Anda di halaman 1dari 27

Pembinaan BPW PPIU dan PIHK

Usaha Jasa Pariwisata


Hotel Tretes View, 18 Oktober 2017

DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PROVINSI JAWA TIMUR


Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah dan
Penyelenggara Ibadah Haji Khusus
Berplatform

Biro Perjalanan Wisata


3
PENGERTIAN

MENURUT UU NO 10 TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN:

• WISATA adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh


seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi
tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan
pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi dalam jangka waktu sementara.
• WISATAWAN adalah orang yang melakukan wisata.
• PARIWISATA adalah berbagai macam kegiatan wisata dan
didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan
oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan
Pemerintah Daerah.

5
PENGERTIAN

MENURUT UU NO 10 TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN:

• DAYA TARIK WISATA (DTW) adalah segala sesuatu yang


memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa
keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil
buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan
kunjungan wisatawan.
• DAERAH TUJUAN PARIWISATA yang selanjutnya disebut
DESTINASI PARIWISATA adalah kawasan geografis yang
berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di
dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum,
fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang
saling terkait dan melengkapi terwujudnya
kepariwisataan..
6
PENGERTIAN

MENURUT UU NO 10 TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN:

• USAHA PARIWISATA adalah usaha yang menyediakan


barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan
wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.
• PENGUSAHA PARIWISATA adalah orang atau
sekelompok orang yang melakukan kegiatan usaha
pariwisata.
• INDUSTRI PARIWISATA adalah kumpulan usaha
pariwisata yang saling terkait dalam rangka
menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan
kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan
pariwisata.
7
USAHA JASA PARIWISATA

Menurut Bagyono (2007: 25 - 28) Usaha Jasa Pariwisata adalah suatu


usaha bisnis yang kegiatan utamanya meliputi menjual jasa – jasa
pariwisata kepada wisatawan baik itu wisatawan domestik maupun
wisatawan mancanegara. Jenis usaha jasa pariwisata meliputi:
1. Jasa Transportasi Wisata;
2. Jasa Perjalanan Wisata;
3. Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan Dan Rekreasi;
4. Penyelenggaraan Pertemuan, Perjalanan Insentif, Konferensi, Dan
Pameran (MICE);
5. Jasa Informasi Pariwisata;
6. Jasa Konsultan Pariwisata;
7. Jasa Pramuwisata.

8
Siklus Perjalanan Wisatawan

Transportasi
darat Akomodasi

Makan/Minum
Transportasi

Wisatawan Objek/Atraksi
souvenir Hiburan

9
Siklus Perjalanan Ibadah Umrah

Transportasi
darat
Akomodasi

Makan/Minum
Transportasi udara

Masjidil Haram/
Jamaah
Masjid Nabawi
souvenir Local tour

10
PERATURAN USAHA JASA
PERJALANAN WISATA
Peraturan yang mendasari kegiatan usaha jasa perjalanan wisata meliputi:
1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan;
2. Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 18 Tahun 2016 tentang
Pendaftaran Usaha Pariwisata;
3. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun
2014 tentang Penyelenggaraan Sertifikasi Usaha Pariwisata;
4. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 4 Tahun
2014 tentang Standar Usaha Jasa Perjalanan Wisata.

11
IDENTIFIKASI MASALAH USAHA JASA

PERJALANAN WISATA

Eksternal
Sosialisasi
Bimtek 4
1
Internal
2 3

1. Apakah pelaku usaha sudah mengetahui tentang peraturan yang menaungi?


2. Apakah pelaku usaha sudah memahami peraturan yang menaungi?
3. Apakah pelaku usaha sudah menjalankan peraturan yang menaungi?
4. Adakah kendala internal dalam melaksanakan peraturan tersebut?
5. Adakah kendala eksternal dalam melaksanakan peraturan tersebut?

12
IDENTIFIKASI MASALAH USAHA JASA

PERJALANAN WISATA
Faktor Internal
• Produk Harga, kemasan

• Pelayanan SOP, pemberian informasi, SDM

• Pengelolaan Tempat/Lokasi, fasilitas perkantoran

Faktor Eksternal
 Perundang-undangan;
 Sarana dan prasarana umum; hambatan atau
 Kebijakan Pemerintah; kemudahan
 Interdependensi sektor lain.

13
PELAKU PARIWISATA SINERGITAS PEMANGKU
KEPENTINGAN PARIWISATA
Pemerintah PENTAHELIX
harus dioptimasi Komunitas merupakan sekumpulan orang-orang
oleh setiap entrepreneur yang memiliki kepentingan yang sama dan dalam
dalam pengembangan hal ini, entrepreneur mencari komunitas yang
Perusahaan juga bisnisnya karena PEMERINTAH
sama dengan mereka dan relevan dengan bisnis
perlu dimanfaatkan berhubungan dengan yang dikembangkan. Banyak komunitas yang
oleh entrepreneur kebijakan yang dibuat oleh fasilitator dan mulai berkembang dan bisa mendapatkan
dalam konteks bisa pemerintah. regulator keuangan, pemasaran, informasi dan bahkan
menjadi pasar, bahan baku yang dibutuhkan oleh setiap
supplier dan bahkan entrepreneur.
sumber untuk
mendapatkan
program CSR KORPORASI KOMUNITAS
ataupun PKBL
perusahaan supporting

E
berupa pelatihan
dan bahkan
pendanaan untuk
mengembangkan
bisnis setiap
entrepreneur.

Media yang harus dioptimasi


Para akademisi adalah sumber oleh setiap entrepreneur untuk
pengetahuan bagi setiap kepentingan membrandingkan
AKADEMISI diri, produk dan bisnis setiap
entrepreneur yaitu konsep dan MEDIA entrepreneur. Saling
teori-teori terbaru dan relevan pengembang penyebar informasi
dengan bisnis yang mereka membutuhkan dalam konteks
konsep/ entrepreneur dan juga media
kembangkan. Untuk mencapai
sustainable competitive peneliti sehingga sama-sama
advantage, entrepreneur menguntungkan.
membutuhkan teori.

14
TUJUAN SERTIFIKASI USAHA
PARIWISATA
Menjamin kualitas produk, pelayanan dan pengelolaan usaha pariwisata
Indonesia menjadi berkualitas dunia dengan cara menyelenggarakan sertifikasi
usaha pariwisata yang dilaksanakan oleh LSU bidang pariwisata.
Permenpar Nomor 1 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Sertifikasi Usaha Pariwisata

15
TUJUAN SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA Permen

parekraf no. 4/2014

• Standar Usaha Jasa Perjalanan Wisata adalah rumusan kualifikasi


Usaha Jasa Perjalanan Wisata dan/atau klasifikasi Usaha Jasa
Perjalanan Wisata yang mencakup aspek produk, pelayanan dan
pengelolaan Usaha Jasa Perjalanan Wisata.
• Sertifikasi Usaha Jasa Perjalanan Wisata adalah proses pemberian
Sertifikat kepada Usaha Jasa Perjalanan Wisata untuk mendukung
peningkatan mutu produk, pelayanan dan pengelolaan Usaha Jasa
Perjalanan Wisata melalui audit pemenuhan Standar Usaha Perjalanan
Wisata.
• Sertifikat Usaha Jasa Perjalanan Wisata adalah bukti tertulis yang
diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Usaha Bidang Pariwisata kepada
Usaha Jasa Perjalanan Wisata yang telah memenuhi Standar Usaha
Perjalanan Wisata.
•Permen Parekraf No. 4 Thn 2014 Tentang Standar Usaha Perjalanan Wisata

16
PARIWISATA

1. Meningkatkan kualitas pelayanan kepariwisataan; dan


2. Meningkatkan produktivitas pariwisata
Peraturan Pemerintah No 52/2012 tentang sertifikasi kompetensi dan sertifikasi usaha di bidang pariwisata

17
Mekanisme Sertikasi Usaha Jasa Pariwisata

Pemprov/Pemkot/Pemkab

Komisi Otorisasi
USAHA JASA Pariwisata/KAN

2. Informasi audit
3. Laporan dan 4. Laporan rutin
1. Aplikasi
rekomendasi (Setiap 6 bulan)

Lembaga
Sertifikasi
2. Pelaksanaan Audit Usaha

18
PEDOMAN PENILAIAN SERTIFIKASI USAHA JASA

PERJALANAN WISATA

19
PEDOMAN PENILAIAN SERTIFIKASI USAHA BIRO

PERJALANAN WISATA
No Aspek No Unsur
I PRODUK A   BPW menyediakan minimum jasa pemesanan dan/atau penjualan:
    1 Paket wisata
    2 Voucher Akomodasi
 
    3 Tiket Perjalanan
    4 Jasa Angkutan Wisata
    BPW menyelenggarakan lebih dari 1 (satu) paket wisata, dan
B 5 sekurang-kurangnya 1 (satu) di antaranya adalah paket wisata buatan
sendiri
    Paket wisata yang diselenggarakan oleh BPW memuat minimum
C  
keterangan tentang:
      6 Nama Paket Wisata
      7 Durasi perjalanan wisata
      8 Rute dan kegiatan perjalanan wisata (itinerary)
      9 Harga paket wisata dalam mata uang Rupiah
      10 Moda transportasi
      11 Jenis akomodasi
      12 Perlindungan asuransi perjalanan wisata bagi wisatawan
D 13 BPW menyediakan jasa pengurusan paspor dan visa
20
PEDOMAN PENILAIAN SERTIFIKASI USAHA BIRO

PERJALANAN WISATA
No Aspek No Unsur
I PRODUK BPW menggunakan jasa tenaga pemandu wisata mandiri atau yang
E   menjadi bagian dari usaha jasa pramuwisata, berdasarkan ketentuan
sebagai berikut:
    Tenaga pemandu wisata tersebut memiliki sertifikat kompetensi yang
14
masih berlaku
    Dalam hal BPW menyelenggarakan paket wisata untuk wisatawan
  mancanegara, tenaga pemandu wisata tersebut mampu berbahasa
15
asing sesuai dengan bahasa yang digunakan oleh wisatawan
mancanegara, atau sekurang-kurangnya mampu berbahasa Inggris
    16 Tenaga pemandu wisata tersebut dilindungi asuransi perjalanan wisata
    BPW mempekerjakan pimpinan perjalanan wisata (tour leader),
F
berdasarkan ketentuan sebagai berikut:
      17 Pimpinan perjalanan wisata dilengkapi dengan Surat Tugas dari BPW
    Pimpinan perjalanan wisata tersebut memiliki sertifikat kompetensi
  18
yang masih berlaku
    Dalam hal BPW menyelenggarakan paket wisata untuk wisatawan
mancanegara, pimpinan perjalanan wisata tersebut mampu berbahasa
  19
asing sesuai dengan bahasa yang digunakan oleh wisatawan
mancanegara, atau sekurang-kurangnya mampu berbahasa Inggris
Pimpinan perjalanan wisata tersebut dilindungi asuransi perjalanan
20
wisata
21
PEDOMAN PENILAIAN SERTIFIKASI USAHA BIRO

PERJALANAN WISATA
No Aspek No Unsur
II PELAYANAN Menerapkan Standard Operating Prosedures (SOP) bagi pelaksanaan
A  
layanan tamu dikantor BPW yang meliputi:
    1 Penyambutan kedatangan tamu
    2 Menerima dan melakukan panggilan telephone
 
    Pemberian penjelasan tentang produk yang disediakan/ditawarkan
3
BPW
4 Pemesanan dan/atau penjualan produk yang disediakan BPW
    Menerapkan Standar Operating Procedures (SOP) dalam pelaksanaan
B
perjalanan wisata, yang meliputi:
    Pelayanan bagi wisatawan oleh tenaga pemandu wisata dan/atau
  5
pimpinan perjalanan wisata selama perjalanan wisata
    Penanganan permasalahan dan keluhan yang muncul selama
  6 perjalanan wisata, oleh tenaga pemandu wisata dan/atau pimpinan
perjalanan wisata
    Permintaan oleh tenaga pemandu wisata dan/atau pimpinan
  7 perjalanan wisata kepada wisatawan untuk mengisi kuesioner untuk
evaluasi perjalanan wisata

22
PEDOMAN PENILAIAN SERTIFIKASI USAHA BIRO

PERJALANAN WISATA
No Aspek No Unsur
III PENGELOLA BPW memiliki tempat usaha/kantor yang terpisah dari kegiatan
A  
AN keluarga/rumah tangga
    Tempat usaha/kantor memiliki alamat yang jelas, nomor telepon dan
1
faksimili, serta alamat e-mail yang masih berfungsi
    Tempat usaha/kantor terdiri dari ruang kerja dan ruang penerimaan
  2
tamu.
    Tempat usaha/kantor dilengkapi dengan sarana, prasarana dan
3
peralatan kantor yang memadai
    B BPW memiliki tata kelola perusahaan yang meliputi minimum:
    Uraian mengenai struktur organisasi dan susunan pengurus, yang
  4
memuat nama, jabatan dan uraian tugas setiap bagian
    Sistem penatausahaan secara tertib dan baik atas seluruh transaksi
  5 pemesanan dan/atau penjualan, serta surat-menyurat yang terkait,
yang dipelihara dan disimpan minimum selama 3 (tiga) tahun

23
PEDOMAN PENILAIAN SERTIFIKASI USAHA BIRO

PERJALANAN WISATA
No Aspek No Unsur
III PENGELOLA BPW memiliki dan memelihara basis data yang memuat keterangan
C  
AN tentang nama, alamat, nomor telepon dan e-mail, yang meliputi:
    6 Data pelanggan
      7 Data rekanan/ pemasok jasa
    8 Pengusaha Daya Tarik Wisata
    D 9 BPW memiliki rencana pengembangan usaha
    E  Pengembangan sumber daya manusia
      10 Memiliki sertifikat kompetensi di bidangnya
      11 Melaksanakan program pengembangan SDM

24
Permasalahan Sertifikasi
Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI), Didien Junaedi

mengatakan pelaku industri pariwisata tak menganggap penting adanya

sertifikasi usaha pariwisata.

Menurutnya, hal itu tercermin dari sedikitnya pelaku pariwisata yang memiliki

Tanda Daftar Usaha Pariwisata (TDUP).

"Betul (industri anggap enteng TDUP). Karena pelaku industri itu tidak baca

undang-undang. Padahal itu wajib. Belum dilaksanakan sanksinya," kata

Didien saat ditemui di sela-sela acara Rapat Koordinasi Sertifikasi Usaha

Pariwisata di Kementerian Pariwisata, Jakarta, Kamis (16/3/2017).


Permasalahan Sertifikasi
Didien menilai sertifikasi usaha pariwisata belum maksimal lantaran

kurangnya sosialisasi. Ia juga mengatakan kurangnya kesadaran pengusaha

pariwisata untuk melakukan sertifikasi.

"Padahal keuntungannya ada kepercayaan dari pelanggan. Sudah jelas

eksistensi usahanya. Kepastian hukum sudah ada. Kerugiannya, ya kalau

sudah betul-betul di-blow up, katakanlah tidak disarankan mendapat layanan

dari pengusaha yang belum tersertifikasi," jelas Didien.

Menurutnya, TDUP adalah syarat industri pariwisata di Indonesia untuk

mendapatkan sertifikasi. Namun, pada kenyataan sekarang, Didien

menyebutkan belum ada satu persen industri pariwisata yang memiliki TDUP.
Terima Kasih
semoga bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai