Anda di halaman 1dari 10

Calvin Damanik, Dr, SpPD, Dept Penyakit Dalam FK-UMI Medan

SEPSIS DAN
RENJATAN SEPSIS
PENGERTIAN
1 Sepsis merupakan sindrom respons inflamasi
sistemik (SIRS) yang disebabkan oleh infeksi.
2 Renjatan (syok) septik : sepsis dengan hipotensi,
ditandai dengan penurunan TDS < 90
mmHg atau penurunan > 40 mmHg dari TD awal,
tanpa adanya obat – obatan yang dapat
menurunkan TD
3 Sepsis berat : gangguan fungsi organ atau
kegagalan fungsi organ termasuk penurunan
kesadara, gangguan fungsi hati, ginjal, paru – paru,
asidosis metabolik
DIAGNOSIS SEPSIS
SIRS ditandai dengan 2 gejala atau lebih
berikut :
1. Suhu badan > 38º C atau < 36º C
2. Frekuensi denyut jantung > 90x / menit
3. Frekuensi pernafasan > 24x/menit atau
PaCO2 < 32
4. Hitung leukosit > 12.000/mm³ atau <
4.000/mm³, atau adanya > 10 % sel batang
5. Ada fokus infeksi yang bermakna
DIAGNOSIS BANDING
Renjatan kardiogenik, renjatan
hipovolemik

PEMERIKSAAN PENUNJANG
DPL, tes fungsi hati, ureum, kreatinin,
gula darah, AGD, elektrolit, kultur darah
dan infeksi fokal
(urin, pus, sputum,dll) disertai uji
kepekaan mikroorganisme terhadap anti
mikroba, foto toraks
TERAPI
1. Eradikasi fokus infeksi
2. Antimikroba empirik diberikan sesuai
dengan tempat infeksi, dugaan kuman
penyebab, profil
antimikroba (farmakokinetik dan
farmakodinamik), keadaan fungsi ginjal dan
fungsi hati
Antimikroba detinitif di berikan bila hasil
kultur mikroorganisme telah diketahui,
antimikroba
dapat diberikan sesuai hasil uji kepekaan
mikroorganisme
3. Suportif :
resusitasi ABC, oksigenasi, terapi cairan, vasopresor / inotropik, dan
transfusi
(sesuai indikasi) pada renjatan septik diperlukan untuk mendapatkan
respons secepatnya
- Resusitasi cairan. Hipovolemia pada sepsis segera diatasi dengan
pemberian cairan kristaloid atau koloid. Volume cairan yang diberikan
mengacu pada respons klinis
(respos terlihat dari peningkatan tekanan darah, penurunan frekuensi
jantung, kecukupan isi nadi, perabaan kulit dan ekstremitas, produksi
urin, dan perbaikan kesadaran) dan perlu diperhatikan ada tidaknya
tanda kelebihan cairan (peningkatan tekanan vena
jugularis, ronki, galop S3, dan penurunan saturasi oksigen). Sebaiknya
dievaluasi dengan
CVP (dipertahankan 8 – 12 mmHg), dengan mempertimbangkan
kebutuhan kalori
perhari.
- Oksigenasi sesuai kebutuhan. Ventilator diindikasikan pada
hipoksemia yang progresif,
hiperkapnia, gangguan neurologis, atau kegagalan otot
pernafasan
- Bila hidrasi cukup tetapi pasien tetap hipotensi, diberikan
vasoaktif untuk mencapai tekanan darah sistolik > 90 mmHg
atau MAP 60 mmHg dan urin dipertahankan > 30 ml/jam.
Dapat digunakan vasopresor seperto dopamin dengan dosis
> 8 µg/kgBB/menit, norepinefrin 0,03 – 1,5 µg/kgBB/menit,
fenilefrin 0,5 – 8 µg/kgBB/menit, atau epinefrin 0,1 – 0,5
µg/kgBB/menit. Bila terdapat disfungsi miokard, dapat
digunakan inotropik
sepertidobutamin dengan dosis 2 – 28 µg/kgBB/menit, dopamin 3 – 8
mcg/kgBB/menit,
epinefrin 0,1 – 0,5 mcg/kgBB/menit.
- Transfusi komponen darah sesuai indikasi
- Koreksi gangguan metabolik : elektrolit, gula darah, dan asidosis
metabolik (secara empiris dapat diberikan bila pH < 7,2 atau bikarbonat
serum < 9 mEq/I, dengan disertai
upaya perbaikan hemodinamik)
-
Nutrisi yang adekuat
- Terapi suportif terhadap gangguan fungsi ginjal
- Kortikosteroid bila ada kecurigaan insufisiensi adrenal
- Bila terdapat KID dan didapatkan bukti terjadinya tromboemboli, dapat
diberikan
heparin dengan dosis 100 IU/kgBB bolus, dilanjutkan 15 – 25
IU/kgBB/jam dengan
infus kontinu, dosis lanjutan disesuaikan untuk mencapai target aPTT 1,5
– 2 kali
kontrol atau antikoagulan lainnya
KOMPLIKASI
Gagal nafas, gagal ginjal, gagal hati, KID, renjatan septik ireversibel

PROGNOSIS
Dubia ad malam

Anda mungkin juga menyukai