T DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS DI
IGD RSUP Dr. KARIADI SEMARANG
Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Keperawatan Gawat Darurat dan Kritis
Pembimbing Akademik : Ns. Dody Setyawan, S.Kep, M.Kep
Pembimbing Klinik: Ns. Dwi Arif R., S.Kep
Disusun Oleh:
A. Latar Belakang
Otak merupakan organ yang sangat penting bagi seluruh aktivitas dan
fungsi tubuh. Otak sebagai pusat kontrol bagi tubuh yaitu sebagai
pengendalian fisik, intelektual, emosional, sosial, dan keterampilan. Walaupun
otak berada dalam ruang yang tertutup dan terlindungi oleh tulang- tulang
yang kuat namun dapat juga mengalami kerusakan. Salah satu penyebab dari
kerusakan otak adalah terjadinya trauma atau cedera kepala yang dapat
mengakibatkan kerusakan struktur otak, sehingga fungsinya juga dapat
terganggu (Black & Hawks, 2009).
Darah merupakan kebutuhan fisiologis yang penting. Dalam aliran darah
mengandung oksigen dan nutrisi-nutrisi yang penting untuk tubuh manusia.
Apabila aliran darah dalam tubuh manusia terganggu maka akan
mempengaruhi juga dari kebutuhan dasar berdasarkan hirarki Maslow.
Kurangnya aliran darah atau sirkulasi dan oksigen ke jaringan otak akan
mempengaruhi atau dapat merusak serta mematikan sel-sel saraf di otak,
sehingga akan dapat menyebabkan kelumpuhan pada anggota gerak,
gangguan bicara, serta penurunan kesadaran (Sudarsini, 2017). Berkurangnya
aliran darah atau sirkulasi darah ke jaringan otak dipengaruhi oleh sumbatan,
ateriosklerosis sehingga adanya trombus atau emboli di cerebral ataupun
karena penyempitan pembuluh darah (Nurarif, 2015).
Salah satu masalah keperawatan jika otak mengalami kerusakan atau
trauma yaitu risiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral. Risiko
ketidakefektifan perfusi jaringan serebral yaitu keadaan rentan mengalami
penurunan sirkulasi jaringan otak yang dapat menganggu kesehatan (Herdman
& Kamitsuru 2018). Adapun kondisi terkait yang dapat menyebabkan
ketidakefektifan perfusi jaringan serebral yaitu pasien dengan hipertensi,
embolisme dan aneurisma otak. Dimana kondisi ini dapat ditemukan pada
pasien stroke.
Tingginya angka kematian akibat risiko ketidakefektifan perfusi
serebral pada pasien stroke menuntut perawat untuk dapat melakukan
pengkajian dan diagnosis yang cepat dan akurat sehingga intervensi yang
diberikan pada pasien dapat dilakukan dengan tepat (Oman,2012). Observasi
tindakan keperawatan dan kolaborasi di IGD dalam menangani pasien dengan
masalah risiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral merupakan proses
pembelajaran sehingga diharapkan mahasiswa dapat membuat laporan asuhan
keperawatan pada pasien dengan masalah keperawatan risiko ketidakefektifan
perfusi serebral sesuai dengan NANDA, NIC dan NOC.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk menganalisa kasus kelolaan
pada klien dengan CKB (Cidera Kepala Berat) di UGD RSUP dr. Kariadi
Semarang.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari Laporan Kasus ini adalah:
a. Mengidentifikasi data pencetus dan penunjang masalah keperawatan
pada klien dengan CKB (Cidera Kepala Berat).
b. Menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan CKB (Cidera
Kepala Berat).
c. Menyusun Rencana Keperawatan pada klien dengan CKB (Cidera
Kepala Berat).
d. Menganalisis Tindakan Keperawatan pada klien dengan CKB (Cidera
Kepala Berat).
e. Menganalisis Evaluasi Keperawatan pada klien dengan CKB (Cidera
Kepala Berat).
C. Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit
Laporan kasus ini bisa dijadikan masukan untuk rumah sakit, dalam upaya
meningkatkan mutu pemberian asuhan keperawatan pada klien yang
mengalami CKB (Cidera Kepala Berat).
2. Bagi Institusi Pendidikan
Laporan kasus ini bisa dijadikan bahan referensi bagi mahasiswa tentang
asuhan keperawatan pada CKB (Cidera Kepala Berat).
3. Bagi Mahasiswa
Laporan Kasus ini bisa dijadiakan pembelajaran dalam memberikan
Asuhan Keperawatan pada klien dengan CKB (Cidera Kepala Berat).
BAB II
TINJAUAN TEORI
9. Neoplasma otak
Lesi yang mendesak ruang diotak, dapat berupa tumor jinak maupun
ganas. Tumor tersebut tumbuh di otak, meningeal dan tengkorak. Tumor
otak menyebabkan gangguan neurologis progresif yang disebabkan oleh
dua faktor yaitu gangguan fokal oleh tumor dan kenaikan tekanan
intrakranial. Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan
tumor yang tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Hal inilah
yang menimbulkan risiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
sehingga mengakibatkan terjadinya kehilanagn fungsi secara akut dan
dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskular primer (Batticaca,
2007).
10. Stenosis karotid
Carotid stenosis atau stenosis arteri karotis adalah penyempitan
pembuluh darah di bagian arteri karotis. Penyempitan ini biasanya
disebabkan oleh penumpukan zat lemak dan endapan kolesterol yang
disebut plak.
11. Aneurisma serebral
Aneurisma dapat terjadi jika tekanan darah meningkat yang dapat
menyebabkan dinding arteri menggelembung keluar seperti balon.
Aneurisma yang berdekatan dengan otak dapat menyebabkan penekanan
struktur serebral seperti penekanan pada khiasma optikum yang
menyebabkan gangguan penglihatan. Jika arteri tersumbat karena
spasme vaskulerr, emboli atau trombus maka dapat menyebabkan
sumbatan aliran darah ke distal neuron-neuron sehingga menyebabkan
sel-sel neuron cepat nekrosis yang dapat menyebabkan adanya stroke
bagi penderita (Batticaca, 2007).
12. Koagulopati
Koagulopati merupakan komplikasi yang sering timbul pada penderita
cedera kepala berat. Terjadinya koagulopati berdasarkan teori pelepasan
tromboplastin jaringan dari otak ke dalam sirkulasi.
13. Kardiomiopati dilatasi
Kardiomiopati dilatasi atau dilated cardiomyopathy (DCM) adalah
gangguan miokard yang didefinisikan oleh dilatasi dan gangguan fungsi
sistolik ventrikel kiri, atau kedua ventrikel, tanpa adanya penyakit arteri
koroner, kelainan katup, atau penyakit perikard.
14. Koagulasi intravaskular diseminata
Koagulasi intravaskuler diseminata (KID) adalah manifestasi trombosis
lain selain tromboemboli vena yang bersifat akut. Pada pasien kanker
gambarannya sedikit berbeda, yaitu cenderung bersifat kronik,
tergantung pada jenis kankernya. Patogenesis KID pada keganasan
hematologi adalah akibat fibrinolisis yang meningkat. Sedangkan pada
tumor solid terjadi akibat aktivasi faktor koagulasi oleh faktor jaringan
yang diekspresikan oleh sel kanker.
15. Embolisme
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh
bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli disebabkan oleh
trombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral.
Emboli dapat berlangsung cepat dan gejala dapat timbul kurang dari 10-
30 detik (Nugroho, dkk 2016)..
16. Hiperkolesterolemia
Hiperkolesterolemia adalah suatu kondisi dimana meningkatnya
konsentrasi kolesterol dalam darah yang melebihi nilai normal (Guyton
& Hall, 2008). Kolesterol telah terbukti mengganggu dan mengubah
struktur pembuluh darah yang mengakibatkan gangguan fungsi endotel
yang menyebabkan lesi, plak, oklusi, dan emboli. Selain itu juga
kolesterol diduga bertanggung jawab atas peningkatan stress oksidatif
(Stapleton et al., 2010).
17. Hipertensi
Tekanan darah sitemik yang mengalami peningkatan akan
membuat pembuluh darah cerebral berkontriksi (Sofyan, 2015). Derajat
kontriksi itu sendiri tergantug pada peningkatan pembukuh darah.
Apabila peningkatan tekanan darah yang terlalu tinggi selama berbulan-
bulan dan bertahun-tahun, akan dapat menyebabkan hialinisasi pada
lapisan pembulu darah serebral yang dapat mengakibatkan diameter dari
lumen pembuluh darah akan menjadi tetap. Hal tersebut akan menjadi
bahaya, jika pembuluh darah mengalami hialin maka pembuluh darah
serebral tidak dapat berdilatasi ataupun berkontriksi secara leluasa
mengatasi terjadinya fluktuasi dari peningkatan tekan darah itu sendiri
(Sofyan, 2015). Bila mengalami peningkatan tekanan darah akan dapat
menyebabkan edema dan kemungkinana perdarahan pada otak (Apabila
suatu ketika mengalami penurunan tekan darah makan akan terjadi
penurunan perfusi ke jaringan otak. Resiko terjadinya penurunan perfusi
ke jaringan otak itu akan dapat mengakibatkan iskemik pada serebral
(Sofyan, 2015).
C. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) (Moorhead, 2013)
Perfusi Jaringan : Serebral (0406)
Kriteria hasil Deviasi berat Deviasi Deviasi Deviasi Tidak ada
dari kisaran yang cukup sedang dari ringan dari deviasi dari
normal besar dari kisaran kisaran kisaran
kisaran normal normal normal
normal
Tekanan darah 1 2 3 4 5
sistolik
Tekanan darah 1 2 3 4 5
diastolik
Nilai rata-rata 1 2 3 4 5
tekanan darah
Tekanan 1 2 3 4 5
intrakranial
Hasil serebral 1 2 3 4 5
angiogram
Berat Besar Ringan Sedang Tidak ada
Sakit kepala 1 2 3 4 5
Bruit karotis 1 2 3 4 5
Kecemasan yang 1 2 3 4 5
tidak dijelaskan
Agitasi 1 2 3 4 5
Keadaan pingsan 1 2 3 4 5
Kegelisahan 1 2 3 4 5
Kelesuan 1 2 3 4 5
Muntah 1 2 3 4 5
Cegukan 1 2 3 4 5
Demam 1 2 3 4 5
Penurunan 1 2 3 4 5
Tingkat kesadaran
Refleks saraf 1 2 3 4 5
terganggu
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
a. Pasien
Nama : An.T
Umur : 21 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pegawai Geprek Mewek
Alamat : Barepan 2/5 Wanurejo, Borobudur, Jawa
Tengah
Diagnosa Medis : CKB
No. RM : C75XXXX
Penanggung Jawab
Nama : Tn.A
Umur : 57 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Tani
Alamat : Barepan 2/5 Wanurejo, Borobudur, Jawa
Tengah
Hubungan : Bapak
2. PENGKAJIAN PRIMER
a. Airways
Terdapat sumbatan jalan napas berupa akumulasi darah dan lendir pada
rongga mulut klien, terdengar suara gurgling. Klien muntah proyektil
sekitar pukul 01.05 WIB
b. Breathing
Klien menggunakan bantuan oksigen NRM 10 lpm. Klien terlihat sesak
dengan frekuensi napas 30x/menit. Terdapat retraksi dinding dada yang
kuat, pola napas klien cepat dan dalam, SpO2 : 97%
c. Circulation
1) Tekanan Darah : 100/60 mmHg
2) Nadi : 110 x/menit
o
3) Suhu : 37 C
4) MAP : 73,3 mmHg
5) Akral : Dingin
6) Capilarry Refill : > 3 detik
7) SpO2 : 97%
d. Disability
1) Kesadaran : Soporo koma
2) GCS : E1 V1 M3
3) Pupil : anisokor, pupil kiri 3 cm, pupil kanan 4
cm
4) Gangguan Motorik : ekstremitas atas dan bawah lemasu
An
e. Exposure
3. PENGKAJIAN SEKUNDER
a. Anamnesis (SAMPLE)
1) S (Signs and Symptoms)
GCS E1V1M3 (Soporo koma), klien muntah proyektil sekitar pukul
01.05 WIB, terdengar suara gurgling, keluar darah dari mulut,
terdapat racoon aye pada mata kanan, dan battle sign pada telinga
kiri, laserasi di kepala bagian parietal ± 1,5 cm, pada tungkai
sinistra ± 3 cm. RR = 30 x/menit, nafas cepat dan dalam.
2) A (Allergies)
Keluarga klien mengatakan bahwa klien tidak mempunyai alergi
obat maupun makanan
3) M (Medications)
Keluarga klien mengatakan klien mengendarai motor dibawah
pengaruh alkohol. Klien sudah sering mengkonsumsi alkohol
sebelumnya. Klien sebelumnya tidak mengkonsumsi obat apapun.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala mesocephal, penyebaran rambut
merata, berwarna hitam, terdapat laserasi pada
kepala bagian parietal ± 1,5 cm
ATAS
EKSTREMITAS Oedem Tidak ada Tidak ada
Nyeri Tidak terkaji Tidak terkaji
Capilary Refill Time > 3 dtk > 3 dtk
Kekuatan otot Tidak terkaji Tidak terkaji
BAWAH
4. PENGKAJIAN FUNGSIONAL
a) Nutrisi dan Cairan
Nutrisi
Jenis Sebelum Sakit Saat Sakit
Makan Frekuensi : 3 x sehari -
Porsi, Jenis : Nasi 1 piring, lauk pauk dan
sayur
Minum Frekuensi : 6-8 gelas/ hari -
Jenis : air putih, teh/kopi
Cairan
Intake Output
Infus : 1500 ml (NaCl 20 BAK : 100 ml (warna kemerahan)
tpm) + 250 ml (manitol) BAB : -
Minum : - IWL : 15 cc x BB (65)
Makan : - 975 cc
Jumlah : 1750 ml Perdarahan : hematuria
Jumlah: 1075 ml
Checklist
sesuai
Indikator Kondisi Skor Keterangan
kondisi
pasien
Ekspresi Rilek 0 Tidak ada ketegangan otot
wajah Kaku 1 Mengerutkan kening,
mengangkat alis, orbit
menegang (misalnya membuka
mata atau menangis selama
prosefur nosiseptif)
Meringis 2 Semua gerakan wajah
sebelumnya ditambah kelopak
mata tertutup rapat (Pasien
dapat mengalami mulut
terbuka, mengigit selang ETT)
Gerakan Tidak ada 0 Tidak bergerak (tidak
tubuh gerakan kesakitan) atau posisi normal
abnormal (tidak ada gerakan lokalisasi
nyeri)
Lokalisasi 1 Gerakan hati-hati, menyentuh
nyeri lokasi nyeri, mencari perhatian
melalui gerakan
Gelisah 2 Mencabut ETT, mencoba
untuk duduk, tidak mengikuti
perintah, mencoba keluar dari
tempat tidur
Aktivasi Pasien 0 Alarm tidak berbunyi
alarm kooperatif
ventilator terhadap
mekanik kerja
(Pasien ventilator
diintubasi) mekanik
Alarm aktif 1 Batuk, alarm berbunyi tetapi
tapi mati berhenti secara spontan
sendiri
Alarm selalu 2 Alarm sering berbunyi
aktif
Berbicara Berbicara 0 Bicara dengan nada pelan
jika pasien dalam nada
diekstubasi normal atau
tidak ada
suara
Mendesah, 1 Mendesah, mengerang
mengeran
Menangis 2 Menangis, berteriak
Ketegangan Tidak ada 0 Tidak ada ketegangan otot
otot ketegangan
otot
Tegang, 1 Gerakan otot pasif
kaku
Sangat 2 Gerakan sangat kuat
tegang atau
kaku
Total 5
Catatan:
1. Skor 0 : tidak nyeri
2. Skor 1-2 : nyeri ringan
3. Skor 3-4 : nyeri sedang
4. Skor 5-6 : nyeri berat
5. Skor 7-8 : nyeri sangat berat (Gelinas 2006)
Kesimpulan: Berdasarkan hasil pengkajian nyeri menggunakna CPOT,
didapatkan An.T mengalami nyeri berat dengan skor 5.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
d) Hasil Laboratorium
Tanggal : 15 Mei 2019, pukul 04.21 WIB
Imunoserologi
HbsAg < 0.10 Negatif : <1.0, Negatif
equevocal : 1.0 – 50.0,
Positif : >50.0
Koagulasi
Plasma Prothombin
Time (PPT)
Waktu 11.7 detik 9.4 - 11.3 H
Prothombin
PPT Kontrol 10.4 detik
Partial
Thromboplastin
Time
(PPTK)
Waktu 26.5 detik 27.7-40.2 L
Thromboplastin
APTT Kontrol 31.5 detik
e) Hasil EKG
Tidak ada
5. TERAPI MEDIS
Nama Obat Dosis Rute Indikasi Kontraindikasi Efek Samping
Infus Nacl 0,9% 20 tpm IV Merupakan obat yang biasa Kontraindikasi relatif pada penggunaan Efek yang terjadi
digunakan untuk mengganti cairan cairan salin normal intravena adalah: selama penggunaan
tubuh yang hilang karena beberapa Pasien dengan gagal jantung Nacl 0.9% seperti
faktor. kongestif kelebihan kadar
Nacl 0.9% memiliki fungsi sebagai Pasien dengan gangguan fungsi
natrium dalam darah
pengatur keseimbangan cairan ginjal berat
dan kekurangan
tubuh, mengatur kerja dan fungsi Kondisi yang disertai dengan retensi
natrium dan edema Kalium dalam darah.
otot jantung, mendukung
metabolisme tubuh, dan merangsang Sirosis hepatis
kerja saraf. Tidak boleh digunakan sebagai
irigasi pada prosedur elektrosurgical.
Ranitidin 50mg/1 IV Mengobati ulkus lambung dan Lansia, ibu hamil, ibu menyusui, Sembelit, diare,
2jam duodenum, melindungi lambung kanker lambung, penyakit ginjal, pusing, sakit kepala,
dan duodenum agar tidak sampai mengonsumsi obat non-steroid anti- mual
teradi ulkus Mengobati masalah inflamasi, sakit paru paru, diabetes,
yang disebabkan oleh asam pada masalah dengan sistem kekebalan
kerongkongan, contohnya pada tubuh, porfiria akut (gangguan
GERD metabolisme langka)
Mencegah tukak lambung agar
tidak berdarah Mengobati sakit
maag beserta gejala-gejala yang
ditimbulkannya
Metoclopramid 10 mg IV Metoklopramid bekerja dengan Orang yang memiliki riwayat Mengantuk
cara menghambat reseptor hipersensitivitas atau alergi Sakit kepala
dopamin dan dalam dosis yang terhadap kandungan obat ini. Depresi
lebih tinggi senyawa ini dapat Penderita pendarahan saluran Kelelahan
memblokir reseptor serotonin di cerna, obstruksi mekanis dan Gangguan
zona pemicu kemoreseptor di perforasi saluran cerna serta saluran cerna
susunan saraf pusat. Kondisi ini dikonfirmasi menderita Hipotensi
akan menyebabkan pheyocromocytoma.
meningkatnya respon terhadap Tidak boleh diberikan pada
asetilkolin di jaringan tisu penderita epilepsi, parkinson,
saluran pencernaan atas. memiliki riwayat
Akibatnya terjadi peningkatan metahemoglobinemia.
motilitas dan mempercepat Penderita yang sedang diobati
pengosongan lambung tanpa dengan obat jenis agonis
merangsang asam lambung dan levodopa atau dopaminergik.
pankreas.
Metoklopramid digunakan untuk
meredakan mual dan muntah
yang disebabkan oleh berbagai
kondisi seperti:
Muntah setelah menjalani
kemoterapi atau radioterapi.
Muntah akibat GERD.
Mual dan muntah akibat
kelainan pada saluran
pencernaan akibat penyakit
diabetes.
Mengatasi mual dan muntah
pascaoperasi.
Selain itu obat ini juga
digunakan untuk membantu
proses instubasi (memasukkan
selang ke saluran cerna),
membantu pengosongan
lambung, serta memperlancar
jalannya zat kontras saat proses
radiologi lambung dan usus.
Manitol 250 ml IV Sebagai diuretik osmotik dapat Orang dengan gagal jantung Pusing, mual, rasa
digunakan untuk beberapa tujuan kongestif, kegagalan fungsi ginjal sakit di dada, rasa
berbeda, antara lain: profilaksis tidak diperkenankan untuk haus.
terhadap gagal ginjal akut, mendapatkan Mannitol, kecuali
Sakit kepala,
diagnosis banding oliguria akut apabila setelah diberikan 200,0 g
polidipsia, letargi,
dan penurunan tekanan cairan Mannitol per kg berat badan yang
konfusi.
serebrospinal dan intra-okular. diinjeksikan dalam waktu 3 sampai 5
menit dapat menghasilkan sedikitnya
40 mL urine per jam selama 2 sampai
3 jam. Penderita yang mengalami
dehidrasi/asidosis, perdarahan
intracranial.
B. ANALISA DATA DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Klien : An.T
No. Rekam Medik : C75XXXX
Ruang Rawat : Ruang IGD
1. ANALISA DATA
No. Data Fokus Masalah Etiologi
1 DS:- Ketidakefektifan Bersihan Obstruksi Jalan Napas
DO : Jalan Napas (00031) (darah berlebih)
- Terdapat sumbatan jalan napas berupa akumulasi darah
dan lendir pada rongga mulut klien
- Terdengar suara gurgling
- RR : 22 x/menit.
- Akral Dingin
- SpO2 : 97%
2 DS:- Ketidakefektifan Pola Napas Hiperventilasi
DO: (00032)
- Klien terlihat sesak dengan frekuensi napas 30x/menit.
- Klien menggunakan O2 NRM 10 liter/menit
- Terdapat retraksi dinding dada
- Pola napas klien cepat dan dalam.
- SpO2 klien 97%
3 DS :- Resiko Ketidakefektifan Peningkatan TIK
DO: Perfusi Jaringan Serebral
- Kesadaran : Soporokoma (00201)
- GCS : E1 V1 M3
- Tekanan Darah: 100/60 mmHg
- Nadi : 110 x/menit
- MAP : 73,3 mmHg
- Terdapat perdarahan yang keluar dari mulut
- Terdapat racoon eye pada mata kanan
- Terdapat battle sign pada telinga
Hasil pemeriksaan MSCT menunjukkan:
- Epidural hematom luas (volume ±96,22cc) pada regio
fronta-parieto kanan kiri dan occipital kanan
- Tampak tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial
- Subarachnoid hemorhagic
- Edema cerebri diffuse
- Intraventrikuler hemorhagic
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa
Tgl Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan Paraf
Keperawatan
15 Mei Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Airway Suction tim
2019 Bersihan Jalan keperawatan selama 2x15 menit jalan 1. Informasikan kepada keluarga tentang
Napas (00031) napas efektif dengan kriteria hasil: suctioning
berhubungan 1. RR 16-24x/menit, tidak terjadi 2. Auskultasi suara nafas sebelum dan
dengan peningkatan maupun penurunan sesudah suctioning
obstruksi jalan 2. Akral hangat 3. Gunakan alat steril setiap melakukan
napas (darah
3. Suara napas bersih (tidak tindakan
berlebih)
terdengar suara gurgling dan 4. Monitor status oksigen pasien
ronkhi) 5. Hentikan suction apabila Pasien
4. Tidak terdapat penumpukan sekret menunjukkan bradikardi, peningkatan
pada mulut SaO2, dll
5. Tidak terdapat penumpukan sekret Airway Management
pada ET 6. Buka jalan nafas dengan teknik chin lift
atau jaw thrust bila perlu
7. Posisikan pasien memaksimalkan
ventilasi
8. Identifikasi pasien perlunya pemasangan
alat jalan nafas buatan
9. Pasang mayo bila perlu
10. Auskultasi suara nafas, catat adanya
suara tambahan
11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan
12. Monitor respirasi dan status O2
15 Mei Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan Oxygen Therapy tim
2019 Pola Napas keperawatan selama 1 x 6 jam pola 1. Pertahankan jalan nafas paten
(00032) nafas klien dapat membaik dengan 2. Atur peralatan oksigenasi
berhubungan kriteria hasil : 3. Monitor aliran oksigen
dengan 4. Pertahankan posisi pasien
1. Frekuensi pernafasan klien
hiperventilasi 5. Observasi tanda-tanda hipoventilasi
dalam rentang normal (12-24
Vital Sign Monitaoring
x/menit)
6. Monitor TD, nadi, dan RR
2. Menunjukkan kepatenan jalan
7. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
nafas 8. Monitor kualitas dan nadi
3. Saturasi oksigen dalam 9. Monitor frekuensi dan irama pernafasan
rentang normal (>95%) 10. Monitor suara paru
4. Tidak terlihat retraksi dinding 11. Monitor pola pernafasan abnormal
dada 12. Monitor adanya cushing triad (tekanan
nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik
13. Identifikasi dari penyebab perubahan
vital sign
15 Mei Resiko Setelah dilakukan tindakan Cerebral Sensation Management (2660) tim
2019 Ketidakefektifan keperawatan selama 60 menit 1. Periksa TTV, keadaan umum, serta tingkatkan
Perfusi Jaringan masalah ketidakefektifan perfusi kesadaran pasien
Serebral (00201)
berhubungan jaringan serebral dapat teratasi 2. Lakukan pemeriksaan reaksi pupil,
dengan dengan kriteria hasil : ukurannya, bentuk dan reaktivitas terhadap
peningkatan 1. Pasien tidak mengalami penurunan cahaya
TIK kesadaran 3. Posisikan pasien dengan posisi kepala lebih
2. Tekanan sitole dan diastole dalam tinggi 15-30 ºC dengan letak jantung
rentang yang diharapkan (sistol 4. Pertahankan bedrest, berikan lingkungan
100-130 mmHg, diastole = 60-89 yang tenang dan nyaman
mmHg), Nadi =60-100 x/menit, 5. Berikan tambahan oksigen bila diperlukan
RR 16-24x/menit, Suhu : 36,5-37,5 6. Beritahu pasien terkait kondisinya dan
ºC ajarkan pasien terkait pentingnya posisi head
3. Menunjukkan tidak adanya up
keburukan/kekambuhan setelah 7. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat-
diberikan tindakan yaitu obatan yang dianjurkan
peningkatan TIK : pasien kejang, 8. Lakukan manajemen PTIK
tekanan darah tinggi, MAP tinggi, - Airway : pelihara patenan jalan nafas
bardikardi, RR naik, papila edema. - Blood pressure : monitoring dan pertahankan
tekanan darah yang adekuat : pemberian
program non farmakologi dengan
- Calm = berikan kondisi pasien agar tenang dan
nyaman dengan lingkungan
- D : Lakukan dekompresi perut dengan
menurunkan tekanan intraabdominal untuk
memaksimalkan ekspansi paru-parudan
membperbaiki ventilasi dengan membuang
isilambung/residu melalui NGT
- E :Tinggikan kepala sampai 30 derajat
Lakukan pemeriksaan pupil dan adanya edema
paplebra
- Fluid and elecrtrolytes : Berikan cairan
elektrolit untuk meningkatkan ICP : pemberian
infuse NaCl 0,9% 20 tpm,
- Family : libatkan keluarga dalam pengambilan
keputusan dan pemberi dukungan /family
support
- Pantau tingkat kesadaran pasien (GCS)
- Hiperthermia : lakukan pemantauan suhu tubuh
pasien dan berikan program terapi yang
diresepkan dokter
- Monitoring ICP, MAP
- Kolaborasi pemberian manitol 250 cc
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Klien : An.T
No. Rekam Medik : C75XXXX
Ruang Rawat : Ruang IGD
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Klien : An.T
No. Rekam Medik : C75XXXX
Ruang Rawat : Ruang IGD
Diagnosa
Tanggal Jam Evaluasi Paraf
Keperawatan
15 Mei Ketidakefektifan 07.00 S:- Arin
2019 Bersihan Jalan O:
Napas (00031) - Klien terpasang OPA
berhubungan - Klien terasang ETT dengan oksigen 10 lpm
dengan
- Tidak terdengar gurgling
obstruksi jalan
- Tidak terdapar secret maupun pendarahan di mulut
napas (darah
berlebih) A:
- Masalah ketidak efektifan bersihan jalan nafas belum teratasi
P:
Lanjutkan program intervensi
Ketidakefektifan S:- Arin
Pola Napas O:
(00032) - Suara napas vesikuler
berhubungan - RR 28 x/menit,
dengan
- SpO2 97%,
hiperventilasi
A:
- Masalah ketidak efektifan pola nafas belum teratasi
P:
Lanjutkan program intervensi
Resiko S:- Arin
Ketidakefektifan O:
Perfusi Jaringan - Klien mengalami penurunan kesadaran
Serebral (00201) - GCS E1M3Vet
berhubungan
dengan A:
peningkatan - Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral belum teratasi
TIK P:
Lanjutkan program intervensi
Ketidakefektifan 14.00 S:- Yuni
Bersihan Jalan O:
Napas (00031) - Klien terpasang OPA
berhubungan - Klien terasang ETT dengan oksigen 10 lpm
dengan
- Tidak terdenga gurgling
obstruksi jalan
- Tidak terdapar secret maupun pendarahan di mulut
napas (darah
berlebih) A:
- Masalah ketidak efektifan bersihan jalan nafas belum teratasi
P:
Lanjutkan program intervensi
Ketidakefektifan S:- Yuni
Pola Napas O:
(00032) - Nafas Kusmaul
berhubungan - RR 30 x/menit
dengan
- SpO2 75%
hiperventilasi
A:
- Masalah ketidak efektifan pola nafas belum teratasi
P:
Lanjutkan program intervensi
Resiko S:- Yuni
Ketidakefektifan O:
Perfusi Jaringan - Klien mengalami penurunan kesadaran
Serebral (00201) - GCS E1M1Vet
berhubungan
dengan A:
peningkatan - Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral belum teratasi
TIK P:
Lanjutkan program intervensi
Ketidakefektifan 21.00 S:- Yuni
Bersihan Jalan O:
Napas (00031) - Klien terpasang OPA
berhubungan - Klien terasang ETT dengan oksigen 10 lpm
dengan
- Tidak terdenga gurgling
obstruksi jalan
- Tidak terdapar secret maupun pendarahan di mulut
napas (darah
berlebih) A:
- Masalah ketidak efektifan bersihan jalan nafas belum teratasi
P:
Lanjutkan program intervensi
Ketidakefektifan S:- Yuni
Pola Napas O:
(00032) - Nafas lambat
berhubungan - RR 10 x/menit
dengan
- SpO2 70%
hiperventilasi
A:
- Masalah ketidak efektifan pola nafas belum teratasi
P:
Lanjutkan program intervensi
Resiko S:- Meit
Ketidakefektifan O: a
Perfusi Jaringan - Klien mengalami penurunan kesadaran
Serebral (00201) - GCS E1M1Vet
berhubungan
- SpO2 50%
dengan
peningkatan A:
TIK - Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral belum teratasi
P:
Lanjutkan program intervensi
24.00 Pasien meninggal pukul 23.53 Meit
a
BAB IV
PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN
Cedera kepala atau cedera otak merupakan suatu gangguan traumatik dari
fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstiil dalam
substansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak (Arif Muttaqin,
2008).
Penyebab dari cidera kepala adalah trauma pada kepala meliputi
benda/serpihan tulang yang menembus jaringan otak, efek dari kekuatan atau
energi yang diteruskan ke otak dan efek percepatan dan perlambatan
(ekselerasi-deselerasi) pada otak.
B. SARAN
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan rumah sakit dapat menggunakan solusi pemecahan masalah
pada klien dengan menggunakan update ilmu terkini dengan menggunakan
hasil penelitian terbaru sehingga dapat memberikan peningkatan pelayanan
yang terbaik bagi klien.
2. Bagi RS
Diharapkan rumah sakit dapat menggunakan solusi pemecahan masalah
pada klien dengan menggunakan update ilmu terkini dengan menggunakan
hasil penelitian terbaru sehingga dapat memberikan peningkatan pelayanan
yang terbaik bagi klien.
3. Bagi Institusi Pendidikan:
Diharapkan asuhan keperawatan ini dapat digunakan sebagai
literatur ilmiah untuk mengetahui perawatan yang tepat pada pasien
dengan cidera kepala.
Diharapkan permasalahan yang muncul pada pasien dengan cidera
kepala dapat dijadikan bahan penelitian kedepan agar dapat
mengembangkan keilmuan perawatan.
KEPUSTAKAAN