Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA


TN. T DENGAN DHF :
HIPERTERMIA DI RAWAT INAP
UPTD PUSKESMAS SUKARATU
KAB TASIKMALAYA

OLEH:

ANGGA MUSYAFFA
NIM. 2006277065

STIKES MUHAMMADIYAH CIAMIS


PROGRAM PROFESI NERS
CIAMIS
2020

LAPORAN KASUS
A. Konsep Dasar DHF
1. Pengertian DHF

Dengue Haemoragic Fever (DHF) merupakan penyakit infeksi virus

akut yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-

Borne virus, genus flavivirus, famili flaviviridae. DHF ditularkan melalui

gigitan nyamuk aedes spp, aedes aegypti, dan aedes albopictus

merupakan vektor utama penyakit DHF. Penyakit DHF dapat muncul

sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit

ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat

(Dinkes, 2015).

2. Klasifikasi DHF

a. Derajat 1 (ringan)

Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya uji perdarahan

yaitu uji turniket.

b. Derajat 2 (sedang)

Seperti derajat 1 disertai dengan perdarahan spontan pada kulit dan

atau perdarahan lainnya.

c. Derajat 3

Ditemukannya kegagalan sirkulasi seperti nadi cepat dan lemah,

tekanan nadi menurun.

d. Derajat 4

Terdapat Dengue Shock Sindrome (DSS) dengan nadi tak teraba dan

tekanan darah tidak dapat diukur (Wijaya, 2013).

8
3. Etiologi DHF

Penyakit DHF merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus

dengue dan disebarkan oleh nyamuk terutama spesies nyamuk Aedes aegypti.

Nyamuk penular dengue tersebut hampir ditemukan di seluruh pelosok Indonesia,

kecuali di tempat yang ketinggiannya lebih dari 1000 meter di atas permukaan

laut (Rahayu & Budi, 2017).

Penyebab penyakit adalah virus dengue kelompok Arbovirus B, yaitu

arthropod-bornevirus atau virus yang disebabkan oleh artropoda. Virus ini

termasuk genus Flavivirus dan family Flaviviridae. Sampai saat ini dikenal ada 4

serotipe virus yaitu :

a. Dengue 1 diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944.

b. Dengue 2 diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944.

c. Dengue 3 diisolasi oleh Sather.

d. Dengue 4 diisolasi oleh Sather.

Keempat virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia dan

yang terbanyak adalah tipe 2 dan tipe 3. Penelitian di Indoneisa menunjukkan

Dengue tipe 3 merupakan serotipe virus yang dominan menyebabkan kasus DHF

yang berat (Masriadi, 2017). Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan

antibody terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibody yang terbentuk

terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan

perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain (Wijaya, 2013).

9
4. Gejala/Tanda DHF

Diagnosis penyakit DHF bias ditegakkan jika ditemukan tanda dan gejala

seperti :

a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus

selama 2-7 hari.

b. Manifestasi perdarahan :

1) Uji turniket (Rumple leede) positif berarti fragilitas kapiler meningkat.

Dinyatakan positif apabila terdapat >10 petechie dalam diameter 2,8cm (1

inchi persegi) dilengan bawah bagian volar termasuk fossa cubiti.

2) Petekie, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, melena dan hematemesis.

3) Trombositopenia yaitu jumlah trombosit dibawah 150.000/mm3, biasanya

ditemukan antara hari ke 3-7 sakit.

4) Monokonsentrasi yaitu meningkatnya hematocrit, merupakan indicator yang

peka terhadap jadinya renjatan sehingga perlu dilaksanakan penekanan

berulang secara periodic. Henaikan hematocrit 20% menunjang diagnosis

klinis DHF (Masriadi, 2017).

5. Patofisiologi DHF

Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan

dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal

seluruh tubuh, hyperemia di tenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang

mungkin terjadi pada system retikolo endhothelial seperti pembesaran kelenjar-

kelenjar getah bening, hati dan limpa. Reaksi yang berbeda nampak bila seseorang

mendapatkan infeksi berulang dengan tipe virus yang berlainan. Berdasarkan hal

10
itu, akan timbul the secondary heterologous infection atau the sequential infection

of hypothesis.

Re-infeksi akan menyebabkan suatu reaksi anamnetik antibody, sehingga

menimbulkan konsentrasi kompleks antigen antibody (kompleks virus antibody)

yang tinggi. Terdapatnya kompleks virus antibody dalam sirkulasi darah

mengakibatkan hal sebagai berikut :

a. Kompleks virus antibody akan mengaktivasi system komplemen, yang

berakibat dilepasnya anafilatoksin C3a dan C3a. C3a menyebabkan

meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangnya

plasma melalui endotel dinding tersebut, suatu keadaan yang sangat berperan

terjadinya renjatan.

b. Timbulnya agregasi trombosit yang melepas ADP akan mengalami

metamorphosis. Trombosit yang mengalami kerusakan metamorphosis akan

dimusnahkan oleh system retikuloendotelial dengan akibat trombositopenia

hebat dan perdarahan. Pada keadaan agregasi, trombosit akan melepaskan

vasoaktif (histmin dan serotonini) yang bersifat meningkatkan permeabilitas

kapiler dan melepaskan trombosit faktor III yang merangsang koagulasi

intravascular.

c. Terjadinya aktivasi faktor Hageman (faktor III) dengan akibat akhir

terjadinya pembekuan intravaskular yang meluas. Dalam proses aktivasi ini,

plasminogen akan menjadi plasmin yang berperan dalam pembentukan

anafilatoksin dan penghancuran fibrin menjadi fibrinogen degradation

product. Disamping itu aktivas akan merangsang sistim klinin yang berperan

dalam proses meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah (Wijaya,

2013).

11
6. Masalah Keperawatan Pada DHF

Masalah keperawatan yang umum terjadi dan dialami pasien adalah demam

tinggi (hipertermia) terus menerus selama 2-7 hari, pendarahan diatesis seperti uji

tourniquet positif, trombositopenia dengan jumlah trombosit ≤ 100 x 109/L dan

kebocoran plasma akibat peningkatan permeabilitas pembuluh (Candra, 2010).

Diantara masalah tersebut, yang menjadi prioritas dialami oleh pasien adalah

hipertermia.

B. Konsep Dasar Hipertermia Pada DHF

1. Pengertian Hipertermia Pada DHF

Hipertermia adalah keadaan meningkatnya suhu tubuh di atas rentang normal

tubuh, dimana salah satu penyebabnya karena proses penyakit (infeksi virus

dengue) (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Hipertermia merupakan keadaan di

mana individu mengalami atau berisiko mengalami kenaikan suhu tubuh >37,8 oC

(100oF) per oral atau 38,8oC (101oF) per rektal yang sifatnya menetap karena

faktor eksternal (Carpenito, 2012). Jadi hipertermia merupakan salah satu gejala

klinis yang ditemukan pada DHF sehingga dimungkinkan bahwa hipertermi juga

berpengaruh terhadap derajat keparahan penyakit DHF.

2. Etiologi Hipertermia Pada DHF

Hipertermia dapat disebabkan oleh beberapa hal. Pada pasien DHF,

hipertermia disebabkan oleh karena adanya proses penyakit (infeksi virus dengue

(viremia)) di dalam tubuh yang disebarkan oleh nyamuk aedes aegypti (Tim Pokja

SDKI DPP PPNI, 2016).

12
3. Gejala dan Tanda Hipertermia Pada DHF

Hipertermia terdiri dari gejala dan tanda mayor serta gejala dan tanda minor.

Adapun gejala dan tanda mayor, dan gejala dan tanda minor, yaitu :

a. Gejala dan Tanda Mayor

Suhu tubuh di atas nilai normal, yaitu >37,8oC (100oF) per oral atau 38,8oC

(101oF) per rektal (Carpenito, 2012)

b. Gejala dan Tanda Minor

1) Kulit merah dan terdapat bintik-bintik merah (ptikie).

2) Kejang

Kejang merupakan suatu kondisi di mana otot-otot tubuh berkontraksi secara

tidak terkendali akibat dari adanya peningkatan temperatur yang tinggi.

3) Takikardia

Takikardia adalah suatu kondisi yang menggambarkan di mana denyut jantung

yang lebih cepat dari pada denyut jantung normal.

4) Takipnea

Takipnea adalah suatu kondisi yang mengambarkan di mana pernapasan yang

cepat dan dangkal.

5) Kulit terasa hangat

Kulit dapat terasa hangat terjadi karena adanya vasodilatasi pembuluh darah

sehingga kulit menjadi hangat (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

4. Patofisiologi Hipertermia Pada DHF

Arbovirus masuk melalui gigitan nyamuk aedes aegypti pada tubuh manusia

yang beredar dalam aliran darah, kemudian terjadi infeksi virus dengue (viremia)

yang menyebabkan pengaktifan sistem komplemen (zat anafilatoksin) yang

13
membentuk dan melepaskan zat C3a, C5a dan merangsang PGE2 (prostaglandin2)

yang selanjutnya akan meningkatkan seting point suhu di hipotalamus. Kenaikan

seting point ini yang akan menyebabkan perbedaan antara suhu seting point

dengan suhu tubuh, dimana suhu seting point lebih tinggi dari pada suhu tubuh.

Untuk menyamakan perbedaan ini, suhu tubuh akan meningkat sehingga akan

terjadi hipertermia.

Hipertermia menyebabkan peningkatan reabsorpsi Na+ dan H2O sehingga

permeabilitas membran meningkat. Meningkatnya permeabilitas membran

menyebabkan cairan dari intravaskuler berpindah ke ektravaskuler sehingga

terjadi kebocoran plasma. Kebocoran plasma akan mengakibatkan berkurangnya

volume plasma sehingga terjadi hipotensi dan kemungkinan akan berakibat

terjadinya syok hipovolemik (Nurarif & Kusuma, 2015).

5. Kondisi Klinis Terkait Hipertermia

Beberapa kondisi klinis yang terkait dengan terjadinya hipertermia di

antaranya adalah : proses infeksi (viremia), hipertiroid (kondisi dimana jumlah

hormon tiroid dalam tubuh sangat tinggi), stroke, dehidrasi (kondisi ketika tubuh

kehilangan lebih banyak cairan dari pada yang didapatkan), trauma, prematuritas

(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

6. Penatalaksanaan Hipertermia Pada DHF

a. Penatalaksanaan Medik DHF tanpa renjatan

1) Beri minum banyak (11/2-2 liter/hari).

2) Obat anti piretik untuk menurunkan panas.

3) Jika kejang, maka dapat diberi luminal (antionvulsan).

4) Berikan iinfus jika terus muntah dan hematokrit meningkat.

14
b. Penatalaksanaan Medik DHF dengan renjatan

1) Pasang infus RL.

2) Jika dengan infus tidak ada respon, maka berikan plasma expander (20-30

ml/kg BB).

3) Transfusi jika Hb dan Ht turun.

c. Penatalaksanaan Keperawatan

1) Observasi intake output.

2) Pada pasien DHF derajat I : pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3

jam, periksa Hb, Ht, trombosit tiap 4 jam, beri minum 11/2-2 liter/hari, beri

kompres.

3) Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht,

trombosit, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan

darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.

4) Pada pasien DHF derajat III : infus guyur, posisi semi fowler, beri O2,

pengawasan tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, observasi produksi

urine tiap jam, periksa Hb, Ht, trombosit.

5) Pada pasien DHF dengan resiko perdarahan : observasi perdarahan (pteckie,

epistaksis, hematemesis, dan melena), catat banyak dan warna dari

perdarahan, pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus

gastrointestinal.

6) Penatalaksanaan pada peningkatan suhu tubuh : observasi/ukur suhu tubuh

secara periodik, beri banyak minum dan berikan kompres (Padila, 2013)

15
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Pasein DHF dengan Masalah

Keperawatan Hipertermia

Asuhan Keperawatan adalah segala bentuk tindakan atau kegiatan pada

praktek keperawatan yang diberikan kepada klien yang sesuai dengan standar

operasional prosedur (SOP) (Carpenito, 2009).

Ada beberapa tahapan dalam melakukan asuhan keperawatan, yaitu :

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan pengumpulan informasi subjektif dan objektif, dan

peninjauan informasi riwayat pasien pada rekam medik. Informasi subjektif,

misalnya dengan wawancara pasien/ keluarga. Sedangkan informasi objektif,

misalnya dengan pengukuran tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik (Herdman,

2015) . Data yang perlu dikaji yaitu :

a. Identitas Pasien

Yang perlu dikaji meliputi nama, no rekam medis, umur, jenis kelamin,

pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, status, tanggal masuk rumah sakit, tanggal

pengkajian.

b. Keluhan Utama

Keluhan yang sering muncul pada pasien DHF dengan masalah keperawatan

hipertermia adalah pasien mengeluh badannya demam atau panas.

c. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat Kesehatan Dahulu

Riwayat kesehatan dahulu meliputi pernah menderita DHF atau tidak, riwayat

kurang gizi, riwayat aktivitas sehari-hari, pola hidup (life style).

16
2) Riwayat Kesehatan Sekarang

Riwayat kesehatan sekarang yang dikaji meliputi suhu tubuh meningkat,

mukosa mulut kering, terdapat ruam pada kulit (kemerahan).

3) Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat adanya penyakit DHF dalam anggota keluarga.

d. Fisiologis

Hipertermia terdiri dari gejala dan tanda mayor, dan gejala dan tanda minor.

Adapun gejala dan tanda mayor, dan gejala dan tanda minor, yaitu :

1) Gejala dan Tanda Mayor

Suhu tubuh di atas nilai normal

2) Gejala dan Tanda Minor

a) Kulit merah

b) Kejang

c) Takikardia

d) Takipnea

e) Kulit terasa hangat (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis mengenai respon pasien

terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang

berlangsung actual maupun potensial (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

Sesuai dengan perumusan diagnosa keperawatan melalui PES yaitu : P:

Hipertermia, E: Proses penyakit (infeksi virus dengue/viremia) dan S: suhu tubuh

diatas normal, kulit merah, kejang, takikardia, takipnea. Jadi, diagnosa keperawatan

pada penelitian ini adalah Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit

17
(infeksi virus dengue/viremia) ditandai dengan suhu tubuh diatas normal, kulit

merah, kejang, takikardia, takipnea (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016) .

3. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah berbagai perawatan berdasarkan penilaian

klinis dan pengetahuan yang dilakukan oleh seorang perawat untuk meningkatkan

hasil klien/pasien (Herdman, 2015). Berikut adalah intervensi untuk pasien

dengan hipertermia berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)

dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SDKI) (Tim Pokja SIKI DPP

PPNI, 2018).

Tabel 1
Perencanaan Keperawatan Pada Pasien DHF Dengan Hipertermia
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan (SLKI) (SIKI)
Hipertermia Termoregulasi Manajemen Hipertermia :
berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor suhu tubuh.
dengan proses keperawatan selama 3x24 jam 2. Sediakan lingkungan yang dingin.
penyakit (infeksi diharapkan : 3. Longgarkan atau lepaskan pakaian.
virus 1. Menggigil menurun 4. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
dengue/viremia) 2. Kulit merah menurun 5. Berikan cairan oral.
3. Pucat menurun 6. Anjurkan tirah baring.
4. Suhu tubuh membaik
5. Suhu kulit membaik Regulasi Temperatur :
6. Tekanan darah membaik. 1. Monitor suhu sampai stabil (36,5oC-
37,5oC)
2. Monitor tekanan darah, frekuensi
pernafasan dan nadi
3. Monitor warna dan suhu kulit
4. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi
yang adekuat

18
4. Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan atau implementasi adalah tindakan yang direncanakan dalam

rencana keperawatan (Tarwoto Wartonah, 2015). Perawat melakukan pengawasan

terhadap efektifitas intervensi yang dilakukan, bersamaan pula menilai

perkembangan pasien terhadap pencapaian tujuan atau hasil yang diharapkan.

Pelaksanaan atau implementasi keperawatan adalah suatu komponen dari

proses keperawatan yang merupakan kategori dari perilaku keperawatan di mana t

indakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari

asuhan keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan (Perry & Potter, 2005).

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan

untuk mengukur respons klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien

ke arah pencapaian tujuan (Potter & Perry, 2010).

Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang terjadi pada setiap langkah dari

proses keperawatan dan pada kesimpulan (Herdman, 2015). Evaluasi keperawatan

dicatat disesuaikan dengan setiap diagnosa keperawatan. Evaluasi untuk setiap

diagnosa keperawatan meliputi data subyektif (S), data obyektif (O), analisa

permasalahan

(A) klien berdasarkan S dan O, serta perencanaan ulang (P) berdasarkan hasil

analisa data diatas. Evaluasi ini juga disebut evaluasi proses. Semua itu

dicatat pada formulir catatan perkembangan (progress note).

19
B.ANALISA DATA
Nama Klien   : Tn..T                                                
Umur               : 31 tahun                                            Dx. Medis    : DHF
Ruang Rawat :  Perawatan UPTD PKM SUKARATU

NO TANGGAL DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM


1 15 Nopember 2020 DO: Penyakit Hipertermia
Hasil Vital Sign :
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 97 x/ menit
Rr : 20 x/menit
SUHU: 38,50C
DS:Klien mengeluh
demam naik turun.
Setelah hari ke dua
mulai timbul bintik-
bintik merah pada
kulit.

2 15 Nopember 2020 DO:- Agen cidera biologis Nyeri akut


DS: Klien mengeluh
pusing dan
badannya merasa
lemas, pegal dan
nyeri.

3 15 Nopember 2020 DO: Hasil Vital Factor biologis Ketidakseimbangan


Sign : nutrisi: Kurang dari
TD : 100/60 mmHg kebutuhan tubuh
Nadi : 95 x/ menit
Rr : 20 x/menit
BB : 49 Kg
TB : 158 cm
SUHU: 37,70C
DS: Keluarga
mengatakan sulit
kalau makan
sehingga badannya
kurus .

4 15 Nopember 2020 DO: Dari analisa Factor yang Resiko kekurangan


20
perawat didapatkan mempengaruhi volume cairan
Klien datang ke kebutuhan cairan
pukesmas dengan (missal : status
bantuan hipermetabolik)
keluarganya, klien
tampak lemas dan
bibir pecah-pecah.
DS:Keluarga
mengatakan klien
sulit minum

C.DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan adalah penentuan sifat penyakit atau membedakan suatu penyakit dengan yang
lainnya, bersifat mengidentifikasi atau mengenali suatu penyakit.
Dibawah ini beberapa diagnosa yang ditemukan pada klien antara lain:
1.      Hipertermia berhubungan dengan penyakit
2.      Nyeri akut berhubungan dengan  agen cidera biologis
3.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan factor biologis
4.      Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan hipermetabolik.
D.PRIORITAS DIAGNOSA
Dibawah ini beberapa diagnosa yang ditemukan pada klien antara lain:
1.      Hipertermia berhubungan dengan penyakit
2.      Nyeri akut berhubungan dengan  agen cidera biologis
3.      Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan hipermetabolik.
4.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan factor biologis

E.RENCANA TINDAKAN

Nama Klien   : Tn..T                                                


Umur               : 31 tahun                                            Dx. Medis    : DHF
Ruang Rawat : Perawatan UPTD PKM SUKARATU

N DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI NAMA


O KRITERIA HASIL & TTD
1 Hipertemia Setelah dilakukan Fever Treatment ANGG
berhubungan tindakan perawatan
1.      Mengontrol panas A
dengan proses selama 3 X 24 jam, 2.      Monitor suhu minimal tiap 2 jam
penyakit. pasien mengalami3.      Monitor suhu basal secara kontinyu
keseimbangan suhu sesuai dengan kebutuhan.
tubuh dengan kriteria
4.      Monitor TD, Nadi, dan RR
hasil : 5.      Monitor warna dan suhu kulit
    Suhu tubuh dalam 6.      Monitor penurunan tingkat kesadaran
rentang normal 35,9 C
7.      Monitor WBC,Hb, Hct
– 37,5 C 8.      Monitor intake dan output
    Nadi dan RR dalam 9.      Berikan anti piretik
rentang normal 10.  Berikan pengobatan untuk mengatasi
    Tidak ada perubahan penyebab demam
21
warna kulit 11.  Selimuti pasien
    Tidak ada pusing 12.  Lakukan Tapid sponge
13.  Berikan cairan intra vena
14.  Kompres pasien pada lipat paha, aksila
dan leher
15.  Tingkatkan sirkulasi udara
16.  Berikan pengobatan untuk mencegah
terjadinya menggigil
2 Nyeri akut Setelah dilakukan Pain Management ANGG
berhubungan tindakan keperawatan1.    Lakukan pengkajian nyeri secara A
dengan Agen selama  3x24 jam komprehensif termasuk
cedera biologis maka Nyeri akut yang lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,ku
dialami alitas dan factor presipitasi
olehTn.B teratasi 2.    Observasi reaksi non verbal dari
dengan kriteria hasil: ketidak nyamanan
1. Mampu mengontrol 3.    Kontol cairan klien
nyeri(tahu penyebab 4.    Gunakan teknik komunikasi terapeutik
nyeri,mampu untuk mengetahui pengalaman nyeri
menggunakan teknik pasien
nonfarmakologi untuk5.    Kaji kultur yang mempengaruhi respon
mengurangi nyeri
nyeri,mencari 6.    Evaluasi pengalamn nyeri masa lampau
pantuan) 7.    Evaluasi bersama pasien dan tim
2. Mampu mengenal kesehatan lain tentang ketidak
nyeri efektifan control nyeri masa lampau
(skala,intensitas,frekue
8.    Kontrol lingkungan yang dapat
nsi,dan tanda nyeri) mempengaruhui nyeri seperti suhu
 3.Melaporkan bahwa ruangan,pencahayaan dan kebisingan
nyeri berkurang 9.    Kurangi factor presipitasi nyeri
denganmengunakan 10.  Pilih dan lakukan penanganan nyeri
manajemen nyeri) (farmakologi,non farmakologi dan
4.  Vital sign: interpersonal)
TD:100/70 11.  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
Nadi:60-99 x/mnt menentukan intervensi
 Respirasi : 16-24x/menit 12.  Ajarkan tentang teknik non
Suhu:36,5-37,50c farmakologi
13.  Beri ananlgetik untuk mengurangi
nyeri
14.  Evaluasi keefektifan control nyeri
15.  Tingkatkan istirahat
16.  Monitor penerimaan pasien tentang
managemen nyeri
3 Resiko kekurangan Setelah dilakukan Fluid management ANGG
volume cairan tindakan keperawatan    Pertahankan cairan catatan intake dan A
berhubungan selama 3x 24 jam, output yang akurat
dengan resiko kekurangan    Monitor status hidrasi (kelembaban
hipermetabolik volume cairan dapat membrane mukosa,nadi
22
teratasi dengan criteria adekuat,tekanan darah ),
hasil :    Monitor vital sign
1.      Mempertahankan    Monitor masukan makanan/cairan dan
urine output sesuai hitung intake kalori harian
dengan usia dan    Kolaborasikan pemberian cairan IV
BB,BJ    Dorong keluarga untuk membantu
urinenormal,HT pasien makan
normal    Tawarkan snack (jusbuah,buah segar)
2.      Tidak ada tanda
dehidrasi, elastisitas
turgor kulit baik,
membrane mukosa
lembab, tidak ada rasa
haus yang berlebihan

3.      Tekanan
darah,nadi,Suhu tubuh
normal : TD: 100/80
mmhg
NADI: 60-99 x menit
Suhu : 36,50C-37,50C
4. Ketidakseimbanga Setelah dilakukan Nutrition menegement ANGG
n nutrisi kurang tindakan keperawatan    Kaji adanya alergi makanan A
dari kebutuhan selama 3x 24    Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
tubuh berhubungan jam,ketidakseimbanga menentukan jumlah kalori
dengan factor n nutrisi kurang dari    dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
biologis kebutuhan tubuh    Yakinkan diet yang dimakan
berhubungan dengan mengandung tinggi serat untuk
factor bilogis dapat mencegah konstipasi
teratasi dengan criteria    Ajarkan pasien bagaimana membuat
hasil : catatan makanan harian.
1.      Nutrisi pasien dapat    Monitor adanya penurunan BB dan
teratasi gula darah
2.      Berat badan pasien    Monitor lingkungan selama makan
kembali normal    Jadwalkan pengobatan dan tindakan
dengan criteria hasil tidak selama jam makan
20-25 kg    Monitor turgor kulit
3.      Nafsu makan pasien    Monitor kekeringan, rambut kusam,
kembali normal 3x total protein, Hb dan kadar Ht
sehari    Monitor mual dan muntah
   Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
   Monitor intake nuntrisi
   Informasikan pada klien dan keluarga
tentang manfaat nutrisi
   Kolaborasi dengan dokter tentang
kebutuhan suplemen
23
   adekuat dapat dipertahankan.
   Atur posisi semi fowler atau fowler
tinggi selama makan
   Kelola pemberan anti emetik:.....
   Anjurkan banyak minum
   Pertahankan terapi IV line
   Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah

F.CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Klien   : Tn..T                                                


Umur               : 31 tahun                                            Dx. Medis    : DHF
Ruang Rawat :  Perawatan UPTD PKM SUKARATU

No Tgl/Jam Implementasi Evaluasi Nama &


. TTD
Dx
1 16 Nopember Pukul 17.00 ANGGA
2020 1.   memonitor vital sign
08.00 TD: 90/60 mmHg S : Klien mengatakan
N : 65 x/menit badannya masih panas
RR: 26 x/mnt dan bintik-bintik di
S : 39 0C badannya agak
2.   monitor warna dan suhu kulit: menghilang
warnakulit timbul bintik-bintik O : Memeriksa
merah banyak vital sign:
1.      memberikan cairan intra vena TD : 100/70 mmHg
08.30 2.      memonitor intake dan output N : 70 x/mnt
1.      memberikan obat anti piretik RR: 24x/mnt
1.      memeriksa vital sign: S : 37,70C
09.00 TD : 90/70 mmHg Memonitor warnakulit
10.00 N : 68 x/mnt dan suhu kulit: bintik-
RR: 26x/mnt bintik merah pada kulit
S : 38,50C mulai sedikit
1.      memberikan kompres pada A : suhu tubuh  pasien
pasien mengalami penurunan
11.00 1.      memeriksa vital sign: (sedikit teratasi)
TD : 90/70 mmHg P : Intervensi dilanjutkan
12.30 N : 70 x/mnt
RR: 25x/mnt
S : 380C
2.      memonitor warnakulit dan
suhu kulit: bintik-bintik merah
24
pada kulit mulai sedikit
1.      memeriksa vital sign:
TD : 90/70 mmHg
N : 70 x/mnt
15.00 RR: 24x/mnt
S : 37,70C
2.      memberikan obat anti piretik
2 16 Nopember Pukul 15.00 ANGGA
2020 1.      Melakukan pengkajian nyeri: S: Klien mengatakan
08.00 lokasi: kepala bahwa nyeri di
Kualitas  : sedang 5 kepalanya tidak terasa
2.      mengobservasi reaksi non lagi
verbal dari ketidak nyamanan O: mengkaji nyeri
1.      melakukan dan mengajarkan pasien:
teknik relaksasi lokasi: kepala
09.00 2.      mengontrol lingkungan yang kualitas : tidak ada
dapat mempengaruhi nyeri A: pasien tidak lagi
1.      memberikan obat analgesic merasakan nyeri di
2.      menyuruh pasien istirahat kepalanya (teratasi)
10.00 1.      mengkaji nyeri pasien: P : intervensi dihentikan
lokasi: kepala
12.30 kualitas : tidak ada

3 16 Nopember Pukul 16.00 ANGGA


2020 1.      memonitor status S: Klien mengatakan
08.00 hidrasi        ( kelembaban tubuhnya sudah mampu
membrane mukosa : kering,) beraktivitas lagi dan
2.      memeriksa vital sign : tidak merasa haus terus
nadi :65x/mnt,suhu : 390C O: memonitor status
tekanan darah:90/60 mmHg,RR hidrasi (kelembaban
: 26 x/mnt membrane mukosa :
1.      memberikan cairan intra vena lembab)
08.30 1.      memonitor masukan memeriksa vital sign :
makanan/cairan TD : 90/70 mmHg
10.00 1.      menawarkan pasien N : 70 x/mnt
snack     ( jus buah) RR: 24x/mnt
12.30 2.      mendorong pasien untuk S : 380C
minum di tingkatkan A : pasien tidak ada
1.      memonitor status hidrasi tanda-tanda
(kelembaban membrane dehidrasi     ( teratasi)
15.00 mukosa : lembab) P : intervensi dihenti
2.      memeriksa vital sign :
TD : 90/70 mmHg
25
N : 70 x/mnt
RR: 24x/mnt
S : 37,60C
4 17 Nopember Pukul 18.00 ANGGA
2020 1.   mengkaji berat badan pasien: S : Klien mengatakan
08.00 17 kgdan adanya alergi badannya sudah mulai
makanan bisa beraktivitas kembali
2.   mengajukan pasien untuk O: mengkaji berat
makan yang bergizi badan :50 kg
1.   kolaborasi dengan ahli gizi A: kekurangan nutrisi
08.30 2.   memberikan makanan yang pasien sedikit teratasi
terpilih (sudah dikonsultasikan P: intervensi dilanjutkan
dengan ahli gizi)
1.      mengajarkan pasien dan
keluarga bagaimana membuat
10.00 catatan makanan harian
1.      memberikan informasi pada
pasien dan keluarga tentang
kebutuhan nutrisi
11.00 2.      memonitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
1.      mengkaji berat badan : 50 kg

         17.00

26

Anda mungkin juga menyukai