Anda di halaman 1dari 5

Tinjauan Pustaka

 Pembangunan Keberlajutan (Sustainable Development)


Pembangunan keberlanjutan merupakan sebuah konsep pembangunan yang terdiri dari tiga
tumpuan uatama, yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan yang saling bergantung dan
memperkuat. Ketiga aspek tersebut tidak bisa dipisahkan karena menimbulkan hubungan
sebab akibat. Hubungan ekonomi dan sosial diharapkan dapat menciptakan hubungan yang
adil (equitable). Hubungan antara ekonomi dan lingkungan diharapkan dapat terus berjalan
(viable). Adapun hubungan antara sosial dan lingkungan bertujuan agar terus bertahan
(bearable). Berdasarkan hal tersebut, konsep pembangunan ini berupaya mewujudkan suatu
pembangunan yang pro-keadilan sosial, pro-ekonomi kesejahteraan, pro-lingkungan
berkelanjutan. Hal tersebut selaras dengan Peraturan Menteri Negara Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 11 Tahun
2020. Sebagaimana yang tertuang dalam peraturan tersebut bahwa Pembangunan
Berkelanjutan, yang menjaga keberlanjutan kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat,
menjaga kualitas lingkungan hidup, serta meningkatkan pembangunan yang inklusif dan
pelaksanaan tata kelola yang mampu menjaga peningkatan kualitas kehidupan dari satu
generasi ke generasi berikutnya.

Dalam mewujudkan tiga poin tersebut, maka diperlukan sebuah strategi yang berorientasi
pada empat komponen, yaitu pemerataan, keberagaman, integrasi, dan perspektif jangka
panjang (Jamaludin, 2016). Adapun komponen pertama ini mengharuskan sebuah
pembangunan dilandasi hal-hal, seperti meratanya distribusi sumber lahan dan faktor
produksi, peran dan kesempatan perempuan, ekonomi yang dicapai dengan keseimbangan
distribusi kesejahteraan. Kemudian, komponen kedua ini mengharuskan pemeliharaan
keragaman hayati, tujuannya agar sumber daya alam selalu tersedia secara berkelanjutan
untuk masa kini dan masa datang. Kemudian, komponen ketiga ini harus memprioritaskan
integrasi antara manusia dan lingkungan. Dengan adanya rasa integrasi, pelaksanaan
pembangunan akan menghadirkan kebermanfaatan secara menyeluruh. Poin ini menjadi
tantangan utama dalam kelembagaan. Terakhir, komponen keempat ini mengharuskan para
pemangku kepentingan pembangunan memiliki perspektif jangka panjang agar akibat dan
implikasi pembangunan dapat diperhitungkan hingga generasi mendatang.

 Pariwisata Berkelanjutan (Sustainable Tourism)


Pariwisata berkelanjutan merupakan konsep pariwisata yang mengedepankan prinsip
keberlanjutan. Dengan kata lain, prinsip keberlanjutan menyangkut persoalan ekonomi, sosial,
dan lingkungan. Untuk itu, pariwisata berkelanjutan mementingkan pembangunan yang
beroreintasi pada perspektif jangka panjang sehingga tujuan utamanya menciptakan
pariwisata yang berasaskan ramah lingkungan serta bisnis yang bertanggung jawab secara
sosial. Pernyataan ini selaras dengan definisi teoritis konsep berkelanjutan yang meliatkan
dimensi perlindungan ekonomi, sosial, dang lingkungan (Streimikiene et al., 2021).
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat digambarkan bahwa pariwisata berkelanjutan sebagai
pariwisata yang mengedepankan menekankan kualitas dari aspek ekonomi, sosial, lingkungan.

Adapun dalam Peraturan Menteri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif Nomor 9 Tahun 2021
bahwa kriteria destinasi pariwisata berkelajutan secara garis besar terbagi menjadi empat
bagian yang masing-masing bagiannya terdiri dari dua atau tiga sub-bagian sebagai berikut:
Dari 4 bagian tersebut, dapat diketahui bahwa indikator pariwisata keberlanjutan yang dapat
ditinjau pada kawasan pariwisata yaitu pengelolaan berkelanjutannya, keberlajutan sosial
ekonominya, keberlanjutan budayanya, dan keberlanjutan lingkungannya.

 IAD Framework
Terdapat konsep IAD Framework yang mampu mengidentifikasi serta menggambarkan
pemetaan konseptual untuk menguji variabel-variabel utama yang dihadapi para pelaku
wisata dalam mengembangkan pariwisata berkelanjutan dan berkualitas (Maru dan
LaFlamme, 2008). Adapun variabel-variabel mendasarnya termasuk karakteristik fisik, atribut
komunitas, dan rules in use. Berdasarkan hal tersebut, maka variabel yang didapatkan ialah
kelembagaan, tata kelola, konteks kawasan, pelaku wisata, situasi persaingan, peforma
ekonomi, performa sosial budaya, dan peforma lingkungan hidup. Variabel tersebut nantinya
mampu menggambarkan fakta empiris terkait kualitas pariwisata pada kawasan yang ingin
ditentukan.

IAD Framework pada dasarnya merupakan suatu perangkat analisis yang memfokuskan pada
bagian konseptual yang disebut arena aksi. Dalam arena aksi tersebut melibatkan interaksi
antar aktor yang menghasilkan sebuah outcome. Dengan kata lain, para pelaku dan situasi
sosial ini menentukan arena aksi dan interaksi para actor di dalamnya hingga menghasilkan
sebuah outcome berupa kesepakatan kelembagaan. Adapun terdapat faktor-faktor eksternal
yang memengaruhi arena aksi termasuk kondisi lingkungan fisik, peraturan yang berlaku, dan
struktur masyarakat (Ostrom dan Hess, 2007).
Panduan Pertanyaan Focus Group Discussion

“Eksplorasi Indikator Pengembangan Pariwisata berkualitas dan berkelanjutan”


Untuk Pelaku Pariwisata pada Kawasan Merapi

Waktu Pelaksanaan :
Tempat :
Pelaksanaan ke :

Pertanyaan penelitian
Kelembagaan  Aturan apa saja yang dijadikan rujukan dalam pengembangan
kawasan pariwisata?
 Apakah aturan tersebut berpengaruh terhadap
pengembangan pariwisata berkualitas dan berkelanjutan?
Tata kelola  Berapa banyak pihak stakeholders yang terlibat dalam
pengembangan kawasan pariwisata?
 Bagaimana relasi kuasa antar stakeholders yang terlibat
dalam kawasan pariwisata?
 Apakah kuantitas stakeholders mempengaruhi
pengembangan pariwisata berkualitas?
Konteks kawasan  Apakah pembangunan pariwisata pada kawasan ini sudah
sesuai dengan aturan yang berlaku?
 Bagaimana dampak kesesuaian kawasan yg diperuntukkan
berpengaruh terhadap pengembangan pariwisata?
 Apakah aksesbilitas berpengaruh terhadap pengembanga
pariwisata?
 Bagaimana daya tarik wisata pada kawasan pariwisata?
 Apakah daya tarik berpengaruh terhadap pengembangan
kualitas pariwisata?
 Bagaimana pemasaran wisata digital pada kawasan ini?
 Apakah pemasaran digital berpengaruh terhadap
pengembangan pariwisata?
 Apakah kondisi sinyal berpengaruh terhadap pengembangan
pariwisata?
Pelaku wisata  Bagaimana pengaruh peran pelaku wisata dalam
pengembangan kawasan pariwisata?
Situasi persaingan  Bagaimana persaingan pangsa pasar destinasi wisata pada
kawasan?
 Apakah persaingan mempengaruhi terhadap pengembangan
kawasan pariwisata?

Peforma ekonomi
Peforma sosial budaya
Peforma lingkungan
hidup
Referensi:
Streimikiene, D., Svagzdiene, B., Jasinskas, E., & Simanavicius, A. (2021). Sustainable tourism
development and competitiveness: The systematic literature review. Sustainable Development,
29(1), 259–271. https://doi.org/10.1002/sd.213 3

Maru, Y. T., & LaFlamme, M. (2007). Institutions for allocating water resources in desert towns: The
Alice Springs water resource strategy. Desert Knowledge Cooperative Research Centre.

Jamaludin, A. N. (2016). Sosiologi Pembangunan. Bandung: CV Pustaka Setia.

Hess, C., & Ostrom, E. (2007). A framework for analyzing the knowledge commons.London: The
MIT Press.p. 41-81.

Anda mungkin juga menyukai