MAHASISWA
(Studi Kasus pada Himpunan Mahasiswa Komunikasi FISIP Unsoed Kabinet Gatawisa)
Disusun Oleh:
PURWOKERTO
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Organisasi bukanlah suatu tujuan melainkan alat bagi manusia untuk mencapai
tujuan. Organisasi berkaitan dengan pengembangan kerangka kerja dimana keseluruhan
pekerjaan dibagi kedalam komponen-komponen yang dapat dikeloladengan tujuan untuk
memfasilitasi pencapaian tujuan. Bahkan organisasi sudah mulai kita temui di sekolah dasar
dan bertahap sampai kita berada di perguruan tinggi dan menjadi mahasiswa. Salah satu
tempat yang paling tepat menempa kemampuan seseorang adalah kampus. Seluruh kampus
negeri maupun swasta diwajibkan mendorong kegiatan organisasi mahasiswa di dalam
kampus, olehnya itu dibentuklah lembaga-lembaga kemahasiswaan mulai dari tingkat
universitas sampai ke tingkat jurusan/program studi. Hal tersebut dilakukan agar mahasiswa
memiliki wadah mengasah kemampuan dan bakat yang terpendam dalam dirinya karena
ruang-ruang akademik seperti di kelas dan laboratorium tidak cukup digunakan untuk
mengembangkan bakat seseorang. Kehadiran lembaga-lembaga nonformal seperti Badan
Eksekutif Mahasiswa, Himpunan Mahasiswa Jurusan, dll akan memberi dampak positif bagi
tumbuhkembangnya tradisi atau sikap ilmiah mahasiswa di dalam kampus.
Setiap perguruan tinggi pasti memiliki berbagai macam organisasi. Salah satu
organisasi yang ada di kampus adalah Himpunan Mahasiswa Jurusan. Himpunan Mahasiswa
Jurusan atau biasa disebut sebagai HMJ merupakan salah satu organisasi mahasiswa di
tingkat jurusan atau program studi. HMJ memiliki peran yang penting dalam setiap fakultas.
Dengan adanya organisasi intra kampus maka ide-ide dalam keputusan pengurus HMJ
disertai dengan tindakan nyata dalam kampus maupun masyarakat . tidak hiraukan dapat.
HMJ juga bisa membantu pimpinan fakultas untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang
sifatnya positif baik dalam kampus seperti melakukan kajian dan seminar maupun di luar
kampus seperti melakukan bakti sosial dan pembinaan terhadap Anak sesuai dengan
Program kerja yang dicantumkan oleh pengurus HMJ.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana program kerja divisi advokasi dan kajian pada Himpunan Mahasiswa
Komunikasi FISIP Unsoed Kabinet Gatawisa (tupoksi)?
2. Bagaimana peran divisi advokasi dan kajian pada Himpunan Mahasiswa Komunikasi
FISIP Unsoed Kabinet Gatawisa dalam penyaluran advokasi mahasiswa di bidang
akademik?
BAB II
KAJIAN TEORI
Salah satu konsep penting yang dikemukakan oleh merton sebagai penganut
struktural-fungsional yang menjelaskan bahwa analisis struktur mefokuskan perhatiannya
pada kelompok, organisasi, masyarakat dan kultur, yang mana setiap objek yang dijadikan
sasaran analisis struktural-fungsional tertentu mencerminkan hal yang standar (artinya,
terpola dan berulang) (dalam George Ritzer & Douglas J Goodman, 2004: 137). Sebagai
penganut fungsionalis yang mengingatkan bahwa apa yang mungkin bersifat fungsional bagi
suatu kelompok bisa jadi tidak fungsional bagi kelompok lain. Di dalam pikiran Merton,
sasaran studi struktural fungsional antara lain adalah: peran sosial, pola institusional, proses
sosial, pola kultur, emosi yang terpola secara kultural, norma sosial, organisasi kelompok,
struktur sosial, dan sebagainya (Menton, 1949/1968: 104). Sebagai pakar aliran fungsionalis,
menurut Merton, para analis cenderung mencampuradukkan motif subjektif individual
dengan fungsi struktur dan intuisi, yang mana seharusnya dipusatkan pada fungsi sosial
ketimbang pada modif individual. Menurut Merton, fungsi diartikan sebagai konsekuensi-
konsekuensi yang dapat diamati yang menimbulkan adaptasi atau penyesuaian dari sistem
tertentu (1949/1968: 105). Namun dalam menjalankan pasti terdapat bias ideologis atau
terjadi kecenderungan memihak ketika orang hanya memusatkan perhatiannya pada sebab-
sebab positif dan perlu diperhatikan untuk memusatkan kepada suatu fakta sosial juga dapat
mengandung sebab negative bagi fakta sosial lainnya. Untuk meminimalisir kelemahan
serius atau suatu ketidak cocokan dalam teori fungsionalisme struktural, maka kemudian
Merton mengembangkan gagasan tentang disfungsi.
Disfungsi ini merupakan salah satu cara untuk memperbaiki dan menutupi
kelemahan dalam teori fungsionalisme struktural. Sebagaimana struktur atau intuisi dapat
menyumbang pemeliharaan bagian-bagian lain dari sistem sosial, struktur, atau intuisi pun
dapat menimbulkan akibat negative terhadap sistem sosial (dalam George Ritzer & Douglas
J. Goodman, 2004: 140) atau disfungsi bisa diartikan sebagai sebab negative yang muncul
dalam penyesuaian sebuah sistem. Mengenalkan konsep fungsi dan disfungsi yang
merupakan turunan dari (manifes dan laten). Fungsi manifes (nyata) adalah fungsi yang
diharapkan, sedangkan fungsi laten (tersembunyi) adalah fungsi yang tidak diharapkan,
akibatnya fungsi laten sering diasumsikan negatif. Padahal fungsi laten justru kerap kali
dipandang positif (mengingat kata fungsi selalu mengandung kata positif), namun jika
terdapat pandangan negatif disebut disfungsi, bukan laten. Sehingga Merton kemudian
mengenalkan konsep disfungsi untuk melihat adanya konsekuensi-konsekuensi yang justru
merusak atau berakibat negatif pada sistem. Konsekuensi disini berupa sesuatu yang telah
diantisipasi atau direncanakan (anticipated, bisa juga tidak diantisipasi (unanticipated).
Maksud dari yang sudah diantisipasi berupa sesuatu yang positif bagi sistem (fungsi
manifest), dan dapat juga negative bagi sistem (disfungsi manifest). Sementara konsekuensi
yang tidak bisa diantisipasi, bisa positif (fungsi laten), dan jika negative (disfungsi laten),
serta bisa dengan sesuatu yang tidak relevan (nonfungsi) (George Ritzer 2010: 256).
BAB III
PEMBAHASAN
A. Program Kerja Divisi Advokasi dan Kajian pada Himpunan Mahasiswa Komunikasi
FISIP Unsoed Kabinet Gatawisa
Adapun pada divisi advokaji di Kabinet Gatawisa Himakom Unsoed terdapat lima
program kerja, antara lain Kampus Advo, Combear, FYP, HBB, dan forum diskusi isu
terkini. Spesifikasi praktik advokasi dijalankan pada program kerja Kampus Advo dan
Combear. Pertama, Kampus Advo berfokus pada penyaluran informasi mengenai kebijakan
kampus, informasi akademik (magang, beasiswa, dan lomba). Informasi-informasi yang
tersedia mengenai kampus berasal dari lingkar advokasi Unsoed yang diusuong oleh BEM
Unsoed dan advokasi FISIP. Kemudian, informasi didistibukan melalui konten di instagram
dan penyebaran pesan di grup Whatsapp. Kedua, Combear menyediakan wadah bagi
mahasiswa ilmu komunikasi Unsoed untuk menyampaikan pendapat, kritik, dan saran
mengenai segala aktivitas kampus Unsoed. Penyebarluasan informas di program Combear
secara sistematis dimulai dari direct message, menfess, dan jejak pendapat yang menampung
segala keluhan mahasiswa yang akan disampaikan kepada pihak kampus. Mekanisme yang
digunakan dalam kedua program kerja ini secara fungsional dapat digolongkan sebagai
bentuk alokasi politik. Hal ini dikarenakan setiap aktor (anggota ataupun koordinator)
mengggunakan kekuasaan mempertanggungjawabkan dirinya pada proses advokasi dengan
melibatkan berbagai pihak.
Advokasi yang dilakukan oleh Himakom Unsoed nyatanya terdorong dari rasa
empati pada pihak-pihak yang menjalankan proses ini. Dalam aspek fungsional, realisasi
advokasi ini termasuk pada alokasi solidaritas. Keinginan untuk mendistribusikan relasi
antar satu sama lain dengan memprioritaskan kepentingan-kepentingan bersama demi
memperoleh keadilan yang ingin dicapai. Dengan keberhasilan advokasi yang telah
dijalankan membuahkan hasil yang baik, yaitu eksistensi program kerja yang dirasakan oleh
mahasiswa ilmu komunikasi. Secara sederhana, program kerja advokasi ini tidak hanya
“agenda belaka”, tetapi berkontribusi besar pada kehidupan mahasiswa ilmu komunikasi.
Berdasarkan kendala yang sudah disebutkan, hal ini sejalan dengan teori yang
dikembangkan oleh Merton tentang disfungsi. Disfungsi merupakan salah satu cara untuk
memperbaiki dan menutupi kelemahan dalam teori fungsionalisme structural. Merton
mengatakan gagasannya tentang disfungsi bahwa dijadikan sebagai sebab negatif yang
muncul dalam penyesuaian sebuah sistem. Dalam hal ini, program kerja yang dilakukan oleh
Divisi Advokasi dan Kajian Himakom memiliki beberapa kendala yang sudah teratasi
dengan baik oleh para pengurusnya. Seperti misalnya adanya mahasiswa yang mengeluhkan
tentang kebijakan UKT untuk mahasiswa semester akhir dan pengurus mencari solusi
dengan bertanya kepada birokrat yang akhirnya membuahkan solusi yaitu adanya proses
lobby ke pihak kampus untuk mengubah peraturan yang bisa menguntungkan mahasiswa
tersebut. Kemudian fungsi laten yang sebenarnya kehadirannya sendiri tidak mengganggu
keseimbangan struktur social tapi merupakan fungsi tersembunyi yang tak dapat diharapkan
dalam struktur sosial. Sebenarnya kendala-kendala yang dihadapi merupakan sebuah
kehadiran yang tidak diharapkan, tetapi dengan adanya kendala tersebut bisa membangun
sebuah evaluasi untuk membangun kepribadian dalam berorganisasi untuk lebih baik lagi.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Budi Santoso, Triwibowo. (2003). Teori Sosiologi Modern Edisi Ke-6 by George Ritzer &
Douglas J.Goodman. Jakarta: Prenada Media. diakses, 2 Oktober 2022 pukul 20.15.
Londang, Mira Pramoeditya, (2017). Peran HMJ Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Mulawarman Dalam Menangani Keluhan Mahasiswaa Di Bidang Akademik. Jurnal
Sosiatri-Sosiologi. 5(1), 16-29. diakses, 1 Oktober 2022 pukul 21.15.
Transkrip Wawancara
Peran HMJ dalam Penyaluran Advokasi Mahasiswa
Transkrip Wawancara
Transkrip Wawancara
Transkrip Wawancara