota keluarga yang sakit
Sejauh mana keluarga mengetahui keadaan penyakitnya,
mengetahui sifat dan perkembangan perawatan yang
dibutuhkan; mengetahui sumber-sumber yang ada dalam
keluarga (anggota keluarga yang bertanggung jawab, keuangan,
fasilitas fisik, psikososial). Mengetahui keberadaan fasilitas
yang diperlukan untuk perawatan dan sikap keluarga terhadap
yang sakit.
4) Memelihara lingkungan
Sejauh mana keluarga mengetahui sumber-sumber yang
dimiliki, keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan,
mengetahui pentingnya hygiene sanitasi dan kekompakan
antaranggota keluarga pada praktik lingkungan. Apakah saat ini
keluarga terpapar polusi udara, air, atau kebisingan dari
lingkungan tempat tinggalnya, apa yang dilakukan keluarga
untuk mencegah penyakit, siapa orang yang berperan membuat
keputusan terkait masalah kesehatan keluarga, serta bagaimana
pengetahuan keluarga cara perawatan anggota keluarga yang
sakit
5) Menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan
Apakah keluarga mengetahui keberadaan fasilitas
kesehatan, memahami keuntungan yang diperoleh dari fasilitas
kesehatan, memahami keuntungan yang diperoleh dari fasilitas
kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas
kesehatan, dan fasilitas kesehatan tersebut terjangkau oleh
keluarga.
6) Fungsi reproduksi
Mengkaji berapa jumlah anak, merencanakan jumlah
anggota keluarga, serta metode apa yang digunakan keluarga
dalam mengendalikan jumlah anggota keluarga.
7) Fungsi ekonomi
Mengkaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan
sandang, pangan, dan papan. Bagaimana keluarga
memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat guna
meningkatkan status kesehatan keluarga.
6. Stress dan koping keluarga
a. Stressor jangka pendek, yaitu stressor yang dialami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang lebih 6
bulan
b. Stressor jangka panjang yaitu stressor yang saat ini dialami yang
memerlukan penyelesaian lebih dari 6 bulan.
c. Kemampuan keluarga berespons terhadap situasi atau stressor,
mengkaji sejauh mana keluarga berespons terhadap situasi atau
stressor.
d. Strategi koping yang digunakan, strategi koping apa yang
digunakan
keluarga bila menghadapi permasalahan.
e. Strategi adaptasi disfungsional, menjelaskan adaptasi
disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
7. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.
Metode yang digunakan pada pemeriksaan ini tidak berbeda dengan
pemeriksaan fisik di klinik.
8. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian perawat menanyakan harapan keluarga
terhadap petugas kesehatan yang ada.
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu,
keluarga atau masyarkat yang diperoleh melalui suatu proses
pengumpulan data dan analisis data secara cermat, memberikan dasar
untuk menetapkan tindakan tindakan dimana perawat bertanggung jawab
untuk melaksanakannya.
Diagnosis keperawatan keluarga dianalisis dari hasil penghasilan
terhadap msalaah dalam tahap perkembangan keluarga, lingkungn
keluarga, struktur keluarga, fungsi-fungsi keluaraga, kping keluarga, bsik
yang bersifat actual, risiko maupun sejahtera diman perawat memiliki
kewenangan dan tanggung jawab untuk melakukan tindakan keperawatan
bersama-sama dengan keluraga, berdasarkan kemampuaan, dan sumber
daya keluarga .
Tipology dari diagnosis keperawatan:
1. Diagnosis actual (terjadi atau gangguan kesehatan)
Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan
gejala dari gangguan kesehatan, di mana masalah kesehatan yang di
alami oleh keluarga memerlukan bantuan untuk segera ditangani
dengan cepat. Pada diagnosis keperawatan aktual, factor yang
berhubungan merupakan etiologi, atau factor penunjang lain yang
telah mempengaruhi perubahan status kesehatan. Sedangkan factor
tersebut dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori, yaitu:
a. patofisiologi ( biologi atau psikologi)
b. tindakan yang berhubungan
c. situasional (lingkungan, personal)
d. maturasional

Secara umum faktor-faktor yang berhubungan atau etiologi dari


diagnosis keperawatan keluarga adalah adanya:
a. ketidaktahuan (kurangnya pengetahuan, pemahaman, dan
kesalahan persepsi)
b. ketidakmauan (siakp dan motivasi)
c. ketidakmampuan (kurangnya keterampilan terhadap suatu
prosedur atau tindakan, kurangnya sumber daya keluarga, baik
financial, fasilitas, sistem pendukung, lingkungan fisik, dan
psikologis).
2. Diagnosis risiko tinggi (ancaman kesehatan)
Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi
gangguan, tetapi tanda tersebut dapat menjadi masalah aktual
apabila tidak segera mendapatkan bantuan pemecahan dari tim
kesehatan atau keperawatan. Faktor-faktor risiko untuk diagnosis
risiko dan risiko tinggi memperlihatkan keadaan dimana kerentanan
meningkat terhadap klien atau kelompok. Faktor ini memebedakan
klien atau kelompok risiko tinggi dari yang lainnya pada populasi
yang sama yang mempunyai risiko.
3. Diagnosis potensial (keadaan sejahtera atau wellness)
Suatu keadaan jika keluarga dalam keadaan sejahtera,
kesehatan keluarga dapat ditingkatkan. Diagnosis keperawatan
sejahtera tidak mencakup factor faktor yang berhubungan. Perawat
dapat memperkirakan kemampuan atau potensi keluarga dapat
ditingkatkan kea rah yang lebih baik.
Cara Pembuatan Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa Aktual
Problem + Etiologi (Ketidakmampuan / Ketidaktauan /
Ketidakmauan + 5 Tgs Kluarga)
2. Diagnosa Resiko
Problem + Etiologi (Ketidakmampuan / Ketidaktauan /
Ketidakmauan + 5 Tgs Kluarga)
3. Diagnosa Potensial/Sejahtera/promkes
Problem tanpa etilogi
C. Scoring
4. Scoring
No Kriteria Skor bobot
1 Sifat masalah
Skala
3
a. Skala : tidak/ kurang sehat
b. Ancaman kesehatan 2 1
c. Keadaan sejahtera
1
2 Kemungkinan masalah dapa
diubah
Skala
a. Mudah 2
b. Sebagian
1 2
c. Rendah
0
3 Potensial masalah untk dicegah
Skala
3
a. Tinggi
b. Cukup 2 1
c. Rendah
1
4 Menonjolnya masalah
Skala
2
a. Masalah berat harus
segera ditangani
b. Ada masalah, tapi tidak
1 1
perlu harus
Segera ditangani 0
c. Masalah tidak
dirasakan

Total

Penetapan Skoring Prioritas Diagnosa Perawatan

Skor yang diperoleh

_______________________ x Bobot

Skor Tertinggi
D. Perencenaan keperawatan
Langkah-langkah dalam mengembangkan rencana asuhan keperawatan
keluarga.
1. menentukan sasaran atau goal
Sasaran merupakan tujuan akhir yang akan dicapai melalui
segala upaya. Prinsip yang paling penting adalah bahwa sasaran
harus ditentukan bersama keluarga. Jika keluarga mengerti dan
menerima sasaran tersebut.
2. menentukan tujuan dan objektif
Objektif merupakan pernyataan yang lebih spesifik atau lebih
terperinci, berisi tentang hasil yang di harapakan dari tindakan
perawtan yang akan dilakukan. Cirri tujuan atau objektif yang baik
adalah spesifik, dapat diukur, dapat dicapai, realistis, dan ada
batasan waktu.
3. menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan
dilakukan
Tindakan keperawatan yang dipilh sangat bergantung pada
sifat masalah dan sumber-sumber yang tersedia untuk memecahkan
masalah. Dalam perawatan kesehatan keluarga tindakan
keperawatan yang dilakukan ditujukan untuk mengurangi atau
menghilangkan sebab-sebab yang mengakibatkan timbulnya
ketidaksanggupan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas
kesehatan.
E. Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan,
sebagai tempat untuk menuangkan rencana asuhan ke dalam tindakan.
Setelah rencana di kembangkan, sesuai dengan kebutuhan dan prioritas
klien, perawat melakukan intervensi keperawatan yang spesifik, yang
mencakup tindakan perawat dan tindakan dokter.(Bulechek &
McCloskey, 1995 dalam Setyowati, 2017)
F. Evaluasi tindakan keperawatan
Dalam proses keperawatan, evaluasi adalah suatu aktivitas yang
direncanakan, terus menerus, aktifitas yang disengaja dimana klien,
keluarga dan perawat serta tenaga kesehatan professional lainnya ikut
serta dalam menentukan(Potter & perry 2005).:
a. Kemajuan klien terhadap outcome yang dicapai
b. Kefektifan dari rencana asuhan keperawatan (Wilkinson, 2014)
Pada dasarnya tindakan evaluatif adalah sama dengan tindakan
pengkajian, tetapi di lakukan pada saat perawatan, dimana di sini juga
akan di susun keputusan tentang status klien dan kemajuan
klien( poter & perry, 2005). Maksud dari pengkajian adalah untuk
mengidentifikasi apa yang harus di lakukan jika terdapat suatu
masalah. Sedangkan maksud dari evaluasi adalah menentukan apakah
masalah yang di ketahuai telah teratasi, memburuk atau sebaliknya
telah mengalami perubahan ( poter & perry, 2005 Setyowati, 2017).
Evaluasi dapat dibagi dalam 2 jenis, yaitu :
a. Evaluasi ahir (sumatif)
Evaluasi sumatif menjelaskan perkembangan kondisi dengan
menilai apakah hasil yang di harapkan telah tercapai. Perawat
menggunakan pendokumentasian dari pengkajian dan kriteria hasil
yang di harapkan sebagai dasar untuk menulis evaluasi
sumatif.Tipe evaluasi ini dilaksanakan pada akhir asuhan
keperawatan secara paripurna.Format yang dipakai adalah format
SOAP.
b. Evaluasi berjalan (formatif)
Evaluasi ini menggambarkan hasil observasi dan analisis
perawat terhadap respons klien segera setelah tindakan atau bisa
juga di sebut sebagai evaluasi berjalan. Biasanya di gunakan
dalam catatan keperawatan, atau respon hasil ketika melaksanakan
iplementasi (deswani, 2009 dalam Setyowati, 2017).
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA NY. H DENGAN KASUS
HIPERTENSI DI DUSUN SETILING 3 DESA SETILING KECAMATAN
BATUKLIANG

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA TAHAP


PERKEMBANGAN KELUARGA LANJUT USIA DENGAN MASALAH
HIPERTENSI DI DUSUN KONGOK DESA MENINTING

A. PENGKAJIAN tanggal: 06/02/2024


I. Data Umum
1. Kepala Keluarga KK : TN.M
2. Alamat dan Telepon : dusun kongok
3. Pekerjaan KK : pedagang
4. Pendidikan KK : SMA
5. Komposisi Keluarga :
No Nama Umur Jenis Hubungan pendidikan Ket
kelamin dengan kk
1. NY.”M” 62 tahun P Ibu Tidak sekolah Pasien
2. Tn “N” 50 tahun L Anak SMA Keluarga
Pasien
3. Ny “T “ 45 tahun P Menantu SMA Keluarga
4. An. “B ” 27 tahun L Cucu Belom sekolah keluarga

Genogram :
Keterangan Genogram :
: Laki -laki : garis pernikahan

: Perempuan : garis keturunan


: Meninggal : tinggal serumah

6. Tipe Keluarga :
a. Jenis tipe keluarga : extended family orang tua yang tinggal dengan
anak,menantu dan cucu .
b. Masalah yg terjadi dengan tipe tersebut: pasien mengatakan tidak ada
masalah dalam keluarganya
7. Suku Bangsa :
a. Asal suku bangsa : sasak
b. Budaya yang berhubungan dengan Kesehatan : pasien mengatakan
masih percaya dengan budaya atau tradisi pergi kedukun untuk
berobat.
8. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi Kesehatan :
pasien mengatakan beragama islam dan selalu melaukan ibadah dan
berdoa kepada tuhan serta yakin kepada tuhan bahwa penyakitnya ini
adalah ujian yang diberikan oleh tuhannya dan tuhanlah yang akan
menyembuhkannya
9. Status sosial ekonomi keluarga :
a. Anggota keluarga yang mencari nafkah : pasien mengatakan yang
mencari nafkah adalah Anaknya dan cucu nya usaha kebun buah
jeruk, duren, manggis, alpukat, cabai. sedangkan menantunya
melakukan pekerjaan rumah.
b. Penghasilan : pasien mengatakan penghasilan dalam sebulan adalah

700-900 ribu rupiah uang ini biasanya digunakan untuk biaya

keidupan sehari-hari. Sedangkan untuk biaya ke pelayanan kesehatan

Biasanya keluarga menggunakan BPJ

c. Harta benda yang dimiliki (perabot,alat tranportasi,dll) : pasien


mengatakan ia memiliki lemari, peralatan dapur, kompor dan untuk
membeli barang dagangan ia dibantu oleh menantu dan anaknya
d. Kebutuhan yang dikeluarkan setiap bulan : pasien mengatakan dalam
sebulan tidak menentu yang dikeluarkan
10. Aktivitas rekreasi keluarga
Pasien mengatakan 1 kali seminggu pergi rekreasi ke pantai yang
ada di dekat rumahnya.
II. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga (Tahap….)
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap VIII. Keluarga Usia Lanjut
2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya
Sampai dengan saat ini keluarga tidak memiliki hambatan dalam
memenuhi tugas perkembangan keluarganya
3. Riwayat kesehatan keluarga inti
a. Riwayat kesehatan keluarga saat ini
Ny”M” Mengatakan keluarganya tidak memiliki masalah
kesehatan, hanya dirinya sendiri yang berusia 62 tahun Yang memiliki
penyakit hipertensi dan terkadang merasa nyeri kepala dengan secara
tiba-tiba dan tetap mengkonsumsi obat yang didapatkan dari RS,
Apabila ada salah satu anggota keluarga yang sakit pelayanan kesehatan
yang digunakan biasanya adalah RS batu kliamg utara
b. Riwayat penyakit keturunan
pasien mengatakan tidak tahu apakah anak-anaknya ada yang
menderita hipertensi seperti mereka, selain itu pasien mengatakan tidak
ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular dan menantu
serta cucunya memiliki riwayat sesak
c. Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga
N Nama Jk Umur Keadaa Status imunisasi Ket
o n
kesehat
an
B DPT POLIO CAMPA HEPATITI
C K S
G
I II III I II III IV I II III
1 Ny.” P 62 Sakit - - - - - - - - - - - - Tida
. M” Tahu k
n pern
ah
2 Tn“N P 50 Sakit - - - - - - - - - - - - Tida
” Tahu k
n pern
ah
3 TN.” L 45 Sehat Tida
T” Tahu k
n pern
ah
4 An.” L 27 Sehat -
B” Tahu
n

d. Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan.


pasien mengatakan memeriksakan diri ke puskesmas ditemani
oleh anaknya. Pasien juga mengatakan mempunyai BPJS kesehatan.
pasien mengatakan jika hipertensinya kambuh membeli obat di apotik
atau warung.
e. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
pasien dan keluarga mengatakan tidak pernah menderita penyait
menular seperti TBC, dan pasien mengatakan dari dulu hanya
menderita hipertensi dan anaknya mempunyai riwayat sesak.
III. Data lingkungan
1. Karakteristik rumah
a. Luas rumah : -
b. Tipe rumah : permanen
c. Kepemilikan : milik pasien
d. Jumlah dan rasio kamar/ruangan: 4 kamar tidur 1 kamar mandi 1
ruang tamu
e. Ventilasi/jendela : rumah pasien memiliki 4 jendela. ventilasi
cukup,memiliki sirkulasi yang baik,dan memiliki sistem sanitasi yang
baik, dan memiliki sistem penerangan yang baik
f. Pemanfaatan ruangan : keluarga mengataan ruangan dimanfaatkan
untuk 4 kamar tidur dan 1 kamar mandi, lantai rumah terbuat dari
semen dengan kaadaan bersih.
g. Septik tank:ada/tidak letak di samping rumah
h. Sumber air minum : pasien mengatakan untuk minum dan memenuhi
kebutuhan sehari hari menggunakan air PAM
i. Kamar mandi/WC : terletak di dalam rumah
j. Sampah dan limbah RT: keluarga mengatakan sampah di buang ke
sungai
k. Kebersihan lingkungan : pasien mengatakan halaman rumah selalu
disapu setiap hari, saat pengkajian halaman rumah tampak bersih.

U
A : Kamar
C
B : Kamar mandi
A C : Dapur
A
A
B

2. Karakteristik tetangga dan komunitasnya


a. Kebiasaan ; Karakteristik dari komunitas setempat masih sangat
menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan , gotong royong, sehingga
interaksi antar masyarakat terbina dengan baik
b. Aturan/kesepakatan pasien mengatakan yang membuat kesepakatan
adalah anaknya
c. Budaya : pasien mengatakan di tempatnya masih percaya dengan
adanya berobat ke dukun
3. Mobilitas geografis keluarga : Ny. M merupakan asli penduduk dusun
setiling3 dan tidak pernah melakukan migrasi atau pindah rumah.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
..di dalam masyarakat Ny M mengikuti kegiatan tahlilan
dilingkunganya dan kegiatan yang ada di lingkungan seperti : gotong
royong hubungan diantara tetangga dan warga sekitar baik, terbukti ketika
ada tetangga yang sakit ataupun meninggal keluarga Ny.M
menjenguk/melayat.

5. Sistem pendukung keluarga


Ny.M mengatakan biaya kehidupan sehari-hari dengan penghasilannya
dan menantunya baik keluarga sakit keluarga membawa berobat ke RS
dan pelayanan kesehatan.
IV. Struktur keluarga
1. Struktur peran (peran masing-masing dalam keluarga)
Tn. N sebagai kepala rumah tangga mencari nafkah, dan membesarkan
anak nya, sedangkan Ny. T sebagai istri dan ibu dari satu anak mereka
Ny. M sebagai ibu dari Tn”N”, An, B kadang membantu ayahnya dalam
mencari nafkah.
2. Nilai dan norma kleuarga
Nilai yang di anut keluarga adalah saling menghormati anar anggota
keluarga yang satu dengan yang lain, nilai yang ada dikeluarga dari
gambaran nilai-nilai agama yang dianut tidak adanya konflik.
3. Pola komunikasi keluarga
Pola komunikasi antar keluarga adalah musyawarah, dimana setiap
anggota keluarga bebas mengeluarkan pndapat dan yang memutuskan
adalah Tn. N dengan segala pertimbangan yang matang.
4. Struktur kekuatan keluarga (siapa pengambil keputusan)
Tn”N” ebagai kepala rumah tangga yang memutuskan sesuatu keputusan.
V. Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif
Dukungan keluarga terhadap anggota keluarganya yang lain sangat
baik, jika ada keluarga yang sakit maka saling membantu, jika kesulitan
dana makan anggota keluarga lain saling membantu sesuai dengan
kemampuannya.

2. Fungsi sosialisasil
a. Kerukunan hidup dalam berkeluarga : Ny. M selalu membina
hubungan baik dengan anggota keluarganya dan masyarakat tempat
tinggalnya
b. Interaksi dan hubugan dalam berkeluarga : sangat baik tidak ada
masalah dengan anggota keluarganya
c. Anggota keluarga yang dominan dalam pengambilan keputusan : Anak
dari Ny.M
d. Kegiatan keluarga waktu senggang : Menonton tv
e. Partisipasi dalam kegiatan social: -
f. Fungsi perawatan kesehatan: Puskesmas
3. Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan) kesehatan (Sesuai masalah
yg ditemukan)
a. Mengenal masalah kesehatan, Pengertian tanda dan gejala,….dstnya
Pasien mengatakan tahu tentang penyakit yang di deritanya, dan
mengetahui tanda dan gejala hipertensi
b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
Pasien mengatakan jika ia akan berobat ke RS pengambil keputusan
adalah anaknya
c. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit khususnya ibu
Ny”M” yang sudah berusia 62 tahun dengan riwayat penyakit
Hipertensi dan setiap hipertensinya kambuh di bawa berobat ke RS
untuk mengontrol dan diberikan obat rutin.
d. Kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan rumah
yang sehat
Keluarga mengatakan tetap menjaga kebersihan lingkungan rumah.
e. Kemampuan menggunakan fasilitas pelayanan kesehat
Keluarga selalu menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan puskesmas
jika terdapat salah satu anggota keluarga yang sakit.
4. Fungsi reproduksi
Ny.’M’ sudah tidak melakukan hubungan seksual karna merasa sudah tua
dan sudah memasuki masa menopouse.
5. Fungsi ekonomi
a. Upaya pemenuhan sandang pangan
Keluarga Ny. M tergolong keluarga prasejaktrah
b. Pemanfaatan sumber di masyarakat
Tempat bertukar pikir dan meningkatkan silaturahmi dengan
masyarakat dilingkungan setempat.
VI. Stres dan koping keluarga
1. Stresor jangka pendek dan panjang
Saat ini keluarga tidak memiliki stressor baik jangka pendek maupun
panjang
2. Kemampuan keluarga berespons terhadap stresor
Dalam mengatasi masalah keluarga Ny”M” berusaha menghadapi
dengan tenang dan mengutamakan komunikasi dan musywarah dengan
keluarga serta meminta pertimbangan anaknya sebagai penanggung jawab
dalam keluarga.
3. Strategi koping yang digunakan
Keluarga menggunakan strategi coping berupa pendekatan spiritual dan
terkadang juga berkonsultasi kepada anaknya atau orang lain yang
4. Strategi adaptasi disfungsional (pengambinghitaman,penggunaan
ancaman,dll)
Keluarga tidak pernah menggunakan strategi adaptasi disfungsional
VII. Pemeriksaan Fisik
1. pemeriksaan kesehatan tiap individu.

Jenis Ny. M Tn”N” Ny”T” An.B


pemeriksaa
n
Riwayat Mengalami - - -
penyakit kondisi
saat ini hipertensi
Keluhan Pada saat pada saat tidak Tidak ada
yang dikaji Ny. S dikaji Tn”N” ada keluhan
dirasakan pasien mengatakan keluhan
saat dikaji mengatakan tidak
nyeri ulu hati memiliki
dengan masalah
secara tiba- gangguan
tiba pada
kebutuhn
dasar namun
merasa sedikit
pusing
Riwayat Ny. M Tn”N” An. B
penyakit mengatakan mengatakan pernah
sebelumnya pernah tidak ada mengalam
dilakukan riwayat demam dan
obname di penyakit di bawa ke
RS karena serius yang rumah sakit
kondisi mengharuskan
hipertensinya Tn”N” harus
bed res
TTV TD: TD: - S:36,3℃
174/94mmHg 110/80 mmHg N:
N: 97x/menit N: 90 x/menit RR:
S:36℃ S: 36,1℃
RR: RR:
20x/menit 20x/menit
kepala Rambut Rambut - Rambut
hitam dan ber hitam, tidak Rambut hitam
uban, terlihat uban, tidak hitam tampak
cukup bersih, ada masalah cukup bersih dan
normal tidak ataupun panjang tipis
ada kelainan benjolan atau sampai
luka pada sentuh
kepala pundak,
tidak
uban,
tidak
ada
masalah
ataupun
benjolan
atau
luka
pada
kepala
Mata Konjungtiva Konjungtiva - Konjungtiva
kemerahan, merah muda, merah muda
seklera agak sklera putih sclera putih
putih normal normal.
kekuningan
penglihatan
kurang
normal
Hidung Simetris, Simetris, tidak - Simetris,
tidak ada ada tidak ada
pemasangan pemasangan pemasangan
cuping cuping cuping
hidung, tidak hidung, tidak hidung,
ada secret, ada secret, tidak ada
pernapasan pernapasan secret,
vesikuler vesikuler pernapasan
vesikuler
Mulut Bibir sedikit Bibir tidak - Bibir sedikit
terlihat kering, tidak kering, tidak
kering, tidak ada sianosis, ada sianosis,
ada sianosis, mulut dan gigi mulut dan
gigi dan sedikit kotor gigi kotor
mulut tampak
bersih
Telinga Pendengaran Pendengaran - Pendengaran
masih normal masih normal masih
tidak ada tidak ada normal tidak
keluar cairan keluar cairan ada keluar
ataupun dari telinga, cairan dari
serumen daun telinga telinga, daun
yang keluar normal tidak telinga
dari telingan ada kelainan normal tidak
ada kelainan
Leher Tidak ada Tidak ada - Tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar kelenjar kelenjar
tyroid atau tyroid ataupun tyroid
pembesaran pembesaran ataupun
vena vena jugularis pembesaran
jugularis vena
jugularis
Dada Simetris Simetris kiri - Simetris kiri
antara kiri dan kanan, dan kanan,
dan kanan, tidak ada tidak ada
tidak ada tarikan tarikan
tarikan intercostal, intercostal,
intercostal, suara sonor suara sonor
suara sonor pada semua pada semua
pada semua lapang paru, lapang paru,
lapang paru, suara jantung suara
suara jantung normal. jantung
normal normal.
perut Simetris, Simetris, tidak - Tidak ada
tidak ada ada nyeri nyeri tekan
nyeri tekan tekan normal
bising usus
normal, tidak
ada keluhan
sakit perut
Ekstremitas Tidak ada Tidak ada - Tidak ada
kelaianan, kelainan, kelaianan,
masih dapat masih dapat masih dapat
digerakkan digerakkan digerakkan
secara secara normal, secara
normal dan hanya sedikit normal dan
aktif merasa aktif
kesemutan
pada kaki

B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN KELUARGA


I. Analisis dan sintesis data
No Data Masalah Penyebab
1 DS: Gangguan rasa ketidakmampuan
Ny “M” mengatakan seringkali nyaman (D.0074) keluarga
pusing dan terkadang nyeri berhubungan mengenal
dibagian leher dengan masalah gejala
DO: ketidakmampuan penyakit
-Keluarga tanpak bingung cara keluarga mengenal
merawat dengan penyakit yang masalah gejala
diderita Ny.”M” penyakit
TD : 174/94 mmHg
N : 97 x/menit
RR : 20x/menit
S : 36°C
2 Data Subjektif : Defisit mengenal
- Ny “M” mengatakan pengetahuan b.d masalah
terkadang nyeri dibagian ketidakmampuan hipertensi yang
tengkuk dan tidak tau cara keluarga mengenal terjadi pada
mengatasi yang dialaminya. masalah kesehatan anggota keluarga
- Ny “S” tetap melakukan hipertensi
aktivitas di rumah
- Ny “S” jarang memeriksa
tekanan darahnya.
- Ny “S”mengatakan tidak
terlalu mengetahui tentang
penyakit hipertensi
- Ny “S” mengatakan belum
paham tentang cara-cara
pencegahan hipertensi

Data Objektif :
– Pasien bertanya tentang
penyebab penyakit dan
pengobatannya
– Tanda-tanda vital
TD : 174/74 mmHg
N : 97 x/menit
RR : 20x/menit
S : 36°

II. Perumusan diagnosis keperawatan


No Diagnosa Keperawatan
1 Gangguan Rasa nyaman b,d ketidakmampuan keluarga dalam mengenal gejala
penyakit hipertensi ditandai dengan TD 174/74 mmHg N: 97 S: 36℃ RR:
20x/menit
2 Defisit pengetahuan b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi
yang terjadi pada anggota keluarga ditandai dengan pasien bertanya penyebab
penyakit dan pengobatannya

Cara Pembuatan Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan Rasa nyaman b,d ketidakmampuan keluarga dalam mengenal
gejala penyakit hipertensi
2. Defisit pengetahuan b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
hipertensi yang terjadi pada anggota keluarga
III. Penilaian (Skoring) diagnosis keperawatan
1. Gangguan Rasa nyaman b,d ketidakmampuan keluarga dalam mengenal
gejala penyakit hipertensi
No Kriteria Skor bobot Penghitungan

1 Sifat masalah
1
Sk Skala
3
a. Tidak/kurang sehat 2 3x1=1
1
b. Ancaman kesehatan
c. Keadaan sejahtera

Kemungkinan masalah dapat diubah


Skala
2 a. Tinggi
b. Cukup
2
c. Rendah 1 2x1=1
0 2

Potensial masalah untuk dicegah


Skala
a. Tinggi
b. Cukup
3 3
c. Rendah
2 1 3x1=1
1
Menonjolnya masalah
a. Masalah berat harus segera
4
ditangani
b. Ada masalah tapi tidak perlu harus 2 2x1=1
1 1
segera ditangani
Masalah tidak dirasakan 0

Total 4

2. Defisit pengetahuan b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah


hipertensi yang terjadi pada anggota keluarga ditandai dengan bertanya
tentang penyebab penyakit dan pengobatannya
No Kriteria Skor Bobot Penghitungan
1. Sif Sifat masalah
Sk Skala
a. Tidak/kurang sehat 3 3/3 x1 = 1
b. Ancaman kesehatan 2 1 3
c. Keadaan sejahtera 1

2. Kemungkinan masalah dapat


diubah 2
Skala 2 2/2 x1 = 1
d. Tinggi 1 2 2/
e. Cukup 0
3. f. Rendah
Potensial masalah untuk
dicegah 3/3 x1 = 1
Skala 3
d. Tinggi 2 1
e. Cukup 1
4. f. Rendah
Menonjolnya masalah 2/2x1 = 1
c. Masalah berat harus 2 3
segera ditangani 1 1
d. Ada masalah tapi tidak 0
perlu harus segera
ditangani
e. Masalah tidak dirasakan
Total 4

IV. Prioritas diagnosis keperawatan


Prioritas Prioritas Diagnosis Keperawatan Skor
1 DX I 4
2 DX II 4

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA (POA)


Diagnosa Keperawatan :

1. Gangguan Rasa nyaman b,d ketidakmampuan keluarga dalam mengenal


gejala penyakit hipertensi ditandai dengan TD 174/74 mmHg N: 97 S: 36℃
RR: 20x/menit
2. Defisit pengetahuan b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
hipertensi yang terjadi pada anggota keluarga ditandai dengan pasien bertanya
penyebab penyakit dan pengobatannya
H.RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA (POA)

Diagnosa keperawatan Tujuan/SLKI Intervensi/SIKI


Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan Edukasi Manajemen
(D.0074) berhubungan tindakan keperawatan 3 x nyeri
dengan ketidakmampuan kunjungan Observasi
keluarga dalam mengenal diharapkan tingkat nyeri 1. Identifikasi kesiapan
gejala penyakit hipertensi menurun dengan kriteria dan kemampuan
ditandai dengan TD hasil: menerima informasi.
174/74 mmHg N: 97 S: 1. Klien mampu Terapeutik
36℃ RR: 20x/menit mengidentifikasi nyeri 1. Sediakan materi dan
2. Keluarga mampu media pendidikan
menyebutkan tindakan kesehatan
nonfarmakologis yang 2. Jadwalkan pendidikan
dianjurkan mahasiswa. kesehatan sesuai
3. Keluarga mampu kesepakatan.
memilih tindakan yang 3. Berikan kesempatan
untuk bertanya.
Edukasi
1. Ajarkan teknnik
relaksasi
2. Ajarkan membuat
jadwal olahraga teratur.
3. Jelaskan penyebab dan
strategi meredakan nyeri
4. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri.

Defisit pengetahuan b.d Setelah dilakukan tindakan Edukasi kesehatan


ketidakmampuan keluarga keperawatan 3x kunjungan Observasi :
mengenal masalah di harapkan tingkat 1. Identifikasi kesiapan
hipertensi yang terjadi pengetahuan keluarga dan kemampuan
pada anggota keluarga merawat anggota keluarga menerima informasi.
ditandai dengan bertanya dengan hipertensi 2. Identifikasi faktor-
tentang penyebab penyakit membaik. Dengan kriteria faktor yang dapat
dan pengobatannya hasil: meningkatkan dan
1. Prilaku sesuai anjuran menurunkan motivasi
meningkat. perilaku hidup bersih
2. Verbalisasi minat dan sehat.
dalam belajar Terapeutik :
meningkat. 1 Sediakan materi dan
3. Kemampuan media pendidikan
menjelaskan kesehatan.
pengetahuan tentang 2 Jadwalkan pendidikan
penyakit hipertensi kesehatan sesuai
meningkat. kesepakatan
4. Prilku sesuai dengan 3 Berikan kesempatan
pengetahuan untuk bertanya.
meningkat. Edukasi :
1. Jelaskan faktor resiko
yang dapat
mempengaruhi
kesehatan.
2. Ajarkan perilaku
hidup bersih dan
sehat.
3. Ajarkan strategi yang
dapat digunakan
untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih
dan sehat

I. IPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari/ DX Iplementasi Evalusi TTD


tanggal
Rabu I Edukasi Manajemen Nyeri S: klien menatakan AYUDIA
07/02/2024 (I.1239) mengerti dengan apa HARDIANI
1. Mengidentfikasi yang sudah di jelaskan
kesiapan O:
dan kemampuan menerima 1. Keluarga mampu
informasi menjelaskan faktor
2. Menjelaskan penyebab, penyebab hipertensi
periode, dan strategi 2. Keluarga tampak
meredakan nyer antusias dan
3. Menganjurkan bersedia untuk
memonitor betanya tentang
nyeri secara mandiri hipertensi
4. Menganjurkan A : Masalah teratasi
menggunakan analgetik sebagian
secara tepat.
5. Mengajarkan teknik P: intervensi dilanjutkan
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
6. Melakukan Tindakan
TTV
Rabu II Edukasi Proses Penyakit S: AYUDIA
07/02/2024 (I.12444) O: HARDIANI
1. Mengidentifikasi - keluarga
kesiapan mengerti dengan
dan kemampuan menerima penjelasan
informasi perawat
2. Menjelaskan penyebab A : Masalah Teratasi
dan P: Intervensi Dihentikan
faktor resiko penyakit
3. Menjelaskan tanda dan
gejala yang ditimbulkan
penyakit
4. Menjelaskan
kemungkinan
terjadinya komplikasi
5. Menginformasikan
kondisi
klien saat ini.
6. Melakukan tindakan TTV

II. EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/tanggal DX Evaluasi SOAP Paraf


08/02/2024 I S: Ayudia
- Klien mengatakan belum pernah
mendapatkan edukasi seperti ini.
O:
- Klien tampak bingung.
- TTV :
TD : 130/80 mmHg.
N : 80 x/menit.
RR: 20 x/menit.
A:
- Masalah belum teratasi.
P:
- intervensi di hentikan
08/02/2024 II S: Ayudia
- Ny. S mengatakan belum pernah
mendapatkan edukasi tentang
hipertensi.
O:
- Klien tampak bingung.
- TTV :
TD : 130/80 mmHg.
N : 80 x/menit.
RR : 20 x/menit.
A:
- Masalah belum teratasi.
P:
- intervensi di hentikan

DAFTAR PUSTAKA

Suprajitno. (2021). Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi Dalam Praktik. jakarta:


Buku Kedokteran EGC.

Siregar, D., Evanny Indah Manurung, & Riama Marlyn Sihombiny. (2020).
Keperawatan Keluarga. Jakarta: Yayasan Kita Menulis.
Ibrahim. Volume II No I. Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Hipertensi Idea
Nursing Jurnal Journal Vol II No I. Syiah Kuala Universty.
Nuraif, Amin Huda & Hardi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Jilid 2. Medication
Jogja: Jogjakarta.
M. Wilkinson Judith. 2016. Diagnosa Keperawatan Diagnosa NANDA_I Intervensi
NIC Hasil NOC Edisi 10. EGC: Jakarta.
Pokjo Tim SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Definis dan Indikator Diagnostik Edisi I. Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Indonesia: Jakarta
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Harefa, E. I. (2019). Penerapan Konsep Dasar Proses Keperawatan Keluarga.
https://www.researchgate.net/publication/336267550_ Penerapan _Konsep
_ Dasar_Proses_Keperawatan_Keluarga.
IPKKI. (2019). Draf Penetapan Standar Asuhan Keperawatan: Individu, Keluarga,
dan Kelompok/Komunitas di Indonesia dengan Pendekatan NANDA/ICNP,
NOC, NIC. https://kupdf.net/download/ nanda-
ipkki_5caaf1a6e2b6f5e91ed796da_pdf.
Fadhilah, N., Nuryati, E., Epid, M., Ardina, N. R., & Kep, M. (2021). Asuhan
keperawatan keluarga aplikasi dalam praktik: NICNOC, SKDI SIKI SLKI.
Jakad Media Publishing.

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai