Anda di halaman 1dari 8

Melatih Range Of Motion (ROM)

Keperawatan Medikal Bedah II

A. Range Of Motion (ROM)

1. Pengertian ROM

Pengertian ROM adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan
otot, dimana klien menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif
ataupun pasif.

a. ROM Aktif

ROM aktif yaitu gerakan yang dilakukan oleh seseorang (pasien) dengan menggunakan energi sendiri.
Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendiri secara
mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal (klien aktif). Keuatan otot 75 %. Hal ini untuk melatih
kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif. Sendi
yang digerakkan pada ROM aktif adalah sendi di seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki oleh
klien sendri secara aktif. (Kusyati: 2012)

Latihan rentang pergerakan sendi aktif merupakan latihan isotonik dengan klien secara mandiri meng.
gerakkan setiap sendi di tubuhnya melalui RPS yang lengkap, peregangan seluruh kelompok otot secara
maksimal pada setiap bidang di atas sendi. Latihan ini dimaksudkan untuk mempertahankan atau
meningkatkan kekuatan otot dan daya tahan serta membantu mempertahankan fungsi kardiorespiratori
pada klien yang imobilisasi. Latihan tersebut juga mencegah memburuknya kapsul sendi, ankiolosis, dan
kontraktur sendi. . (Kozier, 2009)

b. Pengertian ROM Pasif

ROM pasif yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal dari orang lain (perawat) atau alat
mekanik. Perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang normal
(klienpasif), dengan kekuatan otot 50 %. (Kusyati: 2012)

Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan
menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki
pasien. Sendi yang digerakkan pada ROM pasif adalah seluruh persendian tubuh atau hanya pada
ekstremitas yang terganggu dan klien tidak mampu melaksanakannya secara mandiri. (Kusyati: 2012)
Selama latihan RPS pasif, orang lain menggerakkan setiap sendi klien secara lengkap dan meregangkan
seluruh kelompok otot secara maksimal pada setiap bidang sendi. Karena klien tidak melakukan
kontraksi otot, latihan RPS pasif ini tidak berguna untuk mempertahankan kekuatan otot tetapi berguna
dalam mempertahankan fleksibilitas sendi. Oleh karena itu, latihan RPS pasif harus dilakukan hanya jika
klien tidak mampu untuk melakukan gerakan secara aktif. . (Kozier, 2009)

2. Tujuan ROM

a. Umum

1) Meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.

2) Menjaga fungsi fisiologis normal.

3) Mencegah komplikasi akibat kontraktur imobilitas.

4) Pasien mampu meningkatkan partisipasi dalam aktivitas sehari-hari.

b. Khusus

1) ROM aktif

a) Latihan ini dapat mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan kelenturan otot.

b) Mempertahankan fungsi kardiorespiratori.

c) Mencegah kontraktur dan kekakuan pada persendian

(Hidayat, AA, 2006)

2) ROM Pasif

a) Menjaga fleksibilitas dari masing-masing persendian.

(Hidayat, AA, 2006)

3. Manfaat ROM

Adapun manfaat dari ROM (Range Of Motion), yaitu :

a. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan pergerakan

b. Mengkaji tulang, sendi, dan otot

c. Mencegah terjadinya kekakuan sendi


d. Memperlancar sirkulasi darah

e. Memperbaiki tonus otot

f. Meningkatkan mobilisasi sendi

g. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan

(Hidayat, AA, 2006)

4. Faktor yang Memengaruhi ROM

Menurut Lukman (2013) faktor-faktor yang memengaruhi ROM adalah sebagai berikut.

a. Pertumbuhan pada masa anak-anak.

b. Sakit.

c. Fraktur.

d. Trauma.

e. Kelemahan.

f. Kecacatan.

g. Usia, dan lain-lain.

5. Indikasi ROM

a. ROM Aktif

1) Pada saat pasien dapat melakukan kontraksi otot secara aktif dan menggerakkan ruas sendinya
baik dengan bantuan atau tidak.

2) Pada saat pasien memiliki kelemahan otot dan tidak dapat menggerakkan persendian sepenuhnya,
digunakan A-AROM (Active-Assistive ROM, adalah jenis ROM Aktif yang mana bantuan diberikan melalui
gaya dari luar apakah secara manual atau mekanik, karena otot penggerak primer memerlukan bantuan
untuk menyelesaikan gerakan).

3) ROM Aktif dapat digunakan untuk program latihan aerobik.

4) ROM Aktif digunakan untuk memelihara mobilisasi ruas diatas dan dibawah daerah yang tidak
dapat bergerak.
(Hidayat, AA, 2006)

b. ROM Pasif

1) Pada daerah dimana terdapat inflamasi jaringan akut yang apabila dilakukan pergerakan aktif akan
menghambat proses penyembuhan

2) Ketika pasien tidak dapat atau tidak diperbolehkan untuk bergerak aktif pada ruas atau seluruh
tubuh, misalnya keadaan koma, kelumpuhan atau bed rest total

(Hidayat, AA, 2006)

6. Kontraindikasi ROM

a. Latihan ROM tidak boleh diberikan apabila gerakan dapat mengganggu proses penyembuhan
cedera.

1) Gerakan yang terkontrol dengan seksama dalam batas-batas gerakan yang bebas nyeri selama fase
awal penyembuhan akan memperlihatkan manfaat terhadap penyembuhan dan pemulihan

2) Terdapatnya tanda-tanda terlalu banyak atau terdapat gerakan yang salah, termasuk meningkatnya
rasa nyeri dan peradangan

b. ROM tidak boleh dilakukan bila respon pasien atau kondisinya membahayakan (life threatening)

c. ROM dilakukan secara hati-hati pada sendi-sendi besar, sedangkan AROM pada sendi ankle dan
kaki untuk meminimalisasi venous stasis dan pembentukan thrombus

d. Pada keadaan setelah infark miokard, operasi arteri koronaria, dan lain-lain, AROM pada
ekstremitas atas masih dapat diberikan dalam pengawasan yang ketat

(Hidayat, AA, 2006)

7. Hal Yang Perlu Diperhatikan

a. Latihan ROM pasif dilakukan hanya pada pasien yang tidak dapat melakukannya sendiri. (Jacob:
2013)

b. Latihan ROM pasif dilakukan dengan tahanan yang ringan. (Jacob: 2013)

c. Jangan pernah melakukan latihan ROM melebihi kemampuan pasien yang dapat menyebabkan
ketidaknyamanan pasien. (Jacob: 2013)

d. Gerakkan bagian-bagian tubuh secara mulus, perlahan, dan ritmis. (Jacob: 2013)
e. Denyut nadi dan laju pernapasan harus meningkat selama latihan yang harus kembali ke tingkat
normal dalam 3 menit, bila tidak, berarti latihan tersebut terlalu berat untuk pasien. (Jacob: 2013)

h. Lingkungan dan klien

Perlu diperhatikan sebelum melakukan mobilisasi, lingkungan harus dapat menjaga keamanan dan
kenyamanan klien selama melakukan latihan, sedangkan yang menjadi perhatian terhadap klien adalah
latihan yang dilakukan harus sesuai dengan kemampuan klien dan harus memperhatikan kesungguhan
serta tingkat konsentrasi klien dalam melakukan latihan. Lukman (2013)

i. Gerakan ROM

Gerakan ROM bisa dilakukan pada leher, ekstremitas atas, dan ekstremitas bawah. Latihan rentang
gerak pada leher, meliputi gerakan fleksi, ekstensi, rotasi lateral, dan fleksi lateral. Menurut Reeves
(2001) dalam Lukman (2013) rentang gerak (ROM) standar untuk ekstremitas atas dan ekstremitas
bawah, adalah sebagai berikut.

1) Ekstremitas Atas

a) Bahu: adduksi, abduksi, fleksi, ekstensi, dan hiperekstensi.

b) Siku: fleksi dan ekstensi.

c) Lengan depan: pronasi dan supinasi.

d) Pergelangan tangan: fleksi pergelangan, fleksi radialis, fleksi ulnaris, hiperekstensi pergelangan.

e) Ibu jari: fleksi, ekstensi, dan oposisi (ibu jari berhadapan dengan jari kelingking).

f) Jari-jari: abduksi, adduksi, fleksi, dan ekstensi.

2) Ekstremitas Bawah

a) Kaki: fleksi, ekstensi, hiperekstensi, adduksi, abduksi, rotasi internal, dan rotasi eksternal.

b) Lutut: fleksi, dan ekstensi.

c) Pergelangan kaki: dorso fleksi, dan plantar fleksi.

d) Telapak kaki: supinasi, dan pronasi.

8. Prosedur Pelaksanaan ROM

a. ROM Aktif

Prosedur pelaksanaan
Perawat memberikan bimbingan dan instruksi atau motivasi kepada klien untuk menggerakkan
persendian-persendian tubuh sesuai dengan rentang geraknya masing-masing. (Kusyati: 2012)

Latihan Rentang Pergerakan SandiAktif .

1. Lakukanlah setiap latihan RPS seperti yang diajarkan sampai pada titik adanya sedikit tahanan,
jangan melampaui, dan jangan pernah sampai ke titik ketidaknyamanan.

2. Lakukan gerakan-gerakan secara sistematis, gunakan urutan yang sama untuk setiap sesinya,

3. Lakukan setiap latihan sebanyak tiga kali

4. Lakukan setiap seri latihan dua kali sehari (Kozier: 2010)

Pertanyaan.

1.Alin : bagaimana cara pengukuran ROM dan apa alat untuk mengukur ROM

2.siti nur:Tadi dalam pembahasan faktor yng mempengaruhi ROM,salah satu nya ada sakit.sakit apa itu
mksudnya?

3.Triyani:tolong berikan contoh tujuan merangsang sirkulasi darah?

4.Fany : indikasi pasien apa saja yg perlu latihan rom?

Jawaban

1. Alat untuk mengukur ROM dinamakan *Giniometri* Giniometri adalah alat untuk mengukur dan
menemukan derajat sudut suatu sendi.

Contoh untuk mengukur ROM ankle.

Posisi.

Ankle di posisikan serileks mungkin dengan posisi seperti diatas.

Test MMT.
Pasien disuruh aktif ROM dorsoflexi melawan tahanan tangan kita. Jika terjadi keterbatasan sendi maka
cari Goniometri taruh seperti di gambar.

Letakkan Goniometri dengan cara.

A = Letakkan Goniometri di bawah maleolus lateral dekat dengan ujung kaki.

SA = Letakkan lengan Goniometri sepanjang tulang Fibula

MA = Letakkan lengan Goniometri tepat di tulang ke -5 Metatarsal, Gerakkan lengan tersebut dengan
menahan ankle pasien dengan arah plantar flexi ankle atau mendorong kedepan ankle. Perhatikan sudut
gerakan sampai terasa pasien end feel.

Baca berapa derajat sudut keterbatasanya.

Lihat di dalam lingkaran Goniometri, sudut end feel pasien adalah sudut ROM yang diukur.

Untuk Plantar Flexi normal sudut 0-55 derajat.

Catat berapa sudut ROM nya di Buku MMT.

Bandingkan dengan Flexi normal 55 derajat, jika terbaca 48 derajat berarti pasien mengalami
keterbatasan gerak atau sendi di ankle. Rumusnya ROM normal dikurangi sudut ROM sendi yang
terbatas. Contoh ; 55 - 48 = 7 derajat keterbatasan.

2. Maksud sakit disini : Mengidentifikasi nyeri pada bagian tubuh yang tidak

melakukan latihan gerak fisik sendi (ROM)

3. Tujuan merangsang sirkulasi darah maksudnya agar sirkulasi darah lancar. Nah, peredaran darah yang
tak lancar bisa mengakibatkan masalah kesehatan, misalnya jika ada nyeri, mati rasa, bisa jadi itu tanda
bahwa aliran darah ke bagian tsb tidak memadai atau kurang, oleh karenanya harus melatih rom

4. a Pada saat pasien dapat melakukan kontraksi otot secara aktif dan menggerakkan ruas sendinya baik
dengan bantuan atau tidak.

b. Pada saat pasien memiliki kelemahan otot dan tidak dapat menggerakkan persendian sepenuhnya,
digunakan A-AROM (Active-Assistive ROM, adalah jenis ROM Aktif yang mana bantuan diberikan melalui
gaya dari luar apakah secara manual atau mekanik, karena otot penggerak primer memerlukan bantuan
untuk menyelesaikan gerakan).
c. ROM Aktif dapat digunakan untuk program latihan aerobik.

d. ROM Aktif digunakan untuk memelihara mobilisasi ruas diatas dan dibawah daerah yang tidak
dapat bergerak.

Anda mungkin juga menyukai