Anda di halaman 1dari 13

2.

1 Pengertian ROM (Range Of Motion)


ROM ( Range of Motion) adalah jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan
sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh, yaitu sagital, transversal, dan frontal.
Potongan sagital adalah garis yang melewati tubuh dari depan ke belakang, membagi tubuh
menjadi bagian kiri dan kanan. Potongan frontal melewati tubuh dari sisi ke sisi dan membagi
tubuh menjadi bagian depan ke belakang. Potongan transversal adalah garis horizontal yang
membagi tubuh menjadi bagian atas dan bawah.
Mobilisasi sendi disetiap potongan dibatasi oleh ligamen, otot, dan konstruksi sendi.
Beberapa gerakan sendi adalah spesifik untuk setiap potongan. Pada potongan sagital,
gerakannya adalah fleksi dan ekstensi (jari-jari tangan dan siku) dan hiperekstensi (pinggul).
Pada potongan frontal, gerakannya adalah abduksi dan adduksi (lengan dan tungkai) dan
eversi dan inversi (kaki). Pada potongan transversal, gerakannya adalah pronasi dan supinasi
(tangan), rotasi internal dan eksternal (lutut), dan dorsifleksi dan plantarfleksi (kaki).
Ketika mengkaji rentang gerak, perawat menanyakan pertanyaan dan mengobservasi
dalam mengumpulkan data tentang kekakuan sendi, pembengkakan, nyeri, keterbatasan
gerak, dan gerakan yang tidak sama. Klien yang memiliki keterbatasan mobilisasi sendi
karena penyakit, ketidakmampuan, atau trauma membutuhkan latihan sendi untuk
mengurangi bahaya imobilisasi. Latihan tersebut dilakukan oleh perawat yaitu latihan rentang
gerak pasif. Perawat menggunakan setiap sendi yang sakit melalui rentang gerak penuh.
Gerakan dapat dilihat sebagai tulang yang digerakkan oleh otot ataupun gaya eksternal lain
dalam ruang geraknya melalui persendian. Bila terjadi gerakan, maka seluruh struktur yang
terdapat pada persendian tersebut akan terpengaruh, yaitu: otot, permukaan sendi, kapsul
sendi, fasia, pembuluh darah dan saraf.
Pengertian ROM lainnya adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya
kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-masing persendiannya
sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif. Latihan range of motion (ROM) adalah
latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan
kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa
otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005).
2.2 Tujuan ROM (Range Of Motion)
Adapun tujuan dari ROM (Range Of Motion), yaitu :
1. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibiltas dan kekuatan otot

2. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan


3. Mencegah kekakuan pada sendi
4. Merangsangsirkulasidarah
5. Mencegahkelainanbentuk, kekakuandankontraktur

2.3 Manfaat ROM (Range Of Motion)


Adapun manfaat dari ROM (Range Of Motion), yaitu :
1. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan pergerakan
2. Mengkaji tulang, sendi, dan otot
3. Mencegah terjadinya kekakuan sendi
4. Memperlancar sirkulasi darah
5. Memperbaiki tonus otot
6. Meningkatkan mobilisasi sendi
7. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan
2.4 Prinsip Latihan ROM (Range Of Motion)
Adapun prinsip latihan ROM (Range Of Motion), diantaranya :
1. ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari
2. ROM di lakukan berlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan pasien.
3. Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien, diagnosa, tanda-tanda
vital dan lamanya tirah baring.
4.

Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah leher, jari, lengan, siku,
bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki.

5.

ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-bagian yang di
curigai mengalami proses penyakit.

6. Melakukan ROM harus sesuai waktunya. Misalnya setelah mandi atau perawatan rutin telah
di lakukan.

2.5 Jenis-jenis ROM (Range Of Motion)


ROM dibedakan menjadi duajenis, yaitu :
a. ROM Aktif
ROM Aktif yaitu gerakan yang dilakukan oleh seseorang (pasien) dengan
menggunakan energi sendiri. Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam

melaksanakan pergerakan sendiri secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal
(klien aktif). Keuatan otot 75 %.
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara
menggunakan otot-ototnya secara aktif. Sendi yang digerakkan pada ROM aktif adalah sendi
di seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki oleh klien sendri secara aktif.

b. ROM Pasif
ROM Pasif yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal dari orang lain
(perawat) atau alat mekanik. Perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan
rentang gerak yang normal (klienpasif). Kekuatanotot 50 %.
Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan
keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak
dengan mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total
(suratun, dkk, 2008).
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian
dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan
menggerakkan kaki pasien. Sendi yang digerakkan pada ROM pasif adalah seluruh
persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas yang terganggu dan klien tidak mampu
melaksanakannya secara mandiri.

2.6 Indikasi dan Sasaran ROM


1. ROM Aktif :
1.1 Indikasi :
a.

Pada saat pasien dapat melakukan kontraksi otot secara aktif dan menggerakkan ruas
sendinya baik dengan bantuan atau tidak.

b.

Pada saat pasien memiliki kelemahan otot dan tidak dapat menggerakkan persendian
sepenuhnya, digunakan A-AROM (Active-Assistive ROM, adalah jenis ROM Aktif yang
mana bantuan diberikan melalui gaya dari luar apakah secara manual atau mekanik, karena
otot penggerak primer memerlukan bantuan untuk menyelesaikan gerakan).

c.

ROM Aktif dapat digunakan untuk program latihan aerobik.

d.

ROM Aktif digunakan untuk memelihara mobilisasi ruas diatas dan dibawah daerah yang
tidak dapat bergerak.

1.2 Sasaran :
a.

Apabila tidak terdapat inflamasi dan kontraindikasi, sasaran ROM Aktif serupa dengan ROM
Pasif.

b.

Keuntungan fisiologis dari kontraksi otot aktif dan pembelajaran gerak dari kontrol gerak
volunter.

c.

Sasaranspesifik:

Memelihara elastisitas dan kontraktilitas fisiologis dari otot yang terlibat

Memberikan umpan balik sensoris dari otot yang berkontraksi

Memberikan rangsangan untuk tulang dan integritas jaringan persendian

Meningkatkan sirkulasi

Mengembangkan koordinasi dan keterampilan motorik

2. ROM Pasif
2.1 Indikasi :
a.

Pada daerah dimana terdapat inflamasi jaringan akut yang apabila dilakukan pergerakan aktif
akan menghambat proses penyembuhan

b.

Ketika pasien tidak dapat atau tidak diperbolehkan untuk bergerak aktif pada ruas atau
seluruh tubuh, misalnya keadaan koma, kelumpuhan atau bed rest total

2.2 Sasaran :

a.

Mempertahankan mobilitas sendi dan jaringan ikat

b. Meminimalisir efek dari pembentukan kontraktur


c.

Mempertahankan elastisitas mekanis dari otot

d. Membantu kelancaran sirkulasi


e.

Meningkatkan pergerakan sinovial untuk nutrisi tulang rawan serta difusi persendian

f.

Menurunkan atau mencegah rasa nyeri

g. Membantu proses penyembuhan pasca cedera dan operasi


h. Membantu mempertahankan kesadaran akan gerak dari pasien

2.7 Kontraindikasi dan Hal-hal yang harus diwaspadai pada latihan ROM
Kontraindikasi dan hal-hal yang harus diwaspadai pada latihan ROM
a. Latihan ROM tidak boleh diberikan apabila gerakan dapat mengganggu proses penyembuhan
cedera.

Gerakan yang terkontrol dengan seksama dalam batas-batas gerakan yang bebas nyeri
selama fase awal penyembuhan akan memperlihatkan manfaat terhadap penyembuhan dan
pemulihan

Terdapatnya tanda-tanda terlalu banyak atau terdapat gerakan yang salah, termasuk
meningkatnya rasa nyeri dan peradangan

b. ROM tidak boleh dilakukan bila respon pasien atau kondisinya membahayakan (life
threatening)

PROM dilakukan secara hati-hati pada sendi-sendi besar, sedangkan AROM pada sendi
ankle dan kaki untuk meminimalisasi venous stasis dan pembentukan trombus

Pada keadaan setelah infark miokard, operasi arteri koronaria, dan lain-lain, AROM pada
ekstremitas atas masih dapat diberikan dalam pengawasan yang ketat

2.8 Keterbatasan dalam Latihan ROM


a. ROM Aktif

Untuk otot yang sudah kuat tidak akan memelihara atau meningkatkan kekuatan.

Tidak akan mengembangkan keterampilan atau koordinasi kecuali dengan menggunakan


pola gerakan.

b. ROM Pasif
ROM Pasif tidak dapat :

Mencegah atrofi otot

Meningkatkan kekuatan dan daya tahan

Membantusirkulasi

2.9 Macam-macam Gerakan ROM


Ada berbagai macam gerakan ROM, yaitu :
1. Fleksi, yaitu berkurangnya sudut persendian.
2. Ekstensi, yaitu bertambahnya sudut persendian.
3. Hiperekstensi, yaitu ekstensi lebih lanjut.
4. Abduksi, yaitu gerakan menjauhi dari garis tengah tubuh.
5. Adduksi, yaitu gerakan mendekati garis tengah tubuh.
6. Rotasi, yaitu gerakan memutari pusat dari tulang.
7.

Eversi, yaitu perputaran bagian telapak kaki ke bagian luar, bergerak membentuk sudut
persendian.

8.

Inversi, yaitu putaran bagian telapak kaki ke bagian dalam bergerak membentuk sudut
persendian.

9. Pronasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan bergerak ke bawah.
10. Supinasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan bergerak ke atas.
11. Oposisi, yaitu gerakan menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada tangan yang
sama.

2.10 Gerakan ROM Berdasarkan Bagian Tubuh


Menurut Potter & Perry, (2005), ROM terdiri dari gerakan pada persendian sebaga berikut :
1. Leher, Spina, Serfikal
Gerakan

Penjelasan

Rentang

Fleksi

Menggerakan dagu menempel ke dada,

rentang 45

Ekstensi

Mengembalikan kepala ke posisi tegak,

rentang 45

Hiperektensi

Menekuk kepala ke belakang sejauh rentang 40-45


mungkin,

Fleksi lateral

Memiringkan kepala sejauh mungkin rentang 40-45


sejauh mungkin kearah setiap bahu,

Rotasi

Memutar kepala sejauh mungkin dalam rentang 180


gerakan sirkuler,

2. Bahu
Gerakan
Fleksi

Penjelasan

Rentang

Menaikan lengan dari posisi di samping rentang 180


tubuh ke depan ke posisi di atas kepala,

Ekstensi

Mengembalikan lengan ke posisi di rentang 180


samping tubuh,

Hiperektensi

Mengerkan lengan kebelakang tubuh, rentang 45-60


siku tetap lurus,

Abduksi

Menaikan lengan ke posisi samping di rentang 180


atas kepala dengan telapak tangan jauh
dari kepala,

Adduksi

Menurunkan lengan ke samping dan rentang 320


menyilang tubuh sejauh mungkin,

Rotasi dalam

Dengan siku pleksi, memutar bahu rentang 90


dengan menggerakan lengan sampai ibu
jari menghadap ke dalam dan ke
belakang,

Rotasi luar

Dengan

siku

fleksi,

menggerakan rentang 90

lengan sampai ibu jari ke atas dan


samping kepala,
Sirkumduksi

Menggerakan lengan dengan lingkaran rentang 360


penuh,

3. Siku
Gerakan
Fleksi

Penjelasan

Rentang

Menggerakkan siku sehingga lengan rentang 150


bahu bergerak ke depan sendi bahu dan
tangan sejajar bahu,

Ektensi

Meluruskan siku dengan menurunkan rentang 150


tangan,

4. Lengan bawah
Gerakan
Supinasi

Penjelasan

Rentang

Memutar lengan bawah dan tangan rentang 70-90


sehingga telapak tangan menghadap ke
atas,

Pronasi

Memutar

lengan

bawah

sehingga rentang 70-90

telapak tangan menghadap ke bawah,


5. Pergelangan tangan
Gerakan
Fleksi

Penjelasan

Rentang

Menggerakan telapak tangan ke sisi rentang 80-90


bagian dalam lengan bawah,

Ekstensi

Mengerakan jari-jari tangan sehingga rentang 80-90


jari-jari, tangan, lengan bawah berada
dalam arah yang sama,

Hiperekstensi

Membawa permukaan tangan dorsal ke rentang 89-90


belakang sejauh mungkin,

Abduksi

Menekuk pergelangan tangan miring ke rentang 30


ibu jari,

Adduksi

Menekuk pergelangan tangan miring ke rentang 30-50

arah lima jari,

6. Jari- jari tangan


Gerakan

Penjelasan

Rentang

Fleksi

Membuat genggaman,

rentang 90

Ekstensi

Meluruskan jari-jari tangan,

rentang 90

Hiperekstensi

Menggerakan

jari-jari

tangan

ke rentang 30-60

belakang sejauh mungkin,


Abduksi

Mereggangkan jari-jari tangan yang rentang 30


satu dengan yang lain,

Adduksi

Merapatkan kembali jari-jari tangan,

rentang 30

7. Ibu jari
Gerakan
Fleksi

Penjelasan
Mengerakan

ibu

jari

Rentang
menyilang rentang 90

permukaan telapak tangan,


Ekstensi

menggerakan ibu jari lurus menjauh rentang 90


dari tangan,

Abduksi

Menjauhkan ibu jari ke samping,

rentang 30

Adduksi

Mengerakan ibu jari ke depan tangan,

rentang 30

Oposisi

Menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari


tangan pada tangan yang sama.

8. Pinggul
Gerakan
Fleksi

Penjelasan

Rentang

Mengerakan tungkai ke depan dan rentang 90-120


atas,

Ekstensi

Menggerakan kembali ke samping rentang 90-120


tungkai yang lain,

Hiperekstensi

Mengerakan tungkai ke belakang rentang 30-50


tubuh,

Abduksi

Menggerakan tungkai ke samping rentang 30-50

menjauhi tubuh,
Adduksi

Mengerakan tungkai kembali ke


posisi media dan melebihi jika rentang 30-50
mungkin,

Rotasi

Memutar kaki dan tungkai ke arah

dalam

tungkai lain,

Rotasi luar

Memutar kaki dan tungkai menjauhi


tungkai lain,

Sirkumduksi

Menggerakan tungkai melingkar

rentang 90

rentang 90
-

9. Lutut
Gerakan
Fleksi

Penjelasan

Rentang

Mengerakan tumit ke arah belakang rentang 120-130


paha,

Ekstensi

Mengembalikan tungkai kelantai,

rentang 120-130

10. Mata kaki


Gerakan
Dorsifleksi

Penjelasan

Rentang

Menggerakan kaki sehingga jari-jari rentang 20-30


kaki menekuk ke atas,

Plantarfleksi

Menggerakan kaki sehingga jari-jari rentang 45-50


kaki menekuk ke bawah,

11. Kaki
Gerakan
Inversi

Penjelasan

Rentang

Memutar telapak kaki ke samping rentang 10


dalam,

Eversi

Memutar telapak kaki ke samping rentang 10


luar,

12. Jari-Jari Kaki


Gerakan
Fleksi

Penjelasan
Menekukkan jari-jari kaki ke bawah,

Rentang
rentang 30-60

Ekstensi

Meluruskan jari-jari kaki,

Abduksi

Menggerakan

jari-jari

rentang 30-60
kaki

satu rentang 15

dengan yang lain,


Adduksi

Merapatkan kembali bersama-sama,

rentang 15

2.11 Pemeriksaan Kekuatan Otot


Pemeriksaan kekuatan otot dapat dilakukan dengan menggunakan
pengujian otot secara manual ( manual muscle testing, MMT ). Pemeriksaan ini
ditujukan untuk mengetahui kemampuan mengontraksikan kelompok otot
secara volunteer. Lansia yang tidak mampu mengontraksiakan ototnya secara
aktif dan volunteer, tidak tepat apabila diberikan MMT standar.
Pemeriksaan kekuatan otot menggunakan MMT akan membantu
penegakan diagnosis klinis, penentuan jenis terapi, jenis alat bantu yang
diperlukan, dan prognosis. Penegakan diagnosis dimungkinkan oleh beberapa
penyakit tertentu yang hanya menyerang otot tertentu pula. Jenis terapi dan alat
bantu yang diperlukan oleh lansia juga harus mempertimbangkan kekuatan otot.
Diharapkan program terapi dan alat bantu yang dipilih tidak menyebabkan
penurunan kekuatan otot atau menambah beratnya penyakit lansia.
2.12 Proses Pelaksanaan MMT
1. Lansia diposisikan sedemikian rupa sehingga otot mudah berkontraksi sesuai
dengan kekuatannya. Posisi yang dipilih harus memungkinkan kontraksi otot
dan gerakan mudah diobservasi.
2. Bagian tubuh yang dites harus terbebas dari pakaian yang menghambat.
3. Berikan penjelasan dan contoh gerakan yang harus dilakukan.
4.

Lansia mengontraksikan ototnya dan stabilisasi diberikan pada segmen


proksimal.

5. Selama terjadi kontraksi, gerakan yang terjadi diobservasi, baik palpasi pada
tendon atau perut otot.
6. Memberikan tahanan pada otot yang dapat bergerak dengan luas gerakan sendi
penuh dan dengan melawan gravitasi.
7. Melakuakan pencatatan hasil MMT
2.13 Kriteria hasil pemeriksaan MMT
1. Normal (5) mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh, melawan gravitasi,
dan melawan tahanan maksimal.
2. Good (4) mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh, melawan gravitasi,
dan melawan tahanan sedang (moderat).
3. Fair (3) mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh dan melawan gravitasi
tanpa tahanan.
4. Poor (2) mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh tanpa melawan
gravitasi.
5. Trace (1) tidak ada gerakan sendi, tetapi kontraksi otot dapat dipalpasi
6. Zero (0) kontraksi otot tidak terdeteksi dengan palpasi

Anda mungkin juga menyukai