Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KELOMPOK

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

“DIALEKTIKA PENDIDIKAN DAN MASYARAKAT PEDESAAN DALAM


PEMBELAJARAN DARING SELAMA PANDEMI COVID-19”

OLEH

1. SANTI M DEWI RL (1903030105)


2. MAKARIA ASRIANA HADIA (1903030091)
3. ANYESTINA NOBERTA KIDI KEWA (1903030095)
4. LUSIANA ROSNINA LAY (1903030088)

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2021
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Setiap guru pasti memiliki strategi yang berbeda-beda dalam mengajar. Apalagi dalam
mensiasati Belajar Dari Rumah yang membosankan. Banyak anak-anak yang mengeluh ingin segera
belajar di sekolah lagi. Tak hanya anak-anak yang jenuh dengan kegiatan belajar berbasis online,
namun wali murid pun mulai kesulitan mencarikan sumber belajar yang menyenangkan untuk putra
putrinya. Pada masa pandemi Covid 19, banyak keterbatasan yang dialami siswa yang tinggal di daerah
pedesaan. Sinyal yang kurang stabil merupakan kendala dalam pelaksanaan pembelajaran
daring. Sarana dan prasarana yang kurang mendukung seperti terbatasnya kuota internet dan aplikasi
yang tidak memadai dalam telepon genggam juga membatasi ruang gerak guru dalam menentukan
strategi pembelajaran yang tepat. Telaah Sosiologi Pendidikan Terhadap Pandemi Dalam
sejarah kehidupan manusia, setiap era pasti mengalami perubahan, baik perubahan kecil
maupun besar. Dinamika di dalamnya juga terus berubah-ubah, bahkan terkadang semakin
kompleks dan rigit, sehingga perlu dipahami dan dianalisa secara bijak.

Hal ini menjadi tantangan tersendiri, apalagi saat ini kita sudah masuk di era
disrupsi, di mana sebuah zaman telah terjadi perubahan sedemikian rupa yang tidak terduga
dan mendasar dalam semua aspek kehidupan manusia. Dunia saat ini telah menghadapi
fenomena pergerakan dunia yang tidak lagi liner. Ada pergantian tatanan hidup yang lama
ke tatanan baru yang menuntut untuk berinovasi secara masif. Fenomena disrupsi di atas
sejak dahulu sudah diprediksi oleh Ali bin Abi Thalib R.A. dengan ungkapan fenomenalnya,
“Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya. Sungguh mereka akan menghadapi masa
yang berbeda dengan masamu”. Ungkapan di atas memberikan sinyal akan adanya
perubahan sosial yang besar di era pandemi Covid-19 dan pasca pandemi, khususnya
dalam konteks pendidikan. Maka perlu analisa sosiologi pendidikan untuk melihat secara
holistik terhadap perubahan-perubahan yang sedang dan akan terjadi. Telaah Teori
Fungsionalisme. Tak kalah pentingnya kemampuan wali murid dalam mengoperasikan telepon
genggam yang masih belum maksimal dan penggunaan media internet sebagai sumber belajar
sekaligus penunjang terselenggaranya pembelajaran daring belum maksimal. Namun masih
beruntung, semua wali murid mempunyai telepon genggam android. Walaupun masih banyak yang
seri lama, namun bisa digunakan untuk komunikasi melalau aplikasi WhatsApp (WA). Aplikasi inilah
yang pada akhirnya menjadi media tercanggih yang kami pakai dalam pembelajaran daring.
Pembelajaran setiap hari yang penulis lakukan berbasis online dan offline. Sebagai antisipasi
sinyal yang tidak stabil, penulis sudah menyiapkan jadwal tugas harian dalam bentuk hard copy
sebagai pembelajaran offline. Dalam jadwal tertera hari, tanggal, panduan belajar, dan tugas yang
harus dikerjakan selama sehari. Sebagai bahan belajar offline adalah buku paket tema, LKS, dan buku
muatan pelajaran Matematika, Penjaskes, dan Pendidikan Agama. Pandemi Covid-19 menghantam
berbagai sektor di Indonesia. Takhanya sektor ekonomi yang mulai kewalahan, sektor pariwisata,
sektortransportasi, dan sektor manufaktur pun kebakaran jenggot menghadapi pandemi ini. Sektor
pendidikan juga mengalami perubahan besar.

Kini, sektor pendidikan di Indonesia memiliki wajah dan sistem baru yang sekaligus
menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Mengacu pada Surat Edaran Kemendikbud Nomor 40
Tahun 2020 Tentang “Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona
Virus Disease (Covid-19)”, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim,
mengambil sejumlah kebijakan untuk menghadapi pandemi. Kebijakan tersebut di antaranya adalah
penghapusan Ujian Nasional; perubahan sistem Ujian Sekolah; perubahan regulasi. Penerimaan
Peserta Didik Baru (PPDB); dan penetapan belajar dari rumah (pembelajaran daring). Dari beberapa
kebijakan tersebut, penetapan pembelajaran daring adalah kebijakan yang paling menuai pro dan
kontra di masyarakat. Berdasarkan survei penulis, pada mulanya kebijakan ini dirasa tepat di masa
awal pandemi. Wali murid dan pegiat pendidikan menilai bahwa ini adalah cara terbaik untuk
melindungi para siswa dari paparan Covid-19. Khususnya, untuk siswa TK dan SD, yang mana
peran wali murid sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas daring. Pembelajaran dirasa
tidak efektif karena siswa menganggap “rumah” adalah tempat untuk bermain dan
bersantai. Wali murid yang tidak mawas teknologi juga agaknya turut pening dengan
pembelajaran daring yang serba digital, kegelisahan kedua datang dari
pengajar yang merasa pembelajaran daring tidak cukup efektif. Konsultasi tugas akhir pun
terhambat. Akibatnya, target lulus terancam tertunda. Merebaknya kasus pandemi Corona
Virus Disease 2019 (Covid-19) sejak Desember 2019 sampai saat ini mengharuskaan semua
proses kegiatan belajar mengajar bagi peserta didik untuk sementara waktu dilakukan di rumah.
Hal itu perlu dilakukan guna meminimalisir kontak fisik secara massal sehingga dapat
memutus mata rantai penyebaran virus tersebut. Untuk mengisi kegiatan belajar
mengajar yang harus diselesaikan pada tahun pelajaran ini, pemerintah mengambil kebijakan
pembelajaran yang dilakukan melalui pembelajaran jarak jauh dengan media daring (dalam
jaringan), baik menggunakan ponsel, PC, atau laptop.
Media daring dirasa sangat efektif sebagai langkah solutif untuk mencegah penyebaran
Covid-19 di lingkungan pendidikan. Guru tinggal memberikan soal yang nantinya
dikirim melalui ponsel/laptop peserta didik atau orang tua. Kemudian peserta didik tinggal
megerjakan tugas dari guru. Hasil pekerjaan atau tugas tersebut dikirim kembali kepada guru
melalui WA, aplikasi, atau dikumpulkan pada saat masuk sekolah.

Muncul Permasalahan
Implementasi pembelajaran daring yang sudah berjalan beberapa pekan ini secara umum
berjalan lancar. Kendati demikian, seiring perjalanan waktu sudah mencul banyak
permasalahan. Di antaranya tugas guru yang terlalu banyak sampai keluhan soal kuota dan
jaringan internet. Misalnya, banyak sekali keluhan masyarakat umum "Pak, saya tidak takut
virus korona, tapi saya takut apabila saya sakit gegar otak. Tugas tiap hari mengalir seperti
banjir bandang tiada henti. Saya ingin segera sekolah saja Pak Guru," itulah pernyataan
berantai yang muncul di media sosial. Ternyata pembelajaran daring yang sudah berjalan, di
ranah praksis banyak menimbulkan permasalahan. Tentu saja alangkah tidak bijak kalau serta
merta menyalahkan para guru. Dalam situasi darurat, guru waktu itu harus bertindak cepat agar
pembelajaran bisa berjalan efektif. Ponsel yang semula hanya sebagai media komunikasi,
sekarang bermulti fungsi. Termasuk dalam memberikan materi dan tugas dalam durasi yang
sangat pendek. Apresiasi layak diberikan kepada guru, sekolah, dan peserta didik karena
mereka bisa beradaptasi dengan cepat.
Namun, seiring berjalannya waktu semua pihak perlu mengevaluasi pembelajaran daring
tersebut agar tujuannya bisa tercapai secara optimal.
Beban Terukur
Banyaknya tugas dari guru seringkali menjadi keluhan dalam pembelajaran daring. Beban
belajar peserta didik tentunya harus diperhitungkan, terukur, baik secara materi maupun waktu.
Tentunya perlu diingat bahwa pembelajaran di kelas tidak setiap saat diisi dengan tugas atau
mengerjakan soal dalam jumlah banyak. Guru bisa memberikan tugas mengamati, mencoba,
dan menganalis, sehingga lebih menarik dan menantang. Meskipun pembelajaran jarak jauh,
sapaan, respon, dan umpan balik atau penghargaan terhadap tugas yang dikerjakan merupakan
hal yang tidak boleh dilupakan. Jangan sampai ada asumsi, peserta didik merasa diperdayai
karena banyaknya tugas yang diberikan, tetapi tidak ada umpan balik dari guru, seperti
pekerjaan yang sudah dikerjakan maksimal tapi guru tidak mengoreksi.
Apresiasi kepada pekerjaan peserta didik perlu diberikan guru agar tujuan pembelajaran bisa
tercapai. Salah satu tujuan pembelajaran termasuk daring ini adalah pencapaian
kompetensi peserta didik yang dikenal dengan 4 C, yaitu Criticalthinking (berpikir kritis) yang
mengarahkan peserta didik untuk untuk dapat menyelesaikan masalah (problem
solving). Creativity thinking (berpikir kreatif) dapat dimaknai oleh guru dan dapat
mendampingi peserta didik yang memiliki kreativitas tinggi mampu berpikir dan melihat suatu
masalah dari berbagai sisi atau perspektif. Collaboration (bekerja sama atau berkolaborasi).
Aktivitas ini penting diterapkan dalam proses pembelajaran agar peserta didik mampu dan siap
untuk bekerja sama dengan siapa saja dalam kehidupannya mendatang. Communication
(berkomunikasi) dapat dimaknai sebagai kemampuan peserta didik dalam menyampaikan ide
dan pikirannya secara cepat, jelas, dan efektif. Tugas pembelajaran daring yang
diberikan kepada peserta didik selayaknya menuju kecakapan abad 21 tersebut. Aplikasi
ponsel seperti WhatsApp bukan lagi sekadar sarana memberi informasi searah. Tetapi
targetnya yaitu sebagai sarana membangun berbagai kecakapan dalam 4C. Pandemi Covid-19
kiranya bisa menjadi pintu masuk untuk mengubah pembelajaran tekstual menjadi
kontekstual. Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang mengaitkan antara
materi pelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik diharapkan dapat menemukan dan
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan baru sesuai dengan pengetahuan yang mereka
miliki. Dengan demikian, mereka akan lebih memahami dan lebih memaknai pengetahuannya.
Dalam pelajaran matematika bisa diasah kemampuan membuat grafik perkembangan pandemi
Covid-19 beserta prediksinya.
Melalu pelajaran seni budaya bisa dilatih menganalisis dampak Covid-19 terhadap
perkembangan seni pertunjukan dan alternatif solusinya. Dalam pelajaran Bahasa Indonesia
dilatih membuat proposal menggali dana bantuan untuk penanggulangan pandemi Covid-19
atau membuat puisi, artikel, cerpen diharmonikan dengan situasi yang baru terjadi. Dengan
demikian, ketika peserta didik diasah kemampuannya untuk melihat dunia nyata dan
memviralkan kepada publik melalui hasil analisisnya, sudah membuktikan nilai penguatan
pendidikan karakter terutama nilai integritas sebagai aspek ungkapan bela rasa maupun empati
kepada sesama. Harapannya, jangan sampai pembelajaran daring hanya menghasilkan peserta
didik sebagaimana robot yang hanya melulu mengerjakan latihan soal dengan seabreg tugas-
tugas tanpa mampu berpikir dalam level tinggi.
Untuk itu keberhasilan pembelajaran daring tersebut perlu adanya kerjasama sinergis antara
guru, sekolah, orang tua, dan peserta didik. Sekolah perlu menaruh kepedulian kepada orang
tua peserta didik yang tidak mampu membeli kuota atau tidak memiliki ponsel memadai
dengan memfasilitasi, agar pembelajaran daring bisa berjalan optimal. Di samping itu,
kesuksesan pembelajaran daring selama masa krisis Covid-19 ini tergantung pada kedisiplinan
semua pihak. Oleh karena itu, pihak sekolah di sini perlu membuat skema dengan menyusun
manajemen yang baik dalam mengatur sistem pembelajaran daring. Hal ini dapat dilakukan
dengan membuat jadwal yang sistematis, terstruktur dan simpel untuk memudahkan
komunikasi orang tua dengan sekolah agar putra-putrinya yang belajar di rumah dapat
terpantau secara efektif.
Permasalahan Sosial dalam Kaca Mata Sosiologi : Permasalahan sosial merupakan sebuah
gejala atau fenomena yang muncul dalam realitas kehidupan bermasyarakat dalam
mengidentifikasi permasalahan sosial yang ada di masyarakat, yang membahayakan kehidupan
kelompok sosial. Jenis-jenisbmasalah sosial bisa terjadi karena faktor ekonomi, faktor budaya,
faktor biologis dan faktor psikologis. Beberapa masalah sosial contohnya seperti kemiskinan,
kejahatan/kriminalitas, disorganisasi keluarga, masalah generasi muda, pendidikan rendah,
pelanggaran terhadap norma masyarakat dan lain-lain.
Pembelajaran Online atau Daring : Secara umum pembelajaran online adalah suatu
pembelajaranyang dilakukan secara elektronik dengan menggunakan media berbasis
komputer serta sebuah jaringan. Belajar online dikenal juga dengan istilah pembelajaran
elektronik, e-learning, on-linealearning, internet Sumbernya bisa berasal dari website, internet.
Selain memberikan instruksi, e-learning juga dapat memonitor kinerja peserta didik dan
melaporkan kemajuan peserta didik. E-learning tidak hanya mengakses informasi, tetapi juga
membimbing peserta didik untuk mencapai hasil belajar yang spesifik, learning, virtual
learning, atau web-basedlearning.
Keefektifan Pembelajaran : Keefektifan berasal dari kata efektif yang artinya mempunyai
pengaruh atau akibat. Sedangkan keefektifan berarti keberhasilan terhadap suatu tindakan
tertentun. Pada kegiatan pembelajaran suatu tindakan yang dimaksud adalah penggunaan
pendekatan, metode atau strategi oleh guru. Dengan demikian, apabila semkain maksimal hasil
yang dicapai maka semakin efektif pula suatu kegiatan pembelajaran.
Seluruh dunia saat ini sedang mengalami fenomena yang sangat berbahaya. yaitu munculnya
sebuah virus mematikan yang bernama covid-19. Sehingga banyak negara-negara yang
menerapkan sistem Lockdown. Lockdown sendiri adalah larangan mengadakan pertemuan
yang melibatkan banyak orang, penutupan sekolah dan universitas, hingga tempat-tempat
umum. Usaha ini dilakukan untuk menekan risiko penularan virus corona pada masyarakat di
luar wilayah lockdown. Virus ini pertama kali ditemukan di pasar Wuhan, Tiongkok.Yang
akhirnya tersebar secara cepat keseluruh dunia, tak terkecuali Indonesia.
Di indonesia sekarang sudah ada ribuan kasus positif corona dan kasus orang meninggal
dunia. Pemerintah Indonesia sendiri sepakat untuk melakukan PSBB (Pembatasan Skala Besar-
Besaran) untuk mengurangi penyebaran virus. Dengan adanya PSBB, diharapkan dapat
memutus penyebaran virus corona di Indonesia. Akibat dari dampak Virus Coronaini,dunia
pendidikan pun ikut terpengaruh. Sehingga pemerintah dalam hal ini Menteri Pendidikan dan
kebudayaan Republik Indonesia telah menganjurkan penyelenggaraan pendidikan jarak
jauh(secara online),dengan tujuan mencegah meluasnya covid-19 ini. Namun pembelajaran
secara daring (online) ini tidak bisa dilaksanakan secara baik karena banyaknya kendala yang
dialami oleh masing-masing daerah, terutama daerah terpencil. kendalanya seperti sebagai
berikut:

Signal/jaringan internet yang tidak bagus :

Seperti yang kita tahu bahwa, pemerataan internet di Indonesia belumlah merata, dimana di
daerah perkotaan lebih dominan dari pada di daerah pedesaan. Oleh karena itu, banyak wilayah
terpencil atau pedesaan yang kesulitan dalam pembelajaran online. Karena jaringan internet
yang susah untuk dijangkau, akibatnya untuk melakukan pembelajaran online seperti video call
(zoom) tidak dapat dilakukan secara maksimal. Para siswa atau masyarakat awam yang berada
di pedesaan, dimana mereka belum mengerti menggunakan teknologi merupakan masalah yang
dialami oleh masyarakat yang ada di pedesaan, alasan utamanya karena ketertinggalan
informasi dan pengetahuan tentang teknologi digital saat ini. Oleh karena itu, program
pembelajaran daring ini, agak memberatkan siswa yang belum mengerti menggunakan
teknologi digital, bukan hanya siswa saja yang mengalami kendala, bahkan seorang gurupun
ada yang tidak mengerti teknologi dan tidak tahu bagaimana cara menggunakan aplikasi zoom,
google classroom, video call whatsApp dsb. Karena sudah terbiasa mengajar para siswanya
menggunakan buku paket mata pelajaran.
oleh karena itu, cara terbaiknya guru yang paham dengan teknologi mengajarkan terlebih
dahulu muridnya bagaimana cara menggunakan aplikasi-aplikasi pembelajaran online agar
para siswa mengerti dan dapat melakukan pembelajaran online secara baik. Siswa yang tidak
mempunyai handphone karena keterbatasan ekonomi. Dizaman ini, rasanya handphone
merupakan barang yang wajib dibutuhkan oleh semua orang untuk mengakses segala
informasi yang ada di dunia dan dapat menghubungkan antar satu orang ke orang lain. Akan
tetapi, bagaimana dengan orang-orang yang tidak mampu membelinya, ditambah lagi dengan
munculnya virus covid-19 ini, mau tidak mau mereka pun harus mengikuti pembelajaran online
tersebut, mereka pasti sangat kesusahan untuk menyesuaikan.

Kurangnya fasilitas yang memadai dalam proses pembelajaran online :

Kurangnya fasilitas juga menjadi hambatan dalam suksesnya suatu pembelajaran online,
sehingga banyak yang lebih memilih group WA sebagai media pembelajaran. Cara
pembelajarannya pun cukup mudah yaitu memberikan materi pelajaran, tugas-tugas tambahan
serta latihan soal di grup WhatsApp setiap masing-masing kelas, yang dapat diakses oleh siswa
di hp/laptop mereka masing-masing. Walaupun beberapa kendala yang telah disebutkan di atas
yang terjadi juga di beberapa wilayah. Namun tidak mematahkan semangat para pendidik untuk
tetap menerapkan metode pembelajaran daring yang terjadi demi mensukseskan pendidikan
akibat virus covid-19.

Dunia pendidikan mengalami perubahan sejak adanya pandemi Covid-19. Pembelajaran tatap
muka antara guru dan murid diganti dengan pembelajaran secara daring. Implementasi
pembelajaran jarak jauh antara guru dan siswa dengan memanfaatkan jaringan internet
terkadang memunculkan masalah tersendiri bagi tenaga pengajar dan peserta didik yang tinggal
di wilayah dengan keterbatasan jaringan internet.
Ismiyati Kepala Sekolah Dasar Negeri 1 Tuksongo yang berlokasi di Dusun Dawunan, Desa
Nglorog, Kecamatan Pringasurat, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah mengungkapkan,
lokasi tempat ia mengajar terpencil dan jauh dari jalan raya, lokasi sekolah berjarak sekitar 10
Kilometer dari Kecamatan Pringsurat dengan akses jalan melewati perbukitan. Jaringan
internet yang minim menjadi kendala untuk melaksanakan KBM secara daring.

“Belum ada jaringan internet yang memadai, kalau mau melaksanakan KBM (Kegiatan Belajar
Mengajar) secara daring kami masih mengalami kesulitan. Ismiyati mengungkapkan, saat ini
ia beserta 7 orang tenaga pendidik lainya memanfaatkan jaringan internet dari sekolah lain
yang jaraknya kurang lebih 1 Kilometer dari sekolah tempat mereka mengajar.

“Saat ini masih nebeng (ikut menggunakan) internet di SD lain, yang berjarak kurang lebih 1
Kilometer dari sekolah kami. Di tempat kami hanya ada salah satu jaringan provider saja yang
terkadang bisa digunakan untuk akses internet, tapi kalau terkendala cuaca sinyalnya sering
hilang,” jelasnya.

Ia menjelaskan, saat ini ada 54 siswa di sekolahnya. Semenjak adanya pandemi Covid-19,
KBM dilakukan dengan mengumpulkan beberapa siswa di beberapa titik lokasi dengan jumlah
tiap kelompok 5 sampai 10 siswa dengan jadwal pembelajaran 2 kali dalam 1 minggu. Hal ini
dilakukan sesuai arahan dari Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Temanggung
yang menerapkan pembatasan maksimal 18 orang per kelompok.

“Kita datangi tiap kelompok untuk memberikan penjelasan kepada siswa. Sementara kami
tidak memberikan tugas terlalu banyak kepada siswa karena terkadang wali murid ada yang
mengeluh saat diberi tugas terlalu banyak,” ungkapnya.

Sebelum adanya pandemi Covid-19, akses internet dibutuhkan untuk mengirim data seperti
DAPODIK yang dilakukan secara online, akan tetapi semenjak adanya pandemi akses internet
semakin dibutuhkan untuk bisa melaksanakan pembelajaran secara daring. Ismiyati
menambahkan, saat ini sekolahnya sedang mengajukan permohonan pemasangan jaringan
internet ke Dinas Komunikasi dan Informatika (Dinkominfo) Kabupaten Temanggung

“Sebelumnya kami mengakses internet dengan menggunakan kuota namun dengan keadaan
dana BOS yang minim karena jumlah siswa kita yang sedikit kami berisiatif untuk mengajukan
pemesangan internet di ke Dinkominfo, ” pungkasnya. Dalam pelaksanaannya, Pendidikan
Jarak Jauh juga telah menimbulkan bias persoalan. Dari aspek geografis telah menimbulkan
bias antara Jawa dan luar Jawa. Kemudian dari sisi akses teknologi dan ketersediaan listrik,
belajar dari rumah ini telah memunculkan bias antara daerah berkoneksi internet lancar dan
daerah yang tidak terjangkau jaringan internet sama sekali, ataupun belum teraliri
listrik.Ketimpangan pembelajaran jarak jauh yang terjadi selama pandemi sangat dirasakan di
daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T) Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Sistem belajar
online saat pandemi Covid-19 di Nusa Tenggara Timur penuh tantangan karena tidak semua
wilayah di NTT memiliki jaringan listrik dan internet yang memadai, (Manuleus, 2020).
Berdasarkan hasil analisis, ditemukan sejak pertengahan bulan maret lembaga pendidikan
mengganti segala kegiatan akademik dan kegiatan belajar mengajar yang bersifat tatap muka
di kelas dengan pembelajaran secara virtual. Meskipun banyak peserta didik yang merasa
kesulitan untuk menyimak pelajaran lewat sistem daring, namun metode belajar dengan sistem
virtual tak bisa dihindari di masa pandemi Covid-19 berlangsung.

Perpindahan sistem belajar konvensional ke sistem daring amat mendadak, tanpa


persiapan yang matang. Tetapi semua ini harus tetap dilaksanakan agar proses pembelajaran
dapat berjalan lancar dan peserta didik aktif mengikuti walaupun dalam kondisi pandemi
Covid-19.Hal yang paling sederhana dapat dilakukan oleh pendidik dan peserta didik, bisa
dengan memanfaatkan WhatsApp Group (WAG).

Aplikasi WhatsApp cocok digunakan bagi peserta didik untuk pembelajaran daring,
karena pengoperasiannya sangat simpel dan mudah diakses. Temuan ini diperkuat dengan
(Arsendy, 2020) dalam surveinya, “Survei kami menunjukkan adanya ketimpangan akses
media pembelajaran, yang semakin dalam antara anak-anak dari keluarga ekonomi mampu dan
kurang mampu. Di NTT, 71 persen menggunakan media belajar ofline seperti buku dan lembar
kerja siswa, 4 persen menggunakan media belajar online yang membutuhkan jaringan, dan 25
persen tidak ada bahan yang diberikan oleh guru”.

Covid-19 masih terus mengancam, hal ini dapat dilihat dari tren jumlah kasus secara nasional
tetap menanjak. Sehingga kewaspadaan perlu dijaga, termasuk di NTT, yang dalam
keterbatasan sarana dan prasarana. Keberhasilan seorang pendidik dalam melakukan
pembelajaran daring pada situasi pandemi Covid-19 ini adalah kemampuan dalam berinovasi
merancang, dan meramu materi, metode pembelajaran, dan aplikasi apa yang sesuai dengan
materi dan metode.
Kreatifitas merupakan kunci sukses dari seorang pendidik untuk dapat memotivasi
peserta didiknyaagar tetap semangat dalam belajar secara daring (online) dan tidak menjadi
beban psikis. Solusi atas permasalahan ini adalah pemerintah harus memberikan kebijakan
dengan membuka gratis layanan aplikasi daring bekerjasama dengan provider internet dan
aplikasi untuk membantu proses pembelajaran daring ini. Pemerintah juga harus
mempersiapkan kurikulum dan silabus pembelajaran berbasis daring. Bagi lembaga pendidikan
perlu untuk melakukan bimbingan teknik (bimtek) online proses pelaksanaan daring dan
melakukan sosialisasi kepada orangtua dan peserta didik tentang tata cara pelaksanaan
pembelajaran daring, kaitannya dengan peran dan tugasnya.
DAFTAR PUSTAKA

• https://www.academia.edu/44944094/Makalah_Efektivitas_Pelaksanaan_Pengajaran_
Daring_di_Masa_Pandemi_Covid_19
• Damsar. (2010). Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

• Nasution, S. (1995). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

• Mansour Fakih, Roem Topimasang& Toto Rahardjo. 2001. Pendidikan Populer :


membangun Kesadaran Kritis. Yogyakarta : ReaD&Insist.

Anda mungkin juga menyukai