KINERJA
PARIWISATA
INDONESIA
ATHIYYAH IZZATI JANNAH (28823002)
DEVI KARTIKA SARI UTOMO (28823014)
DAFTAR ISI
1 Pendahuluan 3 Kinerja Pariwisata
Indonesia
Sumber : Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2011 tentang RIPPARNAS Tahun 2010-2025
TUJUAN PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL
TUJUAN
Kinerja pariwisata Indonesia tidak lepas dari peran organisasi dalam hal ini Kemenparekraf untuk dapat mencapai
target yang direncanakan. Dalam menentukan target dan indikator kinerja diperlukan adanya manajemen kinerja.
Manajemen kinerja adalah proses membangun pemahaman bersama tentang tujuan yang ingin dicapai dan suatu
pendekatan untuk mengelola dan mengembangkan dengan cara meningkatkan probabilitas pencapaian dalam
jangka pendek dan panjang (Armstrong, 1998), Proses manajemen kinerja mencakup 4 langkah, yakni
perencaaan, telahaan dan diskusi kinerja, evaluasi kinerja dan tindakan korektif dan adapatif untuk
pengembangan kebijakan selanjutnya (BKPSDM Lebong, 2020).
INDIKATOR KINERJA PARIWISATA INDONESIA
Indikator Kinerja adalah ukuran keberhasilan yang akan dicapai dari kinerja program dan
kegiatan yang telah direncanakan (Sekretariat Kabinet, 2022) sehingga dapat didefinisikan
indikator kinerja pariwisata sebagai ukuran atau parameter yang digunakan untuk mengukur,
mengevaluasi, dan memantau pencapaian tujuan dan hasil dalam sektor pariwisata.
Indikator pariwisata memberikan informasi penting tentang bagaimana sektor pariwisata
berfungsi, sejauh mana tujuan telah tercapai, dan di mana perbaikan mungkin diperlukan.
Karenanya, suatu indikator harus terukur dan dapat dicapai.
Indikator kinerja pariwisata digunakan oleh pemerintah, industri pariwisata, peneliti, dan
organisasi terkait untuk membuat keputusan dan merencanakan pengembangan pariwisata
yang lebih baik.
TTCI atau Index Daya Saing Kepariwisataan merupakan alat ukur performa yang
dikeluarkan oleh WEF pada tahun 2007 dan terus mengalami perkembangan hingga 2019.
Menurut World Economic Forum (2007), TTCI bertujuan untuk mengukur faktor dan
kebijakan yang membuatnya menarik untuk mengembangkan sektor perjalanan dan
pariwisata di suatu negara.
TTDI atau Index Pembangunan Kepariwisataan adalah evolusi dari TTCI yang telah
GLOBAL
disusun dan dipublikasikan dua tahun sekali selama 15 tahun terakhir. TTDI menjadi tolok
ukur dan mengukur sejumlah faktor dan kebijakan yang memberikan pengaruh pada
ketahanan dan keberlanjutan pembangunan sektor kepariwisataan yang
berkontribusi pada pembangunan sebuah negara (World Economic Forum, 2022).
PERSAMAAN DAN PERBEDAAN TTCI DAN TTDI
Persamaan TTCI dan TTDI adalah tujuan yang sama sebagai tolok ukur strategis para
pembuat kebijakan, perusahaan dan sektor perjalanan dan pariwisata dalam
mengembangkan sektor perjalanan dan pariwisata di masa depan.
Perbedaan TTCI dan TTDI adalah TTCI menyajikan wawasan mengenai kekuatan dan
pengembangan dari suatu negara untuk meningkatkan daya saing industri, sedangkan
TTDI menekankan kepada wawasan mengenai peningkatan realisasi potensi dan
pertumbuhan sektor. TTDI juga berfungsi sebagai platform bagi stakeholder untuk
memahami dan mengantisipasi tren dan risiko yang akan muncul di pariwisata dunia,
kebijakan langsung, praktik dan keputusan investasi, juga mempercepat program
GLOBALbaru
yang dapat memastikan keberlanjutan dari sektor perjalanan dan pariwisata
Sumber: Kemenparekraf. 2023b. Laporan Koordinasi Peningkatan TTDI Lintas Sektor Tahun 2022.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan TTCI / TTDI
1. Kebutuhan kebijakan yang lebih baik seiring dengan perkembangan global sehingga
diperlukan metodologi yang mutakhir. (TTCI 2015)
2. Ketersediaan data baru yang lebih akurat untuk penghitungan indeks (TTCI 2015).
3. Kondisi pandemi COVID-19, overtourism dan gangguan geopolitik yang menunjukkan
potensi volatilitas sektor perjalanan dan pariwisata (TTDI 2021).
4. Kebutuhan untuk menilai kembali sektor perjalanan dan pariwisata menanamkan
ketahanan dalam desain dan praktik manajemennya untuk menghadapi tantangan di
masa depan (TTDI 2021).
Sumber data untuk penentuan TTCI dan TTDI adalah 2/3 data sekunder yang berasal
dari data statistik organisasi-organisasi internasional seperti IATA, UNESCO, UNDP,
IUCN, WHO, World Bank, WTTC, WDPA UNWTO dan lain sebagainya, sedangkan GLOBAL 1/3
adalah data primer berasal dari Executive Opinion Survey yang dilakukan oleh WEF.
Sumber: World Economic Forum. 2015. Travel and Tourism Competitiveness Report 2015: Growth Through Shocks.
World Economic Forum. 2022. Travel and Tourism Development Index 2021: Rebuilding for a
Sustainable and Resilient Future.
PERKEMBANGAN TTCI, TTDI DAN IPKN
Terdapat 3 subindeks
dengan 14 pilar.
Untuk pilar ke-15
atau Climate Change
harapan WEF dapat
memasukkan konsep
tersebut dalam
perhitungan. Namun,
ketersediaan data
dan cara pengukuran
menjadi kendala
dalam penerapannya.
Sumber : World Economic Forum 2013. The Travel & Tourism Competitiveness Report 2013: Reducing Barriers to Economic
Growth and Job Creation.
FRAMEWORK TTCI 2015-2019
New A B C
A
New
B C
A B B
GLOBAL
C A Sumber : World Economic Forum. 2019. The Travel &
Tourism Competitiveness Report 2019: Travel and Tourism
at a Tipping Point.
B
Keterangan:
A = adalah pilar-pilar yang pada TTCI 2007-2013 berada di subindex A (T&T Regulatory Framework)
B = adalah pilar-pilar yang pada TTCI 2007-2013 berada di subindex B (Business Environment & Infrastructure)
C = adalah pilar-pilar yang pada TTCI 2007-2013 berada di subindex C (Human, Cultural, and Natural Resources)
New = adalah pilar-pilar baru yang pada TTCI 2007-2013 berbeda nama (Business Environment = Policy Rules and Regulations,
International Openness = Affinity for Travel and Tourism)
New New
FRAMEWORK
Move
TTDI 2021 -
SEKARANG New
New New
Sumber :
World Economic Forum. 2022. Travel
and Tourism Development Index
2021: Rebuilding fo a Sustainable
GLOBAL
and Resilient Future.
Keterangan:
Move = Pilar Enviromental Sustainability sebelumnya pada TTCI berada pada Subindeks T&T Policy and Enabling Conditions
New = Subindeks dan pilar baru di TTDI. Untuk subindeks Natural and Cultural Resources pada TTCI berubah menjadi
Travel and Tourism Demand Drivers pada TTDI
ENABLING ENVIRONMENT
BUSINESS ENVIRONMENT (9 INDIKATOR) HUMAN RESOURCES AND LABOUR MARKET
Pilar ini mengukur sejauh mana suatu negara memiliki (9 INDIKATOR)
lingkungan kebijakan yang kondusif bagi perusahaan Dalam pilar ini ketersediaan karyawan yang
untuk melakukan bisnis. Indikator yang diukur antara lain berkualitas, dinamika, efisiensi, dan produktivitas
seberapa baik hak-hak properti dilindungi dan efisiensi pasar tenaga kerja diperhitungkan. Penilaian
kerangka hukum; stabilitas kebijakan dan tingkat beban dilakukan terhadap tingkat pendidikan formal,
aturan serta korupsi; akses pembiayaan ke UKM dan keterlibatan sektor swasta dalam meningkatkan SDM,
sebagainya sistem pendidikan, fleksibilitas dan keterbukaan pasar
tenaga kerja serta produktivitas tenaga kerja.
SAFETY AND SECURITY (6 INDIKATOR)
Pilar ini mempertimbangkan sejauh mana suatu negara ICT READINESS (8 INDIKATOR)
mengekspos penduduk lokal, wisatawan dan bisnis Pilar ini menilai pengembangan dan penggunaan
terhadap risiko keamanan. Indikator yang menjadi infrastruktur TIK dan layanan digital. Komponen pilar
pertimbangan antara lain tindak kejahatan dan ini tidak hanya mengukur keberadaan infrastruktur
kekerasan, keandalan polisi, terorisme dan konflik fisik seperti jaringan seluler dan pasokan listrik
bersenjata. tetapi juga sejauh mana platform digital digunakan
untuk pariwisata dan layanan terkait
HEALTH AND HYGIENE (6 INDIKATOR)
Pilar ini mencakup infrastruktur kesehatan, aksesibilitas, dan keamanan kesehatan.
Indikator pilar ini adalah ketersediaan dan akses ke dokter, tempat tidur rumah sakit,
layanan kesehatan umum, akses air minum yang aman dan sanitasi untuk ksehatan
wisatawan dan penduduk setempat serta ketersediaan tenaga kerja kesehatan.
Travel and
Tourism Policy
and Enabling
Prioritization
Conditions Price
of Travel and Competitiveness
Tourism
5 INDIKATOR
5 INDIKATOR
Pilar ini memperhitungkan seberapa
Pilar ini mengukur sejauh mana International mahal biaya untuk melakukan
pemerintah dan investor secara aktif Openness perjalanan atau berinvestasi di
mempromosikan dan berinvestasi suatau negara. Aspek-aspek yang
4 INDIKATOR diperhitungkan dalam pilar ini
dalam pengembangan sektor
perjalanan dan pariwisata. antara lain pajak tiket pesawat,
Pilar ini menilai seberapa terbuka suatu biaya bandara, biaya hotel dan
negara terhadap pengunjung dan menyediakan akomodasi, sewa jangka pendek,
Pilar ini mencakup langkah-langkah fasilitas layanan perjalanan tertentu. Indikator biaya hidup dan daya beli serta biaya
pengeluaran pemerintah, pencitraan yang dinilai antara lain persyaratan visa, bahan bakar.
negara, kelengkapan dan ketepatan keterbukaan layanan udara, perjanjian
waktu dalam menyediakan data bilateral, jumlah perjanjian perdagangan
kepada organisasi internasional, regional, dan keterbukaan keuangan
investasi dan pemasaran
INFRASTRUCTURE
Pilar ini memperhitungkan modal alam atau Pilar ini mengukur tingkat dan daya tarik faktor
sumber daya alam yang tersedia serta yang mendorong perjalanan bisnis dan non-liburan
pengembangan kegiatan pariwisata luar ruangan. lainnya seperti akademis dan medis. Indikator yang
Pilar ini mengukur daya tarik sumber daya alam diukur adalah keberadaan perusahaan
yang masuk diakui oleh UNESCO, kekayaan dan multinasional, kota yang terintegrasi ke dalam
keanekaragaman hayati dan fauna, kawasan ekonomi global, jumlah dan kualitas universitas,
hutan lindung, taman nasional dan cagar alam. serta pencarian online terkait perjalanan bisnis,
akademis dan medis untuk mengukur minat global
terhadap sumber daya non-liburan / non-leisure
Socioeconomic Resilience and
lingkungan seperti polusi, hilangnya tutupan dan volatilitas permintaan serta kualitas dan
dampak perjalanan dan pariwisata. Aspek yang
hutan, kepunahan spesies, emisi gas rumah kaca,
diukur meliputi lama tinggal pengunjung,
penggunaan energi terbarukan, investasi dalam
musim pariwisata, distribusi manfaat
infrastruktur hijau, dan sebagainya.
pariwisata bagi masyarakat lokal, dsb.
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN
KEPARIWISATAAN NASIONAL (RIPPARNAS)
Perbedaan RIPPARNAS dan Renstra terletak pada sifat, cakupan dan jangka waktu.
RIPPARNAS bersifat menyeluruh, jangka panjang dan cakupan elemen yang lebih
luas, sedangkan Renstra bersifat spesifik, jangka menengah dan terfokus pada
langkah-langkah konkret.
INDIKATOR KINERJA BERDASARKAN
RIPPARNAS DAN RENSTRA KEMENPAREKRAF
RIPPARNAS RENSTRA
Pelaksanaan program hibah PEN untuk hotel dan Peningkatan jumlah akomodasi seperti hotel
restoran khususnya selama masa pandemi berbintang terutama di 5 DPSP dan daerah lain. Hal
mendorong peningkatan indeks Price ini sejalan dengan data Kemenparekraf bahwa tahun
Competitiveness karena pariwisata Indonesia 2021 mayoritas investasi baik PMA maupun PMD
yang lebih murah. berada pada investasi akomodasi hotel berbintang
serta kemudahan dan meningkatnya ketersedian
Peningkatan infrastruktur udara seperti travel agent dan penyewaan mobil telah memacu
pembangunan bandar internasional Kertajati, peningkatan Tourist Service Infrastructure.
Silangit dan Sibisa serta perbaikan infrastruktur
bandara yang menjadi pintu masuk wisatawan Peningkatan jumlah sumber daya alam Indonesia
mancanegara menjadi pendorong peningkatan yang diakui oleh UNESCO seperti geopark Gunung
indeks Air Transport Infrastructure. Sewu, Gunung Ijen, Cilteuh, Rinjani, Danau Toba dan
Belitong, peningkatan luas kawasan konservasi dan
jumlah cagar alam, suaka margasatwa, dan taman
nasional sebanyak 568 hingga tahun 2021 menjadi
penyumbang peningkatan indeks Natural Resources.
Upaya penerapan dan kebijakan terhadap
pelestarian dan keberlanjutan lingkungan seperti
penerapan green economy dan blue economy
berperan dalam mendongkrak indeks
Environmental Sustainability walapun indeks
Peningkatan jumlah warisan budaya Indonesia
ini termasuk salah satu dari 5 pilar terendah
yang diakui UNESCO dari 7 warisan menjadi
TTDI Indonesia.
12 warisan sepanjang tahun 2013 hingga
2021 dengan tambahan tiga genre tari
Peningkatan program kesetaraan gender dan
tradisional Bali, kapal pinisi, pencak silat,
hak-hak pekerja untuk mendorong indeks
pantun dan gamelan, peningkatan jumlah Kota
Socioeconomic Resilience and Conditions
Kreatif yang diakui UNESCO selama tahun
2013 s.d 2021 seperti Pekalongan tahun 2014,
Peningkatan lama tinggal wisatawan
Bandung tahun 2015, Ambon tahun 2019 dan
mancanegara dari tahun 2013 hingga 2019
Jakarta tahun 2020 yang mendorong
walaupun sempat menurun di tahun 2020
peningkatan indeks Cultural Resources.
hingga 2021 akibat pandemi tetapi berkontribusi
terhadap peningkatan indeks Travel and
Pertumbuhan jumlah perusahaan
Tourism Demand Pressure and Impact
multinasional dan peningkatan jumlah
universitas Indonesia yang berkualitas di level
nasional maupun global menajadi salah satu
pendorong peningkatan indeks Non-Leisure
Resources.
Menurut Kemenparekraf (2022) indikator TTDI banyak ditentukan oleh laporan
performansi dari K/L lain yang disampaikan kepada organisasi internasional yang
menjadi mitra WEF, karenanya pemerintah terus melakukan koordinasi lintas K/L
yang menjadi pengampu data dari setiap indikator TTDI untuk rutin melakukan
pemutakhiran data agar hasil penilaian berdasarkan data aktual.
Selain itu koordinasi dan sinergi dengan Kamar Dagang dan Industri serta
Asosiasi Industri Pariwisata sebagai Key Opinion Leader juga sangat penting
mengingat bahwa data primer salah satunya diambil dari survei WEF kepada
KADIN dan Asosiasi.
Pada tahun 2019 dilakukan penghitungan ulang terhadap nilai TTCI global yang
disesuaikan dengan penilaian TTDI sehingga peringkat Indonesia mengalami
revisi dari peringkat TTCI 40 menjadi peringkat TTDI 42.
Penilaian TTCI dan TTDI tidak dapat dibandingkan karena terdapat subindeks dan
pilar yang berbeda yang tentunya indikator dan cara penghitungannya juga
berbeda.
PERBANDINGAN CAPAIAN TTDI INDONESIA 2021
DENGAN KOMPETITOR UTAMA DI ASEAN
Sumber : Kemenparekraf. 2023. Laporan Koordinasi Peningkatan TTDI Lintas Sektor Tahun 2022
5 Pilar Terendah TTDI
2021 Indonesia Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
performa 5 pilar terendah TTDI di Indonesia, antara
lain:
H2
Health dan Hygiene
Perbaikan infrastruktur kesehatan, pemeliharaan
sanitasi dasar seperti toilet umum yang bersih dan
nyaman, penyediaan air minum yang dapat langsung
dikonsumsi di tempat-tempat wisata serta mencegah
Sumber : Kemenparekraf. 2023. Laporan Koordinasi
Peningkatan TTDI Lintas Sektor Tahun 2022 penyebaran penyakit menular melalui vaksinasi.
Socioeconomic Resilience and Condition
Mengatasi kemiskinan di Indonesia dengan memusatkan pada
penanganan kemiskinan ekstrem, pemerataan program BPJS
bagi seluruh masyarakat khususnya masyarakat tidak mampu
dan memberikan pelatihan ketrampilan kepada masyarakat
miskin
Environment Sustainability
SERVICE 01
Sosialisasi untuk menjaga keberlanjutan lingkungan khususnya
di daerah wisata, dengan Gerakan “Kita Mulai Sekarang” untuk
wisnus dan “Every Step Matter” untuk wisman. Melakukan
penanganan dan pengelolaan sampah yang efisien dan efektif
serta menerapkan caring capacity di daerah tujuan wisata
untuk mencegah overtourism yang dapat berdampak negatif
pada lingkungan di destinasi wisata
ICT Readiness
Indonesia perlu segera melakukan pemerataan jaringan 4G di
Indonesia dan mulai mengembangkan jaringan 5G, menyiapkan
daerah untuk cashless society dan memasivkan penerapan
teknloogi digital.
2. KONTRIBUSI PDB PARIWISATA
Sumber : H3
Badan Pusat Statistik. 2023b. Statistik Kunjungan Pada tahun 2022 terjadi tren positif baik kontribusi
Wisatawan Mancanegara 2022. pariwisata terhadap PDB, nilai devisa pariwisata, jumlah
kunjungan wisman dan wisnus seiring dengan
pelonggaran PPKM karena pandemi sudah terkendali.
4. JUMLAH
KUNJUNGAN
WISATAWAN
MANCANEGARA
2018
H1 - 2022
Sumber : Badan Pusat Statistik. 2023b. Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara 2022.
Sejak 2010 hingga 2019 jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia meningkat, tetapi di tahun 2020 dan
2021 menurun drastis akibat pandemi COVID-19 yang menyebabkan Indonesia melakukan PPKM dan beberapa negara
juga melakukan lockdown untuk mencegah mobilitas. Namun, di tahun 2022 jumlah kunjungan wisman meningkat
sebagaiH3dampak dari penurunan kasus COVID-19, vaksinasi yang meningkat, dan pelonggaran PPKM di Indonesia.
Selain itu, untuk memulihkan kondisi pariwisata pemerintah juga melakukan upaya promosi antara lain melalui
pelaksanaan International Event seperti MotoGP, World Tourism Day, KTT G20, F1 H20, dsb. Prestasi Indonesia seperti
World’s Best Awards 2022, The Greatest Place 2022 menjadi pendorong minat wisman untuk datang ke Indonesia.
JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA 2023
H1
Sumber : Badan Pusat Statistik. 2023f. Berita Resmi Statistik Perkembangan Pariwisata September 2023.
H2
Perkembangan kunjungan wisman tahun 2023 menunjukkan tren positif. Jumlah kunjungan wisman
hingga September 2023 mencapai 8,5 juta. Hal ini didorong beberapa hal seperti penerapan CHSE di
hotel dan destinasi wisata, tren revenge travel atau travel balas dendam karena 2 tahun pandemi
H3 masyarakat dibatasi, penyelenggaran event skala nasional dan internasional seperti World
mobillisasi
Cup U17, KTT Asean 2023, ASEAN Tourism Forum, F1 Power Boat Lake Toba, 110 Karisma Event
Nusantara, konser band internasional dan lain-lain.
Presentase Wisman Menurut Pekerjaan
dan Kelompok Umur (%) Tahun 2022
Wisman yang berkunjung ke Indonesia
didominasi oleh wisman dengan usia produktif
(25-54 tahun), mayoritas bekerja sebagai
profesional seperti ahli IPTEK, kesehatan,
pendidikan, bisnis dan administrasi, hukum,
sosial dan budaya. Tertinggi kedua adalah
wisatawan yang bekerja sebagai manajer. Kedua
jenis pekerjaan ini erat kaitannya dengan
perjalanan luar negeri seperti melakukan
kegiatan MICE.
H3
Pengeluaran kesehatan menurun seiring dengan
dihapusnya kebijakan tes covid, masa karantina, dan
asuransi kesehatan bagi wisman yang akan masuk atau
tinggal di Indoneisa. Sumber : Badan Pusat Statistik. 2023c. Statistik
Pengeluaran Wisatawan Mancanegara 2022.
Wisatawan mancanegara dengan karakteristik
tertentu menentukan kecenderungan dalam
pengeluaran. Pengeluaran wisatawan
mancanegara ditentukan oleh umur, jenis kelamin,
kebangsaan, pekerjaan, maksud kunjungan utama,
jenis akomodasi utama yang digunakan, dan lama
kunjungan.
Wisatawan mancanegara yang berpeluang lebih bukan bangsa ASEAN karena pendapatan
besar untuk memiliki pengeluaran tinggi selama dan kemampuan daya beli bangsa selain
berkunjung ke Indonesia adalah mereka yang: ASEAN lebih besar.
berusia tua (55 tahun ke atas) karena bekerja sebagai manajer bisnis/ eksekutif;
wisatawan ini cenderung mementingkan profesional, atau berstatus sebagai pelajar.
kemudahan dan kenyamanan serta stabil berkunjung ke Indonesia untuk tujuan yang
secara ekonomi. Wisatawan ini banyak bersifat pribadi seperti liburan/rekreasi,
melakukan pengeluaran untuk membayar mengunjungi teman, training/kursus,
akomodasi, makan minu, belanja dan paket pendidikan jangka panjang, kesehatan dan
wisata lokal, kecantikan, keagamaan, belanja, dan
berjenis kelamin perempuan karena wisatawan tujuan pribadi lainnya.
perempuan cenderung menyukai kemudahan, menginap di hotel baik bintang maupun
kenyamanan dan pelayanan yang lebih nonbintang
daripada wisatawan laki-laki, wisatawan tinggal paling lama 12 malam di Indonesia
perempuan juga lebih suka berbelanja. dalam satu kali kunjungan karena semakin
lama wisatawan tinggal di Indonesia,
pengeluaran per hari semakin kecil.
6. JUMLAH PERJALANAN WISATAWAN NUSANTARA
Peningkatan perjalanan
wisnus di tahun 2022 terjadi
lantaran semakin membaiknya
ekonomi masyarakat sejak
pandemi, promosi wisata
melalui medsos yang
mengundang minat wisnus
khususnya generasi milenial
H1
dan gen Z, semakin mudahnya
aksesibilitas menuju daerah
wisata, kemudahan informasi
dan pemesanan wisata melalui
digital serta banyaknya
H2 destinasi-destinasi wisata baru
H1
H2
H3
Sumber : Badan Pusat Statistik. 2023e. Bahan Tayang Berita Resmi Statistik 2 Mei 2023.
Pergerakan wisnus intra-provinsi atau dalam provinsi cenderung lebih tinggi karena pola perjalanan wisnus
yang lebih suka berwisata dengan jarak yang singkat, menggunakan kendaraan pribadi dan biaya yang murah.
Jumlah Rata-Rata Pengeluran per Perjalanan dan Komposisi
Menurut Jenis Pengeluaran Wisnus 2021-2022
H1
H2
H3
H2
Sumber: Kemenparekraf. 2022. Indikator Makro Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2022.
Investor Asing Utama 2021 Sektor Usaha Pariwisata 2021
Sumber: Kemenparekraf. 2022. Indikator Makro Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2022.
9. INDEKS PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL
(IPKN) 2022
H1
H3
Sumber: Kemenparekraf.2023. Indeks Pembangunan
Kepariwisataan Nasional 2022. Vo.1.Tahun 2023
01 03
Penerapan IPKN di tingkat
IPKN
provinsi diperlukan untuk Berdasarkan penilaian
mendorong peningkatan IPKN, Bali menempati
posisi pertama sebagai
TTDI Indonesia secar
global, Melalui penilain 02 provinsi yang memiliki
IPKN diharapkan IPKN terbaik. Diharapkan
pemerintah daerah dapat masing-masing daerah
Dari hasil penilaian IPKN,
mengevaluasi dan dapat menjadikan Bali
capaian pembangunan
meningkatkan sebagai Benchmarking
kepariwisataan masih
pembangunan terhadap untuk perbaikan sistem di
didominasi wilayah barat
indeks IPKN yang masih daerahnya masing-
dan tengah Indonesia.
rendah masing
Sementara wilayah timur
masih memerlukan
akselerasi dan integrasi
dalam pembangunan
kepariwisataan yang
berkelanjutan
UPAYA Package 3
PENINGKATAN
KINERJA
PARIWISATA
PENGEMBANGAN DESTINASI
PARIWISATA BARU
GERAKAN DAN
PENYELENGGARAAN PROMOSI BANGGA
EVENT NUSANTARA DI BERWISATA DI
PROVINSI-PROVINSI INDONESIA