PROPOSAL PENELITIAN KLP 5 (Hipertensi) .
PROPOSAL PENELITIAN KLP 5 (Hipertensi) .
KELOMPOK 5
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tulus
atas segala pengorbanan, kesabaran, Do’a dan kasih sayang yang tiada hentinya
diberikan kepada penulis tanpa pernah mengeluh dan rasa bosan. Serta keluarga
besar yang sennatiasa memberikan ukungan dan motivasi terhadap penulis.
KATA PENGANTAR…………………………………………………………...
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….
A. Latar Belakang……………………………………………………………….
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………...
C. Tujuan Penelitian……………………………………………………………
D. Manfaat Penelitian………………………………………………………….
A. Latar Belakang
Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah salah satu
jenis penyakit pembunuh paling dahsyat di dunia saat ini. Penyakit ini
sering disebut sebagai “The Silent Disease” atau penyakit tersembunyi.
Sebutan tersebut berawal dari banyaknya orang yang tidak sadar telah
mnegidap penyakit hipertensi sebelum mereka melakukan pemeriksaan
tekanan darah. Hipertensi dapat mneyerang siapa saja, dari berbagai
kelomok umur dan satus social ekonomi. Secara umum, hipertensi
merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan darah yang tinggi
di dalam arteri menyebabkan meningkatnya tresiko terhadap penyakit-
penyakit berhubungan dengan kardiovaskuler seperti stroke, gagal jantung,
serangan jantung, dan kerusakan ginjal. (Notoatmodjo, 2010)
Secara global perkiraan kematian yang diakibatkan oleh penyakit
tidak menular adalah sekitar 60% dan 43% diantaranya meninggal dengan
kesakitan (WHO, 2013). Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak
menular yang dapat menjadi penyebab kematian seseorang paling besar.
Prevalensi hipertensi yang terjadi pada penduduk di Indonesia yang
berusia di atas 18 tahun adalah sekitar 31,7% dan terus mengalami
peningkatan hingga pada tahun 2018 menjadi 34,1% (RI, 2018).
Prevalensi yang ada di Indonesia ini jauh lebih besar jika dibandingkan
dengan beberapa negara seperti Singapura (27,3%), Thailand (22,7%),
maupun Malaysia (20%).
Di Indonesia sendiri, prevalensi juga mengalami peningkatan.
Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan wawancara adalah tahun
9,5%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan prevalensi dari tahun
2007 yaitu 7,6%. Penyakit ini menjadi salah satu masalah utama dalam
kesehatan masyarakat di Indonesia maupun dunia. Diperkirakan sekitar
80% kenaikkan kasus hipertensi terutama terjadi di negara berkembang
pada tahun 2025 dari jumlah total 639 juta kasus di tahun 2000. Jumlah ini
diperkirakan meningkat menjadi 1.15 miliar kasus di tahun 2025. Prediksi
ini didasarkan pada angka penderita hipertensi dan pertambahan penduduk
saat ini. (Meylen Suoth, 2014)
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan
tahun 2016, di Kota Makassar berada pada urutan ke-3 dari 24
kabupaten/kota dengan jumlah prevalensi hipertensi mencapai 11,596.
Sehingga hipertensi di Kota Makassar berada pada urutan ke-2 dari 10
penyakit terbanyak dengan prevalensi hipertensi di kota Makassar
mencapai 27,61%, sedangkan angka mortalitasnya mecapai 18,6%.
Sedangkan berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Makassar
menunjukkan pada tahun 2015 hipertensi adalah penyebab utama kematian
tertinggi di Kota Makassar tahun 2015, yaitu sebanyak 370 kasus
kematian. Selain itu pada tahun 2018, hipertensi masuk ke dalam 10 besar
penyakit terbanyak di Puskesmas, yakni berada pada urutan ketiga di Kota
Makassar.
Salah satu pemicu peningkatan tekanan darah adalah stress. Dalam
keadaan stress terjadi respon sel-sel saraf yang mengakibatkan kelainan
pengeluaran atau pengangkutan natrium. Hubungan antara stress dan
hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis yang dapat
meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Stress yang berkepanjangan
dapat mengakibatkan tekanan darah menjadi tinggi. (Lingga, 2012)
Hal ini membuktikan bahwa gaya hidup tidak sehat seperti
konsumsi makanan, kebiasaan merokok dan stress merupakan faktor yang
dapat memicu terjadinya hipertensi. Pada umumnya penyakit ini akan
lebih sering dijumpai pada penderita yang pola makannya tidak teratur.
Makanan yang dikonsumsi memiliki peran besar terhadap tekanan darah.
Oleh karena itu, penderita hipertensi harus jeli untuk menghindari
makanan-makanan yang dapat meningkatkan tekanan darah diantaranya
makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi, yang diolah menggunakan
garam natrium, makanan yang diawetkan dan yang mengandung kafein.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut diatas, maka
dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : apakah ada
hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi di Puskesmas
Jumpandang Baru Makassar?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan pola makan dengan kejadian
hipertensi di Puskesmas Jumpandang Baru Makassar.
b. Untuk mengetahui hubungan stress dengan kejadian hipertensi di
Puskesmas Jumpandang Baru Makassar
c. Untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian
hipertensi di Puskesmas Jumpandang Baru Makassar
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Instansi
Dapat memberi masukan bagi Puskesmas Sakit berdasarkan data yang
diperoleh sehingga dapat mengambil suatu kebijakan dengan
melakukan intervensi untuk menurunkan prevalensi kejadian
hipertensi.
Saat pikiran berada posisi rileks dan selalu berpikir positif, hal-hal
baik akan selalu datang. Tidak ada perasaan cemas, marah, dan penyakit
hati lainnya menjadikan manusia menjadi lebih optimis dalam
menghadapi hidup. Manusia dengan beban pikiran yang berat
kemungkinan akan mengalami penyakit seperti tekanan darah tinggi lebih
besar dibanding dengan orang yang lebih rileks. Pola hidup sehat inilah
yang perlu diupayakan oleh manusia baik yang masih remaja maupun tua
demi menciptakan kehidupan yang lebih baik. (Proverawati, 2012)
3. Klasifikasi
a. Klasifikasi berdasarkan etiologi
1) Hipertensi esensial (primer)
Merupakan 90% dari kasus penderita hipertensi.
Dimana sampai saat ini belum diketahui penyebabnya secara
pasti. Beberapa faktor yang berpengaruh dalam terjadinya
hipertensi esensial, seperti: faktor genetik, stress dan
prikologis, serta faktor lingkungan dan diet (peningkatan
garam dan berkurangnya asupan kalium atau kalsium) (Putri,
2013)
2) Hipertensi sekunder
Pada hipertensi sekunder, penyebab dan patofisiologi
dapat diketahui dengan jelas sehingga lebih mudah untuk
dikendalikan dengan obat obatan. Penyebab hipertensi
sekunder diantaranya berupa kelainan ginjal seperti tumor,
diabetes, kelainan adrenal, kelainan aorta, kelainan endokrin
lainnya seperti obesitas, resistensi insulin, hipertiroidisme,
dan pemakaian obat-obatan seperti kontrasepsi oral dan
kortikosteroid. (Putri, 2013)
b. Klasifikasi berdasarkan derajat hipertensi
Table 2.1 Klasifikasi berdasarkan derajat hipertensi
5) Stress
Stress dapat meningkatkan darah untuk sementara.
Jika ketakutan, tegang atau dokejar masalah maka tekanan
darah kita dapat meningkat. Tetapi pada umumnya, begitu
kita sudah kembali rileks maka tekanan darah akan turun
kembali. Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga
melalui aktivitas saraf simpatis 9 saraf yang bekerja saat
beraktivitas yang dapat meningkatkan tekanan darah
secara bertahap.
b. Faktor yang tidak dapat dikontrol
1) Keturunan (genetika)
Dari hasil penelitian, diungkapkan bahwa jika
seseorang mempunyai orangtua yang salah satunya
menderita hipertensi maka orang tersebut mempunyai
resiko lebih besar untuk terkena hipertensi dari pada orang
yang kedua orang tuanya normal (tidak menderita
hipertensi)
2) Jenis kelamin
Ada umumnya pria lebih terserang hipertensi
dibandingkan dengan wanita. Hal ini disebabkan pria
banyak mempunyai faktor yang mendorong terjadinya
hipertensi seperti kelelahan, perasaan kurang nyaman
terhadap pekerjaan, pengangguran dan makan tidak
terkontrol. Biasanya wanita akan mengalami peningkatan
resiko hipertensi setelah masa menopause.
3) Umur
Dengan semakin bertambahnya usia, kemungkinan
seseorang menderita hipertensi juga semakin besar. Pada
umumnya hipertensi pada pria terjadi diatas usia 31 tahun
sedangkan pada wanita terjadi setelah umur 45 tahun.
5. Patofisiologi
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi
melalui beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga
mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya atreri besar
kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak
dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui
arteri tersebut. Darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk
melalui pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan
menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut,
di mana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena
arterioskalierosis (Triyanto, 2014)
Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat
pada saat terjadi vasokontriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola)
untuk sementara waktu mengerut karena perangsangan saraf atau
hormone di dalam darah. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa
menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika
terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang
sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam
tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat
(Triyanto, 2014).
Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang,
arteri mengalami pelebaran, banyak cairan dari sirkulasi, maka
tekanan darah akan menurun. Penyesuaian terhadap faktor-faktor
tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan
sistem saraf otonom (bagian dari system saraf yang mengatur
berbagai fungsi tubuh secara otomatis). Perubahan fungsi ginjal,
ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara: jika
tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran
garam dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume
darah dan mengembalikan tekanan darah ke normal (Triyanto,
2014)
6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Nonfarmakologi
Penatalaksanaan nonfarmakologis dengan modifikasi gaya
hidup sangat penting dalam mencegah tekanan darah tinggi
dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam
mengobati tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan hipertensi
dengan nonfarmakologis terdiri dari berbagai macam cara
modifikai gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu
(Putri, 2013) :
1) Mempertahankan berat badan ideal
Mengatasi obesitas (kegemukan) juga dapat
dilakukan dengan melakukan dit rendah kolestrol namun
kaya dengan serat dan protein, dan jika berhasil
menurunkan berat badan 2,5-5 kg maka tekanan darah
diastolic dapat diturunkan sebanyak 5 mmHg.
2) Kurangi asupan natrium (sodium)
Mengurangi asupan natrium dapat dilakukan dengan
cara diet rendah garam yaitu tidak lebih dari 100
mmol/hari (kira-kira 6 gr NaCl ata 2,4 gr gram/hari).
Jumlah yang lain dengan megurangi asupan garam sampai
kurang dari 2300 mg (1 sendok teh) setiap hari.
Pengurangan konsumsi garam menjadi ½ sendok teh /hari,
dapat menurunkan tekanan sistolik sebanyak 5mmHg dan
tekanan diastolic sekitar 2,5 mmHg.
3) Batasi konsumsi alkohol
Radmarssy (2007) mengatakan bahwa konsumsi
alkohol harus dibatasi karena konsumsi alkohol berlebihan
dapat meningkatkan tekanan darah. Para peminum berat
mempunyai resiko mengalami hipertensi empat kali lebih
besar dari pada mereka yang tidak dapat minum minuman
beralkohol
b. Pengobatan farmakologi
1) Diuretic (hidroklorotiazid)
Mengeluarkan cairan tubuh sehingga volume cairan
tubuh berkurang mengakibatkan daya pompa jantung
menjadi lebih ringan.
2) Penghambat simpatetik (Metildopa, klonidin dan reserpin)
menghambat aktitivitas saraf simpatis
3) Betbloker (Metaprolol, propanolol dan antenolol)
a) Menurunkan daya pompa jantung
b) Tidak dianjurkan pada penderita yang diketahui
mengidap gangguan pernapasan seperti asma
bronchial
c) Pada penderita diabetes mellitus: dapat menutupi
gejala hipoglikemia
4) Vasodilator (Prasosin, Hidralasin)
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan
relaksasi otot polos pembuluh darah
5) ACE inhibitor (Captopril)
Menghambat pembentukan zat angiotensin II
6) Menghambat reseptor angiotensin II
Menghalangi penempelan zat angiotensin II pada
reseptor sehingga memperingan daya pompa jantung
7) Antagonis kalsium (Diltiasem dan Verapamil)
menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas) (Putri,
2013)
7. Komplikasi
Tekanan darah tinggi apabila tidak diobat dan
ditanggulangi, maka dalam jangka panjang akan menyebabkan
kerusakan arteri di dalam tubuh sampai organ yang mendapat
suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi hipertensi dapat terjadi
pada organ-organ sebagai berikut (Putri, 2013) :
a. Jantung
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal
jantung dan penyakit jantung koroner. Pada penderita
hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung
akan mengendor dan berkurang elastisitasnya, yang disebut
dekompensasi. Akibatnya jantung tidak mampu lagi memompa
sehingga banyak cairan tertahan di paru maupun jaringan
tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak napas atau edema.
Kondisi ini disebut gagal jantung
b. Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan risiko
stroke apabila tidak diobati risiko stroke 7 kali lebih besar
c. Ginjal
Tekanan darah tinggi juga menyebabkan kerusakan ginjal,
tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan system
penyaringan di dalam ginjal akibatnya lambat laun ginjal tidak
mampu membuang zat-zat yang masuk melalui aliran darah
dan terjadi penumpukan di dalam tubuh
d. Mata
Pada mata hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya
retinopati hipertensi dan dapat menimbulkan kebutaan (Putri,
2013)
b. Karbohidrat kompleks
Karbohidrat kompleks seperti nasi, kentang, gandum lebih
aman dikonsumsi dibanding karbohidrat sederhana karena
karbohidrat kompleks memiliki proses metabolisme yang panjang
dalam tubuh. Sedangkan karbohidrat sederhana misalnya gula,
jalur metabolismenya pendek sehingga lebih mudah
meningkatkan kadar gula darah. Hal tersebut berimplikasi kepada
hipertensi akibat perubahan kekentalan
d. Antioksidan
Teh terkenal sebagai antioksidan yang efektif. Selain itu, teh
juga dapat mengurangi risiko hipertensi ataupun stroke.
Mengonsumsi teh secara teratur dan seimbang dapat menjaga pola
hidup sehat. Semua antioksidan memiliki pengaruh yang sangat
baik bagi kesehatan, namun ada beberapa bahan yang selain
mengandung antioksidan juga mengandung zat-zat lain yang
dapat merugikan tubuh.
3) Stressor psikologi
Stressor psokologi terdiri dari 4 bagian, yaitu :
a) Frustasi
Frustasi adalah tindakan tercapainya keinginan
atau tujuan karena ada hambatan.
b) Ketidakpastian
Apabila seseorang sering berada dalam keraguan
dan merasa tidak pasti mengenai masa depan atau
pekerjaanya. Atau merasa selalu bingung dan tertekan,
rasa bersalah, perasaan khawatir dan inferior.
c) Gejala stress
Gelaja stress secara umum terdiri dari 2 (dua) gejala
yaitu (Priyoto, 2014)
i. Gejala fisik
Beberapa bentuk gangguan fisik yang sering
muncul pada stress adalah nyeri dada, diare selama
beberapa hari, sakit kepala, mual, jantung berdebar,
lelah, sukar tidur, dll.
ii. Gejala psikis
Sementara bentuk gangguan psikis yang sering
terlibat adalah cepat marah, ingatan melemah, tak
mampu berkonsentrasi, tidak mampu
menyelesaikan, perilaku impulsive, reaksi
berlebihan terhadap hal sepele, daya kemampuan
berkurang, tidak mampu santai pada saat yang
tepat, tidak tahan dengan suara atau gangguan yang
lain, dan emosi tidak terkendali.
Dalam kondisi stress, keseimbangan elektrolit tubuh terganggu.
Stress memicu ginjal menyekresikan cairan yang ada didalamnya.
Bersama dengan terbuangannya cairan yang berasal dari ginjal,
sejumlah mineral penting yang bertugas menjaga keseimbangan
tekanan darah ikut terbuang. Mineral yang banyak tersekresi melalui
saluran kemih adalah kalium. Sekresi kalium menyebabkan raison
atrium terhadap kalium meningkat. Peningkatan kadar natrium
tersebut memicu peningkatan tekanan darah (Lingga, 2012)
a. Perokok pasif
Perokok pasif adalah orang –orang yang disekitar perokok
aktif yang menghisap rokok yang terbentuk pada ujung rokok
yang terbakar serta asap rokok yang dihembuskan ke udara oleh
perokok aktif (asap sidestream). Asap rokok merupakan polutan
bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Asap rokok lebih
berbehanya terhadap perokok pasif daripada perokok aktif. Asap
rokokm sigaret kemungkinan besar berbahaya terhadap mereka
yang bukan perokok, terutama di tempat tertutup. Asap rokok
yang dihembuskan oleh perokok aktif dan dihirup oleh perokok
pasif, lima kali lebh banyak mengandung karbon monoksida,
empat kali lebih banyak mengandung tar dan nikotin.
b. Perokok aktif
Perokok aktif adalah perokok yang menghisap asap rokok
melalui rokok langsung dari rokok yang dibakar (asap
mainstream). Sedangkan menurut bustam (2000) perokok aktif
adalah asap rokok yang berasal dari isapan perokok atau asap
utama pada rokok yang diisap (mainstream). Dari pendapat diatas
dapat ditarik kesimpulan bahwa perokok aktif adalah orang yang
merokok dan langsung menghisap rokok serta bias
mengakibatkan bahaya bagi kesehatan diri sendiri maupun
lingkungan sekitar (Junaedi,dkk,2013)
Tipe perokok dapat diklasifikasikan menjadi 3 berdasarkan jumlah
rokok yang diisap, antara lain :
a. Perokok berat lebih dari 20 batang dalam sehari.
b. Perokok sedang merokok 10-20 batang dalam sehari.
c. Perokok ringan merokok kurang dari 10 batang dalam sehari.
Pola Makan
Kejadian
Stress Hipertensi
Rokok
Keterangan :
C. Identifikasi Variabel
Variabel adalah karakteristik yang melekat pada populasi, bervariasi antara
satu orang dengan yang lainnya dan diteliti dalam suatu penelitian
(Dharma, 2011)Variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas ( independen variabel)
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau
dianggap menentukan variabel terikat. Yang merupakan Variabel
independen dalam penelitian ini adalah pola makan, stress, merokok.
2. Variabel dependen
Variabel dependen adalah variable yang dipengaruhi atau menjadi
akibat karena variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah kejadian hipertensi.
b. Stress
Stress adalah suatu reaksi fisik dan psikis terhadap setiap tuntutan
yang menyebabkan ketegangan dan gangguan stabilitas
kehidupan sehari-hari. Stress dapat menimbulkan gejala fisik dan
gejala psikis.
Kriteria objektif:
Eustress : Apabila responden menjawab pertanyaan
dengan skor < 15
c. Merokok
Merokok adalah menghisap gulungan tembakau yang dibungkus
degan kertas yang mengadung bahan kimia yang berbahaya.
Perokok dibedakan menjadi dua yaitu perokok aktif dan perokok
pasif.
2. Variabel dependen
a. Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal
dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan
diastolik lebih dari 90 mmHg. Yang diukur dengan menggunakan
tensimeter air raksa.
Kriteria objektif:
Hipertensi :bila tekanan darahnya>140/90 mmHg
Normotensi :bila tekanan darahnya< 140/90 mmHg dan
120/80 mmHg.
E. Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis Alternatif (Ha)
a.Ada hubungan antara pola makan dengan kejadian hipertensi di
Puskesmas Jumpandang Baru Makassar
b.Ada hubungan antara stress dengan kejadian hipertensi di
Puskesmas Jumpandang Baru Makassar
c.Ada hubungan antara merokok dengan kejadian hipertensi di
Puskesmas Jumpandang Baru Makassar
1. METODE PENELITIAN
49
n=
1+ 49(0.05²)
49
n=
1+0,1225
49
n=
1,1225
n=44 orang
Jadi jumlah sampel minimal sebanyak 44 orang
Keterangan : N = besar populasi
n = besar sampel
d = tingkat kepercayaan
5. Kriteria sampel
a. Kriteria inklusi
1) Pasien yang di rawat di Puskesmas Jumpandang Baru
2) Pasien yang ada saat meneliti
3) Bersedia untuk menjadi responden
b. Kriteria eksklusi
1) Pasien yang tidak dirawat di Puskesmas Jumpandang Baru
2) Tidak bersedia menjadi responder
3) Pasien yang tidak bisa membaca dan menulis
4. Pembersihan data
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden
selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat
kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode
ketidak lengkapan dan sebagainya kemudian dilakukan
pembetulan atau koreksi. Proses ini disebut pembersihan data
(data cleaning).
5. Analisa Data
Data yang telah diolah baik pengolahan secara manual
maupun menggunakan bantuan computer, tidak akan ada
maknanya tanpa dianalisis. Tujuan dilakukan analisis data untuk
memperoleh gambaran dari hasil penelitian yang telah
dirumuskan dalam tujuan penelitian, membuktikan hipotesis-
hipotesis penelitian yang telah dirumuskan, memperoleh
kesimpulan Secara umum dari penelitian yang merupakan
kontribusi dalam pengembangan ilmu yang bersangkutan.
F. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis adalah metode pengambilan keputusan yang
disarankan dari analisa data P> 0.05 maka hipotesis Nol di tolak yang
artinya tidak ada pengaruh pola makan, stress, merokok dengan
kejadian hipertensi, dan jika P < 0,05 maka hipotesis alternatife
diterima yang artinya adanya pengaruh pola makan, stress, dan
merokok dengan kejadian hipertensi.
G. Etika Penelitian
Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai
berikut (Hidayat, 2014):
1. Informed consent (persetujuan)
Informed concent merupakan bentuk persetujuan antara
peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar
persetujuan. Informed concent tersebut diberikan sebelum
penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan
untuk menjadi responden
2. Anonymnity (tanpa nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang
memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan
cara tidak memeberikan atau mencantumkan nama responden
pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan
jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun
masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah
dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya
kelompok data tertentu yangakan dilaporkan pada hasil riset
(Hidayat, 2014)
DAFTAR PUSTAKA