Anda di halaman 1dari 19

PERAN HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN DALAM PENYALURAN ADVOKASI

MAHASISWA
(Studi Kasus pada Himpunan Mahasiswa Komunikasi FISIP Unsoed Kabinet Gatawisa)

Disusun Oleh:

Sofi Dwi Putri (F1A020010)

Moza Ananda Luthfia (F1A020013)

Alifio Adlin Enggarianto (F1A020048)

Nadia Amalia R. (F1A020073)

Ivandra Dhiya B. (F1A020099)

Elia Christina B. (F1A020100)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI S1 SOSIOLOGI

PURWOKERTO

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada hakikatnya manusia merupakan makhluk sosial yang mempunyai serangkaian


kebutuhan yang harus dipenuhi untuk menjamin kelanjutan hidupnya diantaranya kebutuhan
tersebut adalah kebutuhan sosial. Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal berbagai jenis
organisasi yang mempengaruhi semua tingkatan kehidupan kita. Fakta menunjukkan bahwa
kebanyakan di antara kita menjalani sebagian besar dari kehidupan kita dalam organisasi-
organisasi. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa organisasi- organisasi dibentuk oleh
manusia, untuk melaksanakan atau mencapai hal-hal tertentu, yang tidak mungkin
dilaksanakan secara individual.

Organisasi bukanlah suatu tujuan melainkan alat bagi manusia untuk mencapai
tujuan. Organisasi berkaitan dengan pengembangan kerangka kerja dimana keseluruhan
pekerjaan dibagi kedalam komponen-komponen yang dapat dikeloladengan tujuan untuk
memfasilitasi pencapaian tujuan. Bahkan organisasi sudah mulai kita temui di sekolah dasar
dan bertahap sampai kita berada di perguruan tinggi dan menjadi mahasiswa. Salah satu
tempat yang paling tepat menempa kemampuan seseorang adalah kampus. Seluruh kampus
negeri maupun swasta diwajibkan mendorong kegiatan organisasi mahasiswa di dalam
kampus, olehnya itu dibentuklah lembaga-lembaga kemahasiswaan mulai dari tingkat
universitas sampai ke tingkat jurusan/program studi. Hal tersebut dilakukan agar mahasiswa
memiliki wadah mengasah kemampuan dan bakat yang terpendam dalam dirinya karena
ruang-ruang akademik seperti di kelas dan laboratorium tidak cukup digunakan untuk
mengembangkan bakat seseorang. Kehadiran lembaga-lembaga nonformal seperti Badan
Eksekutif Mahasiswa, Himpunan Mahasiswa Jurusan, dll akan memberi dampak positif bagi
tumbuhkembangnya tradisi atau sikap ilmiah mahasiswa di dalam kampus.

Setiap perguruan tinggi pasti memiliki berbagai macam organisasi. Salah satu
organisasi yang ada di kampus adalah Himpunan Mahasiswa Jurusan. Himpunan Mahasiswa
Jurusan atau biasa disebut sebagai HMJ merupakan salah satu organisasi mahasiswa di
tingkat jurusan atau program studi. HMJ memiliki peran yang penting dalam setiap fakultas.
Dengan adanya organisasi intra kampus maka ide-ide dalam keputusan pengurus HMJ
disertai dengan tindakan nyata dalam kampus maupun masyarakat . tidak hiraukan dapat.
HMJ juga bisa membantu pimpinan fakultas untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang
sifatnya positif baik dalam kampus seperti melakukan kajian dan seminar maupun di luar
kampus seperti melakukan bakti sosial dan pembinaan terhadap Anak sesuai dengan
Program kerja yang dicantumkan oleh pengurus HMJ.

Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi di Universitas Jenderal Soedirman


adalah salah satu himpunan yang memiliki beberapa departemen dan beberapa program
kerja. Dalam HMJ ilmu komunikasi ada divisi advokasi dan kajian yang didalamnya
memeiliki beberapa program seperti, kampus advo yang berguna untuk menyalurkan
informasi seputar kebijakan kampus, info magang, info beasiswa dan sebagainya yg
berkaitan dengan akademik kepada mahasiswa ilkom. Kedua, Combear yang berguna untuk
menampung kritik dan saran sekaligus pendapat dari para mahasiswa yang berkaitan dengan
kampus. Ketiga, FYP yang berguna untuk pengayaan kajian teori beserta studi kasusnya
yang disebarkan melalui instagram. Keempat, HBB yang berguna untuk mewadahi diskusi
mata kuliah yang menunjang persiapan ujian. Kelima, forum diskusi yang berguna untuk
membahas seputar isu terkini yang berkaitan dengan komunikasi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana program kerja divisi advokasi dan kajian pada Himpunan Mahasiswa
Komunikasi FISIP Unsoed Kabinet Gatawisa (tupoksi)?
2. Bagaimana peran divisi advokasi dan kajian pada Himpunan Mahasiswa Komunikasi
FISIP Unsoed Kabinet Gatawisa dalam penyaluran advokasi mahasiswa di bidang
akademik?
BAB II

KAJIAN TEORI

Salah satu konsep penting yang dikemukakan oleh merton sebagai penganut
struktural-fungsional yang menjelaskan bahwa analisis struktur mefokuskan perhatiannya
pada kelompok, organisasi, masyarakat dan kultur, yang mana setiap objek yang dijadikan
sasaran analisis struktural-fungsional tertentu mencerminkan hal yang standar (artinya,
terpola dan berulang) (dalam George Ritzer & Douglas J Goodman, 2004: 137). Sebagai
penganut fungsionalis yang mengingatkan bahwa apa yang mungkin bersifat fungsional bagi
suatu kelompok bisa jadi tidak fungsional bagi kelompok lain. Di dalam pikiran Merton,
sasaran studi struktural fungsional antara lain adalah: peran sosial, pola institusional, proses
sosial, pola kultur, emosi yang terpola secara kultural, norma sosial, organisasi kelompok,
struktur sosial, dan sebagainya (Menton, 1949/1968: 104). Sebagai pakar aliran fungsionalis,
menurut Merton, para analis cenderung mencampuradukkan motif subjektif individual
dengan fungsi struktur dan intuisi, yang mana seharusnya dipusatkan pada fungsi sosial
ketimbang pada modif individual. Menurut Merton, fungsi diartikan sebagai konsekuensi-
konsekuensi yang dapat diamati yang menimbulkan adaptasi atau penyesuaian dari sistem
tertentu (1949/1968: 105). Namun dalam menjalankan pasti terdapat bias ideologis atau
terjadi kecenderungan memihak ketika orang hanya memusatkan perhatiannya pada sebab-
sebab positif dan perlu diperhatikan untuk memusatkan kepada suatu fakta sosial juga dapat
mengandung sebab negative bagi fakta sosial lainnya. Untuk meminimalisir kelemahan
serius atau suatu ketidak cocokan dalam teori fungsionalisme struktural, maka kemudian
Merton mengembangkan gagasan tentang disfungsi.
Disfungsi ini merupakan salah satu cara untuk memperbaiki dan menutupi
kelemahan dalam teori fungsionalisme struktural. Sebagaimana struktur atau intuisi dapat
menyumbang pemeliharaan bagian-bagian lain dari sistem sosial, struktur, atau intuisi pun
dapat menimbulkan akibat negative terhadap sistem sosial (dalam George Ritzer & Douglas
J. Goodman, 2004: 140) atau disfungsi bisa diartikan sebagai sebab negative yang muncul
dalam penyesuaian sebuah sistem. Mengenalkan konsep fungsi dan disfungsi yang
merupakan turunan dari (manifes dan laten). Fungsi manifes (nyata) adalah fungsi yang
diharapkan, sedangkan fungsi laten (tersembunyi) adalah fungsi yang tidak diharapkan,
akibatnya fungsi laten sering diasumsikan negatif. Padahal fungsi laten justru kerap kali
dipandang positif (mengingat kata fungsi selalu mengandung kata positif), namun jika
terdapat pandangan negatif disebut disfungsi, bukan laten. Sehingga Merton kemudian
mengenalkan konsep disfungsi untuk melihat adanya konsekuensi-konsekuensi yang justru
merusak atau berakibat negatif pada sistem. Konsekuensi disini berupa sesuatu yang telah
diantisipasi atau direncanakan (anticipated, bisa juga tidak diantisipasi (unanticipated).
Maksud dari yang sudah diantisipasi berupa sesuatu yang positif bagi sistem (fungsi
manifest), dan dapat juga negative bagi sistem (disfungsi manifest). Sementara konsekuensi
yang tidak bisa diantisipasi, bisa positif (fungsi laten), dan jika negative (disfungsi laten),
serta bisa dengan sesuatu yang tidak relevan (nonfungsi) (George Ritzer 2010: 256).
BAB III

PEMBAHASAN

A. Program Kerja Divisi Advokasi dan Kajian pada Himpunan Mahasiswa Komunikasi
FISIP Unsoed Kabinet Gatawisa

Advokasi dalam suatu organisasi merupakan elemen terpenting untuk mewadahi


pemikiran berbagai pihak terkait suatu ide, permasalahan, dan langkah solutif yang ingin
disampaikan. Pada Kabinet Gatawisa Himpunan Mahasiswa Komunikasi FISIP Unsoed
mengusung visi “Himakom FISIP Unsoed sebagai organisasi yang kreatif. taktis, solutif, dan
aspiratif bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi Unsoed”. Selain itu, misi dari Himakom FISIP
Unsoed, yaitu menciptakan Himakom FISIP Unsoed sebagai organisasi yang kreatif, taktis,
solutif, serta aspiratif bagi mahasiswa ilmu komunikasi. Pada sejumlah poin visi dan misi di
kabinet ini berfokus pada proses advokasi yang direalisasikan pada divisi advokasi dan kajian
atau disingkat “advokaji”.

Operasionalisasi proses advokasi dilandaskan oleh AD.ART Himakom FISIP


Unsoed, yang menyatakan bahwa divisi advokaji bekerjasama serta berkoordinasi dengan
berbagai pihak, antara lain internal himpunan dan eksternal untuk menjalankan agenda
advokasi. Melalui teori struktur fungsionalisme Robert King Merton, keberadaan AD/ART
sebagai landasan pelaksanaan advokasi tergolong dalam elemen normal sosial pada aspek
struktural. Keberadaan AD/ART menunjukkan aturan yang jelas mengenai tugas pokok divisi
yang diharapkan mampu menciptakan perllaku-perliaku sosial sesuai pembagian kerja
(diferensisasi peran). Pada Pasal 9 Ayat 1 AD/ART divisi advokaji menempatkan pula status
sosial terkait kedudukan koordinator divisi yang memimpin anggota-anggota divisi advokasi
dan kajian.

Adapun pada divisi advokaji di Kabinet Gatawisa Himakom Unsoed terdapat lima
program kerja, antara lain Kampus Advo, Combear, FYP, HBB, dan forum diskusi isu
terkini. Spesifikasi praktik advokasi dijalankan pada program kerja Kampus Advo dan
Combear. Pertama, Kampus Advo berfokus pada penyaluran informasi mengenai kebijakan
kampus, informasi akademik (magang, beasiswa, dan lomba). Informasi-informasi yang
tersedia mengenai kampus berasal dari lingkar advokasi Unsoed yang diusuong oleh BEM
Unsoed dan advokasi FISIP. Kemudian, informasi didistibukan melalui konten di instagram
dan penyebaran pesan di grup Whatsapp. Kedua, Combear menyediakan wadah bagi
mahasiswa ilmu komunikasi Unsoed untuk menyampaikan pendapat, kritik, dan saran
mengenai segala aktivitas kampus Unsoed. Penyebarluasan informas di program Combear
secara sistematis dimulai dari direct message, menfess, dan jejak pendapat yang menampung
segala keluhan mahasiswa yang akan disampaikan kepada pihak kampus. Mekanisme yang
digunakan dalam kedua program kerja ini secara fungsional dapat digolongkan sebagai
bentuk alokasi politik. Hal ini dikarenakan setiap aktor (anggota ataupun koordinator)
mengggunakan kekuasaan mempertanggungjawabkan dirinya pada proses advokasi dengan
melibatkan berbagai pihak.

B. Peran Divisi Advokasi dan Kajian dalam Penyaluran Advokasi

Program-program kerja divisi advokaji dilatarbelakangi oleh keinginan terhadap


pemenuhan hak-hak yang sepatutnya diterima oleh mahasiswa. Kenyataan menunjukkan
bahwa sejumlah kebijakan kampus tidak berjalan demi kepentingan mahasiswa. Berbagai
kebijakan justru tidak menguntungkan pihak mahasiswa, sehingga memicu permasalahan.
Permasalahan-permasalahan yang pernah diadvokasikan oleh divisi advokasi dan kajian,
yaitu masalah keringanan UKT dan insentif magang. Melalui wawancara yang dilakukan
oleh tim kepada koordinator divisi advokasi dan kajian, Dika Juniar Lesmana, ia
mengungkapkan bahwa “Pas di awal semester banyak keluhan ke kita mengenai kebijakan
UKT. Nah, karena kan saat ini ada ketetapan keputusan kalau mahasiswa akhir yang sudah
mendapat keringanan UKT di semester sebelumnya tidak boleh mengajukan keringanan
lagi. Sehingga mereka tidak bisa dapat potongan 50%. Disitu banyak yg ngerasa keberatan,
makanya mereka mengajukan aduan ke kita”. Permasalahan potongan sebesar 50% yang
tidak boleh dilakukan pengajuan kembali di semester selanjutnya akhirnya diproses oleh
divisi advokaji dan perangkat Himakom dengan proses lobby. Proses lobby ini bertujuan
agar pihak kampus selaku pembuat kebijakan melakukan perubahan kebijakan yang
menguntungkan mahasiswa. Advokasi ini didasarkan pada keinginan untuk membersamai
mahasiswa yang sedang menempuh skripsi agar tidak diberatkan oleh biaya UKT yang perlu
dibayarkan.
Kasus kedua, yakni permasalahan pembayaran insentif magang yang tidak
dialokasikan kepada mahasiswa dengan tepat. Insentif magang MBKM jurusan yang
seharusnya 100% diterima oleh mahasiswa, nyatanya tidak sampai hingga 50% dari total
pendanaan. Berdasarkan pernyataan dari Hendy Rais, Ketua Himakom, pihak yang ikut serta
dalam penyelesaian masalah ini menyatakan “Contohnya insentif magang MBKM yang
dijanjikan dengan nominal sekian, malah akhirnya dipotong 50% lebih. Bahkan, kalau kita
ga sampaikan terkait keluhan insentif magang MBKM, bisa jadi mahasiswa yg magang ga
dapat insentif padahal sudah dijanjikan sebelumnya.”. Ketua divisi advokasi dan kajian,
Dika Juniar Lesmana, turut menyampaikan keluhannya bahwa magang MBKM jurusan di
awal berjanji memberikan 200-300 ribu untuk insentif, tetapi janji ini tidak direalisasikan.
menilai pihak jurusan dan kampus seperti “cuci tangan” pada kasus ini, Bahkan, pihak
jurusan merasa tidak pernah mengungkapkan janji insentif tersebut. Langkah solutif yang
diberikan akhirnya adanya pemberinan insentif dari dana fakultas (dana FISIP).

Advokasi yang dilakukan oleh Himakom Unsoed nyatanya terdorong dari rasa
empati pada pihak-pihak yang menjalankan proses ini. Dalam aspek fungsional, realisasi
advokasi ini termasuk pada alokasi solidaritas. Keinginan untuk mendistribusikan relasi
antar satu sama lain dengan memprioritaskan kepentingan-kepentingan bersama demi
memperoleh keadilan yang ingin dicapai. Dengan keberhasilan advokasi yang telah
dijalankan membuahkan hasil yang baik, yaitu eksistensi program kerja yang dirasakan oleh
mahasiswa ilmu komunikasi. Secara sederhana, program kerja advokasi ini tidak hanya
“agenda belaka”, tetapi berkontribusi besar pada kehidupan mahasiswa ilmu komunikasi.

Di samping keberhasilan-keberhasilan yang dicapai oleh divisi advokasi dan kajian


Himakom tentunya terdapat kendala yang dihadapi oleh internal dan eksternal.
Permasalahan internal yang dirasakan ialah kurangnya koordinasi aktif selama program
kerja berlangsung, salah satunya ialah responsitivitas anggota yang dianggap kurang.
Promosi konten yang disalurkan oleh advokaji dirasa perlu ditingkatkan kembali agar lebih
mudah diakses oleh mahasiswa ilmu komunikasi Unsoed lainnya. Pada permasalahan
eksternal, kendala yang kerap dihadapi ialah pengalihan permasalahan ke pihak lain. Contoh
sederhana, yaitu pihak otoritas kampus yang kerap “melempar-lempar” masalah yang
dikeluhkan oleh mahasiswa, Disfungsi-disfungsi ini merupakan suatu kewajaran dalam
organisasi. Hal ini dikarenakan interaksi sosial antar satu lingkup sosial akan menciptakan
konflik. Dari segala konflik yang tercipta, langkah penyelesaian yang dilakukan dengan
membangun koordinasi lebih efektif kepada seluruh anggota dengan sering mengingatkan
satu sama lain agar tujuan program kerja dapat tercapai.

Berdasarkan kendala yang sudah disebutkan, hal ini sejalan dengan teori yang
dikembangkan oleh Merton tentang disfungsi. Disfungsi merupakan salah satu cara untuk
memperbaiki dan menutupi kelemahan dalam teori fungsionalisme structural. Merton
mengatakan gagasannya tentang disfungsi bahwa dijadikan sebagai sebab negatif yang
muncul dalam penyesuaian sebuah sistem. Dalam hal ini, program kerja yang dilakukan oleh
Divisi Advokasi dan Kajian Himakom memiliki beberapa kendala yang sudah teratasi
dengan baik oleh para pengurusnya. Seperti misalnya adanya mahasiswa yang mengeluhkan
tentang kebijakan UKT untuk mahasiswa semester akhir dan pengurus mencari solusi
dengan bertanya kepada birokrat yang akhirnya membuahkan solusi yaitu adanya proses
lobby ke pihak kampus untuk mengubah peraturan yang bisa menguntungkan mahasiswa
tersebut. Kemudian fungsi laten yang sebenarnya kehadirannya sendiri tidak mengganggu
keseimbangan struktur social tapi merupakan fungsi tersembunyi yang tak dapat diharapkan
dalam struktur sosial. Sebenarnya kendala-kendala yang dihadapi merupakan sebuah
kehadiran yang tidak diharapkan, tetapi dengan adanya kendala tersebut bisa membangun
sebuah evaluasi untuk membangun kepribadian dalam berorganisasi untuk lebih baik lagi.
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Operasionalisasi proses advokasi dilandaskan oleh AD.ART Himakom FISIP Unsoed,


yang menyatakan bahwa divisi advokaji bekerjasama serta berkoordinasi dengan berbagai pihak,
antara lain internal himpunan dan eksternal untuk menjalankan agenda advokasi. Pada divisi
advokaji di Kabinet Gatawisa Himakom Unsoed terdapat lima program kerja, antara lain
Kampus Advo, Combear, FYP, HBB, dan forum diskusi isu terkini. Program-program kerja divisi
advokaji dilatarbelakangi oleh keinginan terhadap pemenuhan hak-hak yang sepatutnya diterima
oleh mahasiswa. Kenyataan menunjukkan bahwa sejumlah kebijakan kampus tidak berjalan
demi kepentingan mahasiswa.

Permasalahan-permasalahan yang pernah diadvokasikan oleh divisi advokasi dan kajian,


yaitu masalah keringanan UKT dan insentif magang. Divisi advokasi membantu untuk
membantu sebagai perantara dan penghubung kepada pihak yang bersangkutan (seperti rektor).
Selain permasalahan di luar organisasi, terdapat juga permasalahan dalam (internal) organisasi.
Dari segala konflik yang tercipta, langkah penyelesaian yang dilakukan dengan membangun
koordinasi lebih efektif kepada seluruh anggota dengan sering mengingatkan satu sama lain agar
tujuan program kerja dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA

Bamawa. (2022). "Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ)"


https://campus.quipper.com/kampuspedia/himpunan-mahasiswa-jurusan-hmj (diakses pada 2
November 2022 17.00 WIB).

Budi Santoso, Triwibowo. (2003). Teori Sosiologi Modern Edisi Ke-6 by George Ritzer &
Douglas J.Goodman. Jakarta: Prenada Media. diakses, 2 Oktober 2022 pukul 20.15.

Londang, Mira Pramoeditya, (2017). Peran HMJ Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Mulawarman Dalam Menangani Keluhan Mahasiswaa Di Bidang Akademik. Jurnal
Sosiatri-Sosiologi. 5(1), 16-29. diakses, 1 Oktober 2022 pukul 21.15.

Muttaqin, Husnul. (2018). Bagaimana Memahamai Konsep Fungsi-Disfungsi Merton? (Bag-1).


https://www.rumahsosiologi.com/tulisan/sosiologi-klasik/51-bagaimana-memahami-konsep-
fungsi-disfungsi-merton-bag-1 diakses, 1 Oktober 2022 pukul 20.44.
Sevima, Mayang. (2021). "Lebih Dekat dengan Himpunan Mahasiswa Jurusan, Ada Apa sih?"
https://sevima.com/lebih-dekat-dengan-himpunan-mahasiswa-jurusan/ (diakses pada 2
November 2022 16.15 WIB).
LAMPIRAN

Transkrip Wawancara
Peran HMJ dalam Penyaluran Advokasi Mahasiswa

Nama Sasaran Wawancara : Dika Juniar Lesmana (informan utama)


Usia : 20 Tahun
Alamat : Jakarta
Tanggal/Jam Wawancara : 1 November 2022 / 20.41 – 20.55
Tempat Wawancara : Via Whatsapp
Nama Pewawancara : Alifio Adlin Enggarianto (F1A020048)

Transkrip Wawancara

Pewawancara : Pertama-tama sebelum saya bertanya mengenai peran Himakom


FISIP Unsoed Kabinet Gatawisa dalam penyaluran advokasi, saya
ingin mengetahui identitas saudari. Disini saya dengan siapa?
Narasumber : Dika Juniar Lesmana, dipangilnya Dika
Pewawancara : Oke Dika, kalo boleh tau untuk saat ini sudah menginjak umur berapa
ya?
Narasumber : 20 tahun
Pewawancara : Saat ini sedang menjabat apa di Himakom FISIP Unsoed?
Narasumber : Kebetulan aku diamanahi menjadi kepala divisi advokasi dan kajian
Pewawancara : Berarti kamu sudah memahami betul ya bagaimana peran advokasi
ini berjalan di Himakom FISIP Unsoed?
Narasumber : Iya tentunya saya memahami hal itu
Pewawancara : Nah, kalau boleh tau nih, apa saja proker yang disusun oleh divisi
advokasi dan kajian pada kabinet Gatawisa ini?
Narasumber : Untuk proker yang ada di advokaji ini ada lima. Pertama, kampus
advo yang berguna untuk menyalurkan informasi seputar kebijakan
kampus, info magang, info beasiswa dan sebagainya yg berkaitan
dengan akademik kepada mahasiswa ilkom. Kedua, Combear yang
berguna untuk menampung kritik dan saran sekaligus pendapat dari
para mahasiswa yang berkaitan dengan kampus. Ketiga, FYP yang
berguna untuk pengayaan kajian teori beserta studi kasusnya yang
disebarkan melalui instagram. Keempat, HBB yang berguna untuk
mewadahi diskusi mata kuliah yang menunjang persiapan ujian.
Kelima, forum diskusi yang berguna untuk membahas seputar isu
terkini yang berkaitan dengan komunikasi.
Pewawancara : Dari kelima proker tersebut terdapat dua proker yang
merepresentasikan peran penyaluran advokasi, yaitu kampus advo
dan combear. Nah, apa yang melatarbelakangi divisi advokaji
mengusung program kerja tersebut?
Narasumber : Adanya program kerja tersebut dilatarbelakangi oleh keinginan kita
dalam membantu mahasiswa ilkom untuk mendapatkan hak nya.
Karena masih ada mahasiswa yang belum mendapatkan haknya
secara penuh. Sehingga kami ingin memperjuangkan hak mereka.
selain itu, keberadaan proker tersebut diharapkan mahasiswa dapat
memanfaatkan informasi penting yang kami sajikan mengenai hal
akademik,
Pewawancara : Kemudian, bagaimana alur penyaluran advokasi dari proker yang
berkaitan dengan advokasi tersebut?
Narasumber : Untuk alur kampus advo sendiri, dimulai dari lingkar advokasi
unsoed yang didirikan oleh BEM-U dan lingkar advokasi FISIP.
Intinya, muara segala informasi mengenai kebijakan kampus awalnya
dari sini. Setelah dari sini baru ditransformasikan ke mahasiswa
melalui grup angkatan atau postingan instagram. Adapun untuk
informasi mengenai beasiswa dan magang, itu kita mencari sendiri
sumber infonya lalu diteruskan ke mahasiswa yg lain. Kemudian,
untuk combear sendiri penyalurannya dimulai dari 3 pintu, yaitu
direct message, menfess, dan jejak pendapat. Dari ketiga pintu ini,
semua keluhan mahasiswa didapatkan. Setelah keluhan ini
dikumpulkan jadi satu maka akan diserahkan kepada pihak kampus
agar mereka mengetahui keluhan-keluhan mahasiswanya.
Pewawancara : Menurut kamu, untuk eksistensi dari proker advokasi ini di tengah
mahasiswa gimana?
Narasumber : Menurut aku sih cukup eksis, karena mahasiswa lumayan banyak
juga yang menyampaikan keluhannya ke kita mengenai kebijakan
kampus. Dengan adanya proker ini juga kita sih berharapnya kita bisa
membantu mereka yg merasa kesulitan gitu.
Pewawancara : Apa hal yang paling banyak dikeluhkan oleh mahasiswa mengenai hal
akademik?
Narasumber : Waktu itu sih, pas di awal semester banyak keluhan ke kita mengenai
kebijakan UKT. Nah, karena kan saat ini ada ketetapan keputusan
kalau mahasiswa akhir yang sudah mendapat keringanan UKT di
semester sebelumnya tidak boleh mengajukan keringanan lagi.
Sehingga mereka tidak bisa dapat potongan 50%. Disitu banyak yg
ngerasa keberatan, makanya mereka engajukan aduan ke kita. Disini
kita langsung segera ikut menyuarakan ke wakil rektor pada saat itu
untuk melakukan lobbying istilahnya agar mahasiswa akhir yg sudah
mengajukan keringanan di semester sebelumnya bisa mengajukan
lagi. Kasihan juga kan mereka tinggal skripsian tapi UKT nya full,
makanya kita banyu mereka. Selain itu juga yg belakangan ini kita
tangani soal intensif bagi peserta magang MBKM jurusan. Nah di awal
magang MBKM ini jurusan memberikan janji insentif sebesar 300
ribu hingga 500 ribu kepada para peserta magang. Namun, di tengah
perjalanan magang ternyata para pesertanya ini ga dikasih insentif.
Lantas mereka mnegadukan ke kami, dan kami pun langsung ke pihak
jurusan untuk meminta janji tesebut. Di saat itu, kesannya jurusan
justru kayak mencuci tangan karena kesannya mereka menganggap
gaada janji seperti itu. akhirnya pun kami sampaikan keluhan
mahasiswa magang, akhirnya solusinya ditemukan berupa pemberian
insentif menggunakan uang fakultas. Pemberian insentif ini pun tidak
sesuai janji pada saat itu, karena insentif tersebut tidak sampai 50%
dari total apa yang dijanjikan. Memang agak susah kita juga untuk
mengadvokasi perihal ini karena jurusannya juga ga merasa meberi
janji sedemikian rupa.
Pewawancara : Kalau untuk kendala dalam menjalankan proker yg berkaitan dengan
advokasi ini ada ga?
Narasumber : Tentu ada, baik dari internal Himakom ataupun dari pihak
eksternalnya yg berkendala
Pewawancara : Kalau boleh tau, kendalanya apa aja kira-kira?
Narasumber : Dari iternal sih biasanya kendalanya yang terkait koordinasi ya,
terkadang masih ada aja pengurus yang koordinasinya bermasalah
entah itu hilang tanggungjawab dan sebagainya lah yaa. Namanya
juga organisasi mesti ada aja hambatan dalam koordinasinya.
Kemudian, untuk kendala dari eksternalnya ya biasanya paling pihak
kampus yang selalu melempar-lempar urusan sih. Harusnya ya ketika
ada keluhan ga dilempar-lempar sih etiaknya kan gitu. Jadi dari hal ini
kami pun ikut terhambat dalam proses advokasi.
Pewawancara : Dari kendala yang dihadapin ini, bagaimana upaya divisi advokaji?
Narasumber : Untuk menghadapi kendala yg beragam ini ya kita sih paling
menguatkan koordinasi kembali dalam tim advokaji. Kemudian, ya
kita branding secara masif lagi proker kita agar seluruh mahasiswa
bisa memanfaatkan kami untuk menyampaikan kelhannya, jangan
sampai proker kami ini hanya dimafaatkan oleh sebagaian mahasiswa
aja, kami pun hadiri disini kan untuk keselurahan mahasiswa ilmu
komunikasi FISIP Unsoed. Kemudian, ya kita setelah kejadian yg
dilempar-lempar oleh pihak kampus ya kita mulai tegas sama mereka
juga buat segera menindaklanjut permasalahannya.
Pewawancara : Terus pertanyaan terakhir nih, dari beragamnya keluhan yang telah
disampaikan ke birokrat kampus atau jurusan, bagaimana respon
mereka dalam menangani keluhana ini?
Narasumber : Ya buat keluhan yang udah disampaikan ke mereka sih pasti lagsung
segera ditanganin dan ada langkah penyelesaian dari mereka. tapi ya
itu ada keluhan yang diselesaikannya tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan seperti masalah insentif MBKM tadi
Pewawancara : Mungkin itu aja sih yang aku tanyain ke kamu. Makasih banyak juga
atas ketersediaan waktunya untuk berbagi informasi terkait peran
HMJ dalam penyaluran advokasi
Narasumber : Iya masama nggar
Transkrip Wawancara
Peran HMJ dalam Penyaluran Advokasi Mahasiswa

Nama Sasaran Wawancara : Hendy Nabil Rais (informan kunci)


Usia : 20 Tahun
Alamat : Purwokerto
Tanggal/Jam Wawancara : 1 November 2022 / 21.30 – 21.44
Tempat Wawancara : Sekretariat Pondok Berhimpun
Nama Pewawancara : Alifio Adlin Enggarianto (F1A020048)

Transkrip Wawancara

Pewawancara : Pertama-tama sebelum saya bertanya mengenai peran Himakom


FISIP Unsoed Kabinet Gatawisa dalam penyaluran advokasi, saya
ingin mengetahui identitas saudara. Disini saya dengan siapa?
Narasumber : Hendy Nabil Rais, dipangilnya Hendy
Pewawancara : Oke Hendy, kalo boleh tau untuk saat ini sudah menginjak umur
berapa ya?
Narasumber : 20 tahun
Pewawancara : Saat ini sedang menjabat apa di Himakom FISIP Unsoed?
Narasumber : Aku sekarang lagi ditugaskan menjadi ketua umum Himakom FISIP
Unsoed Kabinet Gatawisa
Pewawancara : Berarti kamu harusnya sudah memahami betul ya bagaimana peran
kamu dalam perihal advokasi di Himakom FISIP Unsoed?
Narasumber : Iya insyaAllah aku memahami hal itu, karena ya aku sering ikut
terlibat dalam penyaluran advokasi sih
Pewawancara : Nah, kalau boleh tau nih, apa saja sih visi misi yang kamu bawa di
kabinet Gatawisa ini?
Narasumber : Visi yang dibawa pada kabinet aku ini yaitu menciptakan Himakom
FISIP Unsoed sebagai organisasi yang kreatif, taktis, solutif, serta
aspiratif bagi mahasiswa ilmu komunikasi. Dibalik itu kita punya misi.
Misinya yaitu menyatukan dang mengakraban mahasiswa ilmu
komunikasi, menjalin dan memperluas relasi dengan organisasi lain,
mewadahi aspirasi mahasiswa, dan mewadahi minat dan bakat.
Pewawancara : Dari misi yang disampaikan, terdapat poin mewadahi aspirasi, yang
mana hal tersebut menyinggung persoalan advokasi. Nah, mengapa
mas hendy mengangkat poin tersebut menjadi sebuah misi bagi
kabinet Gatawisa?
Narasumber : Karena poin ini diangkat sebagai sebuah misi karena latar belakanga
kita sebagai himpunan mahasiswa jurusan yang harus selalu
membersamai mahasiswanya. Ketika mahasiswa punya keluhan dan
aspirasi ya kita bareng-bareng mewujudkan aspirasi dan
menyelesaikan persoalan kelhan tadi dengan cara advokasi.
Pewawancara : Menurut kamu hen, apakah penting penyaluran advokasi yang
dilakukan oleh Himakom FISIP Unsoed di kabinet Gatawisa ini?
Narasumber : Sangat penting sekali ya, seperti yang aku bilang karena background
kami ini HMJ ya kami harus selalu hadir bagi mahasiswa ilmu
komunikasi yang membutuhan kami. Apalgi kami ingin sekali
membantu mereka-mereka yang hak nya belm terpenuhi. Banyak
sekali kebijakan kampus yang terkadang mengikis hak mahasiswa.
Dari sini kami hadir untuk membantu mereka memperjuangkan hak
nya.
Pewawancara : Karena dianggap penting, lantas bagaimana langkah kamu dalam
mendukung penyaluran advokasi untuk mahasiswa Ilmu Komunikasi,
khususnya di bidang akademik?
Narasumber : Sebetulnya untuk merealisasikan oeran advokasi ini sudah ada
penanggungjawabnya yaitu divisi advokaji. Meskipun sudah ada
penanggungjawabnya, saya juga ikut terlibat di dalam sana. Ketika
ada keluhan yang memang diarahkan untuk jurusan, aku disitu yang
menanganinya langsung bersama koor divisi advokaji. Disitu aku ikut
terlibat dalam proses lobbying untuk memperjuangkan hak
mahasiswa ilmu komunikasi.
Pewawancara : Apakah terdapat kendala yang kamu alami ketika melangkah dalam
menyalurkan advokasi mahasiswa?
Narasumber : Ya paling koordinasi sih kendalanya, baik koordinasi dengan pihak
internal aku maupun pihak eksternal. terkadang aku temuin
koordinasi di internal aku yg masih kurang responsif. Kemudian, dari
pihak eksternal justru yang paling banyak kendalanya. Kendalanya ini
suka ngelempar=lempar permasalahan jadi proses kami
mengadvokasi ini kan menjadi lambat juga karena lempar-lemparan
ini.
Pewawancara : Bagaimana upaya yang dilakukan oleh saudara dalam menangani
kendala tersebut?
Narasumber : Memperbaiki koordinasi sih nggar, aku seringkali ingetin ke anak-
anak aku biar koordinasi dikuatin lagi. Karena kuci dari
keberlangsungan organisasi menurut aku tuh ada di koordinasi dan
komunikasi ini. selain itu, kita juga jadi lebih tegas ke birokrat agar
mereka tuh ga senaknya ngelempar-lempar keluhan mahasiswa kek
gini loh.
Pewawancara : Menurut kamu hen, bagaimana tanggapan pihak birokrat seperti
jurusan ketiak disampaikan keluhan-keluhan mahasiswanya?
Narasumber : Ya menurut aku sih birokrat segera menindaklanjuti keluhan tersebut
ya. Tapi tuh ngeselinnya, apa yang sudah kita sampaikan terkait
keluhan-keluhan mahasiswa, mereka tuh menindaklanjutnya ga
sesuai sama apa yang diharapkan. Contohnya insentif magang MBKM
yang dijanjikan dengan nominal sekian, malah akhirnya dipotong
50% lebih. Bahkan, kalau kita ga sampaikan terkait keluhan insentif
magang MBKM, bisa jadi mahasiswa yg magang ga dapat insentif
padahal sudah dijanjikan sebelumnya.
Pewawancara : Pertanyaan terakhir, dalam pelaksaan peran penyaluran advokasi ini
kan banyak yang terlibat ya hen. Ga Cuma Himakom aja, tetapi setiap
elemen mulai dari birokrat dan mahasiswanya sendiri juga harus
dilibatkan juga kan. Nah, menurut kamu apakah setiap elemen dalam
pelaksanaan peran penyaluran advokasi ini sudah dikatakan berjalan
dengan baik?
Narasumber : Jujur aja sih belum, karena kita semua pun meskipun sudah ada
fungsi patennya masing-masing kadang kala masih aja ada yg punya
kendala masing-masing. Kalau ditanya, apakah fungsinya berjalan? Ya
berjalan tapi tidak berjalan dengan sesuai apa yang diharapkan
Pewawancara : Mungkin itu aja sih yang aku tanyain ke kamu hen. Makasih banyak
atas ketersediaan waktunya untuk berbagi informasi terkait peran
HMJ dalam penyaluran advokasi
Narasumber : Oke masama nggar
Transkrip Wawancara
Peran HMJ dalam Penyaluran Advokasi Mahasiswa

Nama Sasaran Wawancara : Hana Salsabila (informan pendukung)


Usia : 20 Tahun
Alamat : Purwokerto
Tanggal/Jam Wawancara : 2 November 2022 / 11.45 – 11.53
Tempat Wawancara : Kampus FISIP Unsoed
Nama Pewawancara : Alifio Adlin Enggarianto (F1A020048)

Transkrip Wawancara

Pewawancara : Pertama-tama sebelum saya bertanya mengenai peran Himakom


FISIP Unsoed Kabinet Gatawisa dalam penyaluran advokasi, saya
ingin mengetahui identitas saudari. Disini saya dengan siapa?
Narasumber : Hana Salsabila, dipangilnya Hana
Pewawancara : Oke Hana, kalo boleh tau untuk saat ini sudah menginjak umur
berapa ya?
Narasumber : 20 tahun
Pewawancara : Disini aku ingin tahu tentang sudut pandang kamu sebagai
mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi mengenai peran Himakom FISIP
Unsoed dalam penyaluran advokasi. Sebelumnya, apakah kamu tau
peran advokasi yang dijalankan oleh Himakom FISIP Unsoed di
Kabinet Gatawisa seperti apa?
Narasumber : Buat peran Himakom dalam penyaluran advokasi sih sejauh ini yang
aku ketahui mereka implementasiin peran ini melalui program
kerjanya mereka. Aku taunya tuh program kerja kampus advo dan
combear yang berkaitan dengan advokasi
Pewawancara : Dengan kamu mengetahui program kerja Himakom FISIP Unsoed
yang berkaitan dengan advokasi ini, Apakah kamu memanfaatkan hal
itu?
Narasumber : Kadang sih iya, aku suka memanfaatkannya. Kalo semisal aku lagi
nyari info yang berkaitan dengan akademik, aku bisa manfaatin
kampus advo. Selain itu, aku juga sempet ikutin combear. Waktu itu
aku ngisi menfess dan juga jejak pendapat. Disitu aku bisa
mengutarakan pendapat aku tentang kendala aku selama menjalani
perkuliahan di kampus ini. Misalnya aja terkait sarana kegiatan
organisasi di FISIP yg masih belum memadai. Nah, dengan hadirnya
combear ini suara kita bisa didengar dan pihak Himakom juga bakal
berusaha menyampaikan pendapat ini ke pihak birokrat
Pewawancara : Menurut kamu, apakah program kerja yang berkaitan dengan
advokasi milik Himakom FISIP Unsoed sudah efektif untuk menjaring
keluhan mahasiswa serta menyediakan layanan informasi?
Narasumber : Ya bisa dibilang sejauh ini cukup efektif sih. Karena dengan mereka
menyusun program kerja yg berkaitan dengan advokasi ini. mereka
telah menyediakan ruang atau wadah untuk mahasiswa berkeluh
kesah. Bisa dibayangkan sih apabila tidak ada program kerja
semacam ini, tentu akan menyulitkan mahasiswa mengemukakan
keluh kesah dan pendapatnya.
Pewawancara : Menurut kamu, bagaimana kinerja pengurus Himakom dalam
menjalankan peran advokasinya?
Narasumber : Ya aku melihatnya sih sudah sangat responsif untuk menjalankan
peran advokasi ini. bisa dilihat hadirnya program kampus advo dan
combear. Kemudian, mereka juga yang aku tahu sempat mendatangi
rektorat untuk menyampaikan keluhan UKT kalo ga salah. Tentunya
itu menjadi sebuah tindakan nyata Himakom dalam memainkan
peran advokasinya
Pewawancara : Mungkin itu aja sih yang aku tanyain ke kamu na. Makasih banyak
atas ketersediaan waktunya untuk berbagi informasi terkait peran
HMJ dalam penyaluran advokasi
Narasumber : Iya sama-sama ya enggar

Anda mungkin juga menyukai