Prabowo, yang sebelumnya kalah dari Jokowi dalam Pilpres 2014, telah
menolak hasil pemungutan suara tanggal 17 April 2019, setelah tim
kampanyenya mengklaim adanya kecurangan pemilu yang terstruktur,
sistematis, dan masif.
Ya, memang ada, tapi tidak pada skala masif yang bisa mengubah hasil
pemilu. Para analis mengatakan bahwa akan selalu ada contoh khusus
dari praktik jual beli suara dan kecurangan pemilihan di negara
berkembang sebesar Indonesia.
Dalam satu kasus seperti itu, ribuan surat suara yang diperuntukkan
bagi warga negara Indonesia yang tinggal di Malaysia diketahui telah
dicoblos memilih Jokowi.
Namun, klaim oleh kubu Prabowo tentang kecurangan besar yang akan
mempengaruhi hasil keseluruhan pemilu tampaknya tidak berdasar.
Badan Pengawas Pemilu (Banwaslu) menolak keluhan para pendukung
Prabowo tentang kecurangan dengan alasan tidak cukup bukti.
“Ada sangat sedikit bukti pada Pilpres 2014 dan sangat sedikit bukti
dalam pemilu kali ini,” kata Made Supriatma, peneliti tamu di Institute of
Southeast Asian Studies di Singapura. “Klaim itu tidak berdasar.”