Anda di halaman 1dari 9

Masukan untuk Gagasan Pembentukan Badan Promosi Pariwisata Solo

(Solo Tourism Promotion Board)


oleh Hidayatullah Al Banjari
April 2010

1. Kenapa tourism promotion board diperlukan?


Sejalan dengan perkembangan industri pariwisata di wilayah Solo, pengelolaan promosi
pariwisata yang terintegrasi sudah waktunya untuk dijalankan. Dalam kaitan ini, Pemda
(baca: Dinas Pariwisata) tidak dalam posisi sebagai pelaksana promosi. Disisi lain, para
pelaku usaha pariwisata (hotel, BPW, restoran, EO, guide, dll) memiliki fokus dan target
yang berbeda-beda dalam melaksanakan kegiatan pemasaran dan promosinya. Tentunya
mereka akan mendahulukan kepentingan perusahaan/usahanya sebelum memikirkan
pengembangan industri pariwisata secara menyeluruh.
Pengalaman membuktikan bahwa, pengembangan berbagai kegiatan pemasaran/promosi
pariwisata yang dijalankan secara gotong royong dan dikelola oleh sebuah kepanitiaan
insidentil tidak banyak memberikan dampak bagi usaha-usaha pariwisata (baca peningkatan
jumlah tamu yang menginap, occupancy rate dan lama tinggal wisatawan). Disamping itu,
tidak adanya evaluasi secara profesional terhadap kegiatan2 tersebut menjadikannya tidak
bisa diukur efektifitas serta tidak tersedianya input bagi perencanaan program selanjutnya.
Disinilah muncul kebutuhan adanya sebuah lembaga/unit yang mampu berperan sebagai
pelaksana pengembangan pemasaran dan promosi dalam konteks industri pariwisata
secara keseluruhan, yang tugasnya mengembangkan program/kegiatan pemasaran dan
promosi secara profesional.
Lembaga promosi pariwisata daerah bisa juga disamakan dengan pelaksana pemasaran
destinasi (destination marketing), yang merupakan salah satu komponen dari organisasi
manajemen destinasi (destination management organization). DMO adalah sistem
pengelolaan pariwisata terpadu yang memiliki kelengkapan sebagai sebuah sistem. Ada tiga
komponen penting dalam DMO, yaitu coordination tourism stakeholders, destination crisis
management dan destination marketing.

Visitor Servicing Information/ Resource


(information centres) Research Stewardship

Quality of the Visitor Human Resources Finance and venture


Coordinating Tourism Stakeholders

Experience Development Capital


Crisis Management

Web marketing

Publication & Familiarization Sales blitzers Trade shows


Brochures Tours

Direct sales Direct mail Cooperative Conferences,


Programs Events, Festivals

Advertising

Kerangka Pikir DMO (Sumber: Presenza, 2005) 1




Destination marketing, menjadi ujung tombak dalam komponen DMO. Keberhasilan DMO
ditentukan bagaimana destination marketing dapat menarik sebanyak-banyaknya
pengunjung untuk datang ke wilayah yang telah dipromosikan. Destination marketing
meliputi beberapa aspek, yaitu; Trade shows, Advertising, Familiarization tours, Publication
& Brochures, Events & Festivals, Cooperative Programs Direct Mail, Direct Sales, Sales
Blitzes, dan Web Marketing.

2. Kenapa fokus di promosi dan bukannya pengembangan pariwisata secara


menyeluruh (tourism development)?
Upaya pengembangan pariwisata merupakan tugas seluruh stakeholders pariwisata di
daerah (baik pemerintah, swasta, dunia pendidikan dan organisasi masyarakat terkait).
Dalam konteks pengembangan infrastruktur, sarana dan prasarana, industri pariwisata telah
memanfaatkan berbagai produk (baca infrastruktur/sarana prasarana) yang telah dibangun
dan dikembangkan oleh pemerintah.
Sementara, jika bicara mengenai promosi pariwisata, sebagaimana telah disebutkan diatas,
masing-masing pelaku akan fokus pada usaha/bidangnya sendiri-sendiri, dan tidak
memikirkan untuk mengembangkan dan melaksanakan promosi pariwisata secara
menyeluruh dalam konteks industri. Dalam konteks ini, konsep Pemasaran Daerah Tujuan
Wisata (Destination Marketing) menjadi acuan untuk fokus pada aspek promosi. Disamping
itu, fokus di aspek pemasaran/promosi akan menjadi tahapan awal bagi proses kolaborasi
antar stakeholders pariwisata sebelum nantinya menginjak pada aspek2 lainnya yang lebih
besar (baca: pengembangan industri pariwisata/tourism development).
Belajar dari Singapura, Badan Pariwisata Singapura (Singapore Tourism Board/STB) pada
awal dibentuknya tahun 1964 hanya diberi satu mandat yaitu, mempromosikan Singapura
sebagai destinasi pariwisata. STB dibentuk oleh pemerintah Singapura dengan
pertimbangan kebutuhan untuk mengkoordinasikan semua upaya yang dilakukan oleh hotel,
airlines dan travel agents di negara ini dalam mempromosikan citra Singapura sebagai
destinasi secara menyeluruh. STB menginisiasi dan mengembangkan berbagai kampanye
pemasaran, menciptakan logo untuk identitas destinasi (Merlion), menetapkan lisensi untuk
travel agent dan memberikan pelatihan untuk guide. Pada perkembangannya, STB secara
aktif mendorong dan mendukung promosi untuk berbagai investasi infrastruktur seperti
hotel2, berbagai atraksi wisata (spt. Jurong Bird Park, Sentosa Island).

1964 1997
Mulai dengan 25 staff profesional
Jumlah kunjungan wisatawan 91,000 orang Perubahan identitas dari STPB menjadi
STB sekaligus merefleksikan perluasan
peran dari badan ini lebih dari sekedar
hanya promosi pariwisata semata.


3. Payung hukum badan promosi pariwisata daerah
Dengan keluarnya UU nomer 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan, maka keberadaan
badan promosi pariwisata (baik di tingkat pusat maupun daerah) telah memiliki payung
hukum bagi pembentukannya. Badan promosi pariwisata diatur secara khusus dalam Bab X
UU tersebut, dan khusus untuk badan promosi pariwisata daerah diatur dalam Pasal 43
49. Sesuai UU tersebut, pembentukan badan promosi pariwisata daerah ditetapkan dengan
Keputusan Bupati/Walikota.

Pasal 43
(1) Pemerintah Daerah dapat memfasilitasi pembentukan Badan
Promosi Pariwisata Daerah yang berkedudukan di ibu kota provinsi
dan kabupaten/kota.
(2) Badan Promosi Pariwisata Daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan lembaga swasta dan bersifat mandiri.
(3) Badan Promosi Pariwisata Daerah dalam melaksanakan
kegiatannya wajib berkoordinasi dengan Badan Promosi Pariwisata
Indonesia.
(4) Pembentukan Badan Promosi Pariwisata Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan
Gubernur/Bupati/Walikota.

4. Model2 tourism promotion board


Guna mendapatkan gambaran mengenai bentuk-bentuk badan promosi pariwisata,
beberapa contoh berikut bisa menjadi acuan. Sebagai catatan, badan2 promosi pariwisata
ini telah dibentuk sebelum keluarnya UU No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan,
sehingga beberapa diantaranya memiliki struktur organisasi yang berbeda dengan yang
dipersyaratkan oleh UU.

Bali Tourism Board (BTB)


BTB dibentuk 1 Maret 2000 oleh 9 asosiasi utama pariwisata di Bali (PHRI, ASITA,
HPI, PAWIBA, SIPCO, PUTRI, GAHAWISRI (asosiasi wisata bahari), PATA Chapter
Bali, Bali Village Tourism marketing and promotion association). Oleh Gubernur Bali,
pada 10 Mei 2000, BTB ditetapkan sebagai bentuk kemitraan antara industri
pariwisata, pemerintah, dan masyarakat lokal dan anggotanya diperluas dengan
melibatkan Dinas pariwisata, BUMD, Perusahaan2 swasta, Institusi Pendidikan,
Asosiasi bisnis lainnya yang terkait, Komunitas yang relevant.
BTB memiliki misi utama untuk:
- Mempromosikan, membangun dan mengelola Bali sebagai daerah tujuan wisata
unggulan
- Sebagai koordinator dari asosiasi industri pariwisata di Bali dan memfungsikannya
untuk tujuan memperjuangkan kepentingan industri pariwisata.


- Memperlihatkan dan mempromosikan Bali sebagai daerah tujuan wisata dengan
jalan memberikan masukan kepada pemerintah terhadap obyek-obyek wisata
didaerahnya sehingga dapat dipromosikan oleh industri pariwisata

Surabaya Tourism Promotion Board (STPB)


STPB dibentuk dengan misi untuk mempromosikan Surabaya sebagai destinasi
pariwisata selain Bali dan Yogyakarta di tingkat nasional dan internasional. STPB
fokus di aspek promosi dengan membuka akses promosi/pemasaran di target2 pasar
melalui pembukaan 5 kantor representative di luar negeri: Eropa (Swedia), Korea.
Philippine, Brunei, China (Shenzhen) dan 3 kantor representative dalam negeri:
Balikpapan, Jakarta, Yogyakarta.
Organisasi STPB terdiri dari unsur pelaku usaha, perwakilan asosiasi, perwakilan
perguruan tinggi (universitas) dan Pemda (Disbudpar Kota Surabaya).

North Sulawesi Tourism Promotion Board (NSTPB)


NSTPB dibentuk dengan misi untuk mengembangan dan memantapkan Sulawesi
Utara sebagai destinasi utama untuk wisata petualangan (adventure travel destination)
melalui promosi aktif secara berkelanjutan yang dilaksanakan melalui kemitraan
swasta dan pemerintah.
NSTPB bekerja melalui 2 inisiatif utama, yaitu:
- Pemasaran destinasi (destination marketing) yang mencakup kegiatan seperti
kampanye periklanan, pembuatan brosur, poster dan media lainnya, dan bekerja
dengan para pelaku usaha perjalanan internasional untuk mempromosikan
berbagai diskon perjalanan ke Sulawesi Utara.
- Perencanaan pembangunan pariwisata berkelanjutan, melalui penguatan
kemitraan swasta dan pemerintah untuk menjamin pengembangan pariwisata
petualangan di Sulawesi Utara terencana dengan baik, berkelanjutan dan
bermanfaat baik bagi ekonomi wilayah dan komunitas lokal.

Badan Promosi Pariwisata Kota Yogyakarta (BP2KY)


BP2KY merupakan badan yang dibentuk Pemerintah Kota Yogyakarta yang
beranggotakan stakeholder kepariwisataan dan bertugas membantu Pemerintah Kota
Yogyakarta dalam pemasaran dan promosi pariwisata.

5. Kelembagaan dan Struktur organisasi


Di dalam UU Kepariwisataan telah disebutkan bahwa, struktur organisasi sebuah badan
promosi pariwisata daerah didalamnya terdiri dari para pelaku swasta. Namun demikian,
badan promosi pariwisata bukanlah super body, karena sebenarnya lembaga ini bisa
diistilahkan sebagai pengkoordinir kegiatan promosi/pemasaran yang dilakukan secara
bersama-sama oleh stakeholder pariwisata (pemerintah, swasta, akademisi, NGO,dsb).
Kekuatan utama dari badan promosi adalah kolaborasi. Itulah kenapa, lembaga ini akan
memiliki keterkaitan erat dengan para pelaku swasta (hotel, BPW, airlines, guide, pengelola
obyek dan atraksi wisata, restoran, pengelola gedung pertemuan, dsb), pemerintah (baik
4


pusat, provinsi maupun kab/kota), akademisi (universitas, akademi/sekolah kejuruan bidang
pariwisata), media (cetak dan elektronik) dan lembaga2 terkait lainnya.

Peran (tugas dan fungsi) badan promosi pariwisata daerah dan Pemda (Dinas Pariwisata)
dalam kepariwisataan daerah (sesuai UU no. 10 tahun 2009)

Badan Promosi Pariwisata Daerah Pemda (Dinas Pariwisata)


Tugas: Memiliki kewenengan untuk:
a. meningkatkan citra kepariwisataan a. menyusun dan menetapkan rencana
Indonesia; induk pembangunan kepariwisataan
b. meningkatkan kunjungan wisatawan kabupaten/kota;
mancanegara dan penerimaan devisa; b. menetapkan destinasi pariwisata
c. meningkatkan kunjungan wisatawan kabupaten/kota;
nusantara dan pembelanjaan; c. menetapkan daya tarik wisata
d. menggalang pendanaan dari sumber kabupaten/kota;
selain APBN dan APBD sesuai dengan d. melaksanakan pendaftaran, pencatatan,
ketentuan peraturan perundangundangan; dan
e. melakukan riset dalam rangka e. pendataan pendaftaran usaha pariwisata;
pengembangan usaha dan bisnis f. mengatur penyelenggaraan dan
pariwisata. pengelolaan kepariwisataan di
wilayahnya;
Fungsi: g. memfasilitasi dan melakukan promosi
destinasi pariwisata dan produk
a. menjadi koordinator promosi pariwisata
pariwisata yang berada di wilayahnya;
yang dilakukan dunia usaha di pusat dan
daerah h. memfasilitasi pengembangan daya tarik
wisata baru;
b. sebagai mitra kerja Pemerintah dan
Pemerintah Daerah. i. menyelenggarakan pelatihan dan
penelitian kepariwisataan dalam lingkup
kabupaten/kota;
j. memelihara dan melestarikan daya tarik
wisata yang berada di wilayahnya;
k. menyelenggarakan bimbingan
masyarakat sadar wisata; dan
l. mengalokasikan anggaran
kepariwisataan.
- menyediakan informasi kepariwisataan,
perlindungan hukum, serta keamanan dan
keselamatan kepada wisatawan;
- menciptakan iklim yang kondusif untuk
perkembangan usaha pariwisata yang
meliputi terbukanya kesempatan yang
sama dalam berusaha, memfasilitasi, dan
memberikan kepastian hukum;
- memelihara, mengembangkan, dan
melestarikan aset nasional yang menjadi


daya tarik wisata dan aset potensial yang
belum tergali;
- mengawasi dan mengendalikan kegiatan
kepariwisataan dalam rangka mencegah
dan menanggulangi berbagai dampak
negatif bagi masyarakat luas.

Struktur Badan Promosi Pariwisata Daerah


Guna menyesuaikan peraturan yang telah ada (UU No 10 tahun 2009 tentang
Kepariwisataan), struktur badan promosi pariwisata daerah yang dipersyaratkan terdiri dari
dua level, yaitu level penentu kebijakan, yang terdiri dari unsur asosiasi kepariwisataan,
asosiasi profesi, asosiasi penerbangan dan pakar/akademisi.
Sementara untuk level pelaksana dipimpin oleh direktur eksekutif dengan dibantu oleh
beberapa direktur sesuai dengan kebutuhan. Mengacu pada UU tersebut struktur organisasi
badan promosi pariwisata daerah dapat digambarkan sebagai berikut:

Struktur Badan Promosi Pariwisata Daerah

Penentu Kebijakan
SK (policy maker)
Walikota/ Wakil dari Asosiasi (4), Asosiasi Profesi (2), Asosiasi
Bupati Penerbangan (1), Pakar/akademisi (2)

Ketua
Perwali/ Wakil Ketua
Perbub
Sekretaris
Anggota

Board of Director
Peraturan
Badan Direktur Eksekutif
Promosi
Pariwisata
Daerah
Direktur A Direktur B Direktur C

Pasal 45
(1) Unsur penentu kebijakan Badan Promosi Pariwisata Daerah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 berjumlah 9 (sembilan)
orang anggota terdiri atas:
a. wakil asosiasi kepariwisataan 4 (empat) orang;
b. wakil asosiasi profesi 2 (dua) orang;
c. wakil asosiasi penerbangan 1 (satu) orang; dan
d. pakar/akademisi 2 (dua) orang.
6


(2) Keanggotaan unsur penentu kebijakan Badan Promosi Pariwisata
Daerah ditetapkan dengan Keputusan Gubernur/Bupati/Walikota
untuk masa tugas paling lama 4 (empat) tahun.
(3) Unsur penentu kebijakan Badan Promosi Pariwisata Daerah
dipimpin oleh seorang ketua dan seorang wakil ketua yang dibantu
oleh seorang sekretaris yang dipilih dari dan oleh anggota.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata kerja, persyaratan, serta tata
cara pengangkatan dan pemberhentian unsur penentu kebijakan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur
dengan Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota.

Pasal 46
Unsur penentu kebijakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45
membentuk unsur pelaksana untuk menjalankan tugas operasional
Badan Promosi Pariwisata Daerah.

Pasal 47
(1) Unsur pelaksana Badan Promosi Pariwisata Daerah dipimpin oleh
seorang direktur eksekutif dengan dibantu oleh beberapa direktur
sesuai dengan kebutuhan.
(2) Unsur pelaksana Badan Promosi Pariwisata Daerah wajib
menyusun tata kerja dan rencana kerja.
(3) Masa kerja unsur pelaksana Badan Promosi Pariwisata Daerah
paling lama 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1
(satu) kali masa kerja berikutnya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata kerja, persyaratan, serta tata
cara pengangkatan dan pemberhentian unsur pelaksana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur
dengan Peraturan Badan Promosi Pariwisata Daerah.

6. Pendanaan
Meskipun dalam UU Kepariwisataan telah disebutkan bahwa, pendanaan badan promosi
pariwisata daerah bisa berasal dari bantuan dana dari APBD, namun guna keberlanjutan
dan kemandirian badan ini sangat disarankan untuk menggali pendanaan dari kalangan
swasta (para pelaku usaha) di bidang pariwisata.

Pasal 49
(1) Sumber pembiayaan Badan Promosi Pariwisata Daerah berasal
dari:
a. pemangku kepentingan; dan
b. sumber lainnya yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Bantuan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan


Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
7


bersifat hibah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

(3) Pengelolaan dana yang bersumber dari non-Anggaran Pendapatan


dan Belanja Negara dan non-Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah wajib diaudit oleh akuntan publik dan diumumkan kepada
masyarakat.

Sumber dana lainnya yang potensial untuk diperoleh adalah dari pengembalian pajak hotel
dan restoran dengan presentase yang ditetapkan oleh pemerintah daerah melalui Perda
(lihat contoh Perda Kota Yogyakarta mengenai Pajak Hotel).

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTAcNOMOR 2 TAHUN 2006


TENTANG PAJAK HOTEL

BAB XVI
KERJASAMA DAN PENGHARGAAN

Pasal 40
(1) Walikota atau pejabat yang ditunjuk dapat bekerjasama dengan asosiasi pelaku
pariwisata dalam rangka mendorong perkembangan pariwisata di Daerah.
(2) Walikota atau Pejabat yang ditunjuk dapat memberikan penghargaan kepada
Wajib Pajak yang berprestasi dalam membayar pajak dalam bentuk uang dan
atau barang.
(3) Bentuk kerjasama dan pemberian penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
(4) Untuk menunjang kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),
disediakan dana pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, setinggi-
tingginya 5% (lima persen) dari realisasi pendapatan Pajak Hotel tahun
sebelumnya.

Dana Promosi Pariwisata Seharusnya Dari Pajak


Selasa, 19 Februari 2008

YOGYAKARTA, SELASA - Untuk mengembangkan pariwisata, tiap tahun


Pemerintah Kota Yogyakarta menyisihkan dana sebesar 5 persen dari total
pendapatan pajak hotel dan restoran sebagai dana khusus promosi pariwisata.
Tahun 2008, dana yang disisihkan mencapai Rp 900 juta.

Dana promosi pariwisata yang diambil dari pajak sangat penting mengingat selama
ini pemerintah daerah kurang serius menggarap pariwisata. Yogya termasuk pelopor
dalam pemberlakuan ketentuan itu, apalagi wilayah Sleman yang mau
mengembalikan sembilan persen dari total pajak hotel dan restoran. Mungkin ini
termasuk tertinggi di Indonesia. Jakarta saja hanya tiga persen. Tahun lalu dana


promosi di Sleman sudah mencapai Rp 1 miliar.

Sekretaris Badan Promosi Pariwisata (BP2KY) Kota Yogyakarta Deddy Pranowo


Eryono, selaku lembaga yang mengelola dana promosi pariwisata mengatakan,
kegiatan promosi yang dilakukan berupa pameran, penerbitan brosur dan leaflet,
serta kegiatan lain yang sifatnya memopulerkan wisata di Yogya.

Sumber: http://nasional.kompas.com/read/2008/

Kebutuhan pendanaan:
Secara umum, kebutuhan dana yang diperlukan pada tahun pertama untuk badan promosi
pariwisata daerah adalah untuk komponen pembiayaan sebagai berikut:
- Penyiapan kelembagaan (penyusunan konsep, proses SK dan Perwali, rekrutmen
pelaksana/board of director)
- Penyediaan sarana prasarana dan fasilitas kerja (kantor beserta kelengkapannya)
- Biaya personil (honorarium board of director)
- Biaya program/kegiatan selama 1 tahun (sesuai dengan rencana kerja yang telah
disusun)

7. Tahapan pembentukan
Tahap Kegiatan
Tahap 1 Penggalian masukan dari Semiloka pengembangan badan promosi
Mei 2010 stakeholders pariwisata daerah
FGD key stakeholders
Tahap 2 Penyiapan konsep Tim kecil
Mei 2010
Tahap 3 Pembentukan organisasi SK Walikota/bupati
Mei/Juni dan legal formal Peraturan walikota/bupati
2010 Pemilihan pengurus (penentu kebijakan)
Peraturan badan promosi pariwisata daerah
Rekrutmen dewan direktur (board of director)
Penyediaan infrastruktur (kantor + fasilitas
kerja)
Tahap 4 Penyusunan rencana Rencana kerja
Juni 2010 kerja Budgeting
Tahap 5 Implementasi
Start Juli Monitoring dan Evaluasi
2010

***

Anda mungkin juga menyukai