Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH AGAMA ISLAM

OPERASI SELAPUT DARA DALAM PERSPEKTIF SYARIAT

Di Susun Oleh:

Nama Mahasiswi : Syifa Retno Manggali (19052)


Tingkat/Semester : I/I

Dosen Pembimbing: Drs. H. Bahrul Bakar

AKADEMI KEPERAWATAN HARUM JAKARTA


Jalan Cumi No.37, Tanjung Priuk, Jakarta Utara, 14320
TAHUN AJARAN
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita, sehingga dalam menyusun makalah agama islam tentang
“Operasi Selaput Dara dalam Perspektif Syariat” ini kita mampu mempelajar
dengan baik serta salam kita tujukan kepada nabi muhammd SAW. Yang dengan
jasanya kita mampu terbebas dari belenggu jaman kejahiliyah menuju jaman yang
terang benderang.
Makalah ini disusun untuk pembaca memperluas pengetahuan mengenai
“Operasi Selaput Dara dalam Perspektif Syariat”. Walaupun makalah ini kurang
sempurna dan memperluas perbaikan, tapi juga memiliki detail yang cukup jelas
bagi pembaca dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penulis
membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun. Terima kasih.

Penyusun

Jakarta, 25 November 2019

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keperawanan adalah selaput tipis yang ada di dalam kemaluan wanita. Perawan
adalah wanita yang belum pecah selaput daranya dan belum pernah disentuh laki-laki.
Perjaka, jika seorang laki-laki belum pernah digauli wanita. Dalam sebuah hadist
disebutkan, “Seorang perjaka yang melakukan hubungan seksual dengan seorang gadis,
,maka hukumannya di dera seratus kali dan dibuang dari negerinya selama setahun,”
(HR.Muslim). Adat istiadat dan kebiasaan social telah memberikan perhatian yang besar
dan menjadikannya tanda atas kehormatan seorang wanita dan sobeknya selaput dara
sebelum nikah menjadi tanda atas rusaknya wanita tersebut.

Operasi selaput dara adalah memperbaiki dan menegembalikannya pada tempat


semula sebelum sobek atau pada tempat yang dekat dengannya. Hal ini adalah pekerjaan
para dokter spesialis. Secara umum dalam metode pengambilan hukum perbuatan
manusia, yang pertama-tama dilakukan adalah meneliti nash-nash yang berkaitan. JIka
tidak ditemukan, kemudian diqiyaskan padanya. Jika tidak memungkinkan, maka
dilakukan sebuah ijtihad untuk menyimpulkan hukumnya dengan dilihat dari asas syariat,
roh, tujuan, dan kaidahnya secara umum, serta dari manfaat dan mudharat dari hasil
perbuatan tersebut dengan mentarjih sebagian atas sebagian yang lain.

Pengembalian keperawanan adalah masalah baru yang tidak disebutkan didalam


nash syariat, baik secara langsung maupun tidak, dan belum ada fuqaha yang
menjelaskan hukumnya, karena tidak ada dan belum pernah dibayangkan di masa
mereka, sehingga memungkinkan qiyas diatasnya. Maka yang bias dilakukan hanya
melihat syariat, tujuan, dan kaidahnya secara umum, manfaat serta mudharat yang
mungkin dihasilkan dari operasi tersebut.

1
B. PERUMUSAN MASALAH

Melihat banyaknya masalah tentang keperawanan maupun operasi selaput dara


dikalangan masyarakat, maka penulis mengidentifikasi masalah keperawanan dengan
menjelaskan tentang berbagai masalah yang ditimbulkan secara keseluruhan dengan
tujuan sebagai berikut.

C. TUJUAN

1. Menjelaskan tentang mudharat dan manfaat yang mungkin ditimbulkan dari


pengembalian keperawanan secara keseluruhan.
2. Menjelaskan tentang urutan manfaat dan mudharat dilihat dari sebab rusaknya
keperawanan dan perbandingan antara keduanya.
3. Menjelaskan tentang posisi dokter terhadap permasalahan yang dihadapannya.

D. MANFAAT

1. Agar pembaca tahu tentang keperawanan dan makna keperawanan bagi wanita
2. Agar pembaca tahu tentang bahaya atau tidaknya operasi selaput dara
3. Agar pembaca tahu tentang hukum operasi selaput dara bagi umat Islam
4. Agar pembaca tahu tentang sisi positif dan negative dari operasi selaput dara

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Manfaat dan Mudharat yang Mungkin Timbul Akibat Operasi Selaput Dara

1. Sisi-sisi Positif Dilakukannya Operasi Selaput Dara

a. Untuk Menutupi Aib


Ini adalah tindakan menutupi aib secara pasif. Adapun secara aktif.
Keduanya sama-sama bertujuan untuk menghindari aib dan akibat-akibatnya pada
pihak yang terkait.Menutupi aib sendiri merupakan tujuan syariat yang mulia dan
telah ditekankan dalam beberapa nash dari Sunnah Nabi Shallallahu Alaihi wa
Sallam, diantaranya adalah sabda beliau,
“Tidaklah seseorang menutupi aib orang lain, kecuali Allah akan
menutupinya pada hari kiamat”. Menurut (HR. Muslim)
“Tidaklah seorang mukmin melihat aib saudaranya lalu menutupinya,
kecuali Allah akan memasukkannya kedalam surga.” Menurut (HR. Ath-
Thabarani)
“Barang siapa menutupi aib, seakan-akan dia menghidupkan seseorang
mayat dikuburnya” Menurut (HR. Abu Dawud, An-Nasai, Ibnu Hibban dan Al-
Hakim)

b. Melindungi Keluarga
Untuk melindungi keluarga yang akan dibentuk dikemudian hari. Karena,
jika gadis tersebut menikah dan suaminya mengetahui hal tersebut, maka hal itu
bias menjadi sebab hancurnya keluarga tersebut.

3
Atau paling tidak menimbulkan prasangka dan hilangnya kepercayaan
diantara keduanya, sedangkan salah satu tujuan syariat adalah mewujudkan suatu
rumah tangga berlandaskan saling percaya.
c. Pencegahan dari Prasangka Buruk
Ini untuk membantu menyebarkan prasangka baik dalam masyarakat.
Sedangkan, menyebarkan prasangka baik adalah salah satu tujuan syariat. Allah
SWT berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah perbuatan banuyak berburuk
sangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah kamu
mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing
sebagian yang lain” (Al-Hujurat:12)
“Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang
mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan
mengapa tidak berkata, ‘ini adalah suatu berita bohong yang nyata’.” (An-Nur:
12)
Rasulullah bersabda,
“Betapa wanginya kamu dan betapa baunya kamu! Betapa agungnya kamu
dan betapa agungnya kehormatanmu! Demi zat dan jiwa yang Muhammad
didalam kekuasan-Nya, kehormatan seorang mukmin lebih besar di sisi Allah
daripada kehormatanmu, harta, dan darahnya tidak disangka kecuali dengan
prasangka yang baik.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Malik, dan Abu Dawud).

d. Mewujudkan Keadilan antara Pria dan Wanita


Seseorang lelaki dengan kekejiannya memeliki perbuatan tercela ia
melakukan pengaruh fisik, Pada tubuhnya dan tidak ada kecurigaan pada
sekitarnya perbuatan tersebut dapat melakukan atau melalui perangkat hukum
syariat.Meskipun gadis itu akan disalahkan secara social dan adat atas hilangnya
kegadisannya .

4
Begitupun wanita yang telah menikah ,sebelumnya janda karena cerai atau
di tinggal mati suaminya, iya tidak akana terima cercaan dan di salahkan secara
social atau adat, dengan kekejian apapun yang iya perbuat selama bukti-bukti
syariat tidak mampu menetapkan apa yang telah iya perbuat. Mewujudkan
keadilan antara manusia di hadapan hukum islam adalah salah satu tujuan syariat,
dengan pengecualian yang telah ditetapkan oleh dalil syariat. Sedangkan didalam
syariat maupun keputusan fuqaha, tidak ada satupun yang menunjukan atas
penambahan hal-hal yang bias menetapkan perbuatan zinah seorang gadis.
Karena itulah kita dapati secara ijma’dari paraf fuqaha, bahwa perbuatan
zinah tidak di tetapkan oleh sekedar hilangnya keperawanan.
Para fuqaha, berpendapat adanya persamaan hal yang menetapkan
perbuatan zinah antara lelaki dan wanita secara global, dan mayoritas dari
mereka berpendapat bahwa persamaan tersebut tanpa pengecualian. Sebagian lagi
berpendapat, bahwa qarinah(factor lain) seperti itu tidak cukup untuk menetapkan
kekejian tersebut jika tidak di kuatkan dengan pengakuan atau pernyataan.
Disisi lain, memberikan perlindungan kepada orang-orang yang menjadi
korban dalam penyimpangan social ini, yang telah dihukumi dengan apa yang
tidak dihukumi oleh Allah SWT, paling tidak di dunia, sehingga mereka merasa
teringankan bebannya dari beban yang tidak dibebankan oleh syariat kepada
mereka

e. Mendidik Masyarakat
Bahwa sebuah kemaksiatan jika ditutupi ,bahayanya akan terbatas di
wilayah yang sempit sekali. Telah disebutkan dalam riwayat “sesungguhnya
kemaksiatan jika disembunyikan,tidaklah berbahaya kecuali bagi pelakunya, dan
jika disebarluaskan dan tidak diingkari akan berbahaya bagi masyarakat umum”
sesungguhnya, tujuan dari ajaran dan hukum syariat tersebut adalah mengurangi
kemaksiatan dan kekejian yang tidak bias di tetapkan dengan jalan syar’i, dan
tidak diputuskan di pengadilan, agar pengaruh buruknya tidak menyebar ke
masyarakat, sehingga menimbulkan reaksi keras dari mereka.

5
Sedangkan pengaruh yang mendidik secara khusus pada si gadis sendiri,
bahwa operasi pengembalian keperawanannya akan mendorongnya untuk
bertaubat dan memudahkan jalan kepadanya. Selain itu, agar iya mendapatkan
lagi kehormatan yang dimiliki sebelumnya jika hilangnya keperawanan tidak
disebabkan oleh maksiat.

2. Sisi –Sisi Negatif yang Mungkin Ditimbulkan


a. Penipuan
Allah SWT telah berfirman kepada orang-orang yang beriman agar tidak
menikahi wanita pezinah atau yang musyrik kecuali oleh lelaki sesama pezinah
atau musyrik.
“ laki-laki yang bezinah tidak mengawini melainkan perempuan yang berzinah
atau perempuan mursyik, dan perempuan yang berzinah tidak di kawini
melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki mursyik. Yang demikian itu
diharamkan atas orang-orang mukmin. “(An-Nur:3)
Dan telah dinukil oleh sebagian ulama bahwa seorang laki-laki pezina
apabila menikah dengan seorang wanita suci dan seorang wanita pezina jika
dinikahi oleh seorang laki-laki suci, maka mereka harus diceraikan bila
mengamalkan zhahir ayat diatas. Beberapa fuqaha berpendapat bahwa suami
mempunyai hak untuk membatalkan pernikahannya jika sebelumnya dia telah
mensyaratkan keperawanan sang istri dan ternyata terjadi sebaliknya. Dalam hal
ini, bearti doketr telah menyepelekan hak sang suami dan menipunya dengan
keperawanan palsu sehingga persyaratan tersebut terwujud dalam diri sang istri.
b. Mendorong Perbuatan Keji
Ia mengetahui bahwa perbuatan itu akan berpengaruh dan membekas pada
tubuhnya dan akan mengakibatkan hukuman dari masyarakat. Akan tetapi, jika
dia tau bahwa dia bisa melepaskan diri dari bekas perbuatannya, dengan
memperbaiki apa yang telah rusak karena disebabkan oleh perbuatan tersebut,
maka akan berkuranglah rasa takut akan akibatnya dimasa mendatang, dan itu
mendorongnya untuk melakukan kemaksiatan.

6
c. Membuka Aurat
Tidak dibolehkan selain suami untuk melihatnya dan menyentuhnya, baik
laki atau pun wanita. sedangkan pengembalian keperawanan mengharuskan untuk
melihat dan menyentuhnya.

Membuka aurat tidak di halalkan kecuali terpaksa atau sangat di butuhkan,


ilmu kedokteran tidak menemukan manfaat keperawanan untuk kesehatan,maka
alasan yang mendesak yang menghalalkan tindakan tersebut tidak ada, kecuali
jika terjadi luka akibat dari sobeknya keperawanan

B. Menimbang Sisi Positif dan Negatif Dilihat dari Sisi Penyebab Hilangnya
Keperawanan

1. Sebab yang Tidak Dianggap Maksiat


Tidak mengakibatkan dosa di akhirat, bahkan bisa menjadi sebab turunnya
makrifah dan penghapus dosa, karena ia merupakan kecelakaan, kesalahan dan
musibah yang menimpa seorang gadis sehingga mengakibatkan hilangnya
keperawanannya.
Kadang-kadang ada pula kerusakan selaput dara yang terjadi pada seorang gadis
kecil, walaupun dia telah baligh dan pandai, yang disebabkan karena sesuatu yang
tidak dikehendakinya. Seperti diperkosa pada waktu sedang tidur, atau ketika dia
masih kecil ditipu untuk melakukan zina dan sebagainya. Maka sebagai anak kecil,
dia lepas tanggung jawab, baik di dunia maupun di akhirat, walaupun dia telah
melakukan kemaksiatan. Begitu juga orang yang melakukan sesuatu karena terpaksa,
seperti yang disabdakan Rasulullah SAW,
“Telah diangkat pena (yang mencatat amal perbuatan) dari tiga orang, anak kecil
ampai dia berakal (baligh), orang yang tidur, sampai ia bangun, dan orang gila sampai
orang waras.”

7
“Dimaafkan atas umatku, suatu perbuatan yang dilakukan karena tidak sengaja lupa,
dan terpaksa”
Dengan demikian, mengembalikan sobeknya selaput dara karena sebab-sebab
diatas merupakan upaya untuk mewujudkan kemaslahatan, persis seperti yang telah
disebut dalam pembahasan pertama, karena gadis yang ditimpa musibah karena sebab
diatas lebih berhak untuk mendapatkan perhatian, perlindungan, dan pertolongan.
Mereka dimaafkan oleh Allah SWT dan manusia.

Adapun mudharat dan dari pengembalian keperawanan ini bagi si gadis, sangat kecil
bila dibandingkan dengan kemaslahatannya.

1) Jenis pertama dari mudharat yang telah disebutkan adalah penipuan terhadap
suami, tidak terwujud dalam hal ini. Karena penipuan adalah menyembunyikan
aib atau kekurangan dari sesuatu dan memunculkan seakan-akan aib itu tidak ada
ketika dihadapan si peminta yang akhirnya mengakibatkan kerugian bagi si
peminta.
Tetapi jika rusaknya selaput dara si gadis disebabkan oleh hal-hal yang tidak
dianggap sebagai maksiat dan aib menurut syariat dan adanya adat istiadat,
kemudian selaput dara itu diperbaiki oleh dokter, maka hal ini tidak dianggap
sebagai penipu atas suami.
Dari segi fiqih, hampir semua fuqaha sepakat bahwa tiadanya keperawanan tidak
dianggap aib yang mengharuskan batalnya pernikahan jika hal ini tidak
disyaratkan oleh suami secara jelas. Maka gadis yang selaput daranya hilang
dengan sebab selain hubungan seksual, tetap disebut perawan. Dan tidak berarti
dengan itu si dokter menyepelekan hak suami, meskipun ia telah mensyaratkan
keperawanannya ketika menikah.

2) Tidak diragukan bahwa pengembalian selaput darah yang sobek karena sebab-
sebab yang telah disebutkan yang ini tidak berarti akan mendorong perbuatan keji.

8
Karena pada dasarnya si gadis memang tidak berbuat keji dan sesuatu yang terjadi
kepdanya karena terpaksa, tidak berarti dia telah berbuat maksiat kepada
Tuhannya.
Ketidaksediaan dokter untyuk mengoperasi tidak berarti menghalangi kekuatan
maksiat.Bahkan mudharat ini, Yaitu mendorong kekejian,justru bisa terjadi bila
dokter tidak bersedia untuk mengebalikan keperawanannya, Seperti yang sudah
udah kita sebutkan.

3) Sedangkan mudharat membuka aurat dan melihatnya tidak diragukan adanya


dalam pengembalian selaput dara. Apapun sebab sobeknya.
Tetapi para fuqaha membolehkan untuk membuka aurat dan melihatnya jika ada
kebutuhan dan kepentingan yang kuat,Atau hal itu untuk menghindari mudharat
yang lebih besar dibandingkan mudharat itu sendiri.
Al-Izz bin Abdisallam berkata, “membuka aurat dan melihatnya adalah dua
mudharat yuang diharakan atas orang yang dilihat dan melihatnya, karena itu bisa
mendorong kepada kemaksiatan. Namun hal itu dibolehkan, jika untuk
kepentingan berkhitan,pengobatan,kesaksian atas aib,dan melihat kemaluan dua
orang yang berzinah untuk menjalankan hudud Allah, jikalau yang melihat itu
cakap dalam hal kesaksian tentang zinah dan lengkap jumlahnya.”
Kesimpulan
Jelaslah bahwa sisi kemaslahatan (positif) dari tindakan ini lebih besar
daripada sisi kemudharatannya (negative). Dari pembahasan ini juga dapat
dikatakan bahwa operasi pengembalian selaput dara hukumnya boleh untuk
menutupi aib gadis yang malang itu. Demikian, dan dalam upaya menutupi aib ini
tidaklah cukup jika dokter hanya berdiri secara pasif, yaitu dengan menjaga
rahasia si gadis dan tidak menyampaikannya pada yang lain. Karena hal itu hanya
sekedar memperlambat datangnya aib dan akibat buruk yang akan menimpa si
gadis.

9
2. Sobeknya Selaput Dara karena Zina

(1) Pasal Pertama: Memperbaiki Selaput Dara yang Sobek karena Zina yang Sudah
Diketahui

Bahwa mudharat pengembalian keperawanan untuk wanita jenis ini snagat


besar, sehingga mengharamkannya akan lebih dekat pada tujuan syariat daripada
memperbolehkannya. Orang-orang yang berbuat maksiat disunnahkan untuk
menutupinya adalah mereka yang tidak mengulangi maksiat yang mereka perbuat,
dan tidak diketahui. Akan tetapi bagi mereka yang selalu mengurangi maksiat,
maka sebaiknya hal itu diberitahukan dan tidak menutupinya.

Hal ini berdasarkan hadist Nabi SAW, “TIdaklah menikah seorang pezina
yang majlud (dihukum cambuk) kecuali dengan wanita yang sepertinya.” Orang
itu disebut majlud karena dikenal dengankefasikannya, dan dialah orang yang
haruis dipisahkan dengan orang lain. Adapun orang yang terkenal dengan
kefasikannya tidak perlu dipisahkan. Yang juga termasuk dalam jenis ini adalah
seorang gadis yang perkaranya sudah dilimpahkan di pengadilan meskipun belum
ada keputusan secara hukum bahwa ia berzina, karena utuhnya selaput dara
dianggap sebagai alasan yang melepaskan si gadis dari hukuman menurut
mayoritas fuqaha, meskipun hal itu disaksikan oleh empat lelaki yang adil.
Dalam kondisi seperti ini, maka operasi selaput dara bisa dijadikan alat
untuk mengingkari kasaksian taua meragukannya. Maka dari itu, secara syariat
tidak diperbolehkan.

(2) Pasal Kedua: Pengembalian Selaput Dara yang Sobek karena Zina yang Tidak
Diketahui

Apabila aib yang diperintahkan oleh islam untuk ditutupi ,adalah aib
kemaksiatan yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi seperti yang dilakukn
oleh gadis tadi.

10
Akan tetapi sejauh mana terwujudnya mudharat pengembalian
keperawanan untuk wanita jenis ini ?
Contoh:
1. Pada awalnya muncul dugaan bahwa operasi keperawanan pada wanita
semacam ini akan,menyebabkan penipuan terhadap calon suami si
gadis,karena kesucian sang istri adalah hal yang sangat diharapkan suamidan
menghilangkan tanda atas ketidak suciannya berarti menyembunyikan hakekat
sang istri.
Seorang dokter ketika mengembalikannya selaput dara pada tempatnya
tidak berarti menghapus tanda yang, dianggap Allah sebagai bukti atas
perbuatan zina.
Karena ketiadaan selaput dara tidak menunjukkan bahwa si gadis
melakukan, perbuatan zina menurut ijma’ para fuqaha seperti di
pembahasannya yang lalu.

Dokter yang melakukan operasi keperawanan itu tidak bermaksud


menipu suami, karena dia tidak menutupi bukti atau qarinah yang oleh syariat
di anggap sebagai buktin atas perbuatan zina,yang berguna untuk menetapkan
prasangka yang kuat bahwa dia berbuat zina.

2. Mudharat lain dari operasi pengembalian ,keperawanan ini adalah, mendorong


wanita untuk melakukan perbuatan keji.mudharat semacam ini juga masih
samar sifatnya.
Dengan demikian anggapan bahwa ayat diatas dinasakh dengan firman
Allah. Dan nikahkanlah budak-budak wanita diantara kamu’adalah sangat
lemah,karena Allah membolehkan bagi orang merdeka untuk menikahi budak-
budak wanita dengan syarat mereka harus suci. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman,

11
“ Dan barangsiapa di antara kamu (orang merdeka) yang tidak cukup
perbelanjaanya untuk mengawini wanita merdeka lagi beriman,ia boleh
mengawini wanita yang, beriman,dari budak-budak yang kamu miliki.Allah
mengetahui keimananmu sebagian kamu adalah dari sebagian yang
lain.karena itu kawinilah mereka dengan seizin tuan mereka dan berilah
.maskawin mereka menurut yang patut sedang,mereka pun wanita-wanita
yang memelihara diri, bukan pezina dan bukan (pula) adalah wanita yang
mengambil laki-laki lain sebagai piaraannya (An-Nisa’:25)

Dalam ayat lain allah berfirman “wanita –wanita keji untuk laki-laki
yang keji untuk wanita-wanita, yang keji pula “ Dengan demikian,orang yang
mengawini wanita-wanita keji pezina maka ,dia adalah seperti mereka.

Seandainya dokter itu tidak melakukan operasi itu,tentu laki-laki itu


akan lebih dekat kepada penerapan tuntutan Qur’ani tersebut,karena mungkin
sejak awal dia akan meninggalkannya ketika mengetahui bahwa si gadis itu
tidak perawan. Dengan berpisahnya mereka, berarti ayat Al-Qur’an itu benar-
benar telah dijalankan

Pernyataan ini dapat di jawab dari beberapa sisi


1. Mayoritas fuqaha berpendapat bahwa ayat ini tidak diterapkan
kepada wanita,yang Perbuatan zinanya tidak diketahui dan ditetapkan, pada
kasus yang tidak ada. Dalil-dalil syarlinya’seperti persaksian,pengakuan atau
kronologi kejadian.
2. Para ulama berselisisih pendapat dalam mewakilkan ayat diatas
sebagian besar,dari mereka berpendapat seperti ,pendapat Ibnul-Qayyim dan
beberapa ulama lainnya Asy-Syakani dan Al-Qurthubi telah menukil lima
pendapat ulama mengenai masalah ini.

12
Imam Malik telah meriwayatkan dari Yahya dari Sa’id bin Al-
Musayyab ,ia berkata “Lelaki pezina tidak menikah kecuali dengan wanita
pezina atau musyrik, dan wanita pezina tidak dinakahi selain pezina atau
musyrik”ayat ini telah dinaskh kan oleh ayat selanjutnya”Dan nikahilah
budak-budak wanita di antara kalian,” yang mana wanita pezina masuk dalam
kelompok budak-budak wanita kaum muslim.

Contoh: Nikah yang dimaksud adalah hubungan seksual


Misalkan lelaki pezina,yang didera (sudah terkenal perzinaanya) tidak
menikah kecuali dengan wanita pezina ysng didera atau yang musyrik,begitu
pula wanita pezina.
Dan hal ini berkenan dengan wanita-wanita pelacur jika dia ingin
menikah,dengan lelaki suci maka dia harus membayar kepda lelaki itu hasil
pezinaanya
Dan Al-khattabhi berkata maka diturunkannya wanita, itu karena dia
seseorang kafir dan wanita pezina yang muslimah , boleh menikah dengannya
bahwa di ayat ini khusus diturunkan untuk meminta izin kepda Rasullah
Allaihi Wassalam menoikahi seorang wanita yang bernama Ummu Mahzul
seorang pelacur.dengan syarat wanita tersebut akan memberinya nafkah,maka
Allah menurunkan ayat tersebut.
Dan ayat tersebut bersifat muhkamah (hukum tetap) dan tidak
dinaskhan, sekelompok mereka berkata “Nikahnya tidak batal,suami harus
menceraikannya jika istri berzina dan mempertahankannya ia berdosa dan
tidak boleh untuk menikahi pezina dan lelaki pezina bertaubat boleh jika
keduanya menikah dan benar-benar bertaubat.

13
Madzhab hambali

Wanita pezina terbagi dua yang mengetahUi hal dua syarat tersebut:

1. Masa idahnya selesai untuk mengetahui bebas tidaknya Rahim dari


kehamilan

2. Bertaubat dan minta ampun tidak akan memperbuat ke dua kalinya


Dan Allah lebih mengutamakan kemaslahatan menutupi aib dari
kemaslahatan hubungan wanita pezina dengan lelaki suci seperti tadi yang
disebutkan dan Allah tidak mengharamkannya untuk menjalin hubungan
dengan wanita pezina.

Madzhab Imam-malik
Sesorang melamar adik perempuan dan sesorang laki pun berkata
bahwa si gadis, pernah kecelakkan atau berzina lsalu Umar bin Khattab
Radhiallahu Anhu beliau memukulnya atau hampir memukulnya lalu berkata
mengapa kamu memberitahunya ?
“Hai Amirul Mukminin, dulu saya pernah mengubur anak gadisku
hidup-hidup di masa jahiliyyah. Tapi sebelum iia meninggal aku
mengeluarkannya. Kemudian dia masuk islam bersama kami dan
keislamannya sangat bagus. Had dari hudud islam. Dia mengambil pisau dan
hendak bunuh diri , lalu seseorang dang kepadaku untuk melamarnya.
Bahwa zina adalah suatu aib pada gadis yang mana suami berhak
untuk menolaknya, bahkan menyuruh mereka agar memberitahukannya
supaya mereka ketahui. Keempat aib itu adalah penyakit gila, lepra, kusta dan
penyakit kelamin.

14
3. Hilangnya selaput Dara karena Pernikahan.

Hilangnya dengan penyebab ini tidak mempunyai kepentingan apapun yang


mengharuskan operasi. Tidak mengakibatkan mudharat karena sobeknya selaput dara,
tidak harus membuka aurat wanita tanpa sebab syar’I yang darurat, makan ini
hukumnya haram dan tidak benar

Intisari Hukum Pengembalian Keperawanan Dilihat Dari Penyebab Sobeknya selaput


dara

1. Sobeknya selaput dara itu di sebabkan oleh kecelakaan atau perbuatan yuang bukan
maksiat secara syar’i
2. Jika penyebab adalah hubungan seksual dalam pernikahan.
3. Jika penyebabnya adalah zina yang di ketahui masyarakat.
4. Jika penyebab zina yang tidak di ketahui oleh masyarakat dalam artian yang sudah
di jelaskan

Menutupi aib hukumannya Sunnah jika melakukan maksiat telah bertaubat


dan tidak mengulangi perbuatannya dan menjadi makruh jika dia melakukan
maksiat terus menerus dan tidak bertaubat.

C. Sikap Dokter terhadap Kondisi yang Menghadapinya

Mudharat yang di timbulkan dari operasi pengembalian selaput dara dan


tingakatan – tingkatannya , sobeknya selaput dara merupakan pemecahan masalah yang
mungkin terjadi dalam kenyataan. Bahwa dokter bukanlah hakim yang mengadili dua
orang yang saling bertengkar, dan dia tidak memiliki alat dan kekuasaan yang di miliki
oleh hakim untuk mencari saksi, menyelesaikan serta mencari tahu kondisi factor lain
yang mendukung. Sebagai Firman-nya.

15
“Hai orang – orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka,
sesungguhnya sebagai prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari – cari
kesalahan orang lain dan janganlah kamu menggunjing sebagai yang lain (Al-Hujurat:12)

16
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pada bagian penutup ini, pembahasan kita fokuskan untuk


menjelaskan sifat dari masing – masing hukum yang telah kita capai, sejauh
mana hubungannya dengan adat istiadat, dan sejauh mana kemampuannya
untuk menerima perubahan serta menangkis dua keraguan yang muncul di
sekitaranya atau sekitar pembahasan ini. Hal ini akan kami jelaskan dalam dua
bagian berikut,

Bagian Pertama : Eksitensi Hukum operasi selaput Dara


seandainya telah terjadi kasus seperti ini, maka alur pembahasanya akan
berubah menjadi sejauh mana perwujudan sifat darurat atau kebutuhan untuk
melakukan operasi itu untuk memenuhi tuntutan pelamar dan lebih besar
mana mudharatnya bila di bandingkan dengan mudharat membuka aurat
perempuan itu di hadapan sang dokter.

Bagian kedua : Dua Jawaban untuk Dua Pertanyaan

Pertanyaan pertama :

Seorang mungkin bertanya-tanya, bahwa seruan agar mengbaikan


sobeknya selaput dara dan mengubah adat istiadat yang terlalu memperhatikan
masalah keperawanan tersebut, berarti sama dengan apa yang terjadi
masyarakat barat yang tidak memperdulikan masalah itu, sehingga
menyebabkan menyebarluasnya hubungan seks bebas dan perbuatan zina.

17
Pertanyaan Kedua:

Bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan selaput dara ini pada


wanita untuk menjadi saksi atasnya, bukan untuk mencelakainya. Artinya,
Allah menciptakannya untuk menunjukan bahwa dia bebas dari perbuatan keji
yang mungkin dituduhkan orang kepadanya, meskipun ada empat orang saksi
yang adil atau lebih. Sobeknya selaput dara ketiadaannya tidak menunjukan bahwa
dia telah melakukan perbuatan zina.

B. SARAN
Pada pokok pembahasan ini, disarankan kepada seluruh perempuan untuk
berhati-hati dalam menjaga diri demi kesehatan reproduksi dan kehormatan
wanita, khususnya selaput dara. Karena dalam budaya masyarakat,
keperawanan seorang wanita adalah sesuatu yang sangat dihargai dan
dibanggakan oleh kaum lelaki yang akan menjadi pendamping hidup.
Begitu pula kepada lelaki, harus tetap menjaga keperjakaannya untuk
menjadi kebanggaan dan suatu kehormatan juga bagi kaum wanita. Walupun
lelaki tidak terlalu terlihat tanda-tanda ia sudah tidak perjaka, tetapi bagi kaum
muslimin harus tetap menjaga suatu kehormatan dan harga diri masing-
masing.

18
DAFTAR PUSTAKA

Yasin, Muhammad Nu’aim, dkk. 2001. Fikih Kedokteran. Jakarta: Pustaka Al


Kautsar.

Ibnu Qayyim Al Jauziyah Ilam Almuwaqiin Anrabbal Alamin, I, Beirut Darul Jalil.
1973.

19

Anda mungkin juga menyukai