Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KONSEP MURABAHAH

Disusun Oleh :

Kelompok 5 Kelas 2APS1

1. Zaki Maulida (181420000244)


2. Ricky Jafar Sodiq (181420000242)

PERBANKAN SYARI’AH
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA
JEPARA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT karena berkat dan rahmad-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Fiqh Muamalah ini yang berjudul
“Konsep Murabahah”. Makalah ini dibuat sehubungan dengan tugas yang
diberikan dosen saya Bapak Ahmad Fauzan Mubaroq,S.E.,M.Sy. untuk memenuhi
nilai mata kuliah Fiqh Muamalah. Dengan diselesaikannya tugas makalah ini,
kami harapkan dapat memenuhi syarat penilaian tugas dan berguna untuk para
pembacanya.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
perbaikan pembuatan makalah ini di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat
memberi manfaat bagi para pembaca.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1. Latar Belakang...................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2
2.1. Pengertian Murabahah........................................................................................2
2.2. Dasar Murabahah................................................................................................3

2.3. Rukun dan syarat murabahah..............................................................................5

2.4. Jenis-jenis Murabahah.........................................................................................7

BAB III PENUTUP...........................................................................................................9


3.1. Kesimpulan........................................................................................................9
3.2. Saran..................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Lembaga keuangan berlabel syariah berkembang dalam skala
besar dengan menawarkan produk-produknya yang beraneka ragam
dengan istilah-istilah berbahasa Arab. Banyak masyarakat yang masih
bingung dengan istilah-istilah tersebut dan masih ragu apakah benar
semua produk tersebut adalah benar-benar jauh dari pelanggaran syariat
Islam ataukah hanya rekayasa semata. Melihat banyaknya pertanyaan
seputar ini maka dalam makalah ini penulis akan membahas salah satu
produk tersebut dalam konsep perbankan syariah. Salah satu dari produk
tersebut adalah Murabahah.

Murabahah adalah salah satu dari bentuk akad jual beli yang telah
banyak dikembangkan sebagai sandaran pokok dalam pembiayaan
modal kerja dan investasi dalam perbankan syariah yang memiliki
prospek keuntungan yang cukup menjanjikan. Karena keuntungan yang
menjanjikan itulah sehingga semua atau hampir semua lembaga
keuangan syariah menjadikannya sebagai produk financing dalam
pengembangan modal mereka.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apakah Pengertian Murabahah?
2. Apa Saja Dasar Murabahah?
3. Bagaimana Syarat Dan Rukun Murabahah?
4. Apa saja jenis-jenis Murabahah?

1
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Murabahah
Murabahah dalam perspektif fiqh merupakan salah satu dari
bentuk jual beli yang bersifat amanah (bai’ al-amanah). Jual beli ini
berbeda dengan jual beli musawwamah / tawar menawar. Murabahah
terlaksana antara penjual dan pembeli berdasarkan harga barang, harga
asli pembelian penjual yang diketahui oleh pembeli dan keuntungan
yang diambil oleh penjual pun diberitahukan kepada pembeli,
sedangkan musawwamah adalah transaksi yang terlaksana antara
penjual dan pembeli dengan suatu harga tanpa melihat harga asli
barang. Jual beli yang juga termasuk dalam jual beli bersifat amanah
adalah jual beli wadhi’ah, yaitu menjual kembali dengan harga rendah
(lebih kecil dari harga asli pembelian), dan jual beli tauliyah, yaitu
menjual dengan harga yang sama dengan harga pembelian. (Wiroso,
2005 : 15)

Secara etimologis, murabahah berasal berasal dari kata al-ribh


atau al-rabh yang memiliki arti kelebihan atau pertambahan dalam
‫النمــاء فـــي ﱠ‬
perdagangan (‫التـــج‬ ‫) رر ﱠ‬. Dengan kata lain, al-ribh tersebut
dapat diartikan sebagai keuntungan ”keuntungan, laba, faedah”.
(Warson Munawwir, 1997 : 463)

Di dalam al-Qur’an kata ribh dengan makna keuntungan dapat


ditemukan pada surat al-Baqaraħ ayat 16 berikut :

‫أولﺌﻚ الﺬﻳن اﺷﱰوا الﻀﻼلﺔ ﺑاﳍﺪى فﻤا رﲝت ﲡارﻢ وما ﻛاﻧﻮا مﻬﺘﺪﻳن‬

Artinya : ” Mereka itulah orang yang membeli kesesatan


dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan
tidaklah mereka mendapat petunjuk”. (QS. Al-Baqarah : 16)

2
Dalam konteks mu’amalah, kata murabahah biasanya diartikan
sebagai jual beli yang dilakukan dengan menambah harga awal.

Murabahah dalam konsep perbankan syariah merupakan jual


beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang
disepakati. Dalam jual beli murabahah penjual atau bank harus
memberitahukan bahwa harga produk yang ia beli dan menentukan
suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya.

Aplikasi pembiayaan murabahah pada bank syariah maupun


Baitul Mal Wa Tamwil dapat digunakan untuk pembelian barang
konsumsi maupun barang dagangan (pembiayaan tambah modal)
yang pembayarannya dapat dilakukan secara tangguh (jatuh
tempo/angsuran). (Rifa’i, 2002 : 61)

2.2. Dasar Murabahah


A. Al-Qur’an
Secara syar'iy, keabsahan transaksi murabahah didasarkan pada
beberapa nash al-Qur'an dan Sunnah. Landasan umumnya, termasuk
jenis jual beli lainnya, terdapat dalam surat al-Baqaraħ ayat 275 :
‫س ِّ ذكذلل ك‬
‫ﻚ‬ ‫الﱠلﺬﻳكن ﻳكأرنﻛنلﻮكن السركﺑا كل ﻳكنقﻮنمﻮكن إلﱠل كﻛكﻤا ﻳكنقﻮنم الﱠلﺬيِ ﻳكﺘككخبﱠطنهن الﱠشري ك‬
‫طانن لمكن ارلكﻤ س‬
‫ظﺔ ة‬‫ان ارلبكريكع كوكحﱠركم السركﺑا ِّ فككﻤرن كجاكءهن كمرﻮلع ك‬
‫ﺑلأ كﻧﱠﻬنرﻢ كقانلﻮا إلﻧﱠكﻤا ارلبكرينع لمرثنل السركﺑا كوأككحﱠل ﱠ‬
‫ب الﱠنالر ِ هنرﻢ‬
‫صكحا ن‬ ‫ال ِ كوكمرن كعاكد فكنأو ذلكﺌل ك‬
‫ﻚ أك ر‬ ‫ف كوأكرمنرهن إلكلىَ ﱠ‬
‫لمرن كرﺑسله كفارﻧﺘكﻬكذىَ فكلكهن كما كسلك ك‬
‫لفيكﻬا كخاللنﺪوكن‬

Artinya : “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat


berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan
lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian
itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya
jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan
jual beli dan mengharamkan riba.…”. (QS. Al-Baqarah : 275).
(Departemen Negara RI, 1974 : 69)
Dalam ayat ini, Allah swt mempertegas legalitas dan keabsahan
jual beli, serta menolak dan melarang konsep ribawi. Berdasarkan

3
ketentuan ini, jual beli murabahah mendapat pengakuan dan
legalitas dari syara’ dan sah untuk dioperasionalkan dalam
praktik pembiayaan di bank syariah dan Baitul Mall wa Tamwil
(BMT) karena ia merupakan salah satu bentuk jual beli dan tidak
mengandung unsur ribawi.
Kemudian di dalam surat An-Nisa ayat 29, yang berbunyi :
‫ر‬ ‫ر‬ ‫ن‬ ‫ر‬
‫ض‬
‫ن ت رررا ض‬
‫جاررة ة ع ر ن‬
‫ن تت ر‬
‫كو ر‬ ‫ل إ تلل أ ن‬
‫ن تر ك‬ ‫م تبال نرباط ت ت‬ ‫وال رك ك ن‬
‫م ب ري نن رك ك ن‬ ‫مكنوا رل ت رأك ككلوا أ ن‬
‫م ر‬ ‫نآ ر‬ ‫ريا أي يرها ال ل ت‬
‫ذي ر‬
‫من نك ك ن‬
‫م‬ ‫ت‬

Artinya : ”hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling


memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali
dengan jalan permiagaan yang berlaku suka sama suka di antara
kamu……”. (QS. An-Nisa : 29). (Ibid, h.122)
Dalam literatur fiqh klasik, murabahah mengacu pada suatu
penjualan yang pembayarannya ditangguhkan. Justru elemen
pokok yang membedakannya dengan penjualan normal lainnya
adalah penangguhan pembayaran itu. Pembayaran dilakukan
dalam suatu jangka waktu yang disepakati, baik secara tunai
maupun secara angsuran. (Abidin Basri, 2000 : 120)
B. Hadist
keberadaan murabahah juga didasarkan pada hadis yang
menegaskan bahwa murabahah termasuk dalam ketegori
perbuatan dianjurkan (diberkati). Hadis tersebut berbunyi :
” Dari Shalih bin Shuhayb dari ayahnya, ia berkata: " Rasulullah
SAW bersabda: "Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan:
jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah) dan
mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah,
bukan untuk dijual”. (HR. Ibn Majah).

C. Al-Ijma
Transaksi ini sudah dipraktekkan di berbagai kurun dan tempat
tanpa ada yang mengingkarinya, ini berarti para ulama
menyetujuinya.
D. Kaidah Fiqh, yang menyatakan:

4
“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali
ada dalil yang mengharamkannya.”
E. Fatwa Dewan Syariah Nasonal Majelis Ulama Indonesia
No.04/DSN-MUI/IV/2000, tentang MURABAHAH.

2.3. Rukun Dan Syarat Mudharabah


A. Rukun Mudharabah
Sebagai bagian dari jual beli, maka pada dasarnya rukun dan
syarat jual beli murabahah juga sama dengan rukun dan syarat jual
beli secara umum. Rukun jual beli menurut mazhab Hanafi adalah
ijab dan qabul yang menunjukkan adanya pertukaran atau kegiatan
saling memberi yang menempati kedudukan ijab dan qobul itu.
(Wiroso, 2005 : 16)
Adapun untuk rukun jual beli murabahah itu sendiri antara lain :
(Muhammd, 2009 : 58)
1. Penjual (Ba’i)
Adalah pihak bank atau BMT yang membiayai pembelian
barang yang diperlukan oleh nasabah pemohon pembiayaan
dengan sistem pembayaran yang ditangguhkan. Biasanya di
dalam teknis aplikasinya bank atau BMT membeli barang
yang diperlukan nasabah atas nama bank atau BMT itu
sendiri. Walaupun terkadang bank atau BMT menggunakan
media akad wakalah dalam pembelian barang, dimana si
nasabah sendiri yang mebeli barang yang diinginkan atas
nama bank.

2. Pembeli (Musytari)
Pembeli dalam pembiayaan murabahah adalah nasabah
yang mengajukan permohonan pembiayaan ke bank atau
BMT.
3. Objek jual beli (Mabi’)
Yang sering dilakukan dalam permohonan pembiayaan
murabahah oleh sebagian besar nasabah adalah terhadap
barang-barang yang bersifat konsumtif untuk pemenuhan

5
kebutuhan produksi, seperti rumah, tanah, mobil, motor dan
sebagainya.
4. Harga (Tsaman)
Harga dalam pembiayaan murabahah dianalogikan dengan
pricing atau plafond pembiayaan.
5. Ijab qobul.
Dalam perbankan syariah ataupun Lembaga Keuangan
Syariah (BMT), dimana segala operasionalnya mengacu
pada hukum Islam, maka akad yang dilakukannya juga
memilki konsekuensi duniawi dan ukhrawi. Dalam akad
biasanya memuat tentang spesifikasi barang yang
diinginkan nasabah, kesediaan pihak bank syariah atau BMT
dalam pengadaan barang, juga pihak bank syariah atau
BMT harus memberitahukan harga pokok pembelian dan
jumlah keuntungan yang ditawarkan kepada nasabah (terjadi
penawaran), kemudian penentuan lama angsuran apabila
terdapat kesepakatan murabahah.
B. Syarat Murabahah
Selain ada rukun dalam pembiayaan murabahah, juga
terdapat syarat-syarat yang sekiranya menjadi pedoman
dalam pembiayaan sekaligus sebagai identitas suatu produk
dalam bank syariah atau BMT dengan perbankan
konvensional. Syarat dari jual beli murabahah tersebut antara
lain :
1. Penjual memberi tahu harga pokok kepada calon
pembeli. Hal ini adalah logis, karena harga yang akan
dibayar pembeli kedua atau nasabah didasarkan pada
modal si pembeli awal / Bank atau BMT.
2. Akad pertama harus sah sesuai dengan rukun yang
ditetapkan.
3. Akad harus bebas dari riba.
4. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi
cacat atas barang sesudah pembelian.

6
5. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan
dengan pembelian, misalnya pembelian dilakukan secara
hutang.

2.4. Jenis-jenis Murabahah


Dalam konsep di perbankan syariah maupun di Lembaga Keuangan
Syariah (BMT), jual beli murabahah dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu: (Wiroso, 2005 : 37)
1. Murabahah tanpa pesanan
Murabahah tanpa pesanan adalah jenis jual beli murabahah
yang dilakukan dengan tidak melihat adanya nasabah yang
memesan (mengajukan pembiayaan) atau tidak, sehingga
penyediaan barang dilakukan oleh bank atau BMT sendiri dan
dilakukan tidak terkait dengan jual beli murabahah sendiri. Dengan
kata lain, dalam murabahah tanpa pesanan, bank syariah atau
BMT menyediakan barang atau persediaan barang yang akan
diperjualbelikan dilakukan tanpa memperhatikan ada nasabah
yang membeli atau tidak. Sehingga proses pengadaan barang
dilakukan sebelum transaksi / akad jual beli murabahah
dilakukan.
Pengadaan barang yang dilakukan bank syariah atau BMT ini
dapat dilakukan dengan
beberapa cara antara lain :
a) Membeli barang jadi kepada produsen (prinsip
murabahah).
b) Memesan kepada pembuat barang / produsen dengan
pembayaran dilakukan secara keseluruhan setelah akad
(Prinsip salam).
c) Memesan kepada pembuat barang / produsen dengan
pembayaran yang dilakukan di depan, selama dalam masa
pembuatan, atau setelah penyerahan barang (prinsip
isthisna).
d) Merupakan barang-barang dari persediaan mudharabah
atau musyarakah.

7
2. Murabahah berdasarkan pesanan
Sedangkan yang dimaksud dengan murabahah berdasarkan
pesanan adalah jual beli murabahah yang dilakukan setelah ada
pesanan dari pemesan atau nasabah yang mengajukan pembiayaan
murabahah. Jadi dalam murabahah berdasarkan pesanan, bank
syariah atau BMT melakukan pengadaan barang dan melakukan
transaksi jual beli setelah ada nasabah yang memesan untuk
dibelikan barang atau asset sesuai dengan apa yang diinginkan
nasabah tersebut.

BAB III

PENUTUP

4.1. Simpulan
Berdasarkan asal kata dan beberapa pendapat para ahli dapat
disimpulkan bahwa akad murabahah adalah suatu bentuk jual-beli di
mana penjual memberi tahu kepada pembeli tentang harga pokok
(modal) barang dan pembeli membelinya berdasarkan harga pokok
tersebut kemudian memberikan margin keuntungan kepada penjual
sesuai dengan kesepakatan.
Dasar hukum akad murabahah terdiri dari alqur’an, as-sunnah,
ijma, kaidah syariah dan fatwa DSN MUI. Rukun Murabahah yakni
penjual, pembeli, objek jual beli, harga, ijab kabul. Jenis – jenis akad
murabahah ada 2 yaitu, murabahah dengan pesanan dan murabahah

8
tanpa pesanan. Murabahah dengan pesanan adalah penjual tidak
melakukan pembelian barang sebelum adanya akad murabahah.
Murabahah tanpa pesanan adalah penjual memiliki persediaan barang
dagang/murabahah.

4.2. Saran
Kami menyadari, dalam pembuatan makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sebagai penyusun berharap agar
ada kritik dan saran dari semua pihak terutama dosen. Kami hanyalah
manusia biasa. Jika ada kesalahan, itu datangnya dari kami sendiri. Dan
jika ada kebenaran, itu datangnya dari Allah swt.

Daftar Pustaka

Antonio, M. Syaf ’i’i. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktek. Jakarta : Gema
Insani

Departemen Agama RI. 1974. Alqur’an dan Terjemahnya. Jakarta : PT


Intermasa.

Muhammad. 2009. Model-Model Akad Pembiayaan di Bank Syariah (Panduan


teknis pembuatan Akad/Perjanjian Pembiayaan Pada Bank Syariah).
Yogyakarta : UII Press.

Munawwir, Ahmad Warson. 1997. Kamus Arab-Indonesia, Cet. IV. Surabaya:


Pustaka Progressif.

Rifa’I, Moh. 2002. Konsep Perbankan Syariah. Semarang : CV. Wicaksana.

9
Wiroso. 2005. Jual Beli Murabahah. Yogyakarta : UII Press

10

Anda mungkin juga menyukai