Anda di halaman 1dari 18

Tugas: Makalah

“ROOM (RANGE OF MOTION)”

HEBRIANTI S.Kep
22071011007

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
MAKASSAR
2023

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG


Range of motion ( ROM ) adalah gerakan dalam keadaan normal dapat
dilakukan oleh sendi yang bersangkutan (Suratun, dkk, 2008). Latihan range of
motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau
memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara
normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry,
2005).
Latihan ROM biasanya dilakukan pada pasien semikoma dan tidak sadar,
pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua
latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan
paralisis ekstermitas total.
Selain berfungsi sebagai pertahanan atau dapat memperbaiki tingkat
kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal, lengkap, dan
untuk meningkatkan massa otot serta tonus otot, ROM juga memiliki klasifikasi
ROM, jenis ROM, indikasi serta kontraindikasi dilaksanakan ROM dan juga prinsip
dasar dilakukan ROM. Untuk dapat mengetahui hal tersebut lebih lanjut maka dapat
meninjau pembahasan pada makalah ini.

1.2  RUMUSAN MASALAH


a. Apa pengertian dari ROM?
b. Apa saja tujuan ROM?
c. Apa sja manfaat ROM?
d. Apa yang di maksud dengan prinsip latihan ROM?
e. Apa yang di maksud dengan indiksasi dan sasaran ROM?
f. Apa saja kontraindikasi dan hal-hal yang harus diwaspadai pada latihan?
g. Apa saja keterbatasan dalam latihan ROM?

2
h. Apa saja macam-macam gerakan ROM?
i. Apa yang di maksud dengan gerakan ROM berdasarkan bagian tubuh?
j. Bagaimana mengetahui kekuatan otot?
k. Bagaimana menjalankan Proses pelaksanaan MMT?
l. Bagaimana cara memahami hasil kriteria pemeriksaan MMT?

1.3 MANFAAT
a. Dapat mengetahui pengertian dari ROM
b. Mengetahui tujuan ROM
c. Dapat mengetahui manfaat ROM
d. Mengerti prinsip latihan ROM
e. Mengetahui indiksasi dan sasaran ROM
f. Mengetahui kontraindikasi dan hal-hal yang harus diwaspadai pada latihan
g. Mengerti keterbatasan dalam latihan ROM
h. Mengetahui macam-macam gerakan ROM
i. Mengerti gerakan ROM berdasarkan bagian tubuh
j. Mengetahui kekuatan otot
k. Mengetahui Proses pelaksanaan MMT
l. Mengetahui hasil kriteria pemeriksaan MMT

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian ROM (Range Of Motion)


ROM ( Range of Motion) adalah jumlah maksimum gerakan yang mungkin
dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh, yaitu sagital, transversal,
dan frontal. Potongan sagital adalah garis yang melewati tubuh dari depan ke
belakang, membagi tubuh menjadi bagian kiri dan kanan. Potongan frontal melewati
tubuh dari sisi ke sisi dan membagi tubuh menjadi bagian depan ke belakang.
Potongan transversal adalah garis horizontal yang membagi tubuh menjadi bagian
atas dan bawah.
Mobilisasi sendi disetiap potongan dibatasi oleh ligamen, otot, dan konstruksi
sendi. Beberapa gerakan sendi adalah spesifik untuk setiap potongan. Pada potongan
sagital, gerakannya adalah fleksi dan ekstensi (jari-jari tangan dan siku) dan
hiperekstensi (pinggul). Pada potongan frontal, gerakannya adalah abduksi dan
adduksi (lengan dan tungkai) dan eversi dan inversi (kaki). Pada potongan
transversal, gerakannya adalah pronasi dan supinasi (tangan), rotasi internal dan
eksternal (lutut), dan dorsifleksi dan plantarfleksi (kaki).
Ketika mengkaji rentang gerak, perawat menanyakan pertanyaan dan
mengobservasi dalam mengumpulkan data tentang kekakuan sendi, pembengkakan,
nyeri, keterbatasan gerak, dan gerakan yang tidak sama. Klien yang memiliki
keterbatasan mobilisasi sendi karena penyakit, ketidakmampuan, atau trauma
membutuhkan latihan sendi untuk mengurangi bahaya imobilisasi. Latihan tersebut
dilakukan oleh perawat yaitu latihan rentang gerak pasif. Perawat menggunakan
setiap sendi yang sakit melalui rentang gerak penuh.
Gerakan dapat dilihat sebagai tulang yang digerakkan oleh otot ataupun gaya
eksternal lain dalam ruang geraknya melalui persendian. Bila terjadi gerakan, maka
seluruh struktur yang terdapat pada persendian tersebut akan terpengaruh, yaitu: otot,
permukaan sendi, kapsul sendi, fasia, pembuluh darah dan saraf.

4
Pengertian ROM lainnya adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan
terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-masing
persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif. Latihan range
of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau
memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara
normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry,
2005).

2.2  Tujuan ROM (Range Of Motion)


Adapun tujuan dari ROM (Range Of Motion), yaitu :
1.      Meningkatkan atau mempertahankan fleksibiltas dan kekuatan otot
2.      Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan
3.      Mencegah kekakuan pada sendi
4.      Merangsangsirkulasidarah
5.      Mencegahkelainanbentuk, kekakuandankontraktur

2.3  Manfaat ROM (Range Of Motion)


Adapun manfaat dari ROM (Range Of Motion), yaitu :
1.      Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan
pergerakan
2.      Mengkaji tulang, sendi, dan otot
3.      Mencegah terjadinya kekakuan sendi
4.      Memperlancar sirkulasi darah
5.      Memperbaiki tonus otot
6.      Meningkatkan mobilisasi sendi
7.      Memperbaiki toleransi otot untuk latihan

2.4  Prinsip Latihan ROM (Range Of Motion)


Adapun prinsip latihan ROM (Range Of Motion), diantaranya :

5
1.      ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari
2.      ROM di lakukan berlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan pasien.
3.      Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien, diagnosa,
tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring.
4.      Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah leher, jari,
lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki.
5.      ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-bagian
yang di curigai mengalami proses penyakit.
6.      Melakukan ROM harus sesuai waktunya. Misalnya setelah mandi atau
perawatan rutin telah di lakukan.

2.5  Jenis-jenis ROM (Range Of Motion)


ROM dibedakan menjadi duajenis, yaitu :
a.    ROM Aktif
ROM Aktif yaitu gerakan yang dilakukan oleh seseorang (pasien) dengan
menggunakan energi sendiri. Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien
dalam melaksanakan pergerakan sendiri secara mandiri sesuai dengan rentang gerak
sendi normal (klien aktif). Kekuatan otot 75 %.
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara
menggunakan otot-ototnya secara aktif. Sendi yang digerakkan pada ROM aktif
adalah sendi di seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki oleh klien sendri
secara aktif.
b.    ROM Pasif
ROM Pasif yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal dari orang lain
(perawat) atau alat mekanik. Perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai
dengan rentang gerak yang normal (klienpasif). Kekuatanotot 50 %.
Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan
keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang

6
gerak dengan mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis
ekstermitas total (suratun, dkk, 2008).
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan
persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat
mengangkat dan menggerakkan kaki pasien. Sendi yang digerakkan pada ROM pasif
adalah seluruh persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas yang terganggu dan
klien tidak mampu melaksanakannya secara mandiri.
2.6Indikasi dan Sasaran ROM
1.      ROM Aktif :
 Indikasi :
a.       Pada saat pasien dapat melakukan kontraksi otot secara aktif dan
menggerakkan ruas sendinya baik dengan bantuan atau tidak.
b.      Pada saat pasien memiliki kelemahan otot dan tidak dapat menggerakkan
persendian sepenuhnya, digunakan A-AROM (Active-Assistive ROM, adalah jenis
ROM Aktif yang mana bantuan diberikan melalui gaya dari luar apakah secara
manual atau mekanik, karena otot penggerak primer memerlukan bantuan untuk
menyelesaikan gerakan).
c.       ROM Aktif dapat digunakan untuk program latihan aerobik.
d.      ROM Aktif digunakan untuk memelihara mobilisasi ruas diatas dan dibawah
daerah yang tidak dapat bergerak.
 Sasaran :
a.       Apabila tidak terdapat inflamasi dan kontraindikasi, sasaran ROM Aktif serupa
dengan ROM Pasif.
b.      Keuntungan fisiologis dari kontraksi otot aktif dan pembelajaran gerak dari
kontrol gerak volunter.
c.       Sasaranspesifik:
 Memelihara elastisitas dan kontraktilitas fisiologis dari otot yang terlibat
 Memberikan umpan balik sensoris dari otot yang berkontraksi

7
 Memberikan rangsangan untuk tulang dan integritas jaringan persendian
 Meningkatkan sirkulasi
 Mengembangkan koordinasi dan keterampilan motorik
2.      ROM Pasif
 Indikasi :
a.       Pada daerah dimana terdapat inflamasi jaringan akut yang apabila dilakukan
pergerakan aktif akan menghambat proses penyembuhan
b.      Ketika pasien tidak dapat atau tidak diperbolehkan untuk bergerak aktif pada
ruas atau seluruh tubuh, misalnya keadaan koma, kelumpuhan atau bed rest total
 Sasaran :
a.       Mempertahankan mobilitas sendi dan jaringan ikat
b.      Meminimalisir efek dari pembentukan kontraktur
c.       Mempertahankan elastisitas mekanis dari otot
d.      Membantu kelancaran sirkulasi
e.       Meningkatkan pergerakan sinovial untuk nutrisi tulang rawan serta difusi
persendian
f.       Menurunkan atau mencegah rasa nyeri
g.      Membantu proses penyembuhan pasca cedera dan operasi
h.      Membantu mempertahankan kesadaran akan gerak dari pasien

2.7  Kontraindikasi dan Hal-hal yang harus diwaspadai pada latihan ROM
Kontraindikasi dan hal-hal yang harus diwaspadai pada latihan ROM
a.    Latihan ROM tidak boleh diberikan apabila gerakan dapat mengganggu proses
penyembuhan cedera.
 Gerakan yang terkontrol dengan seksama dalam batas-batas gerakan yang bebas
nyeri selama fase awal penyembuhan akan memperlihatkan manfaat terhadap
penyembuhan dan pemulihan

8
 Terdapatnya tanda-tanda terlalu banyak atau terdapat gerakan yang salah,
termasuk meningkatnya rasa nyeri dan peradangan
b.    ROM tidak boleh dilakukan bila respon pasien atau kondisinya membahayakan
(life threatening)
 PROM dilakukan secara hati-hati pada sendi-sendi besar, sedangkan AROM pada
sendi ankle dan kaki untuk meminimalisasi venous stasis dan pembentukan
trombus
 Pada keadaan setelah infark miokard, operasi arteri koronaria, dan lain-lain,
AROM pada ekstremitas atas masih dapat diberikan dalam pengawasan yang ketat

  2.8 Keterbatasan dalam Latihan ROM


a.    ROM Aktif
 Untuk otot yang sudah kuat tidak akan memelihara atau meningkatkan kekuatan.
 Tidak akan mengembangkan keterampilan atau koordinasi kecuali dengan
menggunakan pola gerakan.
b.    ROM Pasif
ROM Pasif tidak dapat :
 Mencegah atrofi otot
 Meningkatkan kekuatan dan daya tahan
 Membantusirkulasi

2.9  Macam-macam Gerakan ROM


Ada berbagai macam gerakan ROM, yaitu :
1.      Fleksi, yaitu berkurangnya sudut persendian.
2.      Ekstensi, yaitu bertambahnya sudut persendian.
3.      Hiperekstensi, yaitu ekstensi lebih lanjut.
4.      Abduksi, yaitu gerakan menjauhi dari garis tengah tubuh.
5.      Adduksi, yaitu gerakan mendekati garis tengah tubuh.
6.      Rotasi, yaitu gerakan memutari pusat dari tulang.

9
7.      Eversi, yaitu perputaran bagian telapak kaki ke bagian luar, bergerak
membentuk sudut persendian.
8.      Inversi, yaitu putaran bagian telapak kaki ke bagian dalam bergerak membentuk
sudut persendian.
9.      Pronasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan bergerak ke
bawah.
10.  Supinasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan bergerak ke
atas.
11.  Oposisi, yaitu gerakan menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada
tangan yang sama.

2.10 Gerakan ROM Berdasarkan Bagian Tubuh


Menurut Potter & Perry, (2005), ROM terdiri dari gerakan pada persendian sebagai
berikut :
1. Leher, Spina, Serfikal
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakan dagu menempel ke dada, rentang 45°
Ekstensi Mengembalikan kepala ke posisi tegak, rentang 45°
Hiperektensi Menekuk kepala ke belakang sejauh rentang 40-45°
mungkin,
Fleksi lateral Memiringkan kepala sejauh mungkin rentang 40-45°
sejauh mungkin kearah setiap bahu,
Rotasi Memutar kepala sejauh mungkin dalam rentang 180°
gerakan sirkuler,

2. Bahu
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menaikan lengan dari posisi di samping rentang 180°

10
tubuh ke depan ke posisi di atas kepala,
Ekstensi Mengembalikan lengan ke posisi di rentang 180°
samping tubuh,
Hiperektensi Mengerkan lengan kebelakang tubuh, rentang 45-60°
siku tetap lurus,
Abduksi Menaikan lengan ke posisi samping di rentang 180°
atas kepala dengan telapak tangan jauh
dari kepala,
Adduksi Menurunkan lengan ke samping dan rentang 320°
menyilang tubuh sejauh mungkin,
Rotasi dalam Dengan siku pleksi, memutar bahu rentang 90°
dengan menggerakan lengan sampai ibu
jari menghadap ke dalam dan ke
belakang,
Rotasi luar Dengan siku fleksi, menggerakan lengan rentang 90°
sampai ibu jari ke atas dan samping
kepala,
Sirkumduksi Menggerakan lengan dengan lingkaran rentang 360°
penuh,

3. Siku
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakkan siku sehingga lengan rentang 150°
bahu bergerak ke depan sendi bahu dan
tangan sejajar bahu,
Ektensi Meluruskan siku dengan menurunkan rentang 150°
tangan,

11
4. Lengan bawah
Gerakan Penjelasan Rentang
Supinasi Memutar lengan bawah dan tangan rentang 70-90°
sehingga telapak tangan menghadap ke
atas,
Pronasi Memutar lengan bawah sehingga telapak rentang 70-90°
tangan menghadap ke bawah,

5. Pergelangan tangan
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakan telapak tangan ke sisi rentang 80-90°
bagian dalam lengan bawah,
Ekstensi Mengerakan jari-jari tangan sehingga rentang 80-90°
jari-jari, tangan, lengan bawah berada
dalam arah yang sama,
Hiperekstensi Membawa permukaan tangan dorsal ke rentang 89-90°
belakang sejauh mungkin,
Abduksi Menekuk pergelangan tangan miring ke rentang 30°
ibu jari,
Adduksi Menekuk pergelangan tangan miring ke rentang 30-50°
arah lima jari,

6. Jari- jari tangan


Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Membuat genggaman, rentang 90°
Ekstensi Meluruskan jari-jari tangan, rentang 90°
Hiperekstensi Menggerakan jari-jari tangan ke rentang 30-60°
belakang sejauh mungkin,

12
Abduksi Mereggangkan jari-jari tangan yang satu rentang 30°
dengan yang lain,
Adduksi Merapatkan kembali jari-jari tangan, rentang 30°

7. Ibu jari
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Mengerakan ibu jari menyilang rentang 90°
permukaan telapak tangan,
Ekstensi menggerakan ibu jari lurus menjauh dari rentang 90°
tangan,
Abduksi Menjauhkan ibu jari ke samping, rentang 30°
Adduksi Mengerakan ibu jari ke depan tangan, rentang 30°
Oposisi Menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari
-
tangan pada tangan yang sama.

8. Pinggul
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Mengerakan tungkai ke depan dan rentang 90-120°
atas,
Ekstensi Menggerakan kembali ke samping rentang 90-120°
tungkai yang lain,
Hiperekstensi Mengerakan tungkai ke belakang rentang 30-50°
tubuh,
Abduksi Menggerakan tungkai ke samping rentang 30-50°
menjauhi tubuh,
Adduksi Mengerakan tungkai kembali ke
posisi media dan melebihi jika rentang 30-50°
mungkin,

13
Rotasi dalam Memutar kaki dan tungkai ke arah
rentang 90°
tungkai lain,
Rotasi luar Memutar kaki dan tungkai menjauhi
rentang 90°
tungkai lain,
Sirkumduksi Menggerakan tungkai melingkar -

9. Lutut
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Mengerakan tumit ke arah belakang rentang 120-130°
paha,
Ekstensi Mengembalikan tungkai kelantai, rentang 120-130°

10. Mata kaki


Gerakan Penjelasan Rentang
Dorsifleksi Menggerakan kaki sehingga jari-jari rentang 20-30°
kaki menekuk ke atas,
Plantarfleksi Menggerakan kaki sehingga jari-jari rentang 45-50°
kaki menekuk ke bawah,

11. Kaki
Gerakan Penjelasan Rentang
Inversi Memutar telapak kaki ke samping rentang 10°
dalam,
Eversi Memutar telapak kaki ke samping luar, rentang 10°

12. Jari-Jari Kaki


Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menekukkan jari-jari kaki ke bawah, rentang 30-60°

14
Ekstensi Meluruskan jari-jari kaki, rentang 30-60°
Abduksi Menggerakan jari-jari kaki satu dengan rentang 15°
yang lain,
Adduksi Merapatkan kembali bersama-sama, rentang 15°

2.11 Pemeriksaan Kekuatan Otot


Pemeriksaan kekuatan otot dapat dilakukan dengan menggunakan pengujian
otot secara manual ( manual muscle testing, MMT ). Pemeriksaan ini ditujukan untuk
mengetahui kemampuan mengontraksikan kelompok otot secara volunteer. Lansia
yang tidak mampu mengontraksiakan ototnya secara aktif dan volunteer, tidak tepat
apabila diberikan MMT standar.
Pemeriksaan kekuatan otot menggunakan MMT akan membantu penegakan
diagnosis klinis, penentuan jenis terapi, jenis alat bantu yang diperlukan, dan
prognosis. Penegakan diagnosis dimungkinkan oleh beberapa penyakit tertentu yang
hanya menyerang otot tertentu pula. Jenis terapi dan alat bantu yang diperlukan oleh
lansia juga harus mempertimbangkan kekuatan otot. Diharapkan program terapi dan
alat bantu yang dipilih tidak menyebabkan penurunan kekuatan otot atau menambah
beratnya penyakit lansia.

2.12 Proses Pelaksanaan MMT


1.     Lansia diposisikan sedemikian rupa sehingga otot mudah berkontraksi sesuai
dengan kekuatannya. Posisi yang dipilih harus memungkinkan kontraksi otot dan
gerakan mudah diobservasi.
2.     Bagian tubuh yang dites harus terbebas dari pakaian yang menghambat.
3.     Berikan penjelasan dan contoh gerakan yang harus dilakukan.
4.     Lansia mengontraksikan ototnya dan stabilisasi diberikan pada segmen
proksimal.

15
5.     Selama terjadi kontraksi, gerakan yang terjadi diobservasi, baik palpasi pada
tendon atau perut otot.
6.     Memberikan tahanan pada otot yang dapat bergerak dengan luas gerakan sendi
penuh dan dengan melawan gravitasi.
7.     Melakuakan pencatatan hasil MMT

2.13 Kriteria hasil pemeriksaan MMT


1.     Normal (5) mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh, melawan gravitasi,
dan melawan tahanan maksimal.
2.     Good (4) mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh, melawan gravitasi,
dan melawan tahanan sedang (moderat).
3.     Fair (3) mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh dan melawan gravitasi
tanpa tahanan.
4.     Poor (2) mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh tanpa melawan
gravitasi.
5.     Trace (1) tidak ada gerakan sendi, tetapi kontraksi otot dapat dipalpasi
6.     Zero (0) kontraksi otot tidak terdeteksi dengan palpasi

16
BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
ROM harus dilaksanakan secara berulang, perlahan dan hati-hati sehingga
tidak melelahkan pasien. Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan
umur pasien, diagnosa, tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring.
Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah leher, jari,
lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki. ROM dapat di lakukan pada
semua persendian atau hanya pada bagian-bagian yang di curigai mengalami proses
penyakit serta harus sesuai waktunya.
Selain daripada yang telah disebutkan diatas, ROM dilakukan juga harus
memperhatikan tujuan, manfaat, indikasi, serta kontraindikasinya agar tidak terjadi
suatu hal yang tidak diinginkan pada pasien lebih lanjut.

3.2  Saran
Berdasarkan makalah yang kami buat ini, kami dapat menyarankan ke semua
Pelayan Kesehatan khususnya perawat untuk lebih dapat mengetahui,
memahamitentang ROM beserta semua prinsip, indikasi dan kontraindikasinya agar
mampu menjadi pertimbangan dalam penerapannya di dunia kesehatan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Potter, Patricia A. & Perry, Anne Griffin (2006). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan, Edisi 4. Jakarta: EGC

Warfield, Carol . 1996 . Segala Sesuatu yang Perlu Anda Ketahui Terapi Medis .
Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.

Depkes RI, 1995. Penerapan Proses Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Muskuloskeletal. Jakarta. Bakti Husada.

18

Anda mungkin juga menyukai