Oleh :
IKA DEWI LESTARI
NH0119024
CI Institusi CI Lahan
() ()
NIDN NIDN……………
Oleh:
NH0119024
CI Institusi CI Lahan
() ()
MAKASSAR
2023
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
D. Struktur Peran
Peran biasanya meyangkut posisi dan posisi mengidentifikasi status atau tempat
sementara dalam suatu sistem sosial tertentu.
1. Peran-peran formal dalam keluarga.
Peran formal dalam keluarga dalah posisi formal pada keluarga, seperti ayah, ibu dan
anak Setiap anggota keluarga memiliki peran masing-masing.
a. Peranan ayah Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anaknya, berperan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberian rasa aman, sebagai kepala
keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota
keluarga masyarakat dari lingkungannya.
b. Peranan ibu Ibu sebagai istri dari suami dan anak-anaknya. Mempunyai peranan
untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan
sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
c. Peranan anak Anak-anaknya melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan
tingkat perkembangan baik fisik, sosial, dan spiritual
2. Peran informal.
Peran informal atau peran tertutup biasanya bersifat implisit, tidak tampak ke
permukaan, dan dimainkan untuk memenuhi kebutuhan emosional atau untuk
menjaga keseimbangan keluarga.
E. Fungsi keluarga
Fungsi keluarga menurut (Nadirawati, 2018) sebagai berikut:
1. Fungsi afektif dan koping; dimana keluarga memberikan kenyamanan emosional
anggota, membantu anggota dalam membentuk identitas, dan mempertahankan saat
terjadi stres. Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada
kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga
saling mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dapat dipelajari dan
dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga. Dengan demikian,
keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat
mengembangkan konsep diri positif. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga
dalam melaksanakan fungsi afektif adalah:
a. Saling mengasuh : cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung
antar anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari anggota
yang lain. Maka kemampuannya untuk memberikan kasih sayang akan
meningkat, yang pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat dan saling
mendukung. Hubbungan intim didalam keluarga merupakan modal dasar dalam
memeberikan hubungan dengan orang lain diluar keluarga/ masyarakat.
b. Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui
keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim
yang positif, maka fungsi afektif akan tercapai.
c. Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat memulai
hidup baru. Ikatan antar anggota keluarga dikembangkan melalui proses
identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga.
Orang tua harus mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga
anakanak dapat meniru tingkah laku yang positif dari kedua orang tuanya. Fungsi
afektif merupakan “sumber energi” yang menentukan kebahagiaan keluarga.
Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga, timbul karena fungsi
afektif di dalam keluarga tidak dapat terpenuhi.
2. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu,
yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial.
Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk
belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu, dan
orang-orang yang ada di sekitarnya Kemudian beranjak balita dia mulai belajar
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar meskipun demikian keluarga tetap berperan
penting dalam bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga
dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan
dalam sosialisasi.
3. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya
manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi
kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk
meneruskan keturunan.
4. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat
tinggal. Banyak pasangan sekarang kita lihat dengan penghasilan yang tidak
seimbang antara suami dan istri, hal ini menjadikan permasalahan yang berujung pada
perceraian.
5. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan,
yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota
keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan
mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan
pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang
dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakana tugas kesehatan berarti sanggup
menyelesaikan masalah kesehatan.
F. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan
Menurut (Fredi, 2019) membagi 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus
dilakukan, yaitu :
1. Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan
Yaitu Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya Perubahan sekecil apapun
yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung
jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat
kapan erjadinya, perubahan apa yang terjadi dan beberapa besar perubahannya
(Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan
2. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan
Yaitu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang
tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga
yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga
maka segera melakukan tindakan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau
bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan seyogyanya meminta bantuan
orang lain dilingkungan sekitar keluarga.
3. Keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit
Yaitu memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda. Perawatan ini
dapat dilakukan tindakan dirumah apabila keluarga memiliki kemampuan melakukan
tindakan untuk pertolongan pertama atau kepelayanan kesehatan untuk memperoleh
tindakan lanjjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. (Keluarga mampu
melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit)
4. Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan Kesehatan
Yaitu Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan
setempat yaitu Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada)
G. Tahap perkembangan keluarga
Menurut (Lisma, 2018), membagi keluarga dalam 8 tahap perkembangan, yaitu:
1. Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan keluarga
tahap ini antara lain adalah :
a. Membina hubungan intim yang memuaskan.
b. Menetapkan tujuan bersama.
c. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok social.
Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.
d. Persiapan menjadi orang tua.
e. Memehami prenatal care (pengertisn kehamilan, persalinan dan menjadi orang
tua).
2. Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (Child Bearing).
Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan krisis
keluarga. Studi klasik Le Master (1957) dari 46 orang tua dinyatakan 17 % tidak
bermasalah selebihnya bermasalah dalam hal :
a. Suami merasa diabaikan
b. Peningkatan perselisihan dan argument.
c. Interupsi dalam jadwal kontinu.
d. Kehidupan seksusl dan social terganggu dan menurun.
Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :
a. Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual dan kegiatan).
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
c. Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran orang tua terhadap bayi
dengan memberi sentuhan dan kehangatan).
d. Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak.
e. Konseling KB post partum 6 minggu.
f. Menata ruang untuk anak.
g. Biaya / dana Child Bearing.
h. Memfasilitasi role learning angggota keluarga.
i. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
3. Keluarga dengan Anak Pra Sekolah
Tugas perkembangannya adalah menyesuaikan pada kebutuhan pada anak pra
sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kotak sosial) dan
merencanakan kelahiran berikutnya.
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
a. Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.
b. Membantu anak bersosialisasi.
c. Beradaptasi dengan anak baru lahir, anakl yang lain juga terpenuhi
d. Mempertahankan hubungan di dalam maupun di luar keluarga.
e. Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak.
f. Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang anak.
4. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (6 – 13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
a. Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan
lingkungan lebih luas.
b. Mendoprong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.
c. Menyediakan aktivitas untuk anak.
d. Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikut sertakan anak.
e. Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan kesehatan
anggota keluarga.
5. Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 tahun).
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
a. Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang seimbang dan
brertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang yang dewasa muda dan
mulai memiliki otonomi).
b. Memelihara komunikasi terbuka antara anak dan orange tua.hindari perdebatan,
kecurigaan dan permusuhan.
c. Memelihara hubungan intim dalam keluarga.
d. Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan anggota keluarga untuk
memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
6. Keluarga dengan Anak Dewasa (anak 1 meninggalkan rumah).
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan
menerim,a kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam
keluarga, berperan sebagai suami istri, kakek dan nenek. Tugas perkembangan
keluarga pada saat ini adalah :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
b. Mempertahankan keintiman.
c. Menbantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat.
d. Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya.
e. Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga.
f. Berperan suami – istri kakek dan nenek.
g. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak – anaknya.
7. Keluarga Usia Pertengahan (Midle Age Family).
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
a. Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat social dan
waktu santai.
b. Memuluhkan hubungan antara generasi muda tua.
c. Keakrapan dengan pasangan.
d. Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga.
e. Persiapan masa tua/ pension.
8. Keluarga Lanjut Usia
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
a. Penyesuaian tahap masa pension dengan cara merubah cara hidup.
b. Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian.
c. Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
d. Melakukan life review masa lalu.
H. Peran perawat dalam Asuhan Keperawatan Keluarga
Pemberian asuhan keperawatan kesehatan keluarga, ada beberapa peranan yang dapat
dilakukan oleh perawat antara lain adalah (Fredi, 2019)
1. Pengenal kesehatan (health monitor) .Perawat membantu keluarga untuk mengenal
penyimpangan dari keadaan normal tentang kesehatannya dengan menganalisa data
secara objektif serta membuat keluarga sadar akan akibat masalah dalam
perkembangan keluarga.
2. Pemberian pelayanan pada anggota keluarga yang sakit, dengan memberikan asuhan
keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit
3. Koordinator pelayanan kesehatan dan keperawatan kesehatan keluarga, yaitu
berperan dalam mengkoordinir pelayanan kesehatan keluaraga baik secara
berkelompok maupun individu.
4. Fasilitator, yaitu dengan cara menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah dijangkau
oleh keluarga dan membantu mencarikan jalan pemecahannya.
5. Pendidik kesehatan, yaitu merubah perilaku keluarga dan perilaku tidak sehat menjadi
perilaku sehat.
6. Penyuluh dan konsultan, yang berperan dalam memberikan petunjuk tentang asuhan
keperawatan dasar dalam keluarga.
Dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap keluarga perawat tidak dapat
bekerja sendiri, melainkan bekerja sama secara tim dan bekerja sama dengan profesi
lain untuk mencapai asuhan keperawatan keluarga dengan baik.
D. Manifestasi Klinik
Seseorang dikatakan menderita DM jika menderita dua darigelaja di bawah ini
(sesuaidengankriteria American Diabetes Assosiatiot, 2012) ;
1. Keluhan “TRIAS” DM (Polidipsi, Poliuri, Penurunan berat badan).
2. Polyphagia (BanyakMakan).
3. Polydipsia (BanyakMinum).
4. Polyuria (BanyakKencing).
5. Kadar glukosa dalam darah pada waktu puasa ≥126 mg/dl (puasa disini artinya selama
8 jam tidak ada masukan kalori).
6. Kadar glukosa darah acaka tau dua jam sesudah makan ≥200 mg/dl.
H. Penatalaksanaan Hipertensi
1. Penatalaksanaan Farmakologi
- Sulfonilurea, obat golongan ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin
yang tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin dan meningkatkan sekresi
insulin akibat rangsangan glukosa
- Biguanid, menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai dibawah normal.
Preparat yang ada dan aman adalah metformin.
- Inhibitor ɑ glukosidase, obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim ɑ
glukosidase di dalam saluran cerna sehingga menurunkan penyerapan glukosa dan
menurunkan hiperglikemia postprandial.
- Insulin sensitizing agent, Thoazolidinediones adalah golongan obat baru yang
mempunyai efek farmakologimeningkatkan sensitivitas insulin sehingga bisa
mengatasi masalah akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia.
Priscilia Le Mone, K. M. (2017)
2. Penatalaksanaan Non Farmakologi
- Pola makan sehat dengan memperbanyak konsumsi sayur dan buah
- Olah raga 3 kali dalam seminggu, masing-masing setidaknya 20 menit
- Menjaga berat badan ideal
- Menghindari rokok
- Mengurangi asupan alcohol. (Pricilla Le Mone, 2017)
.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pertanyaan yang menggambarkan respon manusia
(perubahan pola interaksi aktual/potensial) dari individu atau kelompok secara legal
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status
kesehatan atau untuk mengurangi, menyingkirkan, atau mencegah perubahan.
1. Deficit volume Cairan berhubungan dengan Gejala poliuria dan dehidrasi
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
faktor biologis mual muntah.
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
sirkulasi darah ke perifer.
.
Kriteria hasil:
1) Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT
normal
2) Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
3) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas, turgor kulit baik, membran lembab, tidak
ada rasa haus yang berlebihan
Intervensi :
1) Pertahankan catatan intake dan output yang kuat
2) Monitor vital sign
3) Dorong masukan oral
4) Berikan cairan IV pada suhu ruangan
5) Kolaborasikan pemberian cairan IV
Manajemen hipovolemia
1) pelihara IV line
2) monitor tingkat Hb dan hematoktit
3) monitor tanda vital
4) monitor BB
5) monitor tanda gagal ginjal
Rasional : Hipertensi postural merupakan bagian hivolemia akibat kekurangan hormone
aldosterone dan penurunan curah jantung sebagai akibat dari penurunan kortisol. Nadi mungkin
melemah yang dengan mudah dapat hilang.
1) Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul atau pernapasan yang berbau
keton.
Rasional : Menghindari pemanasan yang berlebihan terhadap pasien lebih lanjut akan dapat
menimbulkan kehilangan cairan.
Collaboration : Berikan terapi cairan sesuai indikasi (normal salin atau dengan tanpa dekstrosa).
Rasional : Tipe dan jumlah cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respons pasien
secara individual.
2. Ketidak seimbangan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor
biologis atau ketidak mampuan mengabsorpsi makanan.
Tujuan : Setelah diberikan intervensi dalam waktu x24 jam nutrisi kembali seimbang sesuai
dengan kebutuhan tubuh.
Kriteria hasil :
1) klien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrin yang tepat.
2) Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya.
3) Mendemontrasikan berat badan stabil atau penambahan kearah rentang biasanya atau
yang diinginkan dengan nilai laboratorium dengan batas normal.
4) Anjurkan klien untuk makan dalam porsi sedikit tapi sering.
Intervensi :
Nursing treatment :
1) Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang
dapat dihabiskan pasien.
Rasional : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik
2) Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrient) dan elektrolit
dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui oral.
Rasional : Pemberian makanan melalui oral lebih baik jika pasien secara sadar dan fungsi
gastointestinalnya baik.
3) Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
Edukasi : libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai dengan indikasi.
Rasional : meningkatkan rasa keterlibatannya : memberikan informasi pada keluarga untuk
memahami kebutuhan pasien.
4) Anjurkan klien untuk makan dalam porsi sedikit tapi sering .
Rasional : Porsi yang sedikit tapi sering membantu menjaga pemasukan dan rangsangan mual
muntah.
Collaboration :
1) Kolaborasi dengan ahli diet.
Rasional : Sangat bermanfaat dalam memperhitungkan dan penyesuaian diet untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi pasien, dan dapat pula membantu pasien dan orang terdekat untuk
mengembangkan perencanaan.
3. Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah
ke perifer.
Tujuan : Setelah diberikan intervensi dalam waktu x24 jam perfusi jaringan perifer kembali
efektif.
Kriteria hasil :
1) Observasi TTV dalam rentang normal
2) Observasi rangsangan pada kaki
3) Observasi gula darah dalam rentang normal
4) Ciptakan lingkungan nyaman
5) Motivasi klien untuk menghilangkan stress
6) Berikan terapi
Intervensi :
1) Kaji pucat, sianosis, kulit dingin/ lembab. Catat kekuatan nadi perifer.
Rasional : Vasokontriksi sistemik diakibatkan oleh penurunan curah jantung yang mungkin
dibuktikan oleh penurunan perfusi kulit dan penurunan nadi.
2) Kaji tanda human (nyeri pada betis dengan posisi dorsifleksi), eritema, edema.
Rasional : Indikator trombosis vena dalam.
3) Pantau pemasukan dan catat perubahan haluan urin.
Rasional : Penurunan pemasukan/ mual terus menerus dapat mengakibatkan penurunan volume
sirkulasi, yang berdampak negative pada perfusi dan fungsi organ. Berat jenis mengukur status
hidrasi dan fungsi ginjal
4) Kaji fungsi gastrointestinal, catat anoreksia, penurunan/tidak ada bising usus,
mual/muntah distensi abdomen, konstipasi.
Rasional : Penurunan aliran darah kemesenteri dapat mengakibatkan perifer kembali efektif.
Kriteria hasil :
1)Observasi TTV dalam rentang normal
2) Observasi rangsangan pada kaki
3) Observasi gula darah dalam rentang normal
4) Ciptakan lingkungan nyaman
5) Motivasi klien untuk menghilangkan stress
6) Berikan terapi
Intervensi :
6) Kaji pucat, sianosis, kulit dingin/ lembab. Catat kekuatan nadi perifer.
Rasional : Vasokontriksi sistemik diakibatkan oleh penurunan curah jantung yang mungkin
dibuktikan oleh penurunan perfusi kulit dan penurunan nadi.
7) Kaji tanda human (nyeri pada betis dengan posisi dorsifleksi), eritema, edema.
Rasional : Indikator trombosis vena dalam.
8) Pantau pemasukan dan catat perubahan haluan urin.
Rasional : Penurunan pemasukan/ mual terus menerus dapat mengakibatkan penurunan volume
sirkulasi, yang berdampak negative pada perfusi dan fungsi organ. Berat jenis mengukur status
hidrasi dan fungsi ginjal
9) Kaji fungsi gastrointestinal, catat anoreksia, penurunan/tidak ada bising usus,
mual/muntah distensi abdomen, konstipasi.
Rasional : Penurunan aliran darah kemesenteri dapat mengakibatkan
DAFTAR PUSTAKA
Angelina, B. Y. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 5 Vol.2. Jakarta:
Perpustakaan RI Katalog dalam Terbitan (KDT).
Hardiyanti. (2019). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Pola Makan dan
Aktivitas Fisik dengan Kestabilan Gula Darah pada Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas
Binamu Kota Kabupaten Jeneponto. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 14 Nomor 1, 104-108.
Lippincott, W. &. (2016). Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Edisi 12. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Margareth, C. R. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Penyakit Dalam. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Priscilia Le Mone, K. M. (2017). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Gastrointestinal.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
NANDA, 2015-2017, Diagnosa Keperawatan NANDA Definisi & Klasifikasi.