Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Keluarga

PEMBIMBING
Alit Suwandewi, Ns.,M.Kep
Intan, S. Kep.,Ns

Disusun Oleh:
Robbiannur Rahim, S.Kep
NPM. 2314901210186

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
BANJARMASIN 2023/2024
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA

1. KONSEP KELUARGA
1.1 Definisi Keluarga
Menurut Kemenkes RI (2016) keluarga adalah suatu Lembaga yang merupakan
satuan (unit) terkecil dari masyarakat, terdiri atas ayah, ibu dan anak yang disebut
keluarga inti atau rumah tangga.

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan
kebersamaan dan ikatan emosional dan mengidentifikasian diri mereka sebagai
bagian dari keluarga (Zakaria, 2017). Sedangkan menurut Depkes RI tahun (2000)
keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap
dalam keadaan saling kebergantungan.

Menurut Duval dan Logan (1986 dalam Zakaria, 2017) mengatakan keluarga
adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang
bertujuan menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan pertumbuhan
fisik, mental, emosional serta sosial dari tiap anggota keluarganya.

1.2 Tipe Keluarga


Menurut Nadirawati (2018) pembagian tipe keluarga adalah :
1.2.1 Keluarga Tradisional
1.2.1.1 Keluarga Inti (The Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri
dari suami, istri, dan anak baik dari sebab biologis maupun
adopsi yang tinggal bersama dalam satu rumah. Tipe keluarga
inti diantaranya:
a Keluarga Tanpa Anak (The Dyad Family) yaitu keluarga
dengan suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama
dalam satu rumah.
b The Childless Family yaitu keluarga tanpa anak dikarenakan
terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat
waktunya disebabkan mengejar karir/pendidikan yang terjadi
pada wanita.
c Keluarga Adopsi yaitu keluarga yang mengambil tanggung
jawab secara sah dari orang tua kandung ke keluarga yang
menginginkan anak.
1.2.1.2 Keluarga Besar (The Extended Family) yaitu keluarga yang
terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah,
contohnya seperti nuclear family disertai paman, tante, kakek
dan nenek.
1.2.1.3 Keluarga Orang Tua Tunggal (The Single-Parent Family) yaitu
keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan
anak. Hal ini biasanya terjadi karena perceraian, kematian atau
karena ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan).
1.2.1.4 Commuter Family yaitu kedua orang tua (suami-istri) bekerja di
kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat
tinggal dan yang bekerja di luar kota bisa berkumpul dengan
anggota keluarga pada saat akhir minggu, bulan atau pada waktu-
waktu tertentu.
1.2.1.5 Multigeneration Family yaitu kelurga dengan beberapa generasi
atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
1.2.1.6 Kin-Network Family yaitu beberapa keluarga inti yang tinggal
dalam satu tumah atau berdekatan dan saling menggunakan
barang-barang dan pelayanan yang sama. Contohnya seperti
kamar mandi, dapur, televisi dan lain-lain.
1.2.1.7 Keluarga Campuran (Blended Family) yaitu duda atau janda
(karena perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan
anak dari hasil perkawinan atau dari perkawinan sebelumnya.
1.2.1.8 Dewasa Lajang yang Tinggal Sendiri (The Single Adult Living
Alone), yaitu keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup
sendiri karena pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti
perceraian atau ditinggal mati.
1.2.1.9 Foster Family yaitu pelayanan untuk suatu keluarga dimana anak
ditempatkan di rumah terpisah dari orang tua aslinya jika orang
tua dinyatakan tidak merawat anak-anak mereka dengan baik.
Anak tersebut akan dikembalikan kepada orang tuanya jika orang
tuanya sudah mampu untuk merawat.
1.2.1.10 Keluarga Binuklir yaitu bentuk keluarga setelah cerai di mana
anak menjadi anggota dari suatu sistem yang terdiri dari dua
rumah tangga inti.
1.2.2 Keluarga Non-tradisional
1.2.2.1 The Unmarried Teenage Mother yaitu keluarga yang terdiri dari
orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
1.2.2.2 The Step Parent Family yaitu keluarga dengan orang tua tiri.
1.2.2.3 Commune Family yaitu beberapa keluarga (dengan anak) yang
tidak ada hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu
rumah, sumber, dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama;
serta sosialisasi anak melalui aktivitas kelompok/membesarkan
anak bersama.
1.2.2.4 Keluarga Kumpul Kebo Heteroseksual (The Nonmarital
Heterosexual Cohabiting Family), keluarga yang hidup bersama
berganti-ganti pasangan tanpa melakukan pernikahan.
1.2.2.5 Gay and Lesbian Families, yaitu seseorang yang mempunyai
persamaan seks hidup bersama sebagaimana ‘marital partners’.
1.2.2.6 Cohabitating Family yaitu orang dewasa yang tinggal bersama
diluar hubungan perkawinan melainkan dengan alasan tertentu.
1.2.2.7 Group-Marriage Family, yaitu beberapa orang dewasa yang
menggunakan alat-alat rumah tangga bersama yang saling merasa
menikah satu dengan lainnya, berbagi sesuatu termasuk seksual
dan membesarkan anak.
1.2.2.8 Group Network Family, keluarga inti yang dibatasi aturan/nilai-
nilai, hidup berdekatan satu sama lain, dan saling menggunakan
alat-alat rumah tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung
jawab membesarkan anaknya.
1.2.2.9 Foster Family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada saat orang tua
anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan
kembali keluarga aslinya.
1.2.2.10 Homeless Family, yaitu keluarga yang terbentuk dan tidak
mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis personal
yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau masalah
kesehatan mental.
1.2.2.11 Gang, bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda
yang mencari ikatan emosional dan keluarga mempunyai
perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam
kehidupannya.
1.3 Struktur Keluarga
Beberapa ahli meletakkan struktur pada bentuk/tipe keluarga, namun ada juga yang
menggambarkan subsitem-subsistemnya sebagai dimensi struktural. Struktur
keluarga menurut Nadirawati (2018) sebagai berikut :
1.3.1 Pola dan Proses Komunikasi
Komunikasi keluarga merupakan suatu proses simbolik, transaksional
untuk menciptakan mengungkapkan pengertian dalam keluarga.
1.3.2 Struktur Kekuatan
Struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit tergantung pada
kemampuan keluarga untuk merespon stressor yang ada dalam keluarga.
Struktur kekuatan keluarga merupakan kemampuan (potensial/aktual) dari
individu untuk mengontrol atau memengaruhi perilaku anggota keluarga.
Beberapa macam struktur keluarga:
1.3.3.1 Legimate power/authority (hak untuk mengontrol) seperti orang
tua terhadap anak.
1.3.3.2 Referent power (seseorang yang ditiru) dalam hal ini orang tua
adalah sesorang yang dapat ditiru oleh anak.
1.3.3.3 Resource or expert power (pendapat, ahli, dan lain).
1.3.3.4 Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang
akan diterima).
1.3.3.5 Coercive power (pengaruh yang dipaksa sesuai dengan
keinginannya).
1.3.3.6 Informational power (pengaruh yang dilalui melalui pesuasi)
1.3.3.7 Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi
cintamkasih, misalnya hubungan seksual).

Sedangkan sifat struktural di dalam keluarga sebagai berikut:


1.3.3.1 Struktur egilasi (demokrasi), yaitu dimana masing-masing
anggota keluarga memiliki hak yang sama dalam menyampaikan
pendapat.
1.3.3.2 Struktur yang hangat, menerima, dan toleransi.
1.3.3.3 Struktur yang terbuka dan anggota yang terbuka (honesty dan
authenticity), struktur keluarga ini mendorong kejujuran dan
kebenaran.
1.3.3.4 Struktur yang kaku, yaitu suka melawan dan bergantun pada
peraturan.
1.3.3.5 Struktur yang bebas (permissiveness), pada struktur ini tidak
adanya peraturan yang memaksa.
1.3.3.6 Struktur yang kasar (abuse); penyiksaan, kejam dan kasar.
1.3.3.7 Suasana emosi yang dingin; isolasi dan sukar berteman.
1.3.3.8 Disorganisasi keluarga; disfungsi individu, stres emosional.
1.3.3 Struktur Peran
Peran biasanya meyangkut posisi dan posisi mengidentifikasi status atau
tempat sementara dalam suatu sistem sosial tertentu.
1.3.3.1 Peran-peran formal dalam keluarga
Peran formal dalam keluarga dalah posisi formal pada keluarga,
seperti ayah, ibu dan anak Setiap anggota keluarga memiliki
peran masing-masing. Ayah sebagai pemimpin keluarga
memiliki peran sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung,
pemberi rasa aman bagi seluruh anggota keluarga, dan sebagai
anggota masyarakat atau kelompok sosial tertentu. Ibu berperan
sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak,
pelidung keluarga, sebagai pencari nafkah tambahan keluarga,
serta sebagai anggota masyarakat atau kelompok sosial tertentu.
Sedangkan anak berperan sebagai pelaku psikosoal sesuai
dengan perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual.
1.3.3.2 Peran Informal kelauarga
Peran informal atau peran tertutup biasanya bersifat implisit,
tidak tampak ke permukaan, dan dimainkan untuk memenuhi
kebutuhan emosional atau untuk menjaga keseimbangan
keluarga.
1.3.4 Struktur Nilai
Sistem nilai dalam keluarga sangat memengaruhi nilai-nilai masyarakat.
Nilai keluarga akan membentuk pola dan tingkah laku dalam menghadapi
masalah yang dialami keluarga. Nilai keluarga ini akan menentukan
bagaimana keluarga menghadapi masalah Kesehatan dan stressor-stressor
lain.

1.4 Ciri-Ciri Struktur Keluarga


1.4.1 Terorganisasi Saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota
keluarga
1.4.2 Ada keterbatasan, setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga
mempunyai keterbatasan dalam mejalankan fungsi dan tugasnya masing-
masing
1.4.3 Ada perbedaan dan kekhususan, Setiap anggota keluarga mempunyai
peranan dan fungsinya masing-masing.
1.5 Tahapan Keluarga Sejahtera
Tingkatan kesehatan kesejahteraan keluarga menurut Amin Zakaria (2017) adalah :
1.5.1 Keluarga Prasejahtera
Keluarga yang belum bisa memenuhi kebutuhan dasar minimal, yaitu
kebutuhan pengajaran agama, sandang, pangan, papan dan kesehatan.
Dengan kata lain tidak bisa memenuhi salah satu atau lebih indikator
keluarga sejahtera tahap I.
1.5.2 Keluarga Sejahtera Tahap I
Keluarga yang sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimal, tetapi
belum bisa memenuhi seluruh kebutuhan psikososial, seperti pendidikan,
KB, interaksi dalam keluarga, lingkungan sosial dan transportasi. Indikator
keluarga tahap I yaitu melaksanakan ibadah menurut kepercayaan masing-
masing, makan dua kali sehari, pakaian yang berbeda untuk berbagai
keperluan, lantai rumah bukan dari tanah, kesehatan (anak sakit, KB
dibawa keperawatan pelayanan kesehatan).
1.5.3 Keluarga Sejahtera Tahap II
Pada tahap II ini keluarga sudah mampu memenuhi kebutuhan dasar
minimal, dapat memenuhi seluruh kebutuhan psikososial, tetapi belum
dapat memenuhi kebutuhan perkembangan (kebutuhan menabung dan
memperoleh informasi. Indikator keluarga tahap II adalah seluruh indikator
tahap I ditambah dengan melaksanakan kegiatan agama secara teratur,
makan daging/ikan/telur sebagai lauk pauk minimal satu tahun terakhir,
luas lantai rumah perorang 8 m2 , kondisi anggota keluarga sehat dalam 3
bulan terakhir, keluarga usia 15 tahun keatas memiliki penghasilan tetap,
anggota keluarga usia 15-60 tahun mampu membaca dan menulis, anak
usia 7-15 tahun bersekolah semua dan dua anak atau lebih PUS
menggunakan Alkon.
1.5.4 Keluarga Sejahtera Tahap III
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimal, setelah
memenuhi keseluruhan kebutuhan psikososial, dan memenuhi kebutuhan
perkembangan, tetapi belum bisa memberikan sumbangan secara maksimal
pada masyarakat dalam bentuk material dan keuangan dan belum berperan
serta dalam lembaga kemasyarakatan.
1.5.5 Keluarga Sejahtera Tahap III Plus
Memenuhi indikator keluarga tahap sebelumnya ditambah dengan upaya
keluarga menambahkan pengetahuan tentang agama, makan bersama
minimal satu kali sehari, ikut serta dalam kegiatan masyarakat, rekreasi
sekurangnya dalam enam bulan, dapat memperoleh berita dari media cetak
maupun media elektronik, anggota keluarga mampu menggunakan sarana
transportasi.

1.6 Teori Perkembangan Keluarga


Salah satu teori perkembangan keluarga adalah keluarga berkembang dari waktu-
kewaktu dengan pola secara umum dan dapat diprediksi. Paradigma siklus
kehidupan ialah menggunakan tingkat usia, tingkat sekolah dan anak paling tua
sebagai tonggak untuk interval siklus kehidupan (Zakaria, 2017)

Tabel Tahap Siklus Kehidupan Keluarga


Tahap I Keluarga pemula (Keluarga baru menikah - hamil)
Tahap II Keluarga mengasuh anak (anak tertua bayi - umur 30 bulan)
Tahap III Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berusia 2
- 6 tahun)
Tahap IV Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua berusia 6 –
13 tahun)
Tahap V Keluarga dengan anak usia remaja (anak tertua berusia 13 –
20 tahun)
Tahap VI Keluarga melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak
pertama sampai dengan anak terakhir meninggalkan rumah)
Tahap VII Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pension)
Tahap VIII Keluarga dalam masa pension dan lansia (hingga pasangan
meninggal dunia)
1.7 Lima Tugas Yang Harus Dilakukan Keluarga
Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan. Asuhan
keperawatan keluarga mencantumkan lima tugas keluarga sebagai paparan
etiologi/penyebab masalah. Lima tugas keluarga yang dimaksud, yaitu :
1.7.1 Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, termasuk bagaimana persepsi
keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian, tanda dan gejala,
faktor penyebab dan persepsi keluarga terhadap masalah yang dialami
keluarga.
1.7.2 Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauh mana
keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, bagaimana masalah
dirasakan keluarga, bagaimana keluarga menanggapi masalah yang
dihadapi, adakah rasa takut terhadap akibat atau adakah sifat negatif dari
keluarga terhadap masalah kesehatan, bagaimana sistem pengambilan
keputusan yag dilakukan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.
1.7.3 Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, seperti
bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat, dan perkembangan
perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga serta
sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.
1.7.4 Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan seperti pentingnya
hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit yang dilakukan
keluarga. Upaya pemeliharaan lingkungan yang dilakukan keluarga,
kekompakan anggota keluarga dalam menata lingkungan dalam dan
lingkungan luar rumah yang berdampak terhadap kesehatan keluarga.
1.7.5 Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan,
seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas
pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan
keluarga terhadap penggunaan fasilitas kesehatan, apakah pelayanan
kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang kurang baik
yang dipersepsikan keluarga.
1.8 Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga atau
sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarganya. Fungsi keluarga menurut
Terdapat 8 fungsi keluarga dan berikut penjelasannya antara lain (Wirdhana et al.,
2013) :
1.8.1 Fungsi Agama
Fungsi keluarga sebagai tempat pertama seorang anak mengenal,
menanamankan serta mengembangkan nilai-nilai agama, sehingga bisa
menjadi insan-insan yang agamis, berakhlak baik dengan keimanan dan
ketakwaan yang kuat kepada Tuhan Yang Maha Esa.
1.8.2 Fungsi Sosial Budaya
Fungsi social budaya sebagai menanamkan pada anggota keluarga sesuatu
yang baik dengan mengajarkan pola tingkah laku serta nilai dan norma yang
berlaku dalam masyarakat. Contohnya seperti menghormati orang yang
lebih tua, untuk keluarga muslim menucapkan salam ketika bertamu.
1.8.3 Fungsi Cinta dan Kasih Sayang
Fungsi keluarga dalam memberikan landasan yang kokoh terhadap
hubungan suami dengan istri, orang tua dengan anak-anaknya, anak dengan
anak, serta hubungan kekerabatan antar generasi sehingga keluarga menjadi
tempat utama bersemainya kehidupan yang punuh cinta kasih lahir dan
batin. Contohnya seprti ibu yang selalu mendoakan anak-anaknya, dan anak-
anak yang sering membantu kedua orangtuanya.
1.8.4 Fungsi Perlindungan
Fungsi keluarga sebagai tempat berlindung keluarganya dalam
menumbuhkan rasa aman dan tentram serta kehangatan bagi setiap anggota
keluarganya. Oleh karena itu seburuk apapun konflik yang terjadi di dalam
keluarga, hindari terjadinya tindakan kekerasan fisik maupun verbal, dan
diskriminasi dalam keluarga.
1.8.5 Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan
Keluarga menjadi tempat pertama seorang anak belajar bersosialisasi
dengan orang lain, yaitu dengan orangtuanya, dan saudara-saudaranya. Dan
didalam keluarga pula, Keluarga menjadi media pembelajaran yang pertama
diterima oleh anak. Karena pada dasarnya semuanya diawali dengan
mencontoh kebiasaan orang terdekat yakni keluarga. Keluarga menjadi jasa
pendidikan informal selain formal dibangku sekolahan.
1.8.6 Fungsi Reproduksi
Salah satu tujuan sebagian besar umat manusia untuk berkeluarga adalah
untuk mendapatkan keturunan. Melalui pernikahan yang sah, keluarga
menjadi entitas yang mampu menghasilkan generasi penerus bangsa.
Pendidikan seks sejak dini dan sikap menghargai lawan jenis perlu
ditanamkan dalam keluarga.
1.8.7 Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi yang dimaksud ialah pembagian tugas. Pembagian tugas ini
seperti ayah yang mencari nafkah dan ibu yang mengurus rumah tangga dan
mengatur keuangan dirumah, serta mengajarkan anak untuk berhemat dan
menumbuhkan jiwa wirausaha akan membuat mereka kelak dapat cerdas
secara finansial Apabila tidak efiensi dalam mengurus kebutuhan rumah
juga akan menimbulkan ketidak harmonisan.
1.8.8 Fungsi Pembinaan Lingkungan
Fungsi pembinaan lingkungan dimaksudkan ialah agar keluarga mampu
mengajarkan bagaimana hidup di lingkungan yang aman, bersih dan sehat.
Tanamkan sifat cinta lingkungan, tidak memboroskan listrik, air bersih,dan
juga membiasakan untuk membuang sampah pada tempatnya sedari dini.

1.9 Praktik Keperawatan Keluarga


Praktik keperawatan keluarga merupakan pemberian asuhan kepada keluarga dan
anggota keluarga baik sehat maupun sakit dan dapat diberikan pada semua tipe
keluarga dengan kondisi Kesehatan yang berbeda-beda (Friedman, 2014).
1.10 Tujuan Keperawatan Keluarga
Tujuan keperawatan keluarga adalah membantu keluarga untuk mencapai tingkat
atau fungsi Kesehatan tertentu maupun kesejahteraan keluarga yang lebih tinggi
(Friedman,2014).
Tujuan khusus pelayanan keperawatan keluarga adalah :
1.10.1 Keluarga mampu melaksanakan tugas pemeliharaan Kesehatan keluarga
dalam menangani masalah Kesehatan.
1.10.2 Keluarga memperoleh pelayanan keperawatan sesuai kebutuhan
1.10.3 Keluarga mampu berfungsi optimal dalam memelihara hidup sehat
anggota keluarganya (Depkes RI, 2010).

1.11 Sasaran Pelayanan Keperawatan Keluarga


Sasaran pelayanan keperawatan keluarga adalah (Depkes RI, 2010):
1.11.1 Keluarga sehat
Keluarga sehat adalah apabila anggota keluarga dalam keadaan sehat
namun memerlukan antisipasi terkait dengan siklus perkembangan
manusia dan tahapan tumbuh kembang keluarga, dimana focus intervensi
keperawatan terutama pada promosi Kesehatan dan pencegahan penyakit.
1.11.2 Keluarga resiko tinggi dan rawan Kesehatan
Keluarga resiko tinggi dan rawan Kesehatan adalah apabila satu atau
lebih anggota keluarga memerlukan perhatian khusus. Misalnya keluarga
: bayi BBLR, balita gizi buruk, bumil anemia, lansia lebih dari 70 tahun.
1.11.3 Keluarga yang memerlukan tindak lanjut
Keluarga yang memerlukan tindak lanjut adalah apabila keluarga
mempunyai masalah Kesehatan dan memerlukan tindak lanjut pelayanan
Kesehatan. Misalnya Keluarga dengan anggota keluarga yang memiliki
penyakit degenerative.
1.12 Ruang Lingkup Pelayanan Keperawatan Keluarga
Pelayanan keperawatan keluarga mencakup upaya Kesehatan perorangan (UKP)
dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) yang diberikan kepada klien sepanjang
rentang kehidupan dan sesuai tahap perkembangan keluarga.
Lingkup pelayanan keperawatan keluarga mencakup:
a. Promosi Kesehatan
b. Pencegahan penyakit
c. Kuratif
d. Pemulihan Kesehatan

1.13 Peran Keperawatan Keluarga


Adapun peran perawat dalam keperawatan keluarga adalah (Kaakinen et,al 2015) :
a. Edukator
b. Koordinator, kolaborator, dan penghubung
c. Advokat
d. Konsultan
e. Konselor
f. Case finder dan epidemiologist
g. Role play
h. Manajer kasus

2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk
mengukur keadaan klien (keluarga) dengan menangani norma-norma kesehatan
keluarga maupun sosial, yang merupakan sistem terintegrasi dan kesanggupan
keluarga untuk mengatasinya (Effendy, 1998).

Pengumpulan data dalam pengkajian dilakukan dengan wawancara, observasi,


pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi. Pengkajian asuhan keperawatan
keluarga menurut teori/model Family Centre Nursing Friedman (1988), meliputi
7 komponen pengkajian, yaitu :
2.1.1 Data Umum
1) Nama kepala keluarga
2) Alamat
3) Telepon
4) Pekerjaan kepala keluarga
5) Pendidikan kepala keluarga
6) Komposisi anggota keluarga
7) Genogram
8) Tipe Keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau
masalah – masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut
9) Suku Bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan
kesehatan
10) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang
dapat mempengaruhi kesehatan
11) Status Sosial Ekonomi Keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik
dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu
status social ekonomi ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan
yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang – barang yang
dimiliki oleh keluarga, dan siapa yang mengatur keuangan.
12) Aktivitas Rekreasi Keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi
bersama – sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu,
namun dengan menonton televisi dan mendengarkan radio juga
merupakan aktivitas rekreasi
2.1.2 Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari
keluarga tersebut
2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi
oleh keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut
belum terpenuhi
3) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang
meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-
masing anggota keluarga, sumber pelayanan kesehatan yang biasa
digunakan keluarga, serta pengalaman-pengalaman terhadap
pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak
suami dan istri.
2.1.3 Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifiksai dengan melihat luas rumah, tipe
rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan,
peletakan perabotan rumah tangga, jenis septic tank, jarak septic
tank dengan sumber air minum yang digunakan, serta denah rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas
setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik,
aturan/kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang
mempengaruhi kesehatan
3) Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga
berpindah tempat
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu digunakannya keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada sejauh mana
interaksinya dengan masyarakat
5) Sistem pendukung keluarga
Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah
anggota keluarga yang sehat, fasilitas – fasilitas yang dimiliki
keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup fasilitas
fisik, fasilitas psikologi atau dukungan dari anggota keluarga, dan
fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat setempat.
2.1.4 Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antara anggota
keluarga
2) Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi
orang lain untuk merubah perilaku
3) Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing – masing anggota keluarga baik
secara formal maupun informal
4) Nilai dan norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga,
yang berhubungan dengan kesehatan.
2.1.5 Fungsi Keluarga
1) Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji adalah gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga
terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta
pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan
sikap saling menghargai.
2) Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji adalah bagaimana interaksi atau hubungan
dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin,
norma, budaya, dan perilaku.
3) Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,
pakaian, perlindungan, serta merawat anggota keluarga yang sakit,
sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit.
4) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah
a) Berapa jumlah anak
b) Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anak
c) Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya
mengendalikan jumlah anggota keluarga
5) Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji adalah
a) Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, papan,
maupun pangan
b) Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di
dalam masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan
keluarga
2.1.6 Tugas Perawatan Keluarga
1) Mengenal masalah keluarga
2) Mengambil keputusan
3) Merawat anggota keluarga yang sakit
4) Memelihara lingkungan
5) Menggunakan fasilitas / pelayanan kesehatan
2.1.7 Stress dan Koping Keluarga
1) Stressor jangka pendek dan panjang
Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang lebih 6 bulan
2) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan
3) Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
4) Strategi koping yang digunakan
5) Strategi yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan
6) Strategi adaptasi disfungsional

2.1.8 Pemeriksaan Fisik


1) Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan.
2) Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga.
3) Aspek pemeriksaan fisik mulai dari vital sign, rambut, kepala,
mata, mulut, THT, leher, thoraks, abdomen, ekstremitas atas dan
bawah, sistem genetalia.
4) Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik.

2.1.9 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggunakan dan
menggambarkan respons manusia. Dimana keadaan sehat atau
perubahan pola interaksi potensial/aktual dari individu atau kelompok
dimana perawat dapat menyusun intervensi-intervensi definitif untuk
mempertahankan status kesehatan atau untuk mencegah perubahan
(Carpenito, 2008). Untuk menegakkan diagnosa dilakukan 2 hal, yaitu :
2.1.9.1 Analisa Data
Mengelompokkan data subjektif dan objektif, kemudian
dibandingkan dengan standar normal sehingga didapatkan
masalah keperawatan.
2.1.9.2 Perumusan Diagnosa Keperawatan
Komponen rumusan diagnosa keperawatan meliputi :
1) Masalah (problem) adalah suatu pernyataan tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami
oleh keluarga atau anggota keluarga.
2) Penyebab (etiologi) adalah kumpulan data subjektif dan
objektif.
3) Tanda (sign) adalah sekumpulan data subjektif dan
objektif yang diperoleh perawat dari keluarga secara
langsung atau tidak langsung atau tidak yang
mendukung masalah dan penyebab.
Dalam penyusunan masalah kesehatan dalam perawatan
keluarga mengacu pada tipologi diagnosis keperawatan
keluarga yang dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu:
1) Diagnosa Sehat/Wellness/Potensial
Yaitu keadaan sejahtera dari keluarga ketika telah mampu
memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai
sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat
digunakan. Perumusan diagnosa potensial ini hanya
terdiri dari komponen problem (P).
2) Diagnosa Ancaman/Risiko
Yaitu masalah keperawatan yang belum terjadi. Diagnosa
ini dapat menjadi masalah aktual bila tidak segera
ditanggulangi. Perumusan diagnosa risiko ini terdiri dari
komponen problem (P) dan etiologi (E).
3) Diagnosa Nyata/Aktual/Gangguan
Yaitu masalah keperawatan yang sedang dijalani oleh
keluarga dan memerlukan bantuan dengan cepat.
Perumusan diagnosa aktual terdiri dari problem (P),
etiologi (E), dan sign/symptom (S), Perumusan problem
(P) merupakan respon terhadap gangguan pemenuhan
kebutuhan dasar. Sedangkan etiologi mengacu pada 5
tugas keluarga.

2.1.10 Perencanaan
Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat
untuk dilaporkan dalam memecahkan masalah kesehatan dan
keperawatan yang telah diidentifikasi (Efendy,1998). Penyusunan
rencana perawatan dilakukan dalam 2 tahap yaitu pemenuhan skala
prioritas dan rencana perawatan (Suprajitno, 2004).
a. Menentukan prioritas masalah keperawatan
Prioritas didasarkan pada diagnosis keperawatan yang mempunyai
skor tinggi dan disusun berurutan sampai yang mempunyai skor
terendah. Dalam menyusun prioritas masalah kesehatan dan
keperawatan keluarga harus didasarkan beberapa kriteria sebagai
berikut :
1) Sifat masalah (aktual, risiko, potensial)
2) Kemungkinan masalah dapat diubah
3) Potensi masalah untuk dicegah
4) Menonjolnya masalah
Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosa keperawatan
telah dari satu proses skoring menggunakan skala yang telah
dirumuskan oleh Bailon dan Maglay (1978) dalam Effendy (1998).
Tabel Proses Skoring

Kriteria Skor Bobot


Sifat masalah :
 Aktual 3
1
 Risiko 2
 Potensial 1
Kemungkinan masalah untuk dipecahkan :
 Mudah 2
2
 Sebagian 1
 Tidak dapat 0
Potensi masalah untuk dicegah :
 Tinggi 3
1
 Cukup 2
 Rendah 1
Menonjolnya masalah : 1
 Masalah berat, harus segera ditangani 2
 Ada masalah tetapi tidak perlu ditangani 1
 Masalah tidak dirasakan 0

Proses scoring dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan :


1) Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat.
2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan
bobot.
3) Jumlahkan skor untuk semua kriteria.
4) Skor tertinggi berarti prioritas (skor tertinggi 5).
Penyusunan Prioritas Diagnosa Keperawatan
1) Ketidaksanggupan mengenal masalah kesehatan keluarga
disebabkan karena:
a) Kurang pengetahuan/ketidaktauan fakta
b) Rasa takut akibat masalah yang diketahui
c) Sifat dan falsafah hidup
2) Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalam
melakukan tindakan yang tepat, disebabkan karena:
a) Tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya
masalah
b) Masalah kesehatan tidak begitu menonjol
3) Keluarga tidak sanggup memecahkan masalah karena kurang
pengetahuan dan kurangnya sumber daya manusia.
a) Ketidakcocokan pendapat dari anggota keluarga
b) Tidak sanggup memilih tindakan diantara beberapa
pilihan
c) Tidak tahu tentang fasilitas kesehatan yang ada
d) Takut dari akibat tindakan
e) Sikap negative terhadap masalah kesehatan
f) Fasilitas kesehatan tidak terjangkau
g) Kurang percaya terhadap petugas dan lembaga kesehatan
4) Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit
disebabkan karena:
a) Tidak mengetahui keadaan penyakit
b) Tidak mengetahui tentang perawatan yang dibutuhkan
c) Kurang/tidak ada fasilitas yang diperlukan untuk
perawatan
d) Tidak seimbang sumber daya yang ada dalam keluarga.
e) Konflik
f) Sikap dan pandangan hidup
5) Ketidaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat
mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi anggota
keluarga, disebabkan karena:
a) Sumber keluarga tidak cukup
b) Kurang dapat melihat keuntungan dan manfaat
memelihara kebersihan rumah
c) Ketidaktauan pentingnya fasilitas lingkungan
d) Sikap dan pandangan hidup
e) Ketidak kompakan keluarga karena sifat mementingkan
diri sendiri, tidak ada kesepakatan, acuh terhadap yang
mempunyai masalah
6) Ketidakmampuan menggunakan sumber dimasyarakat guna
memelihara kesehatan, disebabkan karena:
a) Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada
b) Tidak memahami keuntungan yang diperoleh
c) Kurang percaya pada petugas kesehatan dan lembaga
kesehatan
d) Pengalaman yang kurang baik dari petugas kesehatan
e) Rasa takut pada akibat dari tindakan
b. Rencana
Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan tujuan
keperawatan. Tujuan dirumuskan untuk mengetahui atau mengatasi
serta meminimalkan stressor dan intervensi dirancang berdasarkan tiga
tingkat pencegahan. Pencegahan primer untuk memperkuat garis
pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder untuk memperkuat garis
pertahanan sekunder, dan pencegahan tersier untuk memperkuat garis
pertahanan tersier (Anderson & Fallune, 2000).

Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek.
Tujuan jangka panjang mengacu pada bagaimana mengatasi
problem/masalah (P) di keluarga. Sedangkan penetapan tujuan jangka
pendek mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi yang berorientasi
pada lima tugas keluarga. Adapun bentuk tindakan yang akan dilakukan
dalam intervensi nantinya adalah sebagai berikut :
1) Menggali tingkat pengetahuan atau pemahaman keluarga mengenai
masalah.
2) Mendiskusikan dengan keluarga mengenai hal-hal yang belum
diketahui dan meluruskan mengenai intervensi/interpretasi yang
salah.
3) Memberikan penyuluhan atau menjelaskan dengan keluarga
tentang faktor-faktor penyebab, tanda dan gejala, cara menangani,
cara perawatan, cara mendapatkan pelayanan kesehatan dan
pentingnya pengobatan secara teratur.
4) Memotivasi keluarga untuk melakukan hal-hal positif untuk
kesehatan.
5) Memberikan pujian dan penguatan kepada keluarga atas apa yang
telah diketahui dan apa yang telah dilaksanakan.

2.1.11 Pelaksanaan
Pelaksanaan dilaksanakan berdasarkan pada rencana yang telah
disusun. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan terhadap keluarga, yaitu :
a. Sumber daya keluarga
b. Tingkat pendidikan keluarga
c. Adat istiadat yang berlaku
d. Respon dan penerimaan keluarga
e. Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga.

2.1.12 Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil
implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk
melihat keberhasilannya. Kerangka kerja evaluasi sudah terkandung
dalam rencana perawatan jika secara jelas telah digambarkan tujuan
perilaku yang spesifik maka hal ini dapat berfungsi sebagai kriteria
evaluasi bagi tingkat aktivitas yang telah dicapai (Friedman,1998).
Evaluasi disusun menggunakan SOAP

DAFTAR PUSTAKA

Achjar, K..A. (2010). Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Sagung Seto.
Harlinawati. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Ponorogo: Pustaka As Salam
Harmoko. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Imam, S Dkk (2015). Asuhan Keperawatan Keluarga.Buntara Media : Malang
Nadirawati (2018) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga. 1st edn. Edited by Anna. Bandung:
PT Refika Aditama.
Siregar, D, dkk. (2020). Keperawatan Keluarga. Penerbit : Yayasan Kita Menulis
Setiadi. (2008). Konsep & Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Graha Ilmu
Suprajitno. (2004). Asuhan Keprawatan Keluarga Aplikasi dalam Praktek. Jakarta : EGC
Zakaria, Amir. 2017. Asuhan Keperawatan Keluarga Pendekatan Teori dan Konsep. Malang:
International Research and Development for Human Beings.
Martapura, April 2024
Ners Muda,

(Robbiannur Rahim, S.Kep)

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

(Alit Suwandewi, Ns.,M.Kep) (Intan, S.Kep.,Ns)

Anda mungkin juga menyukai