HEBRIANTI S.Kep
22071011007
MAKASSAR
2023
TANDA-TANDA VITAL
KONSEP TEORI
Perubahan fungsi tubuh sering kali tercermin pada suhu, denyut nadi, pernafasan dan
tekanan darah. Setiap perubahan yang berbeda dengan keadaan normal dianggap sebagai indikasi
yang penting mengenai keadaan kesehatan seseorang. Karena itu, keempat komponen ini disebut
tanda-tanda vital (Potter&Perry, 1997).
1. Nadi
Nadi adalah aliran darah yang menonjol dan bisa diraba di berbagai tempat pada
tubuh. Nadi merupakan indikator status sirkulasi.
Bayi : 120-130 x/menit
Anak : 80-90 x/menit
Dewasa : 70-80 x/menit
Lansia : 60-70 x/menit
Catatan:
Takikardia (nadi diatas normal): lebih dari 100 x/menit
Bradikardia (nadi dibawah normal) : kurang dari 60 x/menit
2. Tekanan darah
Tekanan darah merupakan kekuatan lateral pada dinding arteri oleh darah yang
didorong dengan tekanan dari jantung. Aliran darah yang mengalir pada sistem sirkulasi
karena perubahan tekanan. Pengkajian tekanan darah dapat diukur baik secara langsung
(invasif) maupun tidak langsung (non invasif).
Bayi : 70-90/50 mmhg
Anak : 80-100/60 mmhg
Remaja : 90-110/66 mmhg
Dewasa muda : 110-125/60-70mmhg
Dewasa tua : 130-150/80-90mmhg
Catatan:
Hipotensi: kurang dari 90/60mmhg
Normal: 90-120/60-80 mmhg
Pre hipertensi: 120-140/80-90mmhg
Hipertensi stadium 1: 140-160/90-100mmhg
Hipertensi stadium 2: lebih dari 160/100mmhg
3. Suhu tubuh
Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses
tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan keluar.
Normal : 36,6°C-37,2°C
Sub febris : 37°C-38°C
Febris : 38°C-40°C
Hiperpireksi : 40°C-42°C
Hipotermi : kurang dari 36°C
Hipertermi : lebih dari 40°C
Catatan:
Oral : 0,2°C-0,5°C lebih rendah dari suhu rectal
Axial : 0,5°C lebih rendah dari suhu oral
4. Pernafasan atau respirasi
Pernafasan adalah mekanisme tubuh menggunakan pertukaran udara antara
atmosfir dengan darah serta darah dengan sel. Mekanisme pernafasan meliputi:
a. Ventilasi yaitu pergerakan udara masuk ke luar paru
b. Difusi yaitu pertukaran O2 & CO2 antara alveoli & sel darah merah
c. Perfusi yaitu distribusi oleh sel drh merah ke dan dari kapiler darah
Bayi : 30-40 x/menit
Anak-anak : 20-30 x/menit
Dewasa : 16-20 x/menit
Lansia : 14-16x/menit
Catatan:
Dispnea : pernafasan yang sulit
Tadipnea: pernafasan lebih dari normal (lebih dari 20x/menit)
Bradipnea : pernafasan kurang dari normal(kurang dari 20x/menit)
Apnea: pernapasan terhenti
Ipnea: pernafan normal
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
TINDAKAN KEPERAWATAN: PEMASANGAN INFUS
1. Pengertian Pemasangan infuse merupakan tindakan yang dilakukan pada
pasien yang memerlukan masukan cairan atau obat langsung
kedalam pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu
dengan menggunakan infuse set(Potter, 2005)
2. Tujuan a. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh cairan
elektrolit, vitamin, proyrin, kalori dan nitrogen. Pada klien
yang tidak mampu mempertahankan masukan yang adekuat
melalui mulut.
b. Memulihkan keseimbangan asam-asam
c. Memulihkan volume darah
d. Menyediakan saluran terbuka untuk pemberian obat-obatan.
3. Indikasi a. Pasien syok
b. Pasien yang mengalami pengeluaran cairan berlebih
c. Intoksikasi berat
d. Sebelum tranfusi darah
e. Pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu.
4. Persiapan alat Alat Steril
Bak instrument berisi hand scon dan kasa steril
Infuse set steril
Jarum/wingnedle/abocath dengan nomor yang sesui
Korentang dan tempatnya
Kom tutup berisi kapas alcohol
Alat yang tidak steril
Infuse
Bidai dan pembalut jika perlu
Perlak dan alasnya
Pembendung(tourniquet)
Plester
Gunting verban
Bengkok
Sarung tangan bersih
Obat-obatan
Alcohol 70%
Cairan sesuai advis dokter, missal NaCI 0,9%, dextrose 5%
dll.
5. Pelaksanaan Persiapan pasien:
Memperkenalkan diri
Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan
Meminta kesediaan pasien untuk dirawat
Atur posisi yang nyaman bagi klien.
Persiapan lingkungan:
Ciptakan lingkungan yang aman dan tenang
Gunakan sketsel saat melakukan prosedur
Membawa alat kedepan pasien
Pelaksanaan
Mencuci tangan
Memakai sarung tangan
Membuka daerah yang akan di pasang infuse
Memasang alat di bawah anggota badan yang akan dipasang
infuse
Membuka set infuse dan meletakannya pada bak instrument
steril
Menusukkan jarum set infuse kedalam botol infuse kemudian
mengalirkan cairan ke selang infuse berakhir di begkok untuk
mengelurkan udara dan mengisi selang infuse.
Isi tempat tetesan infuse kurang lebih separuhnya
Pastikan roller selang infuse dalam keadaan menutup (kearah
bawah)
Menggantungkan selang infuse pada standar infuse
Buka abocath dari bungkusnya
Potong 3 lembar plester
Pilih pembuluh darah yang akan di pasang infuse, dengan
syarat: pembuluh darah berukuran besar, pembuluh darah
tidak bercabang, pembuluh darah tidak diarea persendian.
Bending bagian proksimal/aas dari pembuluh darah yan akan
dipasan infuse denan ornique.
Minta pasien menggenggam tangan, dengan ibu jari pasien di
dalam genggaan.
Mendesinfeksi daerah yang akan di infuse
Menusukan jarum infuse kevena dengan lubang jarum
menghadap keatas. Pastikan darah mengaliri jarum dan
abocath. Jika belum teraliri oleh datah, temukan pembuluh
darah sampai darah mengaliri jarum dan abocath.
Tourniket dilepas bila darah sudah masuk
Lepas jarum sambilmeninggalkan abocath di dalam
pembuluh darah.
Tekan pangkal abocath untuk mencegah arah keluar dan
masukan ujung selang infuse set ke abocath
Fixasi secara menyilang menggunakan plester abocath yang
sudah terpasang
Alirkan cairan dari botol kepembuluh darah dengan
membuka roller. Bila tetesan lancar, jarum masuk di
pembuluh darah yang benar.
Fixasi dengan cara kupu-kupu. Meletakan plesterdengan cara
terbalik di bawah selang infuse, kemudian disilangkan
Menutup jarum dan tempat tusukan dengan kasa steril
diplester
Mengatur atau menghitung jumlah tetesan
Mengatur posisi pada anggota tubuh yang diinfus bila perlu
diberi spalk
Menuliskan tanggal penulisan infuse pada plester terakhir
Merapikan alat dan pasien
Melepas sarung tangan dan mencuci tangan
Evaluasi Aliran dan tetesan infuse lancar
Tidak terjadi hematom
Sterilitas terjaga
Infuse terpasang rapi
Pasien nyaman
Lingkungan bersih
Unit terkait Unit stroke dan ruang rawat inap
6. Referensi Nursalam. 2008. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam
Praktik Keperawatan Professional. Jakarta:
Salemba medika.
CARA MENGHITUNG TETESAN INFUS
Ada dua metode pemberian cairan infus yang sering digunakan, yakni set makro dan set
mikro keduanya memiliki rumus tersendiri dalam menentukan jumlah tetesan infuse per menit.
1. Makro Drip
Infus set makro sering dipakai untuk pasien dewasa karena debit cairan yang dikeluarkan jauh
lebih besar. Sehingga, diharapkan pemenuhan cairan untuk pasien pun lebih cepat. Namun untuk
kasus tertentu, ada kalanya infuse set makro juga dipakai untuk anak-anak.
Rumus menghitung tetesan infus untuk infuse set makro:
Jumlah tetesan per menit (gtt) = jumlah kebutuhan cairan X factor tetes makro
waktu dalam menit
Catatan:
Factor tets makro = 20
Jumlah kebutuhan cairan = dalam satuan milliliter(ml)
Contoj soal: apabila seorang pasien dating ke rumah sakit dan setelah diperiksa, dokter
mengintrusikan agar diberikan cairan RL sebanyak 500ml dalam waku 1 jam
menggunakan infut set maka.bagaimana tetsan infusnya.
Jawab:
Jumlah tetesan permenit(gtt) = 500ml x 20
60
Jumlah tetsan per menit (gtt) = 10000
60
Jumlah tetesan permenit (gtt) =166,7
2. Mikro drip
Infuse set mikro sering dipakai untuk pasien anak-anak karema debit cairan yang
dikeluarkan 3 kali lebih sedikit dibandingkan infuse set makro. Rumusnya sama seperti
infuse set makro, yang membedakan hanya factor etesan infusnya.
Rumus menghitung tetesan infuse set mikro:
Jumlah tetesan permenit (gtt) = jumlah kebutuhan cairan x factor tetes mikro
Waktu dalam menit
Catatan:
Faktor tetes mikro = 60
Jumlah kebutuhan cairan = dalam satuan miliiter (ml)
Ccontoh soal:
Seorang pasien anak-anak dating kerumah sakit. Setelh diperiksa, dokter menginrusikan utuk
memasukan ciran NaCL sebanyak 500 ml dalam waktu 2 jam dengan
menggunakan infuse set mikro.
Jawab:
Jumlah tetesan per menit (gtt) = 500ml x 60
120
Jumlah tetesan per menit (gtt) = 30000
120
Jumlah tetesan per menit (gtt) = 250
Jadi berdasarkan pehitugan di atas, untuk memasukan cairan NaCL sebanyak 500ml dalam
waktu 2 jam menggunakan infuse set mikro, maka kita harus mengatur tetesan
infuse dalam satu menit 250 gtt.
CARA PEMBERIAN OKSIGEN KE DALAM PARU-PARU DAN BENTUK-BENTUK O2
a. Kateter nasal
Yaitu terdiri atas dua selang plastic berukuran kecil, yang dipasang pada kedua lubang
hidung.
Prosedur kerja:
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
Cuci tangan
Atur aliran oksigen sesui dengan kecepatan ang di butuhkan
Atur poisi semi-fouwler
Atur kateter nasal di mulai dengan lubang telinga sampai kehidung dan berkan tanda
Buka saluran udara dari tabung oksigen
Berikan minyak pelumas (vaselin/jelly)
Masukan kedalam hidung sampai batas yang ditentukan
Lakukan pengecekkan kateter apakah sudah masuk apa belum, dengan menekan lidah
pasien menggunakan spatel
Fiksasi pada daerah hidung
Periksa kateter nasal setiap 6-8 jam
Kaji cuping, septum, dan mukosa hidung serta periksa kecepatan aliran oksigen tiap 6-8
jam.
b. Kanul nasal
Prosedur kerja:
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
Cuci tangan
Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang di butuhkan, biasanya 1-6 L/menit.
Kemudian observasi humidifier pada tabung dengan adanya gelembung air
Pasang kanul nasal pada hidung dan atur pengikat untuk kenyamanan pasien
Periksa kanul tiap 6-8 jam
Kaji cuping, septum,dan mukosa hidung serta periksa kecepatan aliran oksigen tiap 6-8
jam
Catat kecepatan aliran oksigen rute pemberian dan respon klien
Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
c. Masker oksigen
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
Mencuci tangan
Atur posisi dengan semi-flower
Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan, biasanya 6-10L/m.
kemudian observasi humidifier pada tabung air dengan adanya gelembung
Tempatkan masker oksigen di atas mulut dan hidung pasien dan atur pengikat untuk
kenyamanan pasien
Periksa kecepatan tiap 6-8 jam, catat kecepatan aliran oksigen, rute pemberian dan respon
klien.
Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
NORMAL DAN ABNORMAL GAMBARAN EKG
Berikut ini adalah contoh bentuk EKG normal dan abnormal. Prinsip dalam menentukan
EKG normal dan abnormal adalah 5 komponen dasar yang harus dimiliki oleh sebuah gambar
EKG yaitu gelombang P, Segmen PR, gelombang kompleks QRS, gelombang ST, dan
gelombang T.
a. Gelombang EKG normal
Pada EKG dibawah ini dapat ditemukan gelombang P yang di ikuti dengan kompleks
QRS.
b. Gelombang EKG normal
Pada EKG dibawah ini, tidak ditemukan kelima komponen dasar. Gelombang P tidak
terlihat jelas untuk EKG ini