Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA NY. B DENGAN


DIABETES MELITUS DI DUSUN TARAWEANG

Oleh :
IKA DEWI LESTARI
NH0119024

CI Institusi CI Lahan

() ()

NIDN NIDN……………

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES)
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
ASUHAN KEPERAWATAN

KELUARGA DENGAN PENYAKIT DIABETES MELITUS

Oleh:

IKA DEWI LESTARI

NH0119024

CI Institusi CI Lahan

() ()

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

MAKASSAR

2023
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keperawatan Keluarga


A. Definisi Keluarga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan
ikatan emosional dan mengidentifikasian diri mereka sebagai bagian dari keluarga
(Zakaria, 2017). Sedangkan menurut Depkes RI tahun 2000, keluarga adalah unit terkecil
dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan
tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling kebergantungan. Duval
dan Logan 1986 dalam (Zakaria, 2017) mengatakan keluarga adalah sekumpulan orang
dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan menciptakan,
mempertahankan budaya dan meningkatkan pertumbuhan fisik, mental, emosional serta
sosial dari tiap anggota keluarganya.Dari hasil analisa Walls, 1986 dalam (Zakaria, 2017)
keluarga sebagai unit yang perlu dirawat, boleh jadi tidak diikat oleh hubungan darah
atau hukum, tetapi berfungsi sedemikian rupa sehingga mereka menganggap diri mereka
sebagai suatu keluarga
B. Tipe – tipe Keluarga
Menurut (Nadirawati, 2018) pembagian tipe keluarga adalah :
1. Keluarga Tradisional
a. Keluarga Inti (The Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri,
dan anak baik dari sebab biologis maupun adopsi yang tinggal bersama dalam
satu rumah. Tipe keluarga inti diantaranya:
1) Keluarga Tanpa Anak (The Dyad Family) yaitu keluarga dengan suami dan
istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah.
2) The Childless Family yaitu keluarga tanpa anak dikarenakan terlambat
menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya disebabkan
mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita.
3) Keluarga Adopsi yaitu keluarga yang mengambil tanggung jawab secara sah
dari orang tua kandung ke keluarga yang menginginkan anak.
b. Keluarga Besar (The Extended Fmily) yaitu keluarga yang terdiri dari tiga
generasi yang hidup bersama dalam satu rumah, contohnya seperti nuclear family
disertai paman, tante, kakek dan nenek
c. Keluarga Orang Tua Tunggal (The Single-Parent Family) yaitu keluarga yang
terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak. Hal ini biasanya terjadi
karena perceraian, kematian atau karena ditinggalkan (menyalahi hukum
pernikahan).
d. Commuter Family yaitu kedua orang tua (suami-istri) bekerja di kota yang
berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan yang bekerja di
luar kota bisa berkumpul dengan anggota keluarga pada saat akhir minggu, bulan
atau pada waktuwaktu tertentu.
e. Multigeneration Family yaitu kelurga dengan beberapa generasi atau kelompok
umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
f. Kin-Network Family yaitu beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu tumah
atau berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama.
Contohnya seperti kamar mandi, dapur, televise dan lain-lain.
g. Keluarga Campuran (Blended Family) yaitu duda atau janda (karena perceraian)
yang menikah kembali dan membesarkan anak dari hasil perkawinan atau dari
perkawinan sebelumnya.
h. Dewasa Lajang yang Tinggal Sendiri (The Single Adult Living Alone), yaitu
keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau
perpisahan (separasi), seperti perceraian atau ditinggal mati.
i. Foster Family yaitu pelayanan untuk suatu keluarga dimana anak ditempatkan di
rumah terpisah dari orang tua aslinya jika orang tua dinyatakan tidak merawat
anak-anak mereka dengan baik. Anak tersebut akan dikembalikan kepada orang
tuanya jika orang tuanya sudah mampu untuk merawat.
j. Keluarga Binuklir yaitu bentuk keluarga setela cerai di mana anak menjadi
anggota dari suatu sistem yang terdiri dari dua rumah tangga inti.
2. Keluarga Non-tradisional
a. The Unmarried Teenage Mother yaitu keluarga yang terdiri dari orang tua
(terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b. The Step Parent Family yaitu keluarga dengan orang tua tiri.
c. Commune Family yaitu beberapa keluarga (dengan anak) yang tidak ada
hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber, dan fasilitas
yang sama, pengalaman yang sama; serta sosialisasi anak melalui aktivitas
kelompok/membesarkan anak bersama.
d. Keluarga Kumpul Kebo Heteroseksual (The Nonmarital Heterosexual Cohabiting
Family), keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melakukan
pernikahan.
e. Gay and Lesbian Families, yaitu seseorang yang mempunyai persamaan seks
hidup bersama sebagaimana ‘marital partners’.
f. Cohabitating Family yaitu orang dewasa yang tinggal bersama diluar hubungan
perkawinan melainkan dengan alasan tertentu.
g. Group-Marriage Family, yaitu beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-
alat rumah tangga bersama yang saling merasamenikah satu dengan lainnya,
berbagi sesuatu termasuk seksual dan membesarkan anak.
h. Group Network Family, keluarga inti yang dibatasi aturan/nilainilai, hidup
berdekatan satu sama lain, dan saling menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
i. Foster Family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut
perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga aslinya.
j. Homeless Family, yaitu keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan
keadaan ekonomi dan atau masalah kesehatan mental.
k. Gang, bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari
ikatan emosional dan keluarga mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam
kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya
C. Struktur Keluarga
Beberapa ahli meletakkan struktur pada bentu/tipe keluarga, namun ada juga yang
menggambarkan subsitem-subsistemnya sebagai dimensi struktural. Struktur keluarga
menurut Friedman (2009) dalam (Nadirawati, 2018) sebagai berikut :
1. Pola dan Proses Komunikasi
Komunikasi keluarga merupakan suatu proses simbolik, transaksional untuk
menciptakan mengungkapkan pengertian dalam keluarga.
2. Struktur Kekuatan
Struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit tergantung pada kemampuan
keluarga untuk merespon stressor yang ada dalam keluarga.Struktur kekuatan
keluarga merupakan kemampuan (potensial/aktual) dari individu untuk mengontrol
atau memengaruhi perilaku anggota keluarga. Beberapa macam struktur keluarga:
a. Legimate power/authority (hak untuk mengontrol) seperti orang tua terhadap
anak.
b. Referent power (seseorang yang ditiru) dalam hal ini orang tua adalah sesorang
yang dapat ditiru oleh anak.
c. Resource or expert power (pendapat, ahli, dan lain).
d. Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan diterima).
e. Coercive power (pengaruh yang dipaksa sesuai dengan keinginannya).
f. Informational power (pengaruh yang dilalui melalui pesuasi) Affective power
(pengaruh yang diberikan melalui manipulasi cinta kasih, misalnya hubungan
seksual).
Sedangkan sifat struktural di dalam keluarga sebagai berikut:
1) Struktur egilasi (demokrasi), yaitu dimana masing-masing anggota keluarga
memiliki hak yang sama dalam menyampaikan pendapat.
2) Struktur yang hangat, menerima, dan toleransi.
3) Struktur yang terbuka dan anggota yang terbuka (honesty dan authenticity),
struktur keluarga ini mendorong kejujuran dan kebenaran.
4) Struktur yang kaku, yaitu suka melawan dan bergantun pada peraturan.
5) Struktur yang bebas (permissiveness), pada struktur ini tidak adanya peraturan
yang memaksa.
6) Struktur yang kasar (abuse); penyiksaan, kejam dan kasar.
7) Suasana emosi yang dingin; isolasi dan sukar berteman.
8) Disorganisasi keluarga; disfungsi individu, stres emosional.

D. Struktur Peran
Peran biasanya meyangkut posisi dan posisi mengidentifikasi status atau tempat
sementara dalam suatu sistem sosial tertentu.
1. Peran-peran formal dalam keluarga.
Peran formal dalam keluarga dalah posisi formal pada keluarga, seperti ayah, ibu dan
anak Setiap anggota keluarga memiliki peran masing-masing.
a. Peranan ayah Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anaknya, berperan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberian rasa aman, sebagai kepala
keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota
keluarga masyarakat dari lingkungannya.
b. Peranan ibu Ibu sebagai istri dari suami dan anak-anaknya. Mempunyai peranan
untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan
sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
c. Peranan anak Anak-anaknya melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan
tingkat perkembangan baik fisik, sosial, dan spiritual
2. Peran informal.
Peran informal atau peran tertutup biasanya bersifat implisit, tidak tampak ke
permukaan, dan dimainkan untuk memenuhi kebutuhan emosional atau untuk
menjaga keseimbangan keluarga.
E. Fungsi keluarga
Fungsi keluarga menurut (Nadirawati, 2018) sebagai berikut:
1. Fungsi afektif dan koping; dimana keluarga memberikan kenyamanan emosional
anggota, membantu anggota dalam membentuk identitas, dan mempertahankan saat
terjadi stres. Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada
kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga
saling mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dapat dipelajari dan
dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga. Dengan demikian,
keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat
mengembangkan konsep diri positif. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga
dalam melaksanakan fungsi afektif adalah:
a. Saling mengasuh : cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung
antar anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari anggota
yang lain. Maka kemampuannya untuk memberikan kasih sayang akan
meningkat, yang pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat dan saling
mendukung. Hubbungan intim didalam keluarga merupakan modal dasar dalam
memeberikan hubungan dengan orang lain diluar keluarga/ masyarakat.
b. Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui
keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim
yang positif, maka fungsi afektif akan tercapai.
c. Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat memulai
hidup baru. Ikatan antar anggota keluarga dikembangkan melalui proses
identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga.
Orang tua harus mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga
anakanak dapat meniru tingkah laku yang positif dari kedua orang tuanya. Fungsi
afektif merupakan “sumber energi” yang menentukan kebahagiaan keluarga.
Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga, timbul karena fungsi
afektif di dalam keluarga tidak dapat terpenuhi.
2. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu,
yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial.
Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk
belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu, dan
orang-orang yang ada di sekitarnya Kemudian beranjak balita dia mulai belajar
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar meskipun demikian keluarga tetap berperan
penting dalam bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga
dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan
dalam sosialisasi.
3. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya
manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi
kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk
meneruskan keturunan.
4. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat
tinggal. Banyak pasangan sekarang kita lihat dengan penghasilan yang tidak
seimbang antara suami dan istri, hal ini menjadikan permasalahan yang berujung pada
perceraian.
5. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan,
yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota
keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan
mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan
pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang
dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakana tugas kesehatan berarti sanggup
menyelesaikan masalah kesehatan.
F. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan
Menurut (Fredi, 2019) membagi 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus
dilakukan, yaitu :
1. Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan
Yaitu Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya Perubahan sekecil apapun
yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung
jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat
kapan erjadinya, perubahan apa yang terjadi dan beberapa besar perubahannya
(Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan
2. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan
Yaitu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang
tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga
yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga
maka segera melakukan tindakan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau
bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan seyogyanya meminta bantuan
orang lain dilingkungan sekitar keluarga.
3. Keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit
Yaitu memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda. Perawatan ini
dapat dilakukan tindakan dirumah apabila keluarga memiliki kemampuan melakukan
tindakan untuk pertolongan pertama atau kepelayanan kesehatan untuk memperoleh
tindakan lanjjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. (Keluarga mampu
melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit)
4. Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan Kesehatan
Yaitu Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan
setempat yaitu Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada)
G. Tahap perkembangan keluarga
Menurut (Lisma, 2018), membagi keluarga dalam 8 tahap perkembangan, yaitu:
1. Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan keluarga
tahap ini antara lain adalah :
a. Membina hubungan intim yang memuaskan.
b. Menetapkan tujuan bersama.
c. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok social.
Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.
d. Persiapan menjadi orang tua.
e. Memehami prenatal care (pengertisn kehamilan, persalinan dan menjadi orang
tua).
2. Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (Child Bearing).
Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan krisis
keluarga. Studi klasik Le Master (1957) dari 46 orang tua dinyatakan 17 % tidak
bermasalah selebihnya bermasalah dalam hal :
a. Suami merasa diabaikan
b. Peningkatan perselisihan dan argument.
c. Interupsi dalam jadwal kontinu.
d. Kehidupan seksusl dan social terganggu dan menurun.
Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :
a. Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual dan kegiatan).
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
c. Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran orang tua terhadap bayi
dengan memberi sentuhan dan kehangatan).
d. Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak.
e. Konseling KB post partum 6 minggu.
f. Menata ruang untuk anak.
g. Biaya / dana Child Bearing.
h. Memfasilitasi role learning angggota keluarga.
i. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
3. Keluarga dengan Anak Pra Sekolah
Tugas perkembangannya adalah menyesuaikan pada kebutuhan pada anak pra
sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kotak sosial) dan
merencanakan kelahiran berikutnya.
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
a. Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.
b. Membantu anak bersosialisasi.
c. Beradaptasi dengan anak baru lahir, anakl yang lain juga terpenuhi
d. Mempertahankan hubungan di dalam maupun di luar keluarga.
e. Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak.
f. Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang anak.
4. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (6 – 13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
a. Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan
lingkungan lebih luas.
b. Mendoprong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.
c. Menyediakan aktivitas untuk anak.
d. Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikut sertakan anak.
e. Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan kesehatan
anggota keluarga.
5. Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 tahun).
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
a. Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang seimbang dan
brertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang yang dewasa muda dan
mulai memiliki otonomi).
b. Memelihara komunikasi terbuka antara anak dan orange tua.hindari perdebatan,
kecurigaan dan permusuhan.
c. Memelihara hubungan intim dalam keluarga.
d. Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan anggota keluarga untuk
memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
6. Keluarga dengan Anak Dewasa (anak 1 meninggalkan rumah).
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan
menerim,a kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam
keluarga, berperan sebagai suami istri, kakek dan nenek. Tugas perkembangan
keluarga pada saat ini adalah :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
b. Mempertahankan keintiman.
c. Menbantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat.
d. Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya.
e. Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga.
f. Berperan suami – istri kakek dan nenek.
g. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak – anaknya.
7. Keluarga Usia Pertengahan (Midle Age Family).
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
a. Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat social dan
waktu santai.
b. Memuluhkan hubungan antara generasi muda tua.
c. Keakrapan dengan pasangan.
d. Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga.
e. Persiapan masa tua/ pension.
8. Keluarga Lanjut Usia
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
a. Penyesuaian tahap masa pension dengan cara merubah cara hidup.
b. Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian.
c. Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
d. Melakukan life review masa lalu.
H. Peran perawat dalam Asuhan Keperawatan Keluarga
Pemberian asuhan keperawatan kesehatan keluarga, ada beberapa peranan yang dapat
dilakukan oleh perawat antara lain adalah (Fredi, 2019)
1. Pengenal kesehatan (health monitor) .Perawat membantu keluarga untuk mengenal
penyimpangan dari keadaan normal tentang kesehatannya dengan menganalisa data
secara objektif serta membuat keluarga sadar akan akibat masalah dalam
perkembangan keluarga.
2. Pemberian pelayanan pada anggota keluarga yang sakit, dengan memberikan asuhan
keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit
3. Koordinator pelayanan kesehatan dan keperawatan kesehatan keluarga, yaitu
berperan dalam mengkoordinir pelayanan kesehatan keluaraga baik secara
berkelompok maupun individu.
4. Fasilitator, yaitu dengan cara menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah dijangkau
oleh keluarga dan membantu mencarikan jalan pemecahannya.
5. Pendidik kesehatan, yaitu merubah perilaku keluarga dan perilaku tidak sehat menjadi
perilaku sehat.
6. Penyuluh dan konsultan, yang berperan dalam memberikan petunjuk tentang asuhan
keperawatan dasar dalam keluarga.
Dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap keluarga perawat tidak dapat
bekerja sendiri, melainkan bekerja sama secara tim dan bekerja sama dengan profesi
lain untuk mencapai asuhan keperawatan keluarga dengan baik.

B. Konsep Penyakit diabetes melitus


A. Definisi diabetes mellitus
Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi
kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah. (Hardiyanti, 2019)
Diabetes mellitus (DM) adalah suatu sindrom gangguan metabolisme yang ditandai
dengan hiperglikemia sebagai akibat defesiensi sekresi insulin atau keduanya. Defesiensi
fungsi dan sekresi insulin diawali dengan terjadinya prediabetes yang merupakan
prakondisi diabetes. Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh pankrean dan
memegang peran penting dalam menjaga keseimbangan glukosa darah(Hardiyanti, 2019)
Diabetes mellitus menggambarkan sekelompok gangguan metabolisme yang ditandai
dengan kadar glukosa yang tinggi. Orang dengan diabetes memiliki peningkatan
mengembangkan sejumlah masalah kesehatan yang mengancam jiwa yang serius
sehingga biaya perawatan medis yang lebih tinggi, mengurangi kualitas hidup dan angka
kematian terus meningkat. Kadar glukosa yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan
pembuluh daraumum yang dapat mempengaruhi jantung, mata, ginjal, dan saraf dan
dapat mengakibatkan berbagai komplikasi(Nh cho, 2018).

B. Klasifikasi diabetes mellitus


1. DM Tipe I disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat proses
autoimun. Priscilia Le Mone, K. M. (2017)
2. DM Tipe II : disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin.
Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang
pengambilan glukosa dalam jaringan perifer dan untuk menghambat produksi
glukosa oleh hati. Priscilia Le Mone, K. M. (2017)
3. Diabetes mellitus gestasional melibatkan suatu kombinasi yang cukup dari
kemampuan reaksi dan pengeluaranhormon insulin yang tidak cukup, yang
meniru DM Tipe 2.Jika diabetes ini terjadi selama kehamilan dan bias juga
meningkat atau lenyap. Meskipun kejadiannya sementara, namun diabaetes jenis
ini bias merusak ksehatan ibu dan janin. (Hardiyanti, 2019)
C. Etiologi diabetes mellitus
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)
a. Faktor genetik, penderita tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadinya diabetes tipe I.
b. Faktor imunologi, merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan, faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pankreas.
(Nian, 2017)
2. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, faktor genetik
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. DMTTI
penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat yang ditandai dengan kelainan dalam
sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. (Nian, 2017)
3. Diabetes mellitus gestasional (diabetes kehamilan)
Diabetes mellitus gestasional melibatkan suatu kombinasi yang cukup dari
kemampuan reaksi dan pengeluaran hormon insulin yang tidak cukup, yang meniru DM
Tipe 2. Jika diabetes ini terjadi selama kehamilan dan bias juga meningkat atau lenyap.
Meskipun kejadiannya sementara, namun diabaetes jenis ini bias merusak ksehatan ibu
dan janin. Margareth, C. R. (2012)
Gestasional diabetes mellitus (GDM) terjadisekitar 2-5% dari semua kehamilan.
Diabetes ini sifatnya sementara dan harus ditangani dengan baik, karena jika tidak, bias
menyebabkan masalah dalam kehamilan seperti makrosomia, cacatjanin, penderita
jantung sejak lahir, gangguan pada system ssaraf pusat dan juga cacat otot. Bahkan ada
dugaan bahwahi perbilirubin emia juga diakibatkan oleh binasanya sel darah merah
akibat dari meningkatnya gula dalam darah. Bahkan dalam kasus yang parah akan
mengakibatkan kematian. Margareth, C. R. (2012)

D. Manifestasi Klinik
Seseorang dikatakan menderita DM jika menderita dua darigelaja di bawah ini
(sesuaidengankriteria American Diabetes Assosiatiot, 2012) ;
1. Keluhan “TRIAS” DM (Polidipsi, Poliuri, Penurunan berat badan).
2. Polyphagia (BanyakMakan).
3. Polydipsia (BanyakMinum).
4. Polyuria (BanyakKencing).
5. Kadar glukosa dalam darah pada waktu puasa ≥126 mg/dl (puasa disini artinya selama
8 jam tidak ada masukan kalori).
6. Kadar glukosa darah acaka tau dua jam sesudah makan ≥200 mg/dl.

E. Patofisiologi Diabetes Melitus


Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami
metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi glikogen dan 20%-40%
diubah menjadi lemak. Pada Diabetes Melitus semua proses tersebut terganggu karena
terdapat defisiensi insulin. Penyerapan glukosa dalam sel macet dan metabolismenya
terganggu. Keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa tetap berada dalam
sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia. Margareth, C. R. (2012)
Penyakit diabetes melitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon insulin, akibat
kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga kadar
gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi
ini, karena ambang batas untuk gula darah adalah 180mg% sehingga apabila terjadi
hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa
dalam darah. (Lippincott, 2016)
.
F. Pemeriksaan Penunjang.
1. Kadar glukosa darah
Kadar Glukosa Darah Sewaktu (mg/dl)
Kadar glukosa darah
DM Belum pasti DM
sewaktu
Plasma vena >200 100-200
Darah kapiler >200 80-100
Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dl)
Kadar glukosa darah
DM Belum pasti DM
puasa
Plasma vena >120 110-120
Darah kapiler >120 90-110

2. Kriteria diagnostik WHO untuk DM pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan


 GDS >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
 GDP >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
Gula darah dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkomsumsi 75gr
karbohidrat (2 jam post prandial (pp) >200 mg/dl).
3. Tes laboratorium DM dapat berupa tes saring, tes diagnostik, tes pemantauan terapi dan
tes untuk mendeteksi komplikasi
4. Tes saring
- GDP, GDS
- Tes glukosa urine
5. Tes diagnostik, seper5ti GDP, GDS, GD2PP (Glukosa darah 2 jam)
6. Tes monitoring terapi,
- GDP : plasma vena, darah kapiler
- GD2 PP : plasma vena
- A1c : darah vena, darah kapiler
7. Tes untuk mendapatkan komplikasi
- Mikroalbumin : urine
- Ureum, kreatinin, asam urat
- Kolestrol total : plasma vena (puasa)
- Kolestrol LDL : plasma vena (puasa)
- Kolestrol HDL : plasma vena (puasa)
- Trigliserida : plasma vena (puasa). (Margareth C. R., 2012)

G. Komplikasi (Anshari, 2020).


1. Stroke atau transientis-chemic
2. Infark miokard ataupun angina
3. Gagal ginjal
4. Dementia
5. Atrialo fibrilasi

H. Penatalaksanaan Hipertensi
1. Penatalaksanaan Farmakologi
- Sulfonilurea, obat golongan ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin
yang tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin dan meningkatkan sekresi
insulin akibat rangsangan glukosa
- Biguanid, menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai dibawah normal.
Preparat yang ada dan aman adalah metformin.
- Inhibitor ɑ glukosidase, obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim ɑ
glukosidase di dalam saluran cerna sehingga menurunkan penyerapan glukosa dan
menurunkan hiperglikemia postprandial.
- Insulin sensitizing agent, Thoazolidinediones adalah golongan obat baru yang
mempunyai efek farmakologimeningkatkan sensitivitas insulin sehingga bisa
mengatasi masalah akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia.
Priscilia Le Mone, K. M. (2017)
2. Penatalaksanaan Non Farmakologi
- Pola makan sehat dengan memperbanyak konsumsi sayur dan buah
- Olah raga 3 kali dalam seminggu, masing-masing setidaknya 20 menit
- Menjaga berat badan ideal
- Menghindari rokok
- Mengurangi asupan alcohol. (Pricilla Le Mone, 2017)
.

C. Konsep Asuhan Keperawatan


Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui
praktik keperawatan kepada keluarga, untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan
keluarga tersebut dengan menggunakan keperawatan yang meliputi pengkajian keluarga,
diagnosa keperawatan keluarga, perencanaan, implementasi keperawatan dan evaluasi
tindakan keperawatan. (Abi Muslihin, 2012)
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil informasi secara
terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. (Andarmoyo, 2012)
Padila (2012), hal-hal yang perlu dikumpulkan datanya dalam pengkajian keluarga
adalah:
a. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
1) Kepala Keluarga (KK)
2) Alamat dan telepon
3) Pekerjaan kepala keluarga
4) Pendidikan kepala keluarga
5) Komposisi keluarga dan genogram
Komposisi keluarga yaitu menjelaskan anggota keluarga yang di identifikasi
sebagai bagian dari keluarga mereka. Bentuk komposisi keluarga dengan
mencatat terlebih dahulu anggota keluarga yang sudah dewasa, kemudian diikuti
dengan anggota keluarga yang lain sesuai dengan susunan kelahiran mulai dari
yang lebih tua, kemudian mencantumkan jenis kelamin, hubungan setiap anggota
keluarga tersebut, tempat tinggal lahir/umur, pekerjaan dan pendidikan.
Genogram keluarga merupakan sebuah diagram yang menggambarkan
konstelasi keluarga (pohon keluarga).
6) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau masalah-masalah
yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga
7) Suku Bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi budaya suku bangsa
keluarga yang terkait dengan kesehatan.
8) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan
9) Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala
keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial ekonomi
keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh
keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.
10) Aktivitas rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari kapan saja keluarga pergi bersama-
sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu, namun dengan menonton
televisi dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi.

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari keluarga inti.
2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Menjelaskan
perkembangan keluarga yang belum terpenuhi menjelaskan mengenai tugas
perkembangan keluarga yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala-
kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi
3) Riwayat keluarga inti.
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, meliputi riwayat
penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga,
perhatian keluarga terhadap pencegahan penyakit termasuk status imunisasi,
sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman
terhadap pelayanan kesehatan.
4) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya.
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan
istri.
c. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah,
jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank dengan sumber air, sumber air
minum yang digunakan serta dilengkapi dengan denah rumah.
2) Karakteristik tetangga dan komunitas Rukun Warga (RW)
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat,
meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau kesepakatan penduduk
setempat serta budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan.
3) Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografi keluarga ditentukan dengan melihat kebiasaan keluarga
berpindah tempat
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat. Menjelaskan mengenai
waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga
yang ada dan sejauh mana interaksi keluarga dengan masyarakat.
5) Sistem pendukung keluarga
Termasuk sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang
sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan
mancakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari anggota keluarga
dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat setempat.
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga
2) Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain
untuk mengubah perilaku.
3) Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal
maupun informal
4) Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang
berhubungan dengan kesehatan.
e. Fungsi keluarga
1) Fungsi Efektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki
dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga
lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana
keluarga mengembangkan sikap saling menghargai
2) Fungsi sosialisasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota
keluarga belajar disiplin, norma, budaya serta perilaku.
3) Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit, sejauh mana
pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit.
4) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah:
 Berapa jumlah anak ?
 Apakah rencana keluarga berkaitan dengan jumlah anggota keluarga ?
 Metode yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah
anggota keluarga ?
5) Fungsi Ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah:
 Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan ?
 Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam
upaya peningkatan status kesehatan keluarga ?
f. Stress dan koping keluarga
1) Stressor jangka pendek dan panjang
 Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 6 bulan
 Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan
 Kemampuan keluarga dalam berespon terhadap stressor yang dikaji sejauh
mana keluarga berespon terhadap stressor
2) Strategi koping yang digunakan
Dikaji strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan/stress
3) Strategi adaptasi disfungsional
Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga
bila menghadapi permasalahan/stress
g. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang digunakan
sama dengan pemeriksaan fisik klinik.
h. Harapan Keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap keluarga
terhadap petugas kesehatan yang ada.

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pertanyaan yang menggambarkan respon manusia
(perubahan pola interaksi aktual/potensial) dari individu atau kelompok secara legal
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status
kesehatan atau untuk mengurangi, menyingkirkan, atau mencegah perubahan.
1. Deficit volume Cairan berhubungan dengan Gejala poliuria dan dehidrasi
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
faktor biologis mual muntah.
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
sirkulasi darah ke perifer.
.

3. Intervensi keperawatan dan rasional


Perencanaan adalah penyusunan rencana asuhan keperawatan yang terdiri dari
komponen tujuan umum, tujuan khusus, kreteria tindakan, dan standar untuk
menyelesaikan masalah keperawatan keluarga berdasarkan prioritas dan tujuan yang
telah ditetapkan. Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penyusunan prioritas,
menetapkan tujuan, identifikasi sumberdaya keluarga, dan menyeleksi intervensi
keperawatan. Penetapan tujuan umum dan khusus, serta dilengkapi dengan kreteri dan
standar. Secara rasional mampu dicapai keluarga dalam menyelesaikan masalah
kesehatan keluarga ataupun memenuhi kebutuhan kesehatan keluarga. Standar adalah
tolak ukur pencapaian hasil intervensi keperawatan terhadap masalah keperawatan atau
kebutuhan kesehatan keluarga, apakah hasilnya telah sesuai dengan kretria yang
diharapkan.
Menurut Doenges (2000) perencanaan keperawatan (intervensi) pada pasien dengan DM, sebagai
berikut :

1. Deficit volume Cairan berhubungan dengan Gejala poliuria dan dehidrasi


 Fluid blance
 Hydration
 Nutritional status : food and fluid Inatake

Kriteria hasil:

1) Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT
normal
2) Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
3) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas, turgor kulit baik, membran lembab, tidak
ada rasa haus yang berlebihan

Intervensi :
1) Pertahankan catatan intake dan output yang kuat
2) Monitor vital sign
3) Dorong masukan oral
4) Berikan cairan IV pada suhu ruangan
5) Kolaborasikan pemberian cairan IV
Manajemen hipovolemia
1) pelihara IV line
2) monitor tingkat Hb dan hematoktit
3) monitor tanda vital
4) monitor BB
5) monitor tanda gagal ginjal
Rasional : Hipertensi postural merupakan bagian hivolemia akibat kekurangan hormone
aldosterone dan penurunan curah jantung sebagai akibat dari penurunan kortisol. Nadi mungkin
melemah yang dengan mudah dapat hilang.
1) Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul atau pernapasan yang berbau
keton.
Rasional : Menghindari pemanasan yang berlebihan terhadap pasien lebih lanjut akan dapat
menimbulkan kehilangan cairan.
Collaboration : Berikan terapi cairan sesuai indikasi (normal salin atau dengan tanpa dekstrosa).
Rasional : Tipe dan jumlah cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respons pasien
secara individual.

2. Ketidak seimbangan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor
biologis atau ketidak mampuan mengabsorpsi makanan.
Tujuan : Setelah diberikan intervensi dalam waktu x24 jam nutrisi kembali seimbang sesuai
dengan kebutuhan tubuh.
Kriteria hasil :
1) klien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrin yang tepat.
2) Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya.
3) Mendemontrasikan berat badan stabil atau penambahan kearah rentang biasanya atau
yang diinginkan dengan nilai laboratorium dengan batas normal.
4) Anjurkan klien untuk makan dalam porsi sedikit tapi sering.
Intervensi :
Nursing treatment :
1) Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang
dapat dihabiskan pasien.
Rasional : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik
2) Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrient) dan elektrolit
dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui oral.
Rasional : Pemberian makanan melalui oral lebih baik jika pasien secara sadar dan fungsi
gastointestinalnya baik.
3) Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
Edukasi : libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai dengan indikasi.
Rasional : meningkatkan rasa keterlibatannya : memberikan informasi pada keluarga untuk
memahami kebutuhan pasien.
4) Anjurkan klien untuk makan dalam porsi sedikit tapi sering .
Rasional : Porsi yang sedikit tapi sering membantu menjaga pemasukan dan rangsangan mual
muntah.
Collaboration :
1) Kolaborasi dengan ahli diet.
Rasional : Sangat bermanfaat dalam memperhitungkan dan penyesuaian diet untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi pasien, dan dapat pula membantu pasien dan orang terdekat untuk
mengembangkan perencanaan.
3. Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah
ke perifer.
Tujuan : Setelah diberikan intervensi dalam waktu x24 jam perfusi jaringan perifer kembali
efektif.
Kriteria hasil :
1) Observasi TTV dalam rentang normal
2) Observasi rangsangan pada kaki
3) Observasi gula darah dalam rentang normal
4) Ciptakan lingkungan nyaman
5) Motivasi klien untuk menghilangkan stress
6) Berikan terapi
Intervensi :
1) Kaji pucat, sianosis, kulit dingin/ lembab. Catat kekuatan nadi perifer.
Rasional : Vasokontriksi sistemik diakibatkan oleh penurunan curah jantung yang mungkin
dibuktikan oleh penurunan perfusi kulit dan penurunan nadi.
2) Kaji tanda human (nyeri pada betis dengan posisi dorsifleksi), eritema, edema.
Rasional : Indikator trombosis vena dalam.
3) Pantau pemasukan dan catat perubahan haluan urin.
Rasional : Penurunan pemasukan/ mual terus menerus dapat mengakibatkan penurunan volume
sirkulasi, yang berdampak negative pada perfusi dan fungsi organ. Berat jenis mengukur status
hidrasi dan fungsi ginjal
4) Kaji fungsi gastrointestinal, catat anoreksia, penurunan/tidak ada bising usus,
mual/muntah distensi abdomen, konstipasi.
Rasional : Penurunan aliran darah kemesenteri dapat mengakibatkan perifer kembali efektif.
Kriteria hasil :
1)Observasi TTV dalam rentang normal
2) Observasi rangsangan pada kaki
3) Observasi gula darah dalam rentang normal
4) Ciptakan lingkungan nyaman
5) Motivasi klien untuk menghilangkan stress
6) Berikan terapi
Intervensi :
6) Kaji pucat, sianosis, kulit dingin/ lembab. Catat kekuatan nadi perifer.
Rasional : Vasokontriksi sistemik diakibatkan oleh penurunan curah jantung yang mungkin
dibuktikan oleh penurunan perfusi kulit dan penurunan nadi.
7) Kaji tanda human (nyeri pada betis dengan posisi dorsifleksi), eritema, edema.
Rasional : Indikator trombosis vena dalam.
8) Pantau pemasukan dan catat perubahan haluan urin.
Rasional : Penurunan pemasukan/ mual terus menerus dapat mengakibatkan penurunan volume
sirkulasi, yang berdampak negative pada perfusi dan fungsi organ. Berat jenis mengukur status
hidrasi dan fungsi ginjal
9) Kaji fungsi gastrointestinal, catat anoreksia, penurunan/tidak ada bising usus,
mual/muntah distensi abdomen, konstipasi.
Rasional : Penurunan aliran darah kemesenteri dapat mengakibatkan
DAFTAR PUSTAKA

Angelina, B. Y. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 5 Vol.2. Jakarta:
Perpustakaan RI Katalog dalam Terbitan (KDT).

Hardiyanti. (2019). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Pola Makan dan
Aktivitas Fisik dengan Kestabilan Gula Darah pada Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas
Binamu Kota Kabupaten Jeneponto. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 14 Nomor 1, 104-108.
Lippincott, W. &. (2016). Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Edisi 12. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Margareth, C. R. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Penyakit Dalam. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Priscilia Le Mone, K. M. (2017). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Gastrointestinal.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
NANDA, 2015-2017, Diagnosa Keperawatan NANDA Definisi & Klasifikasi.

Anda mungkin juga menyukai