Anda di halaman 1dari 40

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN

HIPERTENSI DI PUSKESMAS JUMPANDANG BARU MAKASSAR

KELOMPOK 5

ANA JURHANA (NH0119005)

CHRISTINA DJONTAR (NH0119014)

GLORIA STEVANI (NH0119020)

JULIA MANGERA (NH0119029)

M. JABAL NUR (NH0119034)

MARIA A. MONTORORING (NH0119036)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES NANI HASANUDDIN

MAKASSAR

2022
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Puji Syukur Alhamdulillah, akhirnya saya dapat


menyelesaikan Skripsi penelitian dengan judul “Hubungan Gaya Hidup Dengan
Kejadian Hipertensi Di PUSKESMAS Ujung Pandang Makassar“ Tugas
Skripsi ini disusun sebagai salah satu persayaratan untuk memperoleh gelar
sarjana keperawatan (S.Kep) pada program studi ilmu keperawatan Stikes Nani
Hasanuddin Makassar.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tulus
atas segala pengorbanan, kesabaran, Do’a dan kasih sayang yang tiada hentinya
diberikan kepada penulis tanpa pernah mengeluh dan rasa bosan. Serta keluarga
besar yang sennatiasa memberikan ukungan dan motivasi terhadap penulis.

Dalam penyusunan skripsi ini, banyak hambatan yang penulis dapatkan.


Akan tetapi berkat doa dan dukungan dari segala pihak, hambatan itu tidak
menjadikan penulis untuk bermalas-malasan serta memberikan langkah penulis
untuk melanjutkan pembuatan skripsi ini, bahkan hambatan yang ada tersebut
dianggap suatu tantangan yang harus dihadapi serta dilakukan dan dijadikan
motivasi untuk lebih giat dan bersemangat dalam menyelesaikan pembuatan
skripsi ini. Dalam penulisan skripsi ini, tidak terlepas dari pihak-pihak yang
membantu.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………...

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….

A. Latar Belakang……………………………………………………………….
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………...
C. Tujuan Penelitian……………………………………………………………
D. Manfaat Penelitian………………………………………………………….

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………...

A. Tujuan Umum tentang Gaya Hidup…………………………………………


B. Tinjauan Umum tentang Hipertensi…………………………………………
C. Tinjauan Umum tentang Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian
Hipertensi……………………………………………………………………
1. Tinjauan Umum tentang pola makan……………………………………
2. Tinjauan Umum tentang Stress………………………………………….
3. Tinjauan Umum tentang Merokok………………………………………

BAB III KERANGKA KONSEP…………………………………………………...

A. Dasar pemikiran variable penelitian ………………………………………..


B. Hubungan antar variable……………………………………………………
C. Identifikasi variable…………………………………………………………
D. Defenisi operasional dan kriteria objektif…………………………………..
E. Hipotesis penelitian ………………………………………………………...
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah salah satu
jenis penyakit pembunuh paling dahsyat di dunia saat ini. Penyakit ini
sering disebut sebagai “The Silent Disease” atau penyakit tersembunyi.
Sebutan tersebut berawal dari banyaknya orang yang tidak sadar telah
mnegidap penyakit hipertensi sebelum mereka melakukan pemeriksaan
tekanan darah. Hipertensi dapat mneyerang siapa saja, dari berbagai
kelomok umur dan satus social ekonomi. Secara umum, hipertensi
merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan darah yang tinggi
di dalam arteri menyebabkan meningkatnya tresiko terhadap penyakit-
penyakit berhubungan dengan kardiovaskuler seperti stroke, gagal jantung,
serangan jantung, dan kerusakan ginjal. (Notoatmodjo, 2010)
Secara global perkiraan kematian yang diakibatkan oleh penyakit
tidak menular adalah sekitar 60% dan 43% diantaranya meninggal dengan
kesakitan (WHO, 2013). Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak
menular yang dapat menjadi penyebab kematian seseorang paling besar.
Prevalensi hipertensi yang terjadi pada penduduk di Indonesia yang
berusia di atas 18 tahun adalah sekitar 31,7% dan terus mengalami
peningkatan hingga pada tahun 2018 menjadi 34,1% (RI, 2018).
Prevalensi yang ada di Indonesia ini jauh lebih besar jika dibandingkan
dengan beberapa negara seperti Singapura (27,3%), Thailand (22,7%),
maupun Malaysia (20%).
Di Indonesia sendiri, prevalensi juga mengalami peningkatan.
Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan wawancara adalah tahun
9,5%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan prevalensi dari tahun
2007 yaitu 7,6%. Penyakit ini menjadi salah satu masalah utama dalam
kesehatan masyarakat di Indonesia maupun dunia. Diperkirakan sekitar
80% kenaikkan kasus hipertensi terutama terjadi di negara berkembang
pada tahun 2025 dari jumlah total 639 juta kasus di tahun 2000. Jumlah ini
diperkirakan meningkat menjadi 1.15 miliar kasus di tahun 2025. Prediksi
ini didasarkan pada angka penderita hipertensi dan pertambahan penduduk
saat ini. (Meylen Suoth, 2014)
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan
tahun 2016, di Kota Makassar berada pada urutan ke-3 dari 24
kabupaten/kota dengan jumlah prevalensi hipertensi mencapai 11,596.
Sehingga hipertensi di Kota Makassar berada pada urutan ke-2 dari 10
penyakit terbanyak dengan prevalensi hipertensi di kota Makassar
mencapai 27,61%, sedangkan angka mortalitasnya mecapai 18,6%.
Sedangkan berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Makassar
menunjukkan pada tahun 2015 hipertensi adalah penyebab utama kematian
tertinggi di Kota Makassar tahun 2015, yaitu sebanyak 370 kasus
kematian. Selain itu pada tahun 2018, hipertensi masuk ke dalam 10 besar
penyakit terbanyak di Puskesmas, yakni berada pada urutan ketiga di Kota
Makassar.
Salah satu pemicu peningkatan tekanan darah adalah stress. Dalam
keadaan stress terjadi respon sel-sel saraf yang mengakibatkan kelainan
pengeluaran atau pengangkutan natrium. Hubungan antara stress dan
hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis yang dapat
meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Stress yang berkepanjangan
dapat mengakibatkan tekanan darah menjadi tinggi. (Lingga, 2012)
Hal ini membuktikan bahwa gaya hidup tidak sehat seperti
konsumsi makanan, kebiasaan merokok dan stress merupakan faktor yang
dapat memicu terjadinya hipertensi. Pada umumnya penyakit ini akan
lebih sering dijumpai pada penderita yang pola makannya tidak teratur.
Makanan yang dikonsumsi memiliki peran besar terhadap tekanan darah.
Oleh karena itu, penderita hipertensi harus jeli untuk menghindari
makanan-makanan yang dapat meningkatkan tekanan darah diantaranya
makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi, yang diolah menggunakan
garam natrium, makanan yang diawetkan dan yang mengandung kafein.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut diatas, maka
dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : apakah ada
hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi di Puskesmas
Jumpandang Baru Makassar?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan pola makan dengan kejadian
hipertensi di Puskesmas Jumpandang Baru Makassar.
b. Untuk mengetahui hubungan stress dengan kejadian hipertensi di
Puskesmas Jumpandang Baru Makassar
c. Untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian
hipertensi di Puskesmas Jumpandang Baru Makassar

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Instansi
Dapat memberi masukan bagi Puskesmas Sakit berdasarkan data yang
diperoleh sehingga dapat mengambil suatu kebijakan dengan
melakukan intervensi untuk menurunkan prevalensi kejadian
hipertensi.

2. Manfaat Pada Instansi Keperawatan


Sebagai bahan untuk mengembangkan pengetahuan mahasiswa
perawat khususnya tentang hubungan gaya hidup dengan kejadian
hipertensi dan dijadikan masukan bagi mahasiswa nantinya dalam
menerapkan asuhan keperawatan medikal bedah khususnya bagi
penderita hipertensi.
3. Manfaat Bagi Masyarakat
Dapat dijadikan media informasi tentang hubungan gaya hidup dengan
kejadian hipertensi, serta memberikan pengetahuan kepada
masyarakat tentang hal-hal yang harus diperhatikan khususnya
memelihara status kesehatan dalam bentuk pencegahan dan pola hidup
sehat agar tehindar dari penyakit hipertensi.

4. Manfaat Bagi Peneliti


Bagi peneliti merupakan pengalaman sangat berharga dalam rangka
memperluas wawasan keilmuwan melalui penelitian lapangan serta
mengaplikasikan yang diperoleh seama pendidikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Gaya Hidup


Pola hidup sehat adalah suatu gaya hidup dengan memperhatikan
faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi kesehatan, antara lain makanan
dan olahraga. Beberapa gaya hidup yang dapat merusak kesehatan anda.
Untuk memperoleh tubuh yang sehat, tidak harus dengan pola hidup yang
serba mahal. Semua dapat diperoleh dengan mudah dan murah. Hidup
sehat harus diawali dengan perubahan yang kecil terlebih dahulu.
Mencegah sakit adalah lebih mudah dan murah dari pada
mengobati seseorang apabila jatuh sakit. Salah satu cara untk mencegah
hal tersebut adalah dengan bergaya hidup sehat. Gaya hidup sehat adalah
segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan
hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat
mengganggu kesehatan. Dengan semakin banyaknya penderita penyakit
tidak menular (degeneratif) seperti jantung, tekanan darah tinggi, kanker,
stress dan penyakit tidak menular lainnya yang disebabkan karena gaya
hidup yang tidak sehat.
Keuntungan bergaya hidup sehat :
1. Merasa tentram, aman dan nyaman, memiliki rasa percaya diri, hidup
seimbang, tidur nyenyak.
2. Berpenampilan lebih sehat dan ceria
3. Sukses dalam pekerjaan
4. Menikmati kehidupan social dilingkungan keluarga, handai taulan dan
tetangga

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan setiap hari yaitu:

1. Makan aneka ragam makanan


2. Melakukan aktifitas fisik secara teratur
3. Mengendalikan stress
4. Hindari NAPZA (narkotik, psikoterapika dan zat adiktif lainnya)
5. Tidak melakukan hubungan seks diluar nikah

Manusia disarankan untuk mengkomsumsi makanan sehat dan


bergizi karena hal itulah yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Untuk
mendapatkan makanan bergizi tidak berarti harus mengkomsumsi
makanan mahal, makanan yang diperoleh dngan harga terjangkau dapat
dikategorikan sebagai makanan sehat mengingat makanan tersebut dibuat
dari bahan yang tidak banyak menggunakan bahan kimia dan berasal dari
tumbuhan segar. Tidur cukup juga menjadi alternative untuk menciptakan
pola hidup sehat karena pada saat manusia melakukan ini, otot dan otak
yang selama ini bekerja dapat berelaksasi dan beristirahat.

Saat pikiran berada posisi rileks dan selalu berpikir positif, hal-hal
baik akan selalu datang. Tidak ada perasaan cemas, marah, dan penyakit
hati lainnya menjadikan manusia menjadi lebih optimis dalam
menghadapi hidup. Manusia dengan beban pikiran yang berat
kemungkinan akan mengalami penyakit seperti tekanan darah tinggi lebih
besar dibanding dengan orang yang lebih rileks. Pola hidup sehat inilah
yang perlu diupayakan oleh manusia baik yang masih remaja maupun tua
demi menciptakan kehidupan yang lebih baik. (Proverawati, 2012)

B. Tinjauan Umum tentang Hipertensi


1. Pengertian
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu kondisi
medis yang ditandai dengan meningkatnya kontraksi pembuluh darah
arteri sehingga terjadi retensi aliran darah yang meningkatkan tekanan
darah terhadap dinding pembuluh darah. Tekanan darah 140/90
mmHg didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut jantung yaitu
fase sistolik 140 menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh
jantung dan fase diastolik 90 menunjukkan fase darah yang kembali
ke jantung.
Menurut WHO, batas tekanan darah yang masih dianggap normal
adalah kurang dari 130/85 mmHg, sedangkan bila lebih dari 140/90
mmHg dinyatakan sebagai hipertensi, dan diantara nilai tersebut
disebut sebagai normal-tinggi (batasan tersebut diperuntukkan bagi
individu dewasa diatas 18 tahun). Batas tekanan darah yang masih
dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg.
Penyakit darah tinggi merupakan suatu gangguan pada pembuluh
darah dan jantung yang mengakibatkan suplay oksigen dan nutrisi
yang dibawah oleh darah terhambat sampai kejaringan
membutuhkannya. (Triyanto, 2014)
2. Manifestasi Klinis
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain
tekanan darah tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada
retina, seperti perdarahan, (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh
darah, dan pada kasus berat, edema pada diskus optikus (Putri, 2013)
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan
gejala bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukkan adanya kerusakan
vaskuler, manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang
divaskularisasi oleh pembuluh yang bersangkutan. Perubahan
patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai (BUN) dan
Kreatinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan
stroke atau serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai
paralysis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan
penglihatan. (Putri, 2013)
Crowin (2000) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis
timbul (Putri, 2013) :
a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan
muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial.
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi
c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susuna
saraf pusat.
d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerulus
e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan
kapiler.

3. Klasifikasi
a. Klasifikasi berdasarkan etiologi
1) Hipertensi esensial (primer)
Merupakan 90% dari kasus penderita hipertensi.
Dimana sampai saat ini belum diketahui penyebabnya secara
pasti. Beberapa faktor yang berpengaruh dalam terjadinya
hipertensi esensial, seperti: faktor genetik, stress dan
prikologis, serta faktor lingkungan dan diet (peningkatan
garam dan berkurangnya asupan kalium atau kalsium) (Putri,
2013)

2) Hipertensi sekunder
Pada hipertensi sekunder, penyebab dan patofisiologi
dapat diketahui dengan jelas sehingga lebih mudah untuk
dikendalikan dengan obat obatan. Penyebab hipertensi
sekunder diantaranya berupa kelainan ginjal seperti tumor,
diabetes, kelainan adrenal, kelainan aorta, kelainan endokrin
lainnya seperti obesitas, resistensi insulin, hipertiroidisme,
dan pemakaian obat-obatan seperti kontrasepsi oral dan
kortikosteroid. (Putri, 2013)
b. Klasifikasi berdasarkan derajat hipertensi
Table 2.1 Klasifikasi berdasarkan derajat hipertensi

Kategori Tekanan Darah Sisttolik Tekanan darah


diastolic
Normal Dibawah 130 mmhg Dibawah 85mmhg
Normal Tinggi 130-139mmhg 85-889mmhg
Stadium 1 140-149mmhg 90-99mmhg
(hipertensi ringan)
Stadium 2 160-179mmhg 100-109mmhg
(hipertensi sedang
Stadium 3 180-209mmhg 110-119mmhg
(hipertensi berat)
Stadium 4 210mmhg atau lebih 120mmhg atau lebih
(hipertensimaligna
)

4. Faktor-faktor resiko Hipertensi


Faktor-faktor hipertensi ada yang dapat dikontrol dan tidak
dapat dikontrol (Suiraoka, 2012):
a. Faktor-faktor yang dapat dikontrol
Faktor penyebab hipertensi yang dapat dikontrol pada
umumnya berkaitan dengan gaya hidup dan pola makan.
Faktor-faktor tersebut antara lain:
1) Obesitas (kegemukan)
Dari hasil penelitian diungkapkan bahwa orang
yang kegemukan mudah terkena hipertensi. Wanita yang
sangat gemuk pada usia 30 tahun mempunyai resiko
terserang hipertensi 7 kali lipat dibandingkan dengan
wanita langsing pada usia yang sama. Meskipun belum
diketahui secara pasti hubungan antara hipertensi dan
obesitas namun terbukti bahwa daya pompa jantung dan
sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan
hipertensi lebih tinggi disbanding penderita hipertensi
dengan berat badan normal.
2) Kurang olahraga
Orang yang kurang aktif melakukan olahraga pada
umumnya cenderung mengalami kegemukan dan akan
menaikkan tekanan darah. Dengan olahraga kita dapat
meningkatkan kerja jantung, sehingga darah bisa dipompa
dengan baik ke seluruh tubuh.
3) Konsumsi garam berlebihan
Garam merupakan hal yang sangat penting pada
mekanisme timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam
terhadap hipertensi adalah melalui peningkatan volume
plasma atau cairan tubuh dan tekanan darah.
4) Merokok dan komsumsi alkohol
Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat
membahayakan kesehatan dan selain dapat meningkatkan
penggumpalan darah dalam pembuluh darah, nikotin dapat
menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh darah.
Mengkomsumsi alkohol juga membahayakan kesehatan
karena dapat meningkatkan sintesis katekholamin. Adanya
katekholamin memicu kenaikan tekanan darah.

5) Stress
Stress dapat meningkatkan darah untuk sementara.
Jika ketakutan, tegang atau dokejar masalah maka tekanan
darah kita dapat meningkat. Tetapi pada umumnya, begitu
kita sudah kembali rileks maka tekanan darah akan turun
kembali. Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga
melalui aktivitas saraf simpatis 9 saraf yang bekerja saat
beraktivitas yang dapat meningkatkan tekanan darah
secara bertahap.
b. Faktor yang tidak dapat dikontrol
1) Keturunan (genetika)
Dari hasil penelitian, diungkapkan bahwa jika
seseorang mempunyai orangtua yang salah satunya
menderita hipertensi maka orang tersebut mempunyai
resiko lebih besar untuk terkena hipertensi dari pada orang
yang kedua orang tuanya normal (tidak menderita
hipertensi)
2) Jenis kelamin
Ada umumnya pria lebih terserang hipertensi
dibandingkan dengan wanita. Hal ini disebabkan pria
banyak mempunyai faktor yang mendorong terjadinya
hipertensi seperti kelelahan, perasaan kurang nyaman
terhadap pekerjaan, pengangguran dan makan tidak
terkontrol. Biasanya wanita akan mengalami peningkatan
resiko hipertensi setelah masa menopause.
3) Umur
Dengan semakin bertambahnya usia, kemungkinan
seseorang menderita hipertensi juga semakin besar. Pada
umumnya hipertensi pada pria terjadi diatas usia 31 tahun
sedangkan pada wanita terjadi setelah umur 45 tahun.

5. Patofisiologi
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi
melalui beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga
mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya atreri besar
kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak
dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui
arteri tersebut. Darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk
melalui pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan
menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut,
di mana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena
arterioskalierosis (Triyanto, 2014)
Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat
pada saat terjadi vasokontriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola)
untuk sementara waktu mengerut karena perangsangan saraf atau
hormone di dalam darah. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa
menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika
terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang
sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam
tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat
(Triyanto, 2014).
Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang,
arteri mengalami pelebaran, banyak cairan dari sirkulasi, maka
tekanan darah akan menurun. Penyesuaian terhadap faktor-faktor
tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan
sistem saraf otonom (bagian dari system saraf yang mengatur
berbagai fungsi tubuh secara otomatis). Perubahan fungsi ginjal,
ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara: jika
tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran
garam dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume
darah dan mengembalikan tekanan darah ke normal (Triyanto,
2014)
6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Nonfarmakologi
Penatalaksanaan nonfarmakologis dengan modifikasi gaya
hidup sangat penting dalam mencegah tekanan darah tinggi
dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam
mengobati tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan hipertensi
dengan nonfarmakologis terdiri dari berbagai macam cara
modifikai gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu
(Putri, 2013) :
1) Mempertahankan berat badan ideal
Mengatasi obesitas (kegemukan) juga dapat
dilakukan dengan melakukan dit rendah kolestrol namun
kaya dengan serat dan protein, dan jika berhasil
menurunkan berat badan 2,5-5 kg maka tekanan darah
diastolic dapat diturunkan sebanyak 5 mmHg.
2) Kurangi asupan natrium (sodium)
Mengurangi asupan natrium dapat dilakukan dengan
cara diet rendah garam yaitu tidak lebih dari 100
mmol/hari (kira-kira 6 gr NaCl ata 2,4 gr gram/hari).
Jumlah yang lain dengan megurangi asupan garam sampai
kurang dari 2300 mg (1 sendok teh) setiap hari.
Pengurangan konsumsi garam menjadi ½ sendok teh /hari,
dapat menurunkan tekanan sistolik sebanyak 5mmHg dan
tekanan diastolic sekitar 2,5 mmHg.
3) Batasi konsumsi alkohol
Radmarssy (2007) mengatakan bahwa konsumsi
alkohol harus dibatasi karena konsumsi alkohol berlebihan
dapat meningkatkan tekanan darah. Para peminum berat
mempunyai resiko mengalami hipertensi empat kali lebih
besar dari pada mereka yang tidak dapat minum minuman
beralkohol

4) Makan K dan Ca yang cukup dari diet


Pertahankan asupan diet potassium ( > 90 mmol
(3500 mg)/hari) dengan cara konsumsi diet tinggi buah
dan sayur dan diet rendah lemak dengan cara mengurangi
tekanan darah dengan meningkatkan jumlah natrium yang
terbuang dari kencing. Dengan setidaknya mengkonsumsi
buah-buahan sebanyak 3-5 kali sehari. Seseorang bisa
mencapai asupan potassium yang cukup.
5) Menghindari rokok
Merokok memang tidak berhubungan secara
langsung dengan timbulnya hipertensi tetapi merokok
dapat meningkatkan resiko komplikasi pada pasien
hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke, maka perlu
dihindari mengkonsumsi rokok karena dapa memperberat
hipertensi. Nikotin dalam tembakau membuat jantung
bekerja lebih keras karena menyebabkan pembuluh darah
dan meningkatkan ftekuensi denyut jantung serta tekanan.
Maka pada penderit hipertensi dianjurkan untuk
menghilangkan kebiasaan merokok.
6) Penurunan Stress
Stress memang tidak menyebabkam hipertensi yang
menetap namun jika stress sering terjadi dapat
menyebabkan kenaikan sementara. Menghindari stress
dapat menciptakan suasana yang menyenangkan bagi
penderita hipertensi dan memperkenalkan berbagai
metode relaksasi yoga atau meditasi yang dapat
mengontrol sistem saraf yang akhirnya menurunkan
tekanan darah
7) Terapi message (pijat)
Menurut dalimartha (2008), pada prinsipnya pijat
yang dilakukan pada penderita hipertensi adalah untuk
memperlancar aliran energy dalam tubuh seperti gangguan
hipertensi dan komplikasinya dapat diminimalisir, ketika
semua energy terbuka dan aliran energy tidak lagi
terhalang oleh ketegangan otot, hambatan lain maka risiko
hipertensi dapat ditekan (Putri, 2013)

b. Pengobatan farmakologi
1) Diuretic (hidroklorotiazid)
Mengeluarkan cairan tubuh sehingga volume cairan
tubuh berkurang mengakibatkan daya pompa jantung
menjadi lebih ringan.
2) Penghambat simpatetik (Metildopa, klonidin dan reserpin)
menghambat aktitivitas saraf simpatis
3) Betbloker (Metaprolol, propanolol dan antenolol)
a) Menurunkan daya pompa jantung
b) Tidak dianjurkan pada penderita yang diketahui
mengidap gangguan pernapasan seperti asma
bronchial
c) Pada penderita diabetes mellitus: dapat menutupi
gejala hipoglikemia
4) Vasodilator (Prasosin, Hidralasin)
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan
relaksasi otot polos pembuluh darah
5) ACE inhibitor (Captopril)
Menghambat pembentukan zat angiotensin II
6) Menghambat reseptor angiotensin II
Menghalangi penempelan zat angiotensin II pada
reseptor sehingga memperingan daya pompa jantung
7) Antagonis kalsium (Diltiasem dan Verapamil)
menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas) (Putri,
2013)
7. Komplikasi
Tekanan darah tinggi apabila tidak diobat dan
ditanggulangi, maka dalam jangka panjang akan menyebabkan
kerusakan arteri di dalam tubuh sampai organ yang mendapat
suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi hipertensi dapat terjadi
pada organ-organ sebagai berikut (Putri, 2013) :
a. Jantung
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal
jantung dan penyakit jantung koroner. Pada penderita
hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung
akan mengendor dan berkurang elastisitasnya, yang disebut
dekompensasi. Akibatnya jantung tidak mampu lagi memompa
sehingga banyak cairan tertahan di paru maupun jaringan
tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak napas atau edema.
Kondisi ini disebut gagal jantung

b. Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan risiko
stroke apabila tidak diobati risiko stroke 7 kali lebih besar

c. Ginjal
Tekanan darah tinggi juga menyebabkan kerusakan ginjal,
tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan system
penyaringan di dalam ginjal akibatnya lambat laun ginjal tidak
mampu membuang zat-zat yang masuk melalui aliran darah
dan terjadi penumpukan di dalam tubuh

d. Mata
Pada mata hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya
retinopati hipertensi dan dapat menimbulkan kebutaan (Putri,
2013)

C. Tinjauan Umum tentang Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian


Hipertensi
1. Tinjauan Umum tentang pola Makan
Pola makan adalah gambaran mengenai macam dan jumlah bahan
makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri
khas untuk suatu masyarakat tertentu. Pola makan menurut beberapa
pakar yaitu cara pemenuhan kebutuhan zat gizi yang diperoleh dari
makanan yang digunakam sebagai bahan energi tubuh. Pola makan
atau pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah makanan
yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu
(Notoatmodjo, 2010)
Diet sehat sangat penting dilakukan dalam usaha mengontrol
tekanan darah dan mengurangi resiko penyakit jantung. Makanan
yang sehat dimulai dan diakhiri dengan keseimbangan dan keragaman.
Menghindari makanan denga kadar garam tinggi dan tidak
mengonsumsi alkohol adalah cara diet yang sehat. Pola makan sehari-
hari bagi penderita hipertensi adalah dengan selalu menggunakan
garam beriodium dengan jumlah tidak lebih 1 sendok perhari.
Konsumsi makanan dengan kadar kalium 95 gram dapat memberikan
efek penurun darah yang ringan. Konsumsi kadar kalium juga harus
dipantau untuk mencegah atau mengobati hipertensi. Mengonsumsi 2-
3 gelas susu skim (40mg/hari), atau 115 gram keju rendah natrium
dapat memenuhi kebutuhan kalsium. Terdapat beberapa kriteria
makanan, yaitu makanan yang harus dihindari dan makanan yang
dianjurkan untuk dikonsumsi penderita hipertensi (Notoatmodjo,
2010)
Dibawah ini adalah penjelasan mengenai beberapa kategori
makanan yang dianjurkan bagi penderita hipertensi:
a. Makanan tinggi serat
Makanan yang banyak mengandung serat sangat penting
untuk keseimbangan kadar kolestrol. Serat terdapat dalam
tumbuhan, terutama pada sayur, buah, padi-padian, kacang-
kacangan, biji-bijian. Selain dapat menurunkan kadar kolestrol
karena bermanfaat untuk mengangkut asam empedu, serat juga
dapat mengatur kadar gula darah dan menurunkan tekanan darah

b. Karbohidrat kompleks
Karbohidrat kompleks seperti nasi, kentang, gandum lebih
aman dikonsumsi dibanding karbohidrat sederhana karena
karbohidrat kompleks memiliki proses metabolisme yang panjang
dalam tubuh. Sedangkan karbohidrat sederhana misalnya gula,
jalur metabolismenya pendek sehingga lebih mudah
meningkatkan kadar gula darah. Hal tersebut berimplikasi kepada
hipertensi akibat perubahan kekentalan

c. Vitamin dan mineral


Vitamin dan mineral juga sangat penting untuk
menyeimbangkan proses-proses fisiologi didalam tubuh, termasuk
menyeimbangkan tekanan darah. Tekanan darah tinggi lebih
banyak terjadi pada orang yang kurang vitamin C. Beberapa
contoh sumber vitamin C adalah daun singkong, mangga, jeruk,
brokoli, sawi, dan jambu biji. Makanan yang mengandung kalium
yang cukup tinggi merupakan salah satu obat bagi penderita
hipertensi. Makanan yang mengandung kalium antara lain
kedelai, kacang hijau, seledri, kacang tanah, bayam, dan pisang.
Kalsium berfungsi untuk memelihara keseimbangan garam dan
cairan serta membantu mengontrol tekanan darah yang normal.
Asupan kalsium yang memadai dapat mencegah naiknya tekanan
darah sebagai efek dari kandungan natrium. Bahan makanan yang
mengandung kalsium diantaranya belut, teri, rebon, dan bayam
merah.

d. Antioksidan
Teh terkenal sebagai antioksidan yang efektif. Selain itu, teh
juga dapat mengurangi risiko hipertensi ataupun stroke.
Mengonsumsi teh secara teratur dan seimbang dapat menjaga pola
hidup sehat. Semua antioksidan memiliki pengaruh yang sangat
baik bagi kesehatan, namun ada beberapa bahan yang selain
mengandung antioksidan juga mengandung zat-zat lain yang
dapat merugikan tubuh.

e. Sumber lemak tidak jenuh dan omega 3


Minyak zaitun dapat digunakan sebagai pelengkap diet
sehari-hari. Minyak tersebut mengandung lemak tidak jenuh
tunggal cukup banyak yang dapat membantu menurunkan tekanan
darah. Bahan makanan yang mengandung asam lemak omega 3
antara lain berbagai jenis ikan laut (teri, sarden, tengiri, dan
tembang) serta minyak ikan.

Adapun beberapa makanan yang berpotensi besar menaikkan


tekanan darah dan harus dibatasi bagi penderita hipertensi, antara
lain:
a. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi, misalnya jeroan,
otak, minyak kelapa, santan, dan gajih
b. Makanan yang diolah menggunakan garam natrium, misalnya
biskuit, cracker, keripik, dan makanan kering yang asin
c. Makanan awetan seperti sarden, sosis: atau minuman kaleng
(soft drink). Makanan dan minuman kemasan kaleng atau
awetan pada umumnya mengandung pengawet yang
berdampak buruk bagi kesehatan
d. Makanan yang diawetkan seperti asinan, ikan asin, telur asin,
selai kacang, pindang
e. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonise, serta
sumber protein hewani yang mengandung banyak kolestrol,
seperti daging merah (baik sapi maupun kambing), kuning
telur, dan kulit ayam
f. Penyedap makanan terutama yang berbahan mono sodium
glutamate (MSG) serta minuman beralkohol
g. Kafein yang terkandung dalam kopi memiliki potensi
terhadap terjadinya peningkatan tekanan darah, terutama
dalam keadaan stress

2. Tinjauan Umum tentang Stress


a. Pengertian Stress
Stress adalah suatu reaksi fisik dan psikis terhadap setiap tuntutan
yang menyebabkan ketegangan dan mengganggu stabilitas
kehidupan
b. Sumber Stress
Kondisi stress dapat disebatkan oleh berbagai penyebab
atau sumber, dalam istilah yang lebih umum disebut stressor.
Stressor adalah keadaan atau situasi, objek atau individu yang
dapat menimbulkan stress. Secara umum, stressor dibagi menjadi
3 yaitu (Priyoto, 2014)
1) Stressor fisik
Bentuk stressor fisik adalah suhu ( Panas dan dingin )
suara bising, pulusi udara, keracunan, obat-obat (bahan
kimiawi).
2) Stressor social
Stressor social terdiri dari 4 bagian yaitu :
a) Stressor social, ekonomi dan politik, misalnya tingkat
inflasi yang tinggi, tidak ada pekerjaan, pajak yang
tinggi, perubahan teknologi yang cepat, kejahatan.
b) Keluarga, misalnya peran seks, iri, cemburu, kematian
anggota keluarga, masalah keuangan, perbedaan gaya
hidup dengan pasangan atau anggota keluarga lain.
c) Jabatan dan karir, misalnya kompetisi dengan teman,
hubungan yang kurang baik dengan atasan atau sejawat,
pelatihan, aturan kerja.
d) Hubungan interpersonal dan lingkaran, misalnya harapan
social yang terlalu tinggi, pelayanan yang buruk,
hubungan social yang buruk.

3) Stressor psikologi
Stressor psokologi terdiri dari 4 bagian, yaitu :
a) Frustasi
Frustasi adalah tindakan tercapainya keinginan
atau tujuan karena ada hambatan.
b) Ketidakpastian
Apabila seseorang sering berada dalam keraguan
dan merasa tidak pasti mengenai masa depan atau
pekerjaanya. Atau merasa selalu bingung dan tertekan,
rasa bersalah, perasaan khawatir dan inferior.
c) Gejala stress
Gelaja stress secara umum terdiri dari 2 (dua) gejala
yaitu (Priyoto, 2014)
i. Gejala fisik
Beberapa bentuk gangguan fisik yang sering
muncul pada stress adalah nyeri dada, diare selama
beberapa hari, sakit kepala, mual, jantung berdebar,
lelah, sukar tidur, dll.
ii. Gejala psikis
Sementara bentuk gangguan psikis yang sering
terlibat adalah cepat marah, ingatan melemah, tak
mampu berkonsentrasi, tidak mampu
menyelesaikan, perilaku impulsive, reaksi
berlebihan terhadap hal sepele, daya kemampuan
berkurang, tidak mampu santai pada saat yang
tepat, tidak tahan dengan suara atau gangguan yang
lain, dan emosi tidak terkendali.
Dalam kondisi stress, keseimbangan elektrolit tubuh terganggu.
Stress memicu ginjal menyekresikan cairan yang ada didalamnya.
Bersama dengan terbuangannya cairan yang berasal dari ginjal,
sejumlah mineral penting yang bertugas menjaga keseimbangan
tekanan darah ikut terbuang. Mineral yang banyak tersekresi melalui
saluran kemih adalah kalium. Sekresi kalium menyebabkan raison
atrium terhadap kalium meningkat. Peningkatan kadar natrium
tersebut memicu peningkatan tekanan darah (Lingga, 2012)

Stress bukan hanya menyangkut kesehatan mental, tetapi juga


menentukan kesehatan tubuh secara menyeluruh. Stress memicu
kekacauan detak jantung pada setiap orang. Reseiko yang
ditimbulkannya meningkat pada orang yang mengalami aritmia
(arrhythmia), yaitu gangguan jantung yang ditandai dengan irama
normal denyut jantung, regulasi, dan frekuensi denyut jantung yang
terjadi ditempat asal implus. (Lingga, 2012)

Stress yang berlangsung lama akan menimbulkan radikal bebas


lebih banyak sehingga memicu menuaan sel dan akhirnya memercepat
proses hipertensi. Radikal bebas tidak nyata wujudnya, tetapi memiliki
pengaruh sangat besar sebagai pemicu gangguan kardiovaskuler.
Tubuh dibekali kemempuan untuk menangkis radikal bebas. Namun,
kemmepuan tersebut terbatas karena tergantung ketersediaan
antioksidan dan kemempuan tubuh untuk mereduksi radikal bebas.
Inilah salah satu pemicu hipertensi pada kaum tua (Lingga, 2012).

3. Tinjauan Umum tentang Merokok


Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang sangat akrab dengan
tembakau dan hasil olahannya (dalam hal ini rokok). Rokok di
masyarakat bukan hanya semata-mata sebagai suatu beban yang
membuat seseorang menjadi tenang dan nyaman namun juga aspek
social dan pergaulan di masyarakat (Suiraoka, 2012)
Merokok setang setiap hari akan meningkatkan tekanan sistolik 10-
25 mmhg dan menambah dekat jantung 5-20 kali per menit. Dengan
menghisap sebatang rokok akan mempunyai pengaruh besarterhadap
kenaikan tekanan darah, hal ini disebabkan oleh zat-zat yang
terkandung dalam asap rokok. Didalam rokok terdapat ribuan zat
kimia yang berbahaya bagi tubuh. Diantaranya yang membahanyakan
adalah bahan radioaktif, aceton, ammonia, naphatalon, racun
serangga, hydrogen syamic. Yang paling berbahaya adalah tar, karbon
monoksida (Suiraka,2012).
a. Tar adalah bahan yang dapat meningkatkan kekentalan darah
(terdapat pula substansi hidrokarbon yang bersifat lengket
menempel keparu-paru). Sehingga memaksa jantung memompa
darah lebih kuat lagi. Pada saat rokok diisap, tar masuk kedalam
rongga mulut. Sebagai uap padat asap rokok. Setelah dingin akan
menjadi padat dan menjadi endapan berwarna coklat pada
permukaan gigi, saluran pernapasan dan paru-paru. Pengendepan
ini bervariasi antara 30-40 mg per batang rokok. Sementara kadar
dalam rokok berkisar 24-45 mg. sedangkan bagi rokok yng
menggukan filter dapat mengalami penurunan 5-15 mg.
b. Nikotin adalah zat yang mempengaruhi syaraf dan peredaran
darah yang bersifat karsingen, mampu memicu kanker paru-paru
yang mematikan. Nikotin juga dapat memacu pengeluaran zat
cathecolamin tubuh seperti hormone adernalin. Hormone
adeenalin memacau kerja jantung untuk berdetak 10-10 kali/menit
dan meningkatkan tekanan darah 10-20 skala. Hal ini berakibat
volume darah meningkat dan jantung menjadi lebih cepat lelah.
Zat ini juga menimbulkan rasa ketagihan untuk terus merokok.
c. Karbon monoksida adalah zat yang mengikat hemoglobin dalam
darah, membuat darah mengalami penurunan dalam mengikat O2,
zat ini juga dapat meningkatkan keasaman sel darah sehingga
menjadi lebih kental dan menempel didinding pembuluh darah.
Penyempitan pembuluh darah memaksa jantung memompah
darah leih cepat lagi sehingga tekanan darah meningkat.

Merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok dan


kemudian menghisapnya dan menghembuskannya keluar dan dapat
menimbulakan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitar.
Perokok menjadi dua ketegori perokok berdasarkan asap yang
dihisapkan, yaitu :

a. Perokok pasif
Perokok pasif adalah orang –orang yang disekitar perokok
aktif yang menghisap rokok yang terbentuk pada ujung rokok
yang terbakar serta asap rokok yang dihembuskan ke udara oleh
perokok aktif (asap sidestream). Asap rokok merupakan polutan
bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Asap rokok lebih
berbehanya terhadap perokok pasif daripada perokok aktif. Asap
rokokm sigaret kemungkinan besar berbahaya terhadap mereka
yang bukan perokok, terutama di tempat tertutup. Asap rokok
yang dihembuskan oleh perokok aktif dan dihirup oleh perokok
pasif, lima kali lebh banyak mengandung karbon monoksida,
empat kali lebih banyak mengandung tar dan nikotin.
b. Perokok aktif
Perokok aktif adalah perokok yang menghisap asap rokok
melalui rokok langsung dari rokok yang dibakar (asap
mainstream). Sedangkan menurut bustam (2000) perokok aktif
adalah asap rokok yang berasal dari isapan perokok atau asap
utama pada rokok yang diisap (mainstream). Dari pendapat diatas
dapat ditarik kesimpulan bahwa perokok aktif adalah orang yang
merokok dan langsung menghisap rokok serta bias
mengakibatkan bahaya bagi kesehatan diri sendiri maupun
lingkungan sekitar (Junaedi,dkk,2013)
Tipe perokok dapat diklasifikasikan menjadi 3 berdasarkan jumlah
rokok yang diisap, antara lain :
a. Perokok berat lebih dari 20 batang dalam sehari.
b. Perokok sedang merokok 10-20 batang dalam sehari.
c. Perokok ringan merokok kurang dari 10 batang dalam sehari.

Hubungan merokok dengan kejadian hipertensi, terjadi karena


peningkatan produksi hormone selama kita menggunakan tembakau,
termasuk hormone epinefrin (andrenalin). Selain itu karbonmonoksida
dalam asap rokok akan menggantikan oksigen dalam darah.
Akibatnya, tekanan darah akan meningkat karena jantung dipaksa
bekerja lebih keras untuk memasok oksigen ke seluruh organ dan
jaringan tubuh (dkk, 2013)

Dampak akibat merokok demikian parahnya, dan bahkan diklaim


sebagai salah satu penyebab kematian terbesar didunia. Pernyataan ini
mungkin kesannya berlebihan, namun diperkirakan ada sekitar tiga
juta orang diseluruh dunia meninggal setiap tahunnya akibat rokok.
(Suiraoka, 2012)

Paparan asap rokok yang terus menerus bias menyebabkan


penyakit jantung, paru-paru dan kanker. Asap rokok juga sumber
polusi ruangan yang secara langsung dapat menganggu kondisi fisik
seperti iritasi mata dan hidung, sakit kepala, tenggorokan serak, batuk,
kepala pusing dan gangguan pernapasan. (Suiraoka, 2012)
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPRASIONAL, DAN
HIPOTESIS

A. Dasar Pemikiran Variable Penelitian


Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan
manusia dimasyarakat, dimana gaya hidup ini mempunyai hubungan yang
signifikan dengan peningkatan tekanan darah pada responden hipertensi
antara lain pola makan, stress, dan merokok.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu kondisi
medis yang ditandai dengan meningkatnya kontraksi pembuluh darah
arteri sehingga terjadi retensi aliran darah yang meningkatkan tekanan
darah terhadap dinding pembuluh darah.
Dalam penelitian ini secara khusus akan meninjau mengenai
hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi seperti pola makan,
stress, dan merokok.
Pola makan adalah gambaran mengenai macam dan jumlah bahan
makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri
khas untuk suatu masyarakat tertentu. Pola makan menurut beberapa pakar
yaitu cara pemenuhan kebutuhan zat gizi yang diperoleh dari makanan
yang digunakan sebagai bahan energi tubuh.
Stress adalah suatu reaksi fisik dan psikis terhadap setiap tuntutan
yang menyebabkan ketegangan dan menganggu stabilitas kehidupan
sehari-sehari. Menurut WHO (2003), stress adalah reaksi/ respon tubuh
terhadap stressor psikososial (tekanan mental/ beban kehidupan).
Merokok sebatang setiap hari akan meningkatkan tekanan sistolik
10-25 mmHg dan menambah detak jantung 5-20 kali per menit. Dengan
menghisap sebatang rokok akan mempunyai pengaruh besar terhadap
kenaikan tekanan darah, hal ini disebabkan oleh zat-zat yang terkandung
dalam asap rokok. Didalam rokok terdapat ribuan zat kimia yang
berbahaya bagi tubuh.

B. Hubungan antar Variabel


Sesuai dengan masalah yang dibahas maka penulis mencoba
menuangkan kerangka konsep atau kerangka berpikir, dengan
menggunakan hubungan antara dua variable yaitu variabel pengaruh
(independen variabel) dengan variabel terpengaruh (dependen variabel).
Untuk kerangka konsep penelitian adalah sebagai berikut:

Pola Makan

Kejadian
Stress Hipertensi

Rokok

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang dipengaruhi

: Hubungan antar variabel

C. Identifikasi Variabel
Variabel adalah karakteristik yang melekat pada populasi, bervariasi antara
satu orang dengan yang lainnya dan diteliti dalam suatu penelitian
(Dharma, 2011)Variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas ( independen variabel)
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau
dianggap menentukan variabel terikat. Yang merupakan Variabel
independen dalam penelitian ini adalah pola makan, stress, merokok.
2. Variabel dependen
Variabel dependen adalah variable yang dipengaruhi atau menjadi
akibat karena variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah kejadian hipertensi.

D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif


Defenisi operasional adalah penjelasan semua variabel dan istilah yang
akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya
mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Nasir,
2011)
Defenisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Variabel independen
a. Pola makan
Pola makan adalah cara mengatur asupan gizi yang seimbang dan
dibutuhkan oleh tubuh. Makanan yang menjadi pantangan bagi
penderita hipertensi yaitu makanan berlemak, tinggi kadar garam,
hindari alkohol, kurangi kafein, hindari kolestrol, Penderita
hipertensi dianjurkan untuk mengkonsumsi buah buah dan
sayuran yang mengandung potasium/ kalium.
Dalam penelitian hubungan pola makan dengan kejadian
hipertensi, peneliti menggunakan kuisioner skala guttman dengan
pemberian skor 2 untuk jawaban Ya, dan 1 untuk jawaban tidak,
dengan jumlah pertanyaan 10.
Kriteria objektif :
Baik : jika responden mendapat skor < 15
Kurang baik : jika responden mendapat skor ≥ 15

b. Stress
Stress adalah suatu reaksi fisik dan psikis terhadap setiap tuntutan
yang menyebabkan ketegangan dan gangguan stabilitas
kehidupan sehari-hari. Stress dapat menimbulkan gejala fisik dan
gejala psikis.

Dalam penelitian hubungan stress dengan kejadian hipertensi,


peneliti menggunakan kuesioner skala guttman dengan pemberian
skor 2 untuk jawaban Ya, dan 1 untuk jawaban Tidak dengan
jumlah pertanyaan 10.

Kriteria objektif:
Eustress : Apabila responden menjawab pertanyaan
dengan skor < 15

Stress :Apabila responden menjawab pertanyaan


dengan skor < 15

c. Merokok
Merokok adalah menghisap gulungan tembakau yang dibungkus
degan kertas yang mengadung bahan kimia yang berbahaya.
Perokok dibedakan menjadi dua yaitu perokok aktif dan perokok
pasif.

Dalam penelitian hubungan merokok dengan kejadian hipertensi,


peneliti menggunakan kuesioner skala guttman dengan pemberian
skor 2
untuk jawaban Ya, dan 1 untuk jawaban Tidak dengan jumlah
pertanyaan 10.
Kriteria objektif:
Perokok aktif :Apabila responden menjawab pertanyaan
dengan skor ≥ 15

Perokok pasif :Apabila responden menjawab pertanyaan


dengan skor < 15

2. Variabel dependen
a. Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal
dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan
diastolik lebih dari 90 mmHg. Yang diukur dengan menggunakan
tensimeter air raksa.
Kriteria objektif:
Hipertensi :bila tekanan darahnya>140/90 mmHg
Normotensi :bila tekanan darahnya< 140/90 mmHg dan
120/80 mmHg.

E. Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis Alternatif (Ha)
a.Ada hubungan antara pola makan dengan kejadian hipertensi di
Puskesmas Jumpandang Baru Makassar
b.Ada hubungan antara stress dengan kejadian hipertensi di
Puskesmas Jumpandang Baru Makassar
c.Ada hubungan antara merokok dengan kejadian hipertensi di
Puskesmas Jumpandang Baru Makassar

2. Hipotesis Nol (HO)


a.Tidak ada hubungan antara pola makan dengan kejadian hipertensi
di Puskesmas Jumpandang Baru Makassar
b. Tidak ada hubungan antara stress dengan kejadian hipertensi di
Puskesmas Jumpandang Baru Makassar
c.Tidak ada hubungan antara merokok dengan kejadian penyakit
hipertensi di Puskesmas Jumpandang Baru Makassar

1. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Metode Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
analitik dengan desain cross sectional study. Penelitian ini biasa
disebut dengan penelitian potong lintang yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara variabel dimana variabel independen dan
variabel dependen diidentifikasi pada satuan waktu. (Dharma, 2011)

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Penelitian ini dilakukan di Lokasi Puskesmas Jumpandang Baru
Makassar
2. Waktu penelitian
Penelitian ini direncanakan berlangsung pada bulan April-Mei
2021.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan sumber data yang diperlukan
dalam suatu penelitian (Suryono, 2013)
Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini diambil dari jumlah
pasien hipertensi di Puskesmas Jumpandang Baru pada tahun 2020,
yaitu sebanyak 585 orang, jadi rata-rata pasien hipertensi selama 1
bulan adalah 49.
2. Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau
sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi
(Hidayat, 2014)
3. Besar sampel
Besar sampel diantara populasi yang layak/patut diteliti
sebanyak 49 orang dengan menggunakan rumus (Suryono, 2013)
N
n= 2
1+ N (d )

49
n=
1+ 49(0.05²)

49
n=
1+0,1225

49
n=
1,1225
n=44 orang
Jadi jumlah sampel minimal sebanyak 44 orang
Keterangan : N = besar populasi
n = besar sampel
d = tingkat kepercayaan

4. Teknik pengambilan sampel


Teknik pengambilan sampel dalam penelitian iní
menggunakan purposive sampling yaitu teknik penetapan sampel
dengan caramenggunakan non probability sampling untuk
pemilihan sampel memilih sampel diantara populasi yang layak/
patut ditliti berdasarkan kehendak peneliti.

5. Kriteria sampel
a. Kriteria inklusi
1) Pasien yang di rawat di Puskesmas Jumpandang Baru
2) Pasien yang ada saat meneliti
3) Bersedia untuk menjadi responden
b. Kriteria eksklusi
1) Pasien yang tidak dirawat di Puskesmas Jumpandang Baru
2) Tidak bersedia menjadi responder
3) Pasien yang tidak bisa membaca dan menulis

D. Cara Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan menggunakan data primer, dengan
membagikan kuesioner sebagai alat ukur, kemudian kuesioner
dikumpulkan kembali oleh peneliti, setelah selesai diisi oleh
responden. Namun terlebih dahulu memberikan penjelasan singkat
tentang kuesioner yang akan diberikan kepada responden.

E. Langkah Pengolahan Data


Pengolahan data dilakukan secara manual (dengan mengisi
kueisioner yang di sediakan). Adapun langkah-langkah pengolahan
data yaitu sebagai berikut (Notoatmodjo, 2010)
1. Editing
Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan
harus dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara
umum editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbikan
isian formulir atau kuesioner tersebut:
a. Apakah lengkap, dalam arti semua pertanyaaan sudah terisi.
b. Apakah jawaban atau tulisan masing-masing pertanyaan
cukup jelas atau terbaca.
c. Apakah jawabanya relevan dengan pertanyaannya
d. Apakah jawaban-jawaban pertanyaan konsisten dengan
jawaban pertanyaan yang lainnya.
2. Coding
Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya
dilakukan peng"kodean" atau "coding", yakni mengubah data
berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.
Misalnya jenis kelamin: 1 laki-laki, 2 = perempuan. Pekerjaan
ibu: 1 = tidak bekerja, 2 bekerja selain sebagai ibu rumah tangga.
Coding atau pemberian kode ini sangat berguna dalam
memasukkan data (data entry).

3. Memasukkan data (Data Entry) atau processing


Data, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing
responden yang dalam bentuk "kode" (angka atau huruf)
dimasukkan kedalam program atau "software" computer.
Softwar computer ini bermacama-macam, masing-masing
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Salah satu paket
program yang paling sering digunakan untuk "entri data"
penelitian adalah paket program SPSS for windows.
Dalam proses ini juga dituntut ketelitian dari orang yang
melakukan "data entry" ini. Apabila tidak maka akan terjadi
bias, meskipun hanya memasukkan data saja.

4. Pembersihan data
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden
selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat
kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode
ketidak lengkapan dan sebagainya kemudian dilakukan
pembetulan atau koreksi. Proses ini disebut pembersihan data
(data cleaning).
5. Analisa Data
Data yang telah diolah baik pengolahan secara manual
maupun menggunakan bantuan computer, tidak akan ada
maknanya tanpa dianalisis. Tujuan dilakukan analisis data untuk
memperoleh gambaran dari hasil penelitian yang telah
dirumuskan dalam tujuan penelitian, membuktikan hipotesis-
hipotesis penelitian yang telah dirumuskan, memperoleh
kesimpulan Secara umum dari penelitian yang merupakan
kontribusi dalam pengembangan ilmu yang bersangkutan.

F. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis adalah metode pengambilan keputusan yang
disarankan dari analisa data P> 0.05 maka hipotesis Nol di tolak yang
artinya tidak ada pengaruh pola makan, stress, merokok dengan
kejadian hipertensi, dan jika P < 0,05 maka hipotesis alternatife
diterima yang artinya adanya pengaruh pola makan, stress, dan
merokok dengan kejadian hipertensi.

G. Etika Penelitian
Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai
berikut (Hidayat, 2014):
1. Informed consent (persetujuan)
Informed concent merupakan bentuk persetujuan antara
peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar
persetujuan. Informed concent tersebut diberikan sebelum
penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan
untuk menjadi responden
2. Anonymnity (tanpa nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang
memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan
cara tidak memeberikan atau mencantumkan nama responden
pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan
jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun
masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah
dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya
kelompok data tertentu yangakan dilaporkan pada hasil riset
(Hidayat, 2014)
DAFTAR PUSTAKA

Dharma, K. K. (2011). Metode Penelitian Keperawatan. DKI Jakarta: CV Trans


Info Media.

dkk, E. J. (2013). Hipertensi Kandas Berkat Herbal . Jakarta Selatan: FMedia.

Hidayat, A. A. (2014). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.


Jakarta Selatan: Salemba Medika.

Lingga, L. (2012). Bebas Hipertensi Kadas Berkat Herbal. Jakarta: PT


Agromedia Pustaka.

Meylen Suoth, H. B. (2014). HUBUNGAN GAYA HIDUP DENGAN


KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KOLONGAN
KECAMATAN KALAWAT KABUPATEN MINAHASA UTARA.
ejournal keperawatan (e-Kp), 2-10, 2(1).

Notoatmodjo, S. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Priyoto. (2014). Konsep Manajemen Stress. Yogyakarta: Nuha Medika.

Proverawati, A. d. (2012). Prilaku Hidup Bersih & sehat (PHBS) . Yogyakarta:


Nuha Medika.

Putri, M. &. (2013). Keperawatan Medikal Bedah . Yogyakarta : Nuha Medika.

RI, K. K. (2018). Jakarta: Balitbang Kementerian Kesehatan .

Suiraoka, I. (2012). Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Nuha Medika.

Suryono, M. D. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam


Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Triyanto, E. (2014). Pelayanan Keperawatan bagi Penderita Hipertensi Secara


Terpadu . Yogyakarta: Graha Ilmu.

WHO. (2013). A Global Brief on Hypertension: Silent Killer. Global Public


Health Crisis.

Anda mungkin juga menyukai