Anda di halaman 1dari 9

Sejarah Partai NasDem

KONGRES I Partai NasDem yang digelar pada 25-26 Januari 2013 di Jakarta menjadi tonggak sejarah
perjalanan Partai NasDem. Berbagai keputusan penting dikeluarkan dalam kongres ini. Satu di antaranya
ialah memilih dan menetapkan Surya Paloh sebagai Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai
NasDem periode 2013-2018. Ibarat perahu, layar telah terkembang, lengkap dengan nakhoda dan awak
kapal.

Keputusan tersebut diambil pada sidang pleno pertama tanggal 25 Januari 2013 sekitar pukul 23.00 WIB.
Seluruh 33 Dewan Pimpinan Wilayah (DPW), 497 Dewan Pimpinan Daerah (DPD), dan empat organisasi
sayap (Gerakan Massa Buruh, Liga Mahasiswa, Badan Avokasi Hukum, dan Petani NasDem), bersatu
suara memercayakan Surya Paloh menjadi nakhoda Partai NasDem selama lima tahun.

Kongres juga memberi mandat penuh kepada Surya Paloh untuk menyusun kepengurusan dan
perangkat partai. Amanah kongres ini harus selesai selambat-lambatnya 14 hari sejak Surya Paloh
terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum.

Bukan cuma itu, Kongres juga memberi mandat penuh kepada Dewan Pimpinan Pusat di bawah
kepemimpinan Surya Paloh untuk menetapkan strategi dan kebijakan guna memenangi Pemilihan
Umum Legislatif 2014.

Mengapa Kongres memberikan mandat penting itu kepada Surya Paloh? Pasalnya, Pemilu 2014 sudah di
depan mata. Oleh sebab itu, Kongres memandang, rekrutmen calon anggota legislatif (caleg) merupakan
bagian penting dan strategis dalam upaya memenangi Pemilu 2014.

Kongres I Partai NasDem saat itu diikuti 66 orang yang mewakili 33 DPW, 994 orang mewakili 497 DPD, 9
orang mewakili Majelis Tinggi, dan 2 orang anggota Dewan Pakar. Selain peserta yang memiliki hak
suara, Kongres juga dihadiri 800 orang peninjau yang datang dari seluruh penjuru Indonesia.

Dalam pidatonya setelah terpilih menjadi ketua umum, Surya Paloh antara lain menjelaskan, jabatan
ketua umum bukanlah kredit poin. Pasalnya, Surya Paloh-lah yang mendirikan Partai NasDem dan
sempat menjadi Ketua Majelis Tingggi Partai NasDem, sejak partai ini didaftarkan ke Kementerian
Hukum dan HAM. Sebelum Surya Paloh terpilih secara resmi menjadi ketua umum Partai NasDem,
adalah Patrice Rio Capella yang dipercaya sebagai ketua umum.

Kongres I Partai NasDem 25-26 Januari 2013 disebut Surya Paloh sebagai tonggak sejarah partai ini
dalam melakukan gerak dan langkah ke depan untuk melakukan perubahan melalui gerakan Restorasi
Indonesia.

Partai ini, demikian Surya Paloh, harus mampu memberi catatan dengan tinta emas dalam lembaran
perjalanan partai-partai politik di Indonesia. Meskipun baru, Partai NasDem telah membuat prestasi
yang luar biasa. Prestasi luar biasa yang dimaksudkan Surya Paloh adalah partai ini telah memiliki visi
dan misi yang konkret (Restorasi Indonesia), sementara itu orang-orang yang ada di dalamnya memiliki
kemampuan yang luar biasa, baik prestasi, maupun militansinya dalam melakukan gerakan perubahan.

Surya Paloh lalu menunjuk Rio Capella yang berhasil memimpin partai hingga menggelar kongres partai
yang pertama pada 25-26 Januari 2013. Jika kemudian Rio Capella menyerahkan kepemimpinan partai
periode berikutnya kepada Surya Paloh, “Amanah kongres ini merupakan kepercayaan yang harus saya
pertanggungjawabkan,” kata Surya Paloh.
Prakongres I: Deklarasi Partai NasDem
Partai NasDem sendiri dideklarasikan kelahirannya pada tanggal 26 Juli 2011 di Hotel Mercure, Ancol,
Jakarta. Deklarasi Partai NasDem hanyalah salah satu tahapan dari satu rangkaian proses panjang
perjalanan partai ini.

Guna mendapatkan status resmi sebagai badan hukum, Partai NasDem didaftarkan ke Kemeterian
Hukum dan Hak-hak Asasi Manusia pada bulan Maret 2011.

Kelahiran Partai NasDem tidak bisa dipisahkan lepas dari visi dan misi utama organisasi kemasyarakatan
(ormas) Nasional Demokrat, yaitu menggalang Gerakan Perubahan Restorasi Indonesia.

Lolos Verifikasi Administrasi


Setelah resmi menjadi partai, NasDem terus berupaya memenuhi persyaratan sebagaimana telah diatur
dalam undang-undang untuk menjadi partai peserta pemilu.

Bersama dengan 46 parpol yang mengajukan diri ikut Pemilu 2014, Partai NasDem mengajukan berkas
administrasi kepartaian ke Komisi Pemilihan Umum (KPU). Pada verifikasi awal terdapat 34 parpol yang
lolos dari total 46 parpol yang mendaftar sebagai peserta Pemilu 2014 di KPU. Satu di antaranya yang
lolos verifikasi administrasi adalah Partai NasDem.

Setelah melakukan verifikasi administrasi atas 34 parpol yang berniat ikut Pemilu 2014, KPU pada hari
Minggu 28 Oktober 2012 malam, akhirnya mengumumkan hasil verifikasi administrasi. KPU menyatakan
ada 16 partai yang lolos maju ke tahap verifikasi faktual dan 18 partai gugur.

Ketua KPU Husni Kamil Manik menyatakan satu-satunya partai baru yang lolos tahap verifikasi
administrasi adalah Partai NasDem. Bagi Partai NasDem seperti diungkapkan Ketua Umum NasDem
(ketika itu) Patrice Rio Capella, apa yang diumumkan KPU bukan suatu kejutan. Pasalnya, “Partai
NasDem memang sudah siap. Kami juga siap bersaing dengan partai parlemen dalam Pemilu 2014
nanti,” katanya.

Dari 16 parpol yang dinyatakan lolos verifikasi administrasi, KPU menilai Partai NasDem lolos verifikasi
administrasi dengan kualifikasi terbaik. Parpol yang lolos verifikasi administrasi, berhak mengikuti
verifikasi faktual. Verifikasi faktual adalah tahap verifikasi langsung KPU ke lapangan untuk mengecek
infrastruktur parpol di setiap daerah disesuaikan dengan hasil verifikasi administrasi.

Lolos Verifikasi Faktual


Senin 7 Januari 2013 merupakan hari yang mendebarkan bagi Partai NasDem. Pasalnya, hari itu KPU
mengumumkan hasil verifikasi faktual dan menyatakan Partai NasDem lolos dalam memenuhi
persyaratan verifikasi faktual tingkat pusat sebagaimana diatur dalam UU Pemilu Nomor 15 Tahun 2011
tentang Penyelenggaraan Pemilu. Partai NasDem memenuhi semua syarat verifikasi faktual di seluruh
provinsi, dengan bukti-bukti, antara lain:

1. Memiliki kepengurusan seperti Ketua, Bendahara, dan Sekretaris Jenderal.

2. Memiliki lebih dari 30% anggota perempuan.

3. Memiliki kantor yang digunakan sampai akhir Pemilu 2014.

Partai NasDem adalah satu-satunya partai baru yang lolos sebagai peserta Pemilu 2014. Itu berarti Partai
NasDem berhak mengikuti pemilu untuk pertama kalinya pada 2014.
Keputusan KPU meloloskan Partai NasDem merupakan hasil dari rapat pleno terbuka yang digelar di
Gedung KPU Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat, Senin 7 Januari 2013. Rapat pleno dihadiri Badan
Pengawas Pemilu (Bawaslu), perwakilan KPU tingkat provinsi se-Indonesia, dan pemantau Pemilu.

Nomor Urut 1
Bahkan kemudian, Partai NasDem membuat sejarah mendapatkan nomor urut 1 sebagai peserta Pemilu
2014.

Dengan telah ditetapkannya nomor urut partai peserta Pemilu 2014, maka Partai NasDem yang
bernomor urut 1 siap mengikuti Pemilu 2014 untuk satu tekad mewujudkan gerakan perubahan melalui
Restorasi Indonesia.

Ideologi Partai Nasdem

Tobo Haeruddin dalam pemaparan materinya menegaskan posisi Partai NasDem sebagai partai ideologi.
Artinya, NasDem memiliki landasan perjuangan, tujuan perjuangan dan metode perjuangan. Sebagai
kader, kewajiban kita untuk sampai pada titik kesadaran arti penting ideologi NasDem. Kader NasDem
harus berjuang mengembalikan Pancasila sebagai jatidiri bangsa dan senjata spiritual dalam kehidupan.

"Partai ini didirikan untuk tujuan membawa bangsa lebih baik, dan partai NasDem berjuang dengan
ideologi nasionalisme," ujar Tobo yang juga Ketua OKK DPW NasDem Sulsel.

Di tempat yang sama, M. Rajab yang mewakili Ketua DPW NasDem Sulsel dalam sambutannya
mengungkapkan terkait slogan Partai NasDem Restorasi Indonesia. Menurut Rajab, Restorasi Indonesia
merupakan tawaran pilihan perubahan bangsa setelah reformasi dianggap gagal dijalankan.

Restorasi itu bermakna kembali pada fundamen bangsa-negara yang telah diletakkan oleh founding
fathers kita. Kembali pada nilai Pancasila, kembali pada UUD 1945, kembali pada NKRI dan kembali pada
nilai Bhinneka Tunggal Ika. Penekanannya pada nilai bukan pada lahiriahnya semata.

"Restorasi itu kembali pada asas-asas berbangsa dan bernegara kita yang telah diletakkan founding
father kita," ujar Rajab yang juga legislator asal Luwu Raya.

Visi Misi

Membangun Politik Demokratis Berkeadilan berarti menciptakan tata ulang demokrasi yang membuka
partisipasi politik rakyat dengan cara membuka akses masyarakat secara keseluruhan. Mengembangkan
model pendidikan kewarganegaraan untuk memperkuat karakter bangsa, serta melakukan perubahan
menuju efisiensi sistem pemilihan umum. Memantapkan reformasi birokrasi untuk menciptakan sistem
pelayanan masyarakat. Melakukan reformasi hukum dengan menjadikan konstitusi UUD 1945 (Undang-
Undang Dasar tahun seribu sembilan ratus empat puluh lima) sebagai kontrak politik kebangsaan.
Visi
Indonesia yang merdeka sebagai negara bangsa, berdaulat secara ekonomi, dan bermartabat dalam
budaya.

Misi

1. Membangun Politik Demokratis Berkeadilan berarti menciptakan tata ulang demokrasi yang
membuka partisipasi politik rakyat dengan cara membuka akses masyarakat secara keseluruhan.
Mengembangkan model pendidikan kewarganegaraan untuk memperkuat karakter bangsa,
serta melakukan perubahan menuju efisiensi sistem pemilihan umum. Memantapkan reformasi
birokrasi untuk menciptakan sistem pelayanan masyarakat. Melakukan reformasi hukum dengan
menjadikan konstitusi UUD 1945 (Undang-Undang Dasar tahun seribu sembilan ratus empat
puluh lima) sebagai kontrak politik kebangsaan.

2. Menciptakan Demokrasi Ekonomi melalui tatanan demokrasi ekonomi maka tercipta partisipasi
dan akses masyarakat dalam kehidupan ekonomi negara, termasuk di dalamnya distribusi
ekonomi yang adil dan merata yang akan berujung pada kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.
Dalam mewujudkan cita-cita ini maka perlu untuk mendorong penciptaan lapangan kerja, sistem
jaminan sosial nasional, penguatan industri nasional, serta mendorong kemandirian ekonomi di
tingkat lokal.

3. Menjadikan Budaya Gotong Royong sebagai karakter bangsa. Dalam mewujudkan ini maka
sistem yang menjamin terlaksananya sistem pendidikan nasional yang terstruktur dan menjamin
hak memperoleh pendidikan bagi seluruh rakyat Indonesia. Menyelenggarakan pendidikan
kewarganegaraan yang menciptakan solidaritas dan soliditas nasional, sehingga seluruh rakyat
Indonesia merasakan cita rasa sebagai sebuah bangsa dan menjadikan gotong royong sebagai
amalan hidup keseharian. Kebudayaan ini akan menciptakan karakter bangsa yang bermartabat
dan menopang kesiapan Negara dalam kehidupan global.

Tujuan (AD Partai NasDem pasal 8) : Partai NasDem bertujuan mewujudkan masyarakat yang
demokratis, berkeadilan dan berkedaulatan.

Tujuan Partai Politik (UU No. 2/2008 pasal 10) :

 Tujuan umum Partai Politik adalah:

1. Mewujudkan cita-cita nasional bartgsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam


Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. menjaga dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

3. mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila dengan menjunjung


tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan

4. mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

 Tujuan khusus Partai Politik adalah:

1. meningkatkan partisipasi politik anggota dan masyarakat dalam rangka


penyelenggaraan kegiatan politik dan pemerintahan;
2. memperjuangkan cita-cita Partai Politik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara; dan

3. membangun etika dan budaya politik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.

Dengan semangat kebangsaan Partai berfungsi untuk:

1. Memperkuat kedaulatan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Mewujudkan negara kesejahteraan sesuai mandat konstitusi.

3. Mengembangkan kehidupan politik kebangsaan yang demokratis, partisipatif dan beradab.

4. Menciptakan tatanan perekonomian dengan prinsip Demokrasi Ekonomi.

5. Menegakkan keadilan sosial dan kedaulatan hukum.

6. Memenuhi hak asasi manusia dan hak warga negara Indonesia.

7. Mengembangkan kepribadian bangsa yang luhur dan kehidupan sosial budaya yang egaliter
berdasarkan prinsip Bhinneka Tunggal Ika.

Fungsi (AD Partai NasDem pasal 9) :

Dengan semangat kebangsaan Partai berfungsi untuk:

1. Memperkuat kedaulatan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Mewujudkan negara kesejahteraan sesuai mandat konstitusi.

3. Mengembangkan kehidupan politik kebangsaan yang demokratis, partisipatif dan beradab.

4. Menciptakan tatanan perekonomian dengan prinsip Demokrasi Ekonomi.

5. Menegakkan keadilan sosial dan kedaulatan hukum.

6. Memenuhi hak asasi manusia dan hak warga negara Indonesia.

7. Mengembangkan kepribadian bangsa yang luhur dan kehidupan sosial budaya yang egaliter
berdasarkan prinsip Bhinneka Tunggal Ika.

Tugas (UU No. 2/2008 pasal 11):

Partai Politik berfungsi sebagai sarana:

1. pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga negara Indonesia yang
sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;

2. penciptaan iklim yang kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia untuk
kesejahteraan masyarakat;
3. penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik masyarakat dalam merumuskan dan
menetapkan kebijakan negara;

4. partisipasi politik warga negara Indonesia; dan

5. rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme demokrasi dengan
memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.

Pemilu 2019

untuk pemilihan legislatif, kali ini terdapat 16 partai politik yang ikut bertarung. Empat di antaranya
adalah partai baru, yakni Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Partai Garuda, Partai Berkarya, dan Partai
Perindo. Dari 12 parpol lama yang kembali mengikuti Pemilu 2019, beberapa menunjukkan peningkatan
perolehan suara, sementara beberapa yang lain justru mengalami penurunan.

Partai yang mengalami peningkatan paling signifikan di antara yang lain adalah Partai Nasdem. Pada
Pemilu 2019, partai besutan Surya Paloh ini mendapat suara sebanyak 12.661.792 suara (9,05 persen).
Sementara pada Pemilu 2014 partai ini hanya memperoleh dukungan 8.402.812 suara (6,72 persen).
Dari angka-angka tersebut, terlihat Partai Nasdem mengalami peningkatan suara sebanyak 2,33 persen
atau 4.258.980 suara. Berikut partai yang mengalami lonjakan suara paling signifikan, berdasarkan
peringkat:

Partai Nasdem:

Pemilu 2014: 8.402.812 suara (6,72 persen)

Pemilu 2019: 12.661.792 suara (9,05 persen) (Meningkat 4.258.980 suara atau meningkat 2,33 persen)

Ketua DPP Partai NasDem Bidang Media dan Komunikasi Publik, Willy Aditya, di Jakarta, Sabtu
(25/5/2019), mengatakan, meski bukan peraih suara terbanyak, tetapi Partai NasDem merupakan
pemenang Pileg 2019 karena partai itu mencatat kenaikan perolehan suara dan kursi DPR RI paling tinggi
pada Pileg ini.

Ditanya mengenai isu apa saja yang diduga sebagai penggenjot kenaikan suara signifikan bagi NasDem,
Willy mencatat sejumlah hal.

Pertama, soal NasDem tanpa mahar politik. Sikap politik NasDem tersebut bukan retorika tetapi
merupakan kenyataan dan fakta di lapangan sehingga masyarakat merasakan dan mengalami secara
langsung.

"Pengalaman langsung itu tentu menimbulkan kepercayaan. NasDem berterima kasih atas kepercayaan
itu dan menjaga serta merawat kepercayaan tersebut," ujarnya.

Hal lain adalah pemilihan dan penempatan caleg yang benar-benar memiliki kapasitas serta dekat
dengan masyarakat.
"Kedekatan caleg dengan konstituen tentu menimbulkan kepercayaan terhadap para caleg NasDem
tersebut dan kemudian menjatuhkan pilihan kepada para caleg NasDem itu," kata Willy.

Ketiga, adalah totalitas Ketua Umum NasDem Surya Paloh dan segenap caleg serta kader NasDem dalam
mengkampanyekan Jokowi-Ma’ruf Amin sebagai pasangan capres-cawapres yang diusung NasDem.

Ia menambahkan, publik tentu masih ingat apa yang disampaikan Ketua Umum NasDem Surya Paloh di
berbagai tempat selama masa kampanye bahwa kemenangan NasDem penting, tetapi kemenangan itu
tidak ada artinya jika presidennya bukan Jokowi.

Bagi Willy, itu merupakan sikap totalitas Ketua Umum NasDem dalam memperjuangkan Jokowi menjadi
presiden periode kedua dan NasDem bersyukur bahwa Jokowi-Ma’ruf Amin terpilih sebagaimana
keputusan KPU.

"Apa yang diharapkan Ketua Umum Surya Paloh menjadi kenyataan yakni NasDem menang dan Jokowi
terpilih lagi," kata Willy seraya menambahkan bahwa target NasDem meraih 100 kursi DPR RI pada
Pemilu 2019 belum tercapai.

Strategi Nasdem

Pengamat politik dari Populi Center, Usep S Ahyar menyebut tren positif Partai NasDem tak lepas dari
investasi politiknya.

"NasDem trennya positif dari pemilu ke pemilu, investasi dan kerja keras panjang, dari sisi semua faktor
[kekuasaan] yang diperlukan dalam sebuah partai mereka dapat," kata Usep kepada CNNIndonesia.com,
Senin (20/5)

Dia menyatakan NasDem sendiri memiliki berbagai modal kekuasaan yang besar yang mampu
dimanfaatkan sebaik-baiknya dalam Pemilu 2019 ini. Pertama, modal efek ekor jas atau coattail
effect paslon nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin di Pilpres 2019. Dua parpol lain yang
mendapatkan keuntungan serupa adalah PDIP dan PKB.

"Mereka kena coattail effect, ada tiga partai besar yang diuntungkan salah satunya Nasdem, Nasdem
relatif konsisten mengusung Pak Jokowi, NasDem relatif konsiten dari awal," kata dia.

Kedua, jargon kampanye 'politik tanpa mahar'. Jargon itu, kata Usep, kerap diusung NasDem membuat
masyarakat dan para calon anggota legislatif terpesona. Ia menyatakan jargon tersebut sangat ampuh
untuk membentuk citra diri NasDem menjadi lebih positif.

Selain itu, jargon tersebut membuat caleg-caleg petahana dari parpol lain maupun caleg muda untuk
masuk Partai NasDem.

"Mereka menggemborkan politik tanpa mahar, itu jadi daya tarik sendiri. Terbukti banyak politisi-politisi
petahana itu banyak yang pidah ke NasDem itu modal baik untuk kepentingan menaikan suara di
daerah," kata Usep.
Berdasarkan data yang dihimpun, NasDem mengusung 50 caleg petahana dari total 575 caleg DPR RI di
Pileg 2019. Tak hanya itu, beberapa kepala daerah turut memutuskan maju sebagai calon legislatif dari
NasDem.

Tak hanya itu, Usep menilai Nasdem sendiri merupakan parpol yang berkiblat pada hasil survei untuk
menentukan caleg yang dapat dipertimbangkan untuk maju di beberapa wilayah dalam Pemilu 2019. Hal
itu bertujuan untuk memberikan prediksi perolehan suara.

"NasDem itu ketika menentukan seorang calon mereka melakukan survei dan memilih elektabilitasnya
tinggi, misalnya, di Jabar mereka sudah duluan dan di beberapa wilayah lain," kata dia.

Modal ketiga NasDem, lanjut Usep, adalah kekuatan media dan finansial yang dimiliki Surya Paloh.
Kedua modal itu dapat dikombinasikan sehingga Nasdem terus menerus memberi informasi kepada
masyarakat.

Diketahui, Surya Paloh sendiri menggawangi beberapa perusahaan media yang bernaung di bawah
bendera Media Group.

"Mereka punya media luar biasa, tak hanya Metro TV aja tapi Media Group, saya kira untuk memberikan
informasi positif kepada masyarakat, ini kekuatan signifikan," kata Usep.

Terpisah, Ketua DPP Nasdem, Irma Suryani Chaniago tak menampik pernyataan Usep tersebut. Ia
menyebut strategi utama NasDem pada 2019 adalah menggaungkan politik tanpa mahar. Melalui jargon
itu, ia menyatakan para caleg dan masyarakat sendiri akan menyukai integritas parpol yang bersih dalam
pemilu.

"Nasdem anti-mahar, dan caleg yang sudah jadi [di parlemen] tak dibebani iuran bulanan untuk partai,"
kata Irma kepada CNNIndonesia.com.

Tak berhenti disitu, Irma menyatakan Nasdem memiliki kriteria khusus bagi caleg yang akan dipilih untuk
bertarung di Pileg 2019. Kata dia, Nasdem memilih kriteria caleg yang memliki finansial yang cukup dan
elektabilitas tinggi di tiap-tiap daerah pemilihan.

Ia pun tak menampik bila NasDem sendiri memiliki pragmatisme, seperti faktor finansial caleg dan
elektabilitas tinggi, dalam kontestasi Pileg.

"Pemilihan caleg yang mungkin kan bisa dapat kursi, yaitu caleg dengan latar belakang finansial yang
memadai dan tingkat elektabilitas tinggi," kata dia.

Irma pun membantah soal peran penggunaan jabatan Jaksa Agung M Prasetyo sebagai alat politiknya di
Pemilu 2019.

Tudingan tersebut sempat dilontaran oleh Wasekjen Demokrat Andi Arief bahwa Kejaksaan Agung
menjadi alat politik NasDem, beberapa waktu lalu. Tak hanya itu, Direktur Eksekutif Institute for Criminal
Justice Reform (ICJR) Anggara menegaskan jabatan Jaksa Agung tidak boleh diisi oleh orang dengan latar
belakang politikus
Menurut Irma, Partai NasDem bersikap profesional meskipun kader-kadernya dipercaya untuk
memegang amanah di kursi pemerintahan.

"Tentu sangat tidak benar, Nasdem profesional memberikan atau mewakafkan kadernya untuk
membantu presiden dan pemerintah," kata Irma.

Sejumlah pengamat menyebut mahar politik merupakan faktor pemicu korupsi yang dilakukan kepala
daerah atau caleg terpilih di pemilu. Meski ada klaim tanpa mahar, sejumlah politikus Partai NasDem
terjerat kasus korupsi.

Misalnya, Bupati Cianjur Irvan Rivano Muchtar yang terjaring OTT KPK dalam kasus suap anggaran
pendidikan; Bupati Mesuji Khamami menjadi tersangka korupsi proyek infrastruktur; anggota DPRD
Malang Mohammad Fadli dalam kasus dugaan suap dan gratifikasi.

Anda mungkin juga menyukai