Anda di halaman 1dari 60

Institut Teknologi Bandung

PK 5101 Analisis Elemen dan Sistem Kepariwisataan


Tahun 2023

KINERJA
PARIWISATA
INDONESIA
ATHIYYAH IZZATI JANNAH (28823002)
DEVI KARTIKA SARI UTOMO (28823014)
DAFTAR ISI
1 Pendahuluan 3 Kinerja Pariwisata
Indonesia

Indikator Kinerja 4 Upaya Peningkatan


2 Kinerja Pariwisata
Pariwisata
RINGKASAN
Kinerja Pariwisata Indonesia dapat diartikan sebagai penilaian sejauh
mana sektor pariwisata Indonesia mencapai tujuan dan hasil tertentu

MATERI sesuai dengan perencanaan. Melalui pengukuran kinerja dapat


dievaluasi sejauh mana tujuan dan target yang ditetapkan telah tercapai,
efisiensi operasional dan berbagai aspek penting untuk pengembangan
sektor pariwisata. Pengukuran capaian kinerja dilakukan dengan
menetapkan indikator kinerja yang terukur.

Paparan ini menampilkan capaian kinerja pariwisata Indonesia


berdasarkan indikator kinerja global dan nasional. Indikator kinerja
global mengacu kepada TTCI/TTDI, sedangkan indikator kinerja nasional
mengacu kepada RIPPARNAS dan RENSTRA KEMENPAREKRAF
serta Indeks Pembangunan Kepariwisataan Nasional (IPKN). Paparan
ini disusun dengan mengkompilasi berbagai informasi dari data statistik
BPS, Kemenparekraf dan sumber kepustakaan yang relevan.

Beberapa indikator kinerja pariwisata Indonesia yang dijelaksan dalam


paparan ini antara lain (1) peringkat TTCI/TTDI Indonesia, (2)
kontribusi PDB pariwisata, (3) nilai devisa pariwisata, (4) jumlah
wisatawan mancanegara (wisman), (5) rata-rata pengeluaran wisman,
(6) jumlah wisatawan nusantara (wisnus), (7) jumlah investasi
pariwisata, dan (8) jumlah tenaga kerja pariwisata, (9) peringkat IPKN
provinsi di Indonesia. Selain capaian kinerja pariwisata Indonesia,
paparan ini juga menjelaskan tentang beberapa kebijakan atau upaya
yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kinerja pariwisata.
Kinerja pariwisata Indonesia dalam beberapa tahun
terakhir mengalami pertumbuhan yang positif dengan
puncaknya terjadi di tahun 2019. Namun sejak terjadi
pandemi tahun 2020, pertumbuhan pariwisata
mengalami penurunan yang cukup signifikan.
Kontribusi pariwisata terhadap PDB nasional menurun
2,8%. Penurunan kontribusi pariwisata akibat pandemi
terjadi secara global. Walaupun demikian pariwisata
Indonesia masih memberikan kontribusi lebih tinggi
dibanding negara lain di tahun 2020.

Seiring dengan meredanya efek pandemi di tahun 2021,


kinerja pariwisata Indonesia kembali meningkat. Hal ini
dapat dilihat dari capaian beberapa indikator kinerja
pariwisata 2021 dan 2022 yang mengalami kenaikan.
Untuk mempertahankan tren positif ini beberapa
kebijakan telah dilakukan oleh pemerintah sebagai
upaya untuk terus meningkatkan capaian kinerja
pariwisata seperti kebijakan Visa on Arrival, fokus
pengembangan pada Destinasi Super Prioritas,
promosi melalui pengadaan event regional dan
internasional, penetapan UNESCO Global Geopark,
pengembangan desa wisata dan sebagainya.
PENDAHULUAN
VISI DAN MISI
PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL

Terwujudnya Indonesia sebagai negara tujuan pariwisata berkelas dunia,


VISI berdaya saing, berkelanjutan, mampu mendorong pembangunan daerah
dan kesejahteraan rakyat.

1. Destinasi Pariwisata yang aman, nyaman, menarik, mudah dicapai,


berwawasan lingkungan, meningkatkan pendapatan nasional daerah dan
masyarakat.
MISI 2. Pemasaran Pariwisata yang sinergis, unggul, dan bertanggung jawab untuk
meningkatkan kunjungan wisatawan Nusantara dan mancanegara.
3. Industri Pariwisata yang berdaya saing, kredibel, menggerakkan kemitraan
usaha, dan bertanggung jawab terhadap lingkungan alam dan sosial budaya.
4. Organisasi Pemerintah, Pemda, swasta, dan masyarakat, SDM, regulasi
dan mekanisme operasional yang efektif dan efisien.

Sumber : Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2011 tentang RIPPARNAS Tahun 2010-2025
TUJUAN PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL

TUJUAN

1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas Destinasi Pariwisata.


2. Mengkomunikasikan Destinasi Pariwisata Indonesia dengan menggunakan media
pemasaran secara efektif, efisien dan bertanggung jawab.
3. Mewujudkan Industri Pariwisata yang mampu menggerakkan perekonomian
nasional
4. Mengembangkan Kelembagaan Kepariwisataan dan tata Kelola pariwisata yang
mampu mensinergikan Pembangunan Destinasi Pariwisata, Pemasaran
Pariwisata, dan Industri Pariwisata secara profesional, efektif dan efisien
Sumber : Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2011 tentang RIPPARNAS Tahun 2010-2025
INDIKATOR
KINERJA
PARIWISATA
DEFINISI
Kinerja merupakan gambaran mengenai
tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan/ program/ kebijakan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan
visi organisasi yang tertuang dalam
strategic planning suatu organisasi
(Mahsun, 2006).

Kinerja pariwisata Indonesia mengacu


pada sejauh mana sektor pariwisata di
Indonesia mencapai tujuan-tujuan
tertentu yang telah ditetapkan dalam
perencanaan.
Tahapan Manajemen Kinerja

Kinerja pariwisata Indonesia tidak lepas dari peran organisasi dalam hal ini Kemenparekraf untuk dapat mencapai
target yang direncanakan. Dalam menentukan target dan indikator kinerja diperlukan adanya manajemen kinerja.
Manajemen kinerja adalah proses membangun pemahaman bersama tentang tujuan yang ingin dicapai dan suatu
pendekatan untuk mengelola dan mengembangkan dengan cara meningkatkan probabilitas pencapaian dalam
jangka pendek dan panjang (Armstrong, 1998), Proses manajemen kinerja mencakup 4 langkah, yakni
perencaaan, telahaan dan diskusi kinerja, evaluasi kinerja dan tindakan korektif dan adapatif untuk
pengembangan kebijakan selanjutnya (BKPSDM Lebong, 2020).
INDIKATOR KINERJA PARIWISATA INDONESIA
Indikator Kinerja adalah ukuran keberhasilan yang akan dicapai dari kinerja program dan
kegiatan yang telah direncanakan (Sekretariat Kabinet, 2022) sehingga dapat didefinisikan
indikator kinerja pariwisata sebagai ukuran atau parameter yang digunakan untuk mengukur,
mengevaluasi, dan memantau pencapaian tujuan dan hasil dalam sektor pariwisata.
Indikator pariwisata memberikan informasi penting tentang bagaimana sektor pariwisata
berfungsi, sejauh mana tujuan telah tercapai, dan di mana perbaikan mungkin diperlukan.
Karenanya, suatu indikator harus terukur dan dapat dicapai.

Indikator kinerja pariwisata digunakan oleh pemerintah, industri pariwisata, peneliti, dan
organisasi terkait untuk membuat keputusan dan merencanakan pengembangan pariwisata
yang lebih baik.

GLOBAL Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI) dan Travel


and Tourism Development Index (TTDI)

RIPPARNAS dan Rencana Strategis (Renstra)


NASIONAL Kemenparekraf
Indeks Pembangunan Kepariwisataan Nasional
(IPKN)
TRAVEL AND TOURISM COMPETITIVENESS INDEX (TTCI) DAN
TRAVEL AND TOURISM DEVELOPMENT INDEX (TTDI)

TTCI atau Index Daya Saing Kepariwisataan merupakan alat ukur performa yang
dikeluarkan oleh WEF pada tahun 2007 dan terus mengalami perkembangan hingga 2019.
Menurut World Economic Forum (2007), TTCI bertujuan untuk mengukur faktor dan
kebijakan yang membuatnya menarik untuk mengembangkan sektor perjalanan dan
pariwisata di suatu negara.

TTDI atau Index Pembangunan Kepariwisataan adalah evolusi dari TTCI yang telah
GLOBAL
disusun dan dipublikasikan dua tahun sekali selama 15 tahun terakhir. TTDI menjadi tolok
ukur dan mengukur sejumlah faktor dan kebijakan yang memberikan pengaruh pada
ketahanan dan keberlanjutan pembangunan sektor kepariwisataan yang
berkontribusi pada pembangunan sebuah negara (World Economic Forum, 2022).
PERSAMAAN DAN PERBEDAAN TTCI DAN TTDI
Persamaan TTCI dan TTDI adalah tujuan yang sama sebagai tolok ukur strategis para
pembuat kebijakan, perusahaan dan sektor perjalanan dan pariwisata dalam
mengembangkan sektor perjalanan dan pariwisata di masa depan.

Perbedaan TTCI dan TTDI adalah TTCI menyajikan wawasan mengenai kekuatan dan
pengembangan dari suatu negara untuk meningkatkan daya saing industri, sedangkan
TTDI menekankan kepada wawasan mengenai peningkatan realisasi potensi dan
pertumbuhan sektor. TTDI juga berfungsi sebagai platform bagi stakeholder untuk
memahami dan mengantisipasi tren dan risiko yang akan muncul di pariwisata dunia,
kebijakan langsung, praktik dan keputusan investasi, juga mempercepat program
GLOBALbaru
yang dapat memastikan keberlanjutan dari sektor perjalanan dan pariwisata

Sumber: Kemenparekraf. 2023b. Laporan Koordinasi Peningkatan TTDI Lintas Sektor Tahun 2022.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan TTCI / TTDI
1. Kebutuhan kebijakan yang lebih baik seiring dengan perkembangan global sehingga
diperlukan metodologi yang mutakhir. (TTCI 2015)
2. Ketersediaan data baru yang lebih akurat untuk penghitungan indeks (TTCI 2015).
3. Kondisi pandemi COVID-19, overtourism dan gangguan geopolitik yang menunjukkan
potensi volatilitas sektor perjalanan dan pariwisata (TTDI 2021).
4. Kebutuhan untuk menilai kembali sektor perjalanan dan pariwisata menanamkan
ketahanan dalam desain dan praktik manajemennya untuk menghadapi tantangan di
masa depan (TTDI 2021).

Sumber data untuk penentuan TTCI dan TTDI adalah 2/3 data sekunder yang berasal
dari data statistik organisasi-organisasi internasional seperti IATA, UNESCO, UNDP,
IUCN, WHO, World Bank, WTTC, WDPA UNWTO dan lain sebagainya, sedangkan GLOBAL 1/3
adalah data primer berasal dari Executive Opinion Survey yang dilakukan oleh WEF.
Sumber: World Economic Forum. 2015. Travel and Tourism Competitiveness Report 2015: Growth Through Shocks.
World Economic Forum. 2022. Travel and Tourism Development Index 2021: Rebuilding for a
Sustainable and Resilient Future.
PERKEMBANGAN TTCI, TTDI DAN IPKN

Travel and Travel and Travel and Indeks


Tourism Tourism Tourism Pembangunan
Competitiveness Competitiveness Development Kepariwisataan
Index (TTCI) Index (TTCI) Index (TTDI) Nasional (IPKN)
(2007 – 2013) (2015 – 2019) (2021 – now) (2022)

3 sub-indeks 4 sub-indeks 5 sub-indeks 5 sub-indeks


1. Regulatory 1. Enabling 1. Enabling 1. Enabling
Framework Enviroment Enviroment GLOBAL
Enviroment
2. Business 2. T&T Policy and 2. T&T Policy and 2. T&T Policy and
environment and Enabling Enabling Conditions Enabling Conditions
infrastructure Conditions 3. Infrastructure 3. Infrastructure
3. Human, cultural, 3. Infrastructure 4. T&T Demand 4. T&T Demand
and natural 4. Natural and Drivers Drivers
resource Cultural 5. T&T Sustainability 5. T&T Sustainability
14 pilar Resources 17 pilar 16 pilar
90 indikator 14 pilar 112 indikator 61 indikator
90 indikator
FRAMEWORK TTCI 2007-2013

Terdapat 3 subindeks
dengan 14 pilar.
Untuk pilar ke-15
atau Climate Change
harapan WEF dapat
memasukkan konsep
tersebut dalam
perhitungan. Namun,
ketersediaan data
dan cara pengukuran
menjadi kendala
dalam penerapannya.

Sumber : World Economic Forum 2013. The Travel & Tourism Competitiveness Report 2013: Reducing Barriers to Economic
Growth and Job Creation.
FRAMEWORK TTCI 2015-2019

New A B C

A
New
B C

A B B
GLOBAL
C A Sumber : World Economic Forum. 2019. The Travel &
Tourism Competitiveness Report 2019: Travel and Tourism
at a Tipping Point.
B
Keterangan:
A = adalah pilar-pilar yang pada TTCI 2007-2013 berada di subindex A (T&T Regulatory Framework)
B = adalah pilar-pilar yang pada TTCI 2007-2013 berada di subindex B (Business Environment & Infrastructure)
C = adalah pilar-pilar yang pada TTCI 2007-2013 berada di subindex C (Human, Cultural, and Natural Resources)
New = adalah pilar-pilar baru yang pada TTCI 2007-2013 berbeda nama (Business Environment = Policy Rules and Regulations,
International Openness = Affinity for Travel and Tourism)
New New

FRAMEWORK
Move
TTDI 2021 -
SEKARANG New

New New

Sumber :
World Economic Forum. 2022. Travel
and Tourism Development Index
2021: Rebuilding fo a Sustainable
GLOBAL
and Resilient Future.

Keterangan:
Move = Pilar Enviromental Sustainability sebelumnya pada TTCI berada pada Subindeks T&T Policy and Enabling Conditions
New = Subindeks dan pilar baru di TTDI. Untuk subindeks Natural and Cultural Resources pada TTCI berubah menjadi
Travel and Tourism Demand Drivers pada TTDI
ENABLING ENVIRONMENT
BUSINESS ENVIRONMENT (9 INDIKATOR) HUMAN RESOURCES AND LABOUR MARKET
Pilar ini mengukur sejauh mana suatu negara memiliki (9 INDIKATOR)
lingkungan kebijakan yang kondusif bagi perusahaan Dalam pilar ini ketersediaan karyawan yang
untuk melakukan bisnis. Indikator yang diukur antara lain berkualitas, dinamika, efisiensi, dan produktivitas
seberapa baik hak-hak properti dilindungi dan efisiensi pasar tenaga kerja diperhitungkan. Penilaian
kerangka hukum; stabilitas kebijakan dan tingkat beban dilakukan terhadap tingkat pendidikan formal,
aturan serta korupsi; akses pembiayaan ke UKM dan keterlibatan sektor swasta dalam meningkatkan SDM,
sebagainya sistem pendidikan, fleksibilitas dan keterbukaan pasar
tenaga kerja serta produktivitas tenaga kerja.
SAFETY AND SECURITY (6 INDIKATOR)
Pilar ini mempertimbangkan sejauh mana suatu negara ICT READINESS (8 INDIKATOR)
mengekspos penduduk lokal, wisatawan dan bisnis Pilar ini menilai pengembangan dan penggunaan
terhadap risiko keamanan. Indikator yang menjadi infrastruktur TIK dan layanan digital. Komponen pilar
pertimbangan antara lain tindak kejahatan dan ini tidak hanya mengukur keberadaan infrastruktur
kekerasan, keandalan polisi, terorisme dan konflik fisik seperti jaringan seluler dan pasokan listrik
bersenjata. tetapi juga sejauh mana platform digital digunakan
untuk pariwisata dan layanan terkait
HEALTH AND HYGIENE (6 INDIKATOR)
Pilar ini mencakup infrastruktur kesehatan, aksesibilitas, dan keamanan kesehatan.
Indikator pilar ini adalah ketersediaan dan akses ke dokter, tempat tidur rumah sakit,
layanan kesehatan umum, akses air minum yang aman dan sanitasi untuk ksehatan
wisatawan dan penduduk setempat serta ketersediaan tenaga kerja kesehatan.
Travel and
Tourism Policy
and Enabling
Prioritization
Conditions Price
of Travel and Competitiveness
Tourism
5 INDIKATOR
5 INDIKATOR
Pilar ini memperhitungkan seberapa
Pilar ini mengukur sejauh mana International mahal biaya untuk melakukan
pemerintah dan investor secara aktif Openness perjalanan atau berinvestasi di
mempromosikan dan berinvestasi suatau negara. Aspek-aspek yang
4 INDIKATOR diperhitungkan dalam pilar ini
dalam pengembangan sektor
perjalanan dan pariwisata. antara lain pajak tiket pesawat,
Pilar ini menilai seberapa terbuka suatu biaya bandara, biaya hotel dan
negara terhadap pengunjung dan menyediakan akomodasi, sewa jangka pendek,
Pilar ini mencakup langkah-langkah fasilitas layanan perjalanan tertentu. Indikator biaya hidup dan daya beli serta biaya
pengeluaran pemerintah, pencitraan yang dinilai antara lain persyaratan visa, bahan bakar.
negara, kelengkapan dan ketepatan keterbukaan layanan udara, perjanjian
waktu dalam menyediakan data bilateral, jumlah perjanjian perdagangan
kepada organisasi internasional, regional, dan keterbukaan keuangan
investasi dan pemasaran
INFRASTRUCTURE

Ground and Port


Infrastructure
Air Transport 7 INDIKATOR
Tourist Service
Infrastructure Infrastructure
Pilar ini memperhitungkan
4 INDIKATOR 5 INDIKATOR
ketersediaan transportasi darat
dan pelabuhan yang efisien dan
Pilar ini mencakup rute udara Pilar ini mengukur ketersediaan
mudah diakses ke pusat-pusat
internasional dan domestik dan daya saing penyediaan
bisnis dan wisata yang penting.
dengan menggunakan indikator layanan pariwisata utama seperti
Pilar ini mengukur jaringan jalan
seperti kursi yang tersedia, akomodasi dan penyewaan mobil.
dan kereta api, infrastruktur
jumlah maskapai penerbangan Pilar ini mengukur tingkat layanan
jalan, kereta api, dan pelabuhan
yang beroperasi dan efisiensi infrastruktur melalui jumlah kamar
yang memenuhi standar
layanan transportasi serta hotel dan unit penyewaan jangka
internasional, keamanan dan
sejauh mana bandara di suatu pendek, tingkat akses ke layanan
efisiensi modal, serta efisiensi
negara terintegrasi ke dalam seperti penyewaan mobil dan ATM
dan akses ke transportasi umum
jaringan transportasi udara serta persaingan antara layanan
global pariwisata juga diperhitungkan
Travel and Tourism
Cultural Resources
(5 Indikator)

Pilar ini mencakup ketersediaan sumber daya


budaya seperti situs arkeologi dan fasilitas hiburan.

DEMAND DRIVERS Pilar ini mengukur bagaimana sumber budaya


dilindungi, dikembangkan dan dipromosikan,
termasuk jumlah situs budaya yang diakui UNESCO,
jumlah stadion besar untuk acara olahraga dan
hiburan yang besar serta Kota Kreatif UNESCO.
Natural Resources
(5 Indikator) Non-Leisure Resources
(4 Indikator)

Pilar ini memperhitungkan modal alam atau Pilar ini mengukur tingkat dan daya tarik faktor
sumber daya alam yang tersedia serta yang mendorong perjalanan bisnis dan non-liburan
pengembangan kegiatan pariwisata luar ruangan. lainnya seperti akademis dan medis. Indikator yang
Pilar ini mengukur daya tarik sumber daya alam diukur adalah keberadaan perusahaan
yang masuk diakui oleh UNESCO, kekayaan dan multinasional, kota yang terintegrasi ke dalam
keanekaragaman hayati dan fauna, kawasan ekonomi global, jumlah dan kualitas universitas,
hutan lindung, taman nasional dan cagar alam. serta pencarian online terkait perjalanan bisnis,
akademis dan medis untuk mengukur minat global
terhadap sumber daya non-liburan / non-leisure
Socioeconomic Resilience and

TRAVEL AND Conditions (7 Indikator)


Pilar ini mencakup kesejahteraan sosial

TOURISM ekonomi dan ketahanan ekonomi, kesetaraan


gender, penyertaan tenaga kerja yang beragam,

SUSTAINABILITY hak-hak pekerja dan mengurangi jumlah orang


dewasa muda yang tidak
pendidikan untuk meningkatkan produktivitas
mengenyak

dan menciptakan tenaga kerja yang berkualitas


Environment Sustainability serta dikombinasikan dengan akses ke sumber
daya dasar yang dikur dengan tingkat
(15 Indikator)
kemiskinan
Pilar ini mengukur keberlanjutan umum dari nilai
ekonomi lingkungan alam, perlindungan sumber
T&T Demand Pressure and Impact
daya alam dan kerentanan serta kesiapan
terhadap perubahan iklim. Indikator yang diukur (7 Indikator)
antara lain kebijakan dan faktor yang Pilar ini mempertimbangkan faktor yang
meningkatkan keberlanjutan lingkungan, kondisi mengindikasikan risiko yang tekait kepadatan

lingkungan seperti polusi, hilangnya tutupan dan volatilitas permintaan serta kualitas dan
dampak perjalanan dan pariwisata. Aspek yang
hutan, kepunahan spesies, emisi gas rumah kaca,
diukur meliputi lama tinggal pengunjung,
penggunaan energi terbarukan, investasi dalam
musim pariwisata, distribusi manfaat
infrastruktur hijau, dan sebagainya.
pariwisata bagi masyarakat lokal, dsb.
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN
KEPARIWISATAAN NASIONAL (RIPPARNAS)

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional


(RIPPARNAS) adalah dokumen perencanaan pembangunan
kepariwisataan nasional yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran dan
arah pembangunan kepariwisataan nasional untuk 15 (lima belas)
tahun terhitung sejak tahun 2010 s.d 2025 (Peraturan Pemerintah
No. 50 Tahun 2011).

RIPPARNAS merupakan rencana jangka panjang dan menyeluruh


tentang pembangunan kepariwisataan nasional dan menjadi
panduan strategi tingkat nasional yang mengatur perkembangan
pariwisata nasional. RIPPARNAS menjadi dasar atau acuan utama
dalam penyusunan Renstra Kemenparekraf dan Renstra Dinas
Pariwisata di Pemerintah Daerah.
RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) KEMENPAREKRAF

Rencana Strategis (Renstra) Kemenparekraf adalah dokumen perencanaan sebagai


pedoman dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program dan kegiatan yang
dilaksanakan untuk mewujudkan visi dan misi Kemenparekraf (Permenparekraf No. 11
Tahun 2022).

Renstra Kemenparekraf merupakan rencana jangka menengah dari tahun 2020-2024.


Renstra menguraikan prioritas, strategi, kegiatan, serta indikator pencapaian yang lebih
GLOBAL
spesifik dan terukur dalam periode tertentu yang telah ditetapkan dalam RIPPARNAS.

Perbedaan RIPPARNAS dan Renstra terletak pada sifat, cakupan dan jangka waktu.
RIPPARNAS bersifat menyeluruh, jangka panjang dan cakupan elemen yang lebih
luas, sedangkan Renstra bersifat spesifik, jangka menengah dan terfokus pada
langkah-langkah konkret.
INDIKATOR KINERJA BERDASARKAN
RIPPARNAS DAN RENSTRA KEMENPAREKRAF

RIPPARNAS RENSTRA

Jumlah kunjungan wisatawan Nilai devisa pariwisata


mancanegara. Kontribusi PDB pariwisata
Jumlah pergerakan wisatawan Jumlah wisatawan mancanegara
nusantara. (wisman)
Jumlah penerimaan devisa dari Rata-rata spending wisman
wisatawan mancanegara. Jumlah wisatawan nusantara
Jumlah pengeluaran wisatawan (wisnus)
nusantara. Jumlah investasi pariwisata
PDB di bidang Kepariwisataan Jumlah tenaga kerja pariwisata
INDEKS PEMBANGUNAN
KEPARIWISATAAN NASIONAL (IPKN)
IPKN merupakan indikator kinerja pembangunan kepariwisataan Indonesia
yang dapat menunjukkan performa pembangunan kepariwisataan
Indonesia dengan tetap menggunakan rujukan standar pembangunan
kepariwisataan di tingkat global.

IPKN dikembangkan dengan menurunkan konsep TTDI yang disesuaikan


dengan kondisi di Indonesia melalui beberapa indikator yang berasal dari
data sekunder dan diterapkan dengan mengukur performa provinsi serta
ekosistem pembangunan kepariwisataannya.

IPKN diharapakan dapat meningkatkan kesadaran daerah terhadap


pembangunan ekosistem pariwisata, menjadi bahan pertimbangan,
pengambilan keputusan dan kebijakan pembangunan daerah khususnya
pariwisata serta dapat mendorong peningkatan indikator TTDI nasional.
Sumber : Kemenparekraf. 2023a. Indeks Pembangunan Kepariwisataan Nasional 2022. Vol. 1
INDIKATOR BERDASARKAN IPKN

Sumber : Kemenparekraf. 2023a. Indeks Pembangunan Kepariwisataan Nasional 2022. Vol. 1


KINERJA
PARIWISATA
INDONESIA
1. PERINGKAT TTCI / TTDI INDONESIA
Peringkat TTCI / TTDI Indonesia terus mengalami
kenaikan dari tahun 2013 hingga 2021. Peningkatan
peringkat ini dipengaruhi oleh pembangunan dan
perbaikan yang mendukung peningkatan pemenuhan
pilar-pilar TTCI / TTDI antara lain sebagai berikut:
Perbaikan terhadap kebijakan hak-hak properti,
hukum dan pengendalian korupsi untuk mendukung
peningkatan Business Environment.
Peningkatan penanganan tindak kejahatan dan
kekerasan serta terorisme seperti bom Bali yang
terjadi tahun 2009 untuk peningkatan indeks Safety
H1 and Security.
Peningkatan infrastruktur dan layanan kesehatan
terutama semenjak pandemi Covid 19 membantu
meningkatkan indikator Health and Hygiene.
Program bantuan pendidikan untuk masyarakat tidak
mampu guna meningkatkan SDM, berbagai pelatihan
untuk masyarakat dan keterbukaan pasar tenaga
H2 kerja khususnya tenaga kerja asing telah membantu
peningkatan indeks Human Resources and Labour
Market.
Pembangunan infrastruktur digital dan teknologi
seperti peningkatan jaringan seluler dari 3G ke 4G,
dan peningkatan kapasitas pasokan listrik guna
H3
Sumber : Kemenparekraf. 2023b. Laporan Koordinasi Peningkatan TTDI Lintas Sektor Tahun 2022 mendukung indeks ICT Readiness.
Penganggaran pemerintah untuk proyek
pembangunan yang strategis, promosi pariwisata
Indonesia melalui pameran dan pelaksanaan event
internasional umendorong peningkatan indeks
Prioritization of Travel and Tourism.
Peningkatan perjanjian perdagangan internasional
antara lain dengan Pakistan tahun 2012, Palestina Pembangunan jalan tol Jawa, Sumatera, penambahan
dan Chili tahun 2019, Australia tahun 2020, dan Uni jalur kereta api, armada kereta api untuk transportasi
Eropa tahun 2021 serta kemudahan pengurusan dan wisata, pelabuhan laut baru serta perbaikan
visa wisatawan menjadi pendukung peningkatan infrastruktur darat dan pelabuhan meningkatkan
indeks International Openness indeks Ground and Port Infrastructure.

Pelaksanaan program hibah PEN untuk hotel dan Peningkatan jumlah akomodasi seperti hotel
restoran khususnya selama masa pandemi berbintang terutama di 5 DPSP dan daerah lain. Hal
mendorong peningkatan indeks Price ini sejalan dengan data Kemenparekraf bahwa tahun
Competitiveness karena pariwisata Indonesia 2021 mayoritas investasi baik PMA maupun PMD
yang lebih murah. berada pada investasi akomodasi hotel berbintang
serta kemudahan dan meningkatnya ketersedian
Peningkatan infrastruktur udara seperti travel agent dan penyewaan mobil telah memacu
pembangunan bandar internasional Kertajati, peningkatan Tourist Service Infrastructure.
Silangit dan Sibisa serta perbaikan infrastruktur
bandara yang menjadi pintu masuk wisatawan Peningkatan jumlah sumber daya alam Indonesia
mancanegara menjadi pendorong peningkatan yang diakui oleh UNESCO seperti geopark Gunung
indeks Air Transport Infrastructure. Sewu, Gunung Ijen, Cilteuh, Rinjani, Danau Toba dan
Belitong, peningkatan luas kawasan konservasi dan
jumlah cagar alam, suaka margasatwa, dan taman
nasional sebanyak 568 hingga tahun 2021 menjadi
penyumbang peningkatan indeks Natural Resources.
Upaya penerapan dan kebijakan terhadap
pelestarian dan keberlanjutan lingkungan seperti
penerapan green economy dan blue economy
berperan dalam mendongkrak indeks
Environmental Sustainability walapun indeks
Peningkatan jumlah warisan budaya Indonesia
ini termasuk salah satu dari 5 pilar terendah
yang diakui UNESCO dari 7 warisan menjadi
TTDI Indonesia.
12 warisan sepanjang tahun 2013 hingga
2021 dengan tambahan tiga genre tari
Peningkatan program kesetaraan gender dan
tradisional Bali, kapal pinisi, pencak silat,
hak-hak pekerja untuk mendorong indeks
pantun dan gamelan, peningkatan jumlah Kota
Socioeconomic Resilience and Conditions
Kreatif yang diakui UNESCO selama tahun
2013 s.d 2021 seperti Pekalongan tahun 2014,
Peningkatan lama tinggal wisatawan
Bandung tahun 2015, Ambon tahun 2019 dan
mancanegara dari tahun 2013 hingga 2019
Jakarta tahun 2020 yang mendorong
walaupun sempat menurun di tahun 2020
peningkatan indeks Cultural Resources.
hingga 2021 akibat pandemi tetapi berkontribusi
terhadap peningkatan indeks Travel and
Pertumbuhan jumlah perusahaan
Tourism Demand Pressure and Impact
multinasional dan peningkatan jumlah
universitas Indonesia yang berkualitas di level
nasional maupun global menajadi salah satu
pendorong peningkatan indeks Non-Leisure
Resources.
Menurut Kemenparekraf (2022) indikator TTDI banyak ditentukan oleh laporan
performansi dari K/L lain yang disampaikan kepada organisasi internasional yang
menjadi mitra WEF, karenanya pemerintah terus melakukan koordinasi lintas K/L
yang menjadi pengampu data dari setiap indikator TTDI untuk rutin melakukan
pemutakhiran data agar hasil penilaian berdasarkan data aktual.

Selain itu koordinasi dan sinergi dengan Kamar Dagang dan Industri serta
Asosiasi Industri Pariwisata sebagai Key Opinion Leader juga sangat penting
mengingat bahwa data primer salah satunya diambil dari survei WEF kepada
KADIN dan Asosiasi.

Pada tahun 2019 dilakukan penghitungan ulang terhadap nilai TTCI global yang
disesuaikan dengan penilaian TTDI sehingga peringkat Indonesia mengalami
revisi dari peringkat TTCI 40 menjadi peringkat TTDI 42.

Penilaian TTCI dan TTDI tidak dapat dibandingkan karena terdapat subindeks dan
pilar yang berbeda yang tentunya indikator dan cara penghitungannya juga
berbeda.
PERBANDINGAN CAPAIAN TTDI INDONESIA 2021
DENGAN KOMPETITOR UTAMA DI ASEAN

Peringkat TTDI Indonesia


masih berada di atas jika
dibandingkan dengan
kompetitor utama negara
ASEAN seperti Malaysia,
MISSION
Thailand dan Vietnam namun
masih berada di bawah
Singapura.

Dalam hal ini Indonesia bisa


menjadikan Singapura
sebagai benchmarking dan
mengadopsi kebijakan yang
dapat diterapkan di Indonesia
untuk meningkatkan performa
TTDI Indonesia di masa-masa
yang akan datang.

Sumber : Kemenparekraf. 2023. Laporan Koordinasi Peningkatan TTDI Lintas Sektor Tahun 2022
5 Pilar Terendah TTDI
2021 Indonesia Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
performa 5 pilar terendah TTDI di Indonesia, antara
lain:

Tourist Service Infrastructure


Koordinasi dengan industri pariwisata dalam
H1
penyediaan kamar hotel dan non hotel, dan
ketersediaan penyewaan sewa kendaraan terutama
saat peak season wisatawan

H2
Health dan Hygiene
Perbaikan infrastruktur kesehatan, pemeliharaan
sanitasi dasar seperti toilet umum yang bersih dan
nyaman, penyediaan air minum yang dapat langsung
dikonsumsi di tempat-tempat wisata serta mencegah
Sumber : Kemenparekraf. 2023. Laporan Koordinasi
Peningkatan TTDI Lintas Sektor Tahun 2022 penyebaran penyakit menular melalui vaksinasi.
Socioeconomic Resilience and Condition
Mengatasi kemiskinan di Indonesia dengan memusatkan pada
penanganan kemiskinan ekstrem, pemerataan program BPJS
bagi seluruh masyarakat khususnya masyarakat tidak mampu
dan memberikan pelatihan ketrampilan kepada masyarakat
miskin

Environment Sustainability
SERVICE 01
Sosialisasi untuk menjaga keberlanjutan lingkungan khususnya
di daerah wisata, dengan Gerakan “Kita Mulai Sekarang” untuk
wisnus dan “Every Step Matter” untuk wisman. Melakukan
penanganan dan pengelolaan sampah yang efisien dan efektif
serta menerapkan caring capacity di daerah tujuan wisata
untuk mencegah overtourism yang dapat berdampak negatif
pada lingkungan di destinasi wisata

ICT Readiness
Indonesia perlu segera melakukan pemerataan jaringan 4G di
Indonesia dan mulai mengembangkan jaringan 5G, menyiapkan
daerah untuk cashless society dan memasivkan penerapan
teknloogi digital.
2. KONTRIBUSI PDB PARIWISATA

Sumber : Badan Pusat Statistik. 2023a. Tourism Satellite Account 2016-2020


Penurunan devisa pariwisata di tahun 2020 dan 2021
diakibatkan adanya pandemi COVID-19 sehingga
3. NILAI DEVISA PARIWISATA diberlakukannya PPKM di Indonesia
mengakibatkan wisatawan mancanegara tidak bisa
yang

(miliar USD) masuk ke wilayah Indonesia. Sekalipun masuk harus


melewati karantina dan persyaratan yang ketat. Di sisi
lain beberapa negara juga melakukan lockdown
sehingga masyarakat tidak bebas bepergian.

Seiring dengan menurunnya jumlah wisatawan


mancanegara, devisa pariwisata juga menurun.
Penurunan jumlah wisatawan mengakibatkan
penurunan jumlah penumpang pesawat dari
mancanegara dan penurunan tingkat okupansi hotel
yang berdampak pada menurunnya pendapatan
devisa pariwisata.

Namun demikian, kontribusi pariwisata terhadap PDB


tahun 2021 meningkat dari tahun 2020 karena didorong
oleh jumlah wisnus dan jumlah pengeluaran wisnus di
tahun 2021 yang meningkat dibandingkan tahun 2020.

Sumber : H3
Badan Pusat Statistik. 2023b. Statistik Kunjungan Pada tahun 2022 terjadi tren positif baik kontribusi
Wisatawan Mancanegara 2022. pariwisata terhadap PDB, nilai devisa pariwisata, jumlah
kunjungan wisman dan wisnus seiring dengan
pelonggaran PPKM karena pandemi sudah terkendali.
4. JUMLAH
KUNJUNGAN
WISATAWAN
MANCANEGARA
2018
H1 - 2022

Sumber : Badan Pusat Statistik. 2023b. Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara 2022.

Sejak 2010 hingga 2019 jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia meningkat, tetapi di tahun 2020 dan
2021 menurun drastis akibat pandemi COVID-19 yang menyebabkan Indonesia melakukan PPKM dan beberapa negara
juga melakukan lockdown untuk mencegah mobilitas. Namun, di tahun 2022 jumlah kunjungan wisman meningkat
sebagaiH3dampak dari penurunan kasus COVID-19, vaksinasi yang meningkat, dan pelonggaran PPKM di Indonesia.
Selain itu, untuk memulihkan kondisi pariwisata pemerintah juga melakukan upaya promosi antara lain melalui
pelaksanaan International Event seperti MotoGP, World Tourism Day, KTT G20, F1 H20, dsb. Prestasi Indonesia seperti
World’s Best Awards 2022, The Greatest Place 2022 menjadi pendorong minat wisman untuk datang ke Indonesia.
JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA 2023

H1

Sumber : Badan Pusat Statistik. 2023f. Berita Resmi Statistik Perkembangan Pariwisata September 2023.
H2
Perkembangan kunjungan wisman tahun 2023 menunjukkan tren positif. Jumlah kunjungan wisman
hingga September 2023 mencapai 8,5 juta. Hal ini didorong beberapa hal seperti penerapan CHSE di
hotel dan destinasi wisata, tren revenge travel atau travel balas dendam karena 2 tahun pandemi
H3 masyarakat dibatasi, penyelenggaran event skala nasional dan internasional seperti World
mobillisasi
Cup U17, KTT Asean 2023, ASEAN Tourism Forum, F1 Power Boat Lake Toba, 110 Karisma Event
Nusantara, konser band internasional dan lain-lain.
Presentase Wisman Menurut Pekerjaan
dan Kelompok Umur (%) Tahun 2022
Wisman yang berkunjung ke Indonesia
didominasi oleh wisman dengan usia produktif
(25-54 tahun), mayoritas bekerja sebagai
profesional seperti ahli IPTEK, kesehatan,
pendidikan, bisnis dan administrasi, hukum,
sosial dan budaya. Tertinggi kedua adalah
wisatawan yang bekerja sebagai manajer. Kedua
jenis pekerjaan ini erat kaitannya dengan
perjalanan luar negeri seperti melakukan
kegiatan MICE.

Kelompok umur < 25 tahun di dominasi oleh


pelajarH2dan kelompok umur > 54 tahun di
dominasi oleh wisman dengan pekerjaan lainnya.
Wisman dengan usia > 54 tahun didominasi oleh
bangsa Oceania (Australia, Selandia Baru). Hal
Sumber : Badan Pusat Statistik. 2023c. Statistik Pengeluaran
ini dikarenakan jarak penerbangan antara Wisatawan Mancanegara 2022.
Indonesia dan Oceania tidak terlalu jauh sekitar 6
jam perjalanan. Mengingat kondisi fisik jarak Pada tahun 2022 mayoritas wisman yang datang ke Indonesia
tersebut masih memungkinkan ditempuh oleh sekitar 72,80% datang untuk berlibur; 17,10% datang untuk tujuan
kelompok usia > 54 tahun. personal seperti mengunjung teman, saudara, belanja, berobat dan
sebagainya dan 10,10% datang dalam rangka berbisnis.
Menurut kebangsaan
mayoritas wisman yang
datang ke Indonesia
berasal dari ASEAN
dengan mayoritas dari
Malaysia dan
Singapura.

Budaya yang hampir


sama, biaya yang lebih
murah dan jarak
tempuh yang singkat
menjadi alasan bagi
wisman asal Malaysia
untuk berkunjung ke
Sumber : Badan Pusat Statistik. 2023c. Statistik Pengeluaran Indonesia.
Wisatawan Mancanegara 2022.
Destinasi favorit tujuan
Wisman Timur Tengah memiliki rata-rata durasi tinggal
wisman adalah Bali,
terlama karena mereka memiliki waktu libur yang cukup
Jakarta dan Kepulauan
lama sekitar 30-40 hari dalam setahun dan mereka
Sumber : Badan Pusat Statistik. 2023b. Riau.
menghabiskannya dengan berlibur di luar negeri. Wisman
Statistik Kunjungan
Timur tengah menyukai destinasi pantai dan keindahan Wisatawan Mancanegara 2022.
alam yang berhawa sejuk seperti gunung karena disana
tidak ada gunung.
5. RATA-RATA PENGELUARAN WISATAWAN MANCANEGARA

Rata-rata pengeluaran wisatawan mancanegara


menurun tahun 2022 jika dibandingkan dengan tahun
2021. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yakni:
Berkurangnya lama tinggal wisawatan mancanegara
akibat pembukaan dan pelonggaran akses wisman dan
H1 hilangnya masa karantina yang mengurangi length of
stay.
Kebijakan penghapusan biaya-biaya terkait kesehatan
seperti biaya karantina, tes COVID dan asuransi.
Perluasan pembukaan pintu masuk dan keluar
H2 wisman meliputi 16 bandara, seluruh Pelabuhan laut
dan 8 Pos Lintas Batas sehingga wisman mudah
melakukan mobilisasi untuk kembali ke negara asal.
Mayoritas wisman berasal dari Malaysia yang
memiliki rata-rata pengeluaran paling sedikit karena
H3 lama tinggal yang singkat, preferensi akomodasi yang
tidak terlalu mewah, tiket penerbangan yang murah.
Sumber : Badan Pusat Statistik. 2023c. Statistik
Pengeluaran Wisatawan Mancanegara 2022.
KOMPOSISI PENGELUARAN WISATAWAN MANCANEGARA
Komposisi pengeluaran wisman menurut jenis
pengeluarannya mengalami perubahan antara tahun 2021
dan 2022. Di tahun 2021, pengeluaran untuk akomodasi
meningkat karena pemberlakuan karantina dan tren
wisata staycation, sedangkan di tahun 2022 tidak ada lagi
kewajiban karantina bagi wisman yang masuk ke
Indonesia.
H1
Pengeluaran makanan dan minuman, penerbangan
domestik dan transportasi lokal, belanja, hiburan dan
cinderamata, serta kecantikan, pelatihan, paket tur
mengalami kenaikan karena mobilisasi wisman yang
H2dari satu destinasi ke destinasi lain, mencoba
dinamis
kuliner daerah, dan berbelanja cinderamata di tiap
destinasi serta tren wisata yang tidak mau ribet dengan
memanfaatkan paket tur.

H3
Pengeluaran kesehatan menurun seiring dengan
dihapusnya kebijakan tes covid, masa karantina, dan
asuransi kesehatan bagi wisman yang akan masuk atau
tinggal di Indoneisa. Sumber : Badan Pusat Statistik. 2023c. Statistik
Pengeluaran Wisatawan Mancanegara 2022.
Wisatawan mancanegara dengan karakteristik
tertentu menentukan kecenderungan dalam
pengeluaran. Pengeluaran wisatawan
mancanegara ditentukan oleh umur, jenis kelamin,
kebangsaan, pekerjaan, maksud kunjungan utama,
jenis akomodasi utama yang digunakan, dan lama
kunjungan.
Wisatawan mancanegara yang berpeluang lebih bukan bangsa ASEAN karena pendapatan
besar untuk memiliki pengeluaran tinggi selama dan kemampuan daya beli bangsa selain
berkunjung ke Indonesia adalah mereka yang: ASEAN lebih besar.
berusia tua (55 tahun ke atas) karena bekerja sebagai manajer bisnis/ eksekutif;
wisatawan ini cenderung mementingkan profesional, atau berstatus sebagai pelajar.
kemudahan dan kenyamanan serta stabil berkunjung ke Indonesia untuk tujuan yang
secara ekonomi. Wisatawan ini banyak bersifat pribadi seperti liburan/rekreasi,
melakukan pengeluaran untuk membayar mengunjungi teman, training/kursus,
akomodasi, makan minu, belanja dan paket pendidikan jangka panjang, kesehatan dan
wisata lokal, kecantikan, keagamaan, belanja, dan
berjenis kelamin perempuan karena wisatawan tujuan pribadi lainnya.
perempuan cenderung menyukai kemudahan, menginap di hotel baik bintang maupun
kenyamanan dan pelayanan yang lebih nonbintang
daripada wisatawan laki-laki, wisatawan tinggal paling lama 12 malam di Indonesia
perempuan juga lebih suka berbelanja. dalam satu kali kunjungan karena semakin
lama wisatawan tinggal di Indonesia,
pengeluaran per hari semakin kecil.
6. JUMLAH PERJALANAN WISATAWAN NUSANTARA
Peningkatan perjalanan
wisnus di tahun 2022 terjadi
lantaran semakin membaiknya
ekonomi masyarakat sejak
pandemi, promosi wisata
melalui medsos yang
mengundang minat wisnus
khususnya generasi milenial
H1
dan gen Z, semakin mudahnya
aksesibilitas menuju daerah
wisata, kemudahan informasi
dan pemesanan wisata melalui
digital serta banyaknya
H2 destinasi-destinasi wisata baru

Sepanjang tahun 2022,


peningkatan jumlah perjalanan
wisnus berada di bulan Maret
H3 dimana kasus COVID semakin
Sumber : menurun dan PPKM semakin
Litbang Kompas.2023.Wisatawan Domestik Menjadi Penyelamat Pariwisata Indonesia. Diakses pada: 21 longgar, Mei (momen lebaran)
November 2023, dari https://data.kompas.id/data-detail/kompas_statistic/6526ddb300d5cb13138caf24. dan akhir tahun.
Pergerakan Wisnus Berdasarkan Provinsi 2022

H1

H2

H3
Sumber : Badan Pusat Statistik. 2023e. Bahan Tayang Berita Resmi Statistik 2 Mei 2023.

Pergerakan wisnus intra-provinsi atau dalam provinsi cenderung lebih tinggi karena pola perjalanan wisnus
yang lebih suka berwisata dengan jarak yang singkat, menggunakan kendaraan pribadi dan biaya yang murah.
Jumlah Rata-Rata Pengeluran per Perjalanan dan Komposisi
Menurut Jenis Pengeluaran Wisnus 2021-2022

H1

H2

H3

Sumber : Badan Pusat Statistik. 2023d. Statistik Wisatawan Nusantara 2022.


Presentase Perjalanan Wisnus Menurut Moda Angkutan
(persen), 2022
Penggunaan angkutan darat-pribadi
menjadi pilihan dominan wisnus untuk
melakukan perjalanan sebagai efek dari
pandemi COVID-19. Wisnus lebih
nyaman bepergian dalam jumlah kecil
bersama keluarga untuk menjaga jarak
dan mencegah penularan penyakit dari
H1 dan ke orang lain. Selain itu, angkutan
pribadi juga memudahkan wisnus untuk
mengeksplorasi destinasi wisata yang
masih belum memiliki akses angkutan
umum menuju ke lokasi serta lebih
H2 efisien secara ekonomi jika untuk
bepergian lebih dari satu orang.

Moda angkutan kapal laut dan ASDP


memiliki persentase sedikit karena moda
tersebut hanya tersedia di lokasi-lokasi
H3 tertentu dan membutuhkan waktu tempuh
yang lama untuk sampai di lokasi tujuan
Sumber : Badan Pusat Statistik. 2023d. Statistik Wisatawan Nusantara 2022.
Provinsi Tujuan dengan Jumlah Perjalanan Wisnus
terbanyak 2019-2022 (juta perjalanan)
Provinsi Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa
Tengah menjadi provinsi utama tujuan
perjalanan wisnus karena banyak destinasi
wisata. Destinasi wisata di Jawa Timur
sebanya 408 usaha, Jawa Barat 414 usaha
dan Jawa Tengah 356 usaha.

H1 penduduk di tiga provinsi


Faktor jumlah
tersebut juga berpengaruh. Ketiga provinsi
tersebut adalah provinsi dengan jumlah
penduduk terbanyak. Pola perjalanan wisnus
yang lebih menyukai perjalanan singkat
dengan menggunakan pribadi mendorong
pergerakan H2sekitar dalam Pulau Jawa.
Selain itu ketersediaan infrastruktur dan
aksesibilitas yang baik di ketiga provinsi
tersebut, promosi wisata yang masiv, harga
yang murah, banyaknya fasilitas yang
mendukung pelaksanaan kegiatan event
dan MICE H3serta ketersediaan universita
yang berkualitas juga mempengaruhi
perjalanan wisnus ke daerah-daerah Sumber : Badan Pusat Statistik. 2023d. Statistik Wisatawan Nusantara 2022.
tersebut.
7. JUMLAH INVESTASI PARIWISATA
Investasi sektor usaha Pariwisata tahun
2021 didominasi investor asal dalam negeri
dengan nilai investor dalam negeri
mencapai Rp 21,3 Triliun
H1
Komposisi Investasi Pariwisata

H2

Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap


investasi nasional mengalami penurunan dari 3,8%
menjadi
H33,1% pada tahun 2021. Nilai investasinya
menurun 10,4% atau $223,7 juta

Sumber: Kemenparekraf. 2022. Indikator Makro Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2022.
Investor Asing Utama 2021 Sektor Usaha Pariwisata 2021

Singapura dan Hongkong


menjadi investor asing
tertinggi pada subsektor
pariwisata. Sebanyak 2,8%
investasi Singapura di
Indonesia merupakan
investasi sektor pariwisata.
Namun, berdasarkan
pernyataan BPKM
Singapura merupakan hub
bagi negara-negara seperti
AS dan Eropa untuk
berinvestasi di Indonesia.
Adanya hub ini dikarenakan
pusat keuangan Indonesia
belum sebaik Singapura Hotel Bintang dan Penyediaan Akomodasi Jangka Pendek
menjadi subsektor pariwisata yang paling diminati, baik
dan Lagoon.
investor asing maupun dalam negeri. Hal ini dikarenakan
adanya peluang peningkatan wisatawan yang harus diiringi
dengan penyediaan infrastruktur pariwisata dasar salah
Sumber: Kemenparekraf. 2022. Indikator Makro satunya adalah akomodasi sehingga akomodasi menjadi
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2022. bisnis yang berprospek cerah.
8. JUMLAH TENAGA KERJA PARIWISATA

Sumber: Kemenparekraf. 2022. Indikator Makro Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2022.
9. INDEKS PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL
(IPKN) 2022

H1

H3
Sumber: Kemenparekraf.2023. Indeks Pembangunan
Kepariwisataan Nasional 2022. Vo.1.Tahun 2023
01 03
Penerapan IPKN di tingkat
IPKN
provinsi diperlukan untuk Berdasarkan penilaian
mendorong peningkatan IPKN, Bali menempati
posisi pertama sebagai
TTDI Indonesia secar
global, Melalui penilain 02 provinsi yang memiliki
IPKN diharapkan IPKN terbaik. Diharapkan
pemerintah daerah dapat masing-masing daerah
Dari hasil penilaian IPKN,
mengevaluasi dan dapat menjadikan Bali
capaian pembangunan
meningkatkan sebagai Benchmarking
kepariwisataan masih
pembangunan terhadap untuk perbaikan sistem di
didominasi wilayah barat
indeks IPKN yang masih daerahnya masing-
dan tengah Indonesia.
rendah masing
Sementara wilayah timur
masih memerlukan
akselerasi dan integrasi
dalam pembangunan
kepariwisataan yang
berkelanjutan
UPAYA Package 3

PENINGKATAN
KINERJA
PARIWISATA
PENGEMBANGAN DESTINASI
PARIWISATA BARU

KEBIJAKAN VISA SAAT


KEDATANGAN UNTUK TURIS
PENGEMBANGAN DESA
WISATA SEBAGAI
TUJUAN DESTINASI
PENGEMBANGAN KOTA
KREATIF YANG MASUK
DALAM UNESCO CREATIVE
CITY NETWORK BRANDING WISATA
INDONESIA

GERAKAN DAN
PENYELENGGARAAN PROMOSI BANGGA
EVENT NUSANTARA DI BERWISATA DI
PROVINSI-PROVINSI INDONESIA

PENGEMBANGAN GEOPARK PENGEMBANGAN


NASIONAL YANG MASUK WARISAN DUNIA TAK
DALAM UNESCO GLOBAL BERBENDA YANG DIAKUI
GEOPARK UNESCO
REFERENSI
Armstrong, dkk. 1998. Performance Management. London: Institute of Personal and Development
Badan Pusat Statistik. 2022. Statistik Tenaga Kerja Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2018-2021
Badan Pusat Statistik. 2023a. Tourism Satellite Account 2016-2020
Badan Pusat Statistik. 2023b. Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara 2022.
Badan Pusat Statistik. 2023c. Statistik Pengeluaran Wisatawan Mancanegara 2022.
Badan Pusat Statistik. 2023d. Statistik Wisatawan Nusantara 2022.
Badan Pusat Statistik. 2023e. Bahan Tayang Berita Resmi Statistik 2 Mei 2023.
Badan Pusat Statistik. 2023f. Berita Resmi Statistik Perkembangan Pariwisata September 2023.
BPKPSDM Lebong.2020. Manajemen Kinerja. Diakses pada: 30 November 2023 dari https://bkpsdm.lebongkab.go.id/artikel/348-
manajemen-kinerja
Kemenparekraf. 2022. Indikator Makro Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2022.
Kemenparekraf. 2023a. Indeks Pembangunan Kepariwisataan Nasional 2022. Vol. 1
Kemenparekraf. 2023b. Laporan Koordinasi Peningkatan TTDI Lintas Sektor Tahun 2022
Litbang Kompas.2023.Wisatawan Domestik Menjadi Penyelamat Pariwisata Indonesia. Diakses pada: 21 November 2023, dari
https://data.kompas.id/data-detail/kompas_statistic/6526ddb300d5cb13138caf24.
Mahsun, M. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik: Cetakan Pertama. Yogyakarta: Penerbit BPFE-Yogyakarta
Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2011 tentang RIPPARNAS Tahun 2010-2025.
Permenparekraf No. 11 Tahun 2022 tentang Rencana Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2020-2024.
Sekretariat Kabinet. 2022. Panduan Perencanaan, Pengukuran dan Pelaporan Kinerja di Lingkungan Sekretariat Kabinet.
World Economic Forum. 2007. The Travel & Tourism Competitiveness Report 2007: Furthering the Process of Economic
Development.
World Economic Forum. 2013. The Travel & Tourism Competitiveness Report 2013: Reducing Barriers to Economic Growth and
Job Creation.
World Economic Forum. 2015. Travel and Tourism Competitiveness Report 2015: Growth Through Shocks.
World Economic Forum. 2019. The Travel & Tourism Competitiveness Report 2019: Travel and Tourism at a Tipping Point.
World Economic Forum. 2022. Travel and Tourism Development Index 2021: Rebuilding for a Sustainable and Resilient Future.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai