Anda di halaman 1dari 16

PAPER

BISNIS PARIWISATA
Paper ini bertujuan untuk memenuhi tugas dalam perkuliahan Bisnis Pariwisata
Pengampu : Tjokorda Gde Raka Sukawati

NAMA KELOMPOK :

Anak Agung Made Emma Aprillyani 1707521027


Ni Putu Sintya Dyantari 1707521041
I Made Wirayuda Dinata 1707521053
Ni Made Sarini Kartika Putri 1707521057
Lkm Kris Ayudia Yadnya 1707521071

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
BALI
2018
MATERI POKOK PEMBAHASAN

SAP 9 KONSEP – KONSEP YANG BERKAITAN DENGAN PENDANAAN DAN


INVESTASI DALAM PARIWISATA

1. Sumber – Sumber Pendanaan


2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pariwisata
3. Prinsip – Prinsip Investasi
4. Investasi dalam Kepariwisataan
5. Feasibility Study dan Model – Model Investasi

SAP 10 KONSEP KETENAGAKERJAAN DALAM PARIWISATA

1. Peran Langsung Pariwisata Terhadap Peluang Kerja


2. Peluang Kerja
3. Multiplier Efek Pariwisata dan Pasar Tenaga Kerja
PEMBAHASAN SAP 9

KONSEP – KONSEP YANG BERKAITAN DENGAN PENDANAAN DAN


INVESTASI DALAM PARIWISATA

1. SUMBER – SUMBER PENDANAAN


UU Kepariwisataan tahun 2009, pada BAB XIII mengatur mengenai pendanaan.
Disebutkan, pendanaan pariwisata menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah
pusat, pemerintah daerah, pengusaha dan masyarakat. Pengelolaan dana
kepariwisataan dilakukan berdasarkan prinsip keadilan, efisien, transparansi dan
akuntibilitas publik. Pemerintah daerah mengalokasikan sebagian dari pendapatan
yang diperoleh dari penyelenggaraan pariwisata untuk kepentingan pelestarian alam
dan budaya. Pendanaan oleh pengusaha dan masyarakat dalam pembangunan
pariwisata di pulau kecil diberikan insentif yang diatur dengan Peraturan Presiden.
Pemeritah pusat dan pemerintah daerah memberikan peluang pendanaan bagi usaha
mikro dan kecil di bidang kepariwisataan.
Satu hal yang paling sering dinyatakan tentang pariwisata di tanah air ini, adalah
sebagai sumber devisa, stimulan kegiatan ekonomi dan sebagai sumber dana
pembangunan. Sedikitnya hal itu dipahami oleh para cendekiawan ekonomi, insan
pariwisata serta tokoh pemerintahan, baik di kalangan eksekutif maupun legislatif,
yang mungkin jumlahnya tidak terlampau banyak. Pemahaman tentang manfaat
kepariwisataan (mancanegara maupun nusantara), dalam banyak hal, diwujudkan
dalam bentuk “investasi”, khususnya bidang usaha perhotelan, restoran dan sejenisnya
(bar, cafe dsb.) mengingat beberapa hal, pertama-tama bahwa bidang usaha itu
memberikan prospek penghasilan yang “instan” (dinilai sebagai revenue center)
dibanding dengan investasi dalam bidang lainnya seperti obyek dan atraksi wisata yang
cenderung lebih banyak dinilai sebagai “pos biaya” (cost center), begitu pun bidang
biro perjalanan yang tidak mendapat akses kredit dari bank.
Hal kedua yang memberikan petunjuk bahwa bidang perhotelan dinilai lebih
menarik daripada bidang lainnya, adalah kecenderungan calon mahasiswa pada
akademi, atau lembaga pendidikan tinggi kepariwisataan, lebih banyak yang memilih
bidang studi perhotelan ketimbang biro perjalanan dan bina wisata. Agaknya ada
pandangan yang salah kaprah tentang “ilmu manajemen biro perjalanan” yang
“dianggap” tidak perlu dipelajari di tingkat pendidikan tinggi, atau kurang menarik
untuk segera memperoleh pekerjaan seusai pendidikannya. Berbicara soal
kepariwisataan, secara alami, produk (output) yang ditawarkan dari upaya
pengembangan kepariwisataan terdiri dari tiga unsur pokok, 3A yakni Atraksi (daya
tarik), Aksesibilitas (kemudahan jangkauan, termasuk visa dan perizinan lainnya) dan
Akomodasi (hotel, restoran dsb.) yang berada di dalam kondisi lingkungan (kam-tibek-
sos-bud-pol) yang kondusif serta perlu dikembangkan dan dipelihara secara
bersamaan. Secara jelas bisa dipahami bahwa pembangunan atraksi saja, atau
aksesibilitas saja, atau akomodasi saja, atau kombinasi dua dari tiga unsur itu saja, atau
bahkan ketiga-tiganya tanpa dukungan kondisi yang kondusif adalah mustahil akan
mewujudkan kepariwisataan yang memikat pengunjung untuk datang.
Adapun kepariwisataan sebagai stimulan kegiatan ekonomi dapat dibuktikan
dengan adanya penerimaan devisa yang dibayarkan wisman kepada hotel, biro
perjalanan, angkutan umum, restoran dan sebagainya memberikan dampak ekonomi
yang lebih luas, sebutlah pembayaran gaji pegawai hotel, pembayaran listrik,
pembayaran telepon, pembayaran supplier sayur mayur, buah-buahan, telor, daging,
rempah-rempah dsb. yang secara nyata dinikmati atau diterima bukan saja oleh
kalangan pariwisata, melainkan juga kalangan petani dan peternak (kaum marginal)
yang menghasilkan jumlah penghasilan pariwisata yang berlipat ganda dalam
kontribusi terhadap pendapatan nasional, yang disebut sebagai multiplier effect.

2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pariwisata


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pariwisata, antara lain :
1. Pajak Daerah
Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau
kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan
berdasarkan peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan
pembangunan daerah.
2. Retribusi Daerah
Menurut Undang-Undang nomor 28 Tahun 2009 retribusi daerah adalah
pungutan daerah sebagai pembayaran jasa atau pemberian izin tertentu yang
khusus disediakan ataudiberikan pemerintah daerah untuk kepentingan pribadi
atau golongan.

3. PRINSIP – PRINSIP INVESTASI


Berinvestasi memerlukan prinsip-prinsip yang perlu dipegang teguh oleh investor.
Berbagai penelitian terhadap investor-investor sukses, semua dari mereka selalu
memegang teguh prinsipnya. Setidaknya ada tiga prinsip mendasar dalam investasi
yang sangat penting untuk menjadi landasan dalam cara berpikir dan bertindak, yaitu
capital preservation, mengelola risiko secara aktif, dan membangun model investasi
yang disesuaikan.
Capital preservation atau perlindungan terhadap modal, yaitu mempertahankan
apa yang telah dimiliki. Prinsip ini sangat mendasar bagi seluruh aktivitas investasi.
Seperti yang dikatakan oleh Warren Buffet: “jangan pernah kehilangan uang”. Jika kita
kehilangan 50% modal, maka kita perlu mendapatkan return 100% jika ingin kembali
ke modal awal. Sesuatu yang lebih sulit dilakukan. Dengan perlindungan terhadap
modal yang menjadi utama, tujuan pertumbuhan aset investasi memiliki dasar yang
lebih kokoh.
Risiko yang bersifat kontektual perlu dikelola secara aktif. Risiko berkaitan
dengan pengetahuan, pemahaman, pengalaman, dan kompetensi. Oleh karenanya
investor perlu melakukan pembelajaran secara bertahap dan terus menerus sehingga
dapat mempertajam kompetensi di bidangnya masing-masing. Model investasi harus
dibangun sesuai dengan profil dan karakternya. Setiap investor memiliki tujuan,
kepribadian, pengetahuan, pengalaman, dan kompetensi yang berbeda - beda. Dengan
prinsip ini kita dapat memahami kenapa ada investor yang lebih senang berinvestasi
pada aset tertentu, lebih konservatif, namun ada juga yang terlihat agresif.

4. INVESTASI DALAM KEPARIWISATAAN

Pendekatan – pendekatan yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan


dalam melakukan investasi dalam pariwisata adalah sebagai berikut:

a. Pilihan bentuk pariwisata yang dikembangkan


Konsekuensi biaya yang harus dibayar dari pembangunan pariwisata
massa yang berorientasi pada kuantitas dan pertumbuhan yang yang setinggi-
tingginya seperti, over carrying capacity, degradasi lingkungan, dan kesenjangan
antar lapisan masyarakat. Hal ini menyebabkan munculnya bentuk pilihan
pengembangan pariwisata yang didasarkan pada “spirit” konservasi, seperti
pemgembangan jenis pariwisata small scale tourism, green tourism, going ethnic
society yang semuanya menuju pada pencarian konsep alternatif tourism yang
dinilai tepat dengan model pengembangan pariwisata berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan, yang memberi prioritas utama pada lingkungan.
b. Perencanaan pendekatan yang dikembangkan
Dorongan untuk mencapai pertumbuhan yang setinggi – tingginya telah
meniadakan pilihan lain, bagi perencana, kecuali penggunaan pendekatan
centrally imposed blue print plan yang biasanya bercirikan:
1. Prakarsa biasanya dimulai dari pusat dalam bentuk perencanaan formal
2. Proses penyusunan program bersifat statis
3. Mekanisme kelembagaan bersifat top down
4. Fokus perhatiannya menyelesaikan proyek tepat waktu sesuai
kebijakan anggaran yang ada.

 Syarat Investasi Dalam Pembangunan Kepariwisataan


Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi di dalam setiap
pembangunan kepariwisataan, antara lain:
1. Ada pertumbuhan ekonomi, sehingga dapat mengurangi kemiskinan,
karena kemiskinan sangat besar peranannya di dalam menggerogoti
lingkungan di luar daya dukungnya.
2. Pertumbuhan hendaknya cukup rendah sehingga tidak melampui toleransi
sumber daya tempat kehidupan manusia tergantung.
3. Kebutuhan manusia harus dibatasi, termasuk pembatasan jumlah
konsumen melalui pembatasan kelahiran.
4. Manfaat pembangunan ekonomi harus didistribusikan secara adil dan
mereka yang menderita harus mendapat prioritas lebih tinggi di dalam
memanfaatkan hasil pembangunan.
5. Adanya perencanaan yang baik, yang sudah mengantisipasi perkembangan
ke depan.
6. Adanya keterlibatan masyarakat lokal secara langsung dalam
pembangunan kepariwisataan, termasuk di dalamnya menikmati manfaat
ekonomi kepariwisataan.
7. Pemanfaatan berbagai sumber daya (termasuk sumber daya alam, sosial,
dan budaya) harus dilakukan secara efisien dan di bawah ambang daya
dukungnya dengan penerapan teknologi yang lebih ramah lingkungan.

5. Feasibility Study dan Model Pariwisata


A. Feasibility Study

Sebuah studi kelayakan adalah evaluasi proposal yang dirancang untuk


menentukan kesulitan dalam melaksanakan tugas yang ditunjuk. Secara umum, studi
kelayakan mendahului pengembangan teknis dan pelaksanaan proyek. Dengan kata
lain, studi kelayakan adalah evaluasi atau analisis dampak potensial dari sebuah proyek
yang diusulkan. Adapun faktor penentu kelayakan, antara lain :

1. Kelayakan Teknologi dan Sistem


Penilaian ini didasarkan pada desain garis besar persyaratan sistem dalam hal
Input, Proses, Output, Fields, Program, dan Prosedur. Hal ini dapat diukur dalam
hal volume data, tren, frekuensi update, dan lain-lain untuk memperkirakan apakah
sistem baru akan melakukan cukup atau tidak. Kelayakan teknologi dilakukan
untuk menentukan apakah perusahaan memiliki kemampuan, dalam hal software,
hardware, personil dan keahlian, untuk menangani penyelesaian proyek

2. Kelayakan Ekonomi

Analisis ekonomi adalah metode yang paling sering digunakan untuk


mengevaluasi efektivitas sistem baru. Analisis biaya manfaat, digunakan untuk
menentukan manfaat dan penghematan yang diharapkan dari sistem dan
membandingkannya dengan biaya. Jika imbalan lebih besar daripada biaya, maka
keputusan dibuat untuk merancang dan mengimplementasikan sistem. Seorang
pengusaha yang akurat harus mempertimbangkan biaya dan manfaat sebelum
mengambil tindakan.

3. Kelayakan Hukum

Menentukan apakah sistem yang diusulkan konflik dengan persyaratan


hukum, misalnya sistem pengolahan data harus sesuai dengan perlindungan data
lokal.

4. Kelayakan Operasional

Adalah ukuran dari seberapa baik sistem yang diusulkan memecahkan


masalah, dan mengambil keuntungan dari kesempatan yang diidentifikasi selama
definisi ruang lingkup dan bagaimana memenuhi persyaratan yang diidentifikasi
dalam tahap analisis kebutuhan pengembangan sistem.

5. Kelayakan Jadwal

Sebuah proyek akan gagal jika penyelesaiannya memerlukan waktu yang


terlalu lama. Biasanya ini berarti memperkirakan berapa lama sistem akan dibuat
dan dikembangkan, dan dapat diselesaikan dalam jangka waktu tertentu, yang
dapat diukur dengan menggunakan beberapa metode seperti payback period.
Kelayakan jadwal adalah ukuran dari seberapa wajar jadwal proyek.

6. Kelayakan Pasar dan Real Estate

Studi Kelayakan Pasar biasanya melibatkan pengujian lokasi geografis untuk


proyek pengembangan real estate, dan biasanya melibatkan bidang tanah real
estate. Pengembang sering melakukan penelitian pasar untuk menentukan lokasi
terbaik dalam yurisdiksi, dan untuk menguji alternatif menggunakan tanah untuk
paket yang diberikan. Yurisdiksi sering membutuhkan pengembang untuk
menyelesaikan studi kelayakan sebelum mereka akan menyetujui permohonan izin
untuk ritel, kantor komersial, industri, manufaktur, perumahan, atau dicampur-
gunakan proyek. Kelayakan Pasar memperhitungkan pentingnya bisnis di area
yang dipilih.

7. Kelayakan Sumber Daya

Hal ini melibatkan pertanyaan seperti berapa banyak waktu yang tersedia
untuk membangun sistem baru, bila dapat dibangun, apakah itu mengganggu
operasi bisnis normal, jenis dan jumlah sumber daya yang dibutuhkan, dependensi,
dan lain-lain. Kontinjensi dan rencana mitigasi juga harus dinyatakan di sini .

8. Kelayakan Budaya

Pada tahap ini, alternatif proyek yang dievaluasi dampaknya terhadap budaya
lokal dan umum. Misalnya, faktor lingkungan perlu dipertimbangkan dan faktor-
faktor ini harus dikenal. budaya perusahaan yang lebih lanjut sendiri dapat
berbenturan dengan hasil proyek.

B. Model Pariwisata

Di Indonesia atau di beberapa negara lain biasa dikenal dua tipe pembangunan
pariwisata berdasarkan pada pola, proses dan tipe pengelolaannya, yaitu: tipe tertutup
(enclave) atau terstruktur dan tipe kedua yaitu tipe terbuka (spontaneous) atau tidak
terstruktur. Kedua tipe ini pada umumnya mempunyai perbedaan yang jelas dalam
karakteristiknya, terutama pada pola, proses dan tipe pengelolaannya.

Tipe tertutup atau terstruktur pada dasarnya ditandai oleh karakteristik sebagai
berikut:

 Pada umumnya kawasan ini dilengkapi dengan infrastruktur yang spesifik untuk
kawasan tersebut. Tipe ini memang tidak didesain untuk tujuan utama pada
keuntungan penduduk lokal. Tipe kawasan ini akan mempunyai kelebihan
kekuatan kesan yang ditumbuhkan sehingga mampu menembus pasar
internasional.
 Lokasi biasanya terpisah dari masyarakat atau penduduk lokal, sehingga dampak
negatif yang ditimbulkan mudah untuk dimonitor atau dikontrol. Karena itu,
pengaruh sosial budaya yang ditimbulkan dari pariwisata terhadap penduduk lokal
dapat terdeteksi sejak dini.
 Lahan pada umumnya terbatas, sehingga kawasan pariwisata biasanya tidak terlalu
besar, sehingga masih berada pada tingkat kemampuan perencanaan yang
integratif dan terkoordinir, dan akan mampu menjadi semacam agen untuk
mendapatkan dana-dana secara internasional. Hal ini akan berfungsi sebagai
struktur utama dalam mengembangkan fasilitas yang berkualitas tinggi pada
umumnya diperuntukkan bagi kalangan internasional golongan menengah ke atas.
Tipe ini tentunya akan membawa iklim “harga tinggi” dengan harga-harga yang
ditawarkan di dalam kawasan ini tidak akan terjangkau oleh penduduk lokal.

Tipe terbuka atau tidak terstruktur yang bersifat spontan pada umumnya ditandai
dengan karakteristik sebagai berikut:

 Tumbuh menyatu dengan struktur kehidupan baik ruang maupun pola masyarakat
lokal.
 Distribusi pendapatan yang diperoleh dari wisatawan bisa secara langsung
dinikmati oleh penduduk lokal.
 Dampak perkembangan pariwisata terutama dampak negatifnya menjalar dan
menyatu dengan cepat ke dalam penduduk lokal, sehingga sulit dimonitor.
PEMBAHASAN SAP 10

KONSEP KETENAGAKERJAAN DALAM PARIWISATA

1. PERAN LANGSUNG PARIWISATA TERHADAP PELUANG KERJA

Dari perspektif ekonomi, dampak positif pariwisata, antara lain:

a. Mendatangkan devisa bagi negara melalui penukaran mata uangasing di


daerah tujuan wisata.
b. Pasar potensial bagi produk barang dan jasa masyarakat setempat.
c. Meningkatkan pendapatan masyarakat yang kegiatannya terkait langsung atau
tidak langsung dengan jasa pariwisata.
d. Memperluas penciptaan kesempatan kerja, baik pada sektor-sektor yang terkait
langsung seperti perhotelan, restoran, agen perjalanan, maupun pada sektor-
sektor yang tidak terkait langsung seperti industri kerajinan, penyediaan
produk-produk pertanian, atraksi budaya, bisnis eceran, jasa-jasa lain dan
sebagainya
e. Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)
f. Merangsang kreativitas seniman, baik seniman pengrajin industri kecil
maupun seniman tabuh dan tari yang diperuntukkan konsumsi wisatawan.

Kebutuhan tenaga kerja pariwisata makin meningkat sejalan dengan


berkembangnya usaha jasa pariwisata, sarana pariwisata serta usaha objek dan daya
tarik wisata. Oleh karena itu kesempatan kerja di bidang pariwisata perlu juga
diperhitungkan, berdasarkan pada jumlah kunjungan wisatawan, jumlah pengeluaran
wisatawan dan pertumbuhan sarana pariwisata, dalam berbagai analisis disebutkan
bahwa pembangunan pariwisata mampu mendorong mobilitas tenaga kerja.

2. PELUANG KERJA

Peluang kerja atau kesempatan kerja adalah suatu keadaan yang menggambarkan
ketersediaan pekerjaan untuk diisi oleh para pencari kerja. Namun bias diartikan juga
sebagai permintaan atas tenaga kerja. Tenaga kerja memegang peranan yang sangat
penting dalam roda perekonomian suatu negara, karena:

a. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi.


b. Sumber Daya Alam.
c. Kewiraswastaan.

Tenaga kerja juga penting dilihat dari segi kesejahteraan masyarakat. Adapula
masalah yang ditimbulkan dari banyaknya tenaga kerja:

a. Masalah-masalah perluasan kesempatan kerja.


b. Pendidikan yang dimiliki angkatan kerja.
c. Pengangguran.

Sumitro Djojohadikusumo mendefinisikan angkatan kerja sebagai bagian dari


jumlah penduduk yang mempunyai pekerjaan atau yang sedang mencari kesempatan
untuk melakukan pekerjaan yang produktif. Faktor-faktor yang menentukan angkatan
kerja menurut Sumitro diantaranya:

a. Jumlah dan sebaran usia penduduk.


b. Pengaruh keaktifan bersekolah terhadap penduduk berusia muda.
c. Peranan kaum wanita dalam perekonomian.
d. Pertambahan penduduk yang tinggi.
e. Meningkatnya jaminan kesehatan.

3. MULTIPLIER EFEK PARIWISATA DAN PASAR TENAGA KERJA

Multiplier efek adalah suatu kegiatan yang dapat memacu timbulnya kegiatan lain.
Berdasarkan teori ini dapat dijelaskan bahwa industri pariwisata akan menggerakkan
industri-industri lain sebagai pendukungnya. Komponen utama industri pariwisata
adalah daya tarik wisata berupa destinasi dan atraksi wisata, perhotelan, restoran dan
transportasi lokal. Sementara komponen pendukungnya, mencakup industri-industri
dalam bidang transportasi, makanan dan minuman, perbankan, atau bahkan
manufaktur. Semuanya dapat dipacu dari industri pariwisata. Analisis nilai pengganda
(multiplier) adalah salah satu ukuran ekonomi yang dapat dipakai untuk melihat peran
sektor produksi Restoran dan Hotel dalam sistem ekonomi wilayah. Analisis nilai
pengganda dari sektor Restoran dan Hotel akan dilihat dalam ukuran :

a. Pengganda permintaan akhir (output multiplier)


b. Pengganda pendapatan (income multiplier)
c. Pengganda nilai tambah (value added multiplier)
d. Pengganda tenaga kerja
KESIMPULAN

UU Kepariwisataan tahun 2009, pada BAB XIII mengatur mengenai pendanaan.


Disebutkan, pendanaan pariwisata menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah
pusat, pemerintah daerah, pengusaha dan masyarakat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pariwisata, antara lain pajak daerah,


dan retribusi daerah.

Tiga prinsip mendasar dalam investasi yang sangat penting untuk menjadi landasan
dalam cara berpikir dan bertindak, yaitu capital preservation, mengelola risiko secara
aktif, dan membangun model investasi yang disesuaikan.

Pendekatan – pendekatan yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam


melakukan investasi dalam pariwisata, antara lain pilihan bentuk pariwisata yang
dikembangkan dan perencanaan pendekatan yang dikembangkan

Sebuah studi kelayakan adalah evaluasi proposal yang dirancang untuk menentukan
kesulitan dalam melaksanakan tugas yang ditunjuk. Secara umum, studi kelayakan
mendahului pengembangan teknis dan pelaksanaan proyek.
DAFTAR PUSTAKA

Wardana. 2005. Slide Ajar Bisnis Pariwisata


http://zetzu.blogspot.com/2010/08/pendanaan-dan-investasi-pariwisata.html (Diakses
Pada Tanggal 07 Oktober 2018)

Anda mungkin juga menyukai