Anda di halaman 1dari 10

6 Minggu pasca-Pilpres 2019,

Kenapa Indonesia Masih Tegang?

Sudah enam minggu berlalu sejak Indonesia melangsungkan Pilpres


2019 tanggal 17 April lalu, namun kondisi Indonesia masih jauh dari
tenang. Ketegangan seputar hasil Pilpres 2019 terus berlangsung, yang
bahkan sempat memicu Kerusuhan 22 Mei yang berdarah minggu lalu.
Gugatan Prabowo atas kemenangan Jokowi telah menjadi faktor utama
dari ketegangan ini, namun diragukan dapat menciptakan perubahan
yang berarti.

Sudah enam minggu berlalu sejak kandidat presiden petahana Joko


“Jokowi” Widodo tampaknya aman mengamankan masa jabatan kedua
melawan penantang Prabowo Subianto, mantan jenderal pasukan
khusus lewat Pilpres 2019
Tetapi situasi Indonesia pasca salah satu pemilihan demokratis terbesar
di dunia ini masih tidak stabil.

Prabowo, yang sebelumnya kalah dari Jokowi dalam Pilpres 2014, telah
menolak hasil pemungutan suara tanggal 17 April 2019, setelah tim
kampanyenya mengklaim adanya kecurangan pemilu yang terstruktur,
sistematis, dan masif.

Darah para demonstran banyak tertumpah ketika sekian ribu pendukung


Prabowo turun ke jalanan di ibu kota Indonesia, Jakarta pekan lalu
setelah Komisi Pemilihan Umum (KPU) secara resmi menyatakan
Jokowi memenangkan Pilpres 2019 dengan perolehan suara 55,5
persen dari 154 juta surat suara, jumlah partisipasi pemilih terbesar
sejauh ini.

Dua hari kerusuhan yang dipenuhi kekerasan mengakibatkan kematian


delapan demonstran. Ratusan pengunjuk rasa lainnya terluka ketika
polisi menembakkan peluru karet, gas air mata, dan meriam air kepada
pengunjuk rasa yang melempari mereka dengan batu dan bom Molotov.
Hingga kini lebih dari 400 orang telah ditangkap karena terlibat
kerusuhan.

Pekan ini, polisi menuduh bahwa para pendukung Prabowo, termasuk


seorang jenderal purnawirawan bintang dua, berencana untuk
membunuh empat pejabat keamanan utama presiden, yaitu Menteri
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, kepala Badan
Intelijen Negara, penasihat intelijen presiden, dan Menteri Koordinator
Bidang Maritim.

Pihak berwenang mengatakan bahwa rencana itu bertujuan menaburkan


benih kekacauan untuk melemahkan Jokowi saat ia memulai masa
jabatan kedua.

Setelah dilantik kembali, Presiden Jokowi kemungkinan akan memimpin


Indonesia yang terpecah karena identitas agama. Prabowo, capres
oposisi yang sebenarnya tidak terlalu religius, mewakili kaum konservatif
Muslim garis keras. Jokowi—mantan Gubernur Jakarta—telah
memperjuangkan Indonesia yang lebih inklusif dan progresif, meskipun
ia memilih ulama konservatif senior Ma’ruf Amin sebagai pasangan
calon wakil presiden untuk meningkatkan kepercayaan agama atas
dirinya.
Banyak pertanyaan tentang seberapa cepat negara Asia Tenggara yang
berpenduduk 250 juta jiwa dan populasi terpadat keempat di dunia ini
akan pulih kembali. Berikut ini empat pertanyaannya:

1. MENGAPA PRABOWO MENOLAK HASIL


PILPRES 2019?

Prabowo, mantan menantu presiden diktator Suharto, telah menuduh


KPU melakukan penghitungan suara secara curang dan bias untuk
kemenangan Jokowi. Prabowo telah mengajukan gugatan atas hasil
Pilpres 2019 kepada Mahkamah Konstitusi, yang akan memutuskan
kasus tersebut bulan Juni.

Para pakar mengatakan bahwa Prabowo, 67 tahun, menggugat hasil


pemilu sebagian besar karena dia mampu dan memang tidak ada
ruginya untuk mengajukan gugatan. Prabowo sebelumnya juga telah
menggugat hasil Pilpres 2014 ketika ia kalah dari Jokowi dengan selisih
resmi yang lebih tipis.

Dengan menentang hasil pemilu, Prabowo dapat mempertahankan


koalisi Muslim konservatifnya, mendapatkan lebih banyak konsesi dari
Jokowi, dan mempertahankan muka setelah kalah dalam Pilpres 2019
dengan peorlehan 17 juta suara.

2. ADAKAH BUKTI KECURANGAN PEMILU?

Ya, memang ada, tapi tidak pada skala masif yang bisa mengubah hasil
pemilu. Para analis mengatakan bahwa akan selalu ada contoh khusus
dari praktik jual beli suara dan kecurangan pemilihan di negara
berkembang sebesar Indonesia.
Dalam satu kasus seperti itu, ribuan surat suara yang diperuntukkan
bagi warga negara Indonesia yang tinggal di Malaysia diketahui telah
dicoblos memilih Jokowi.

Namun, klaim oleh kubu Prabowo tentang kecurangan besar yang akan
mempengaruhi hasil keseluruhan pemilu tampaknya tidak berdasar.
Badan Pengawas Pemilu (Banwaslu) menolak keluhan para pendukung
Prabowo tentang kecurangan dengan alasan tidak cukup bukti.

“Ada sangat sedikit bukti pada Pilpres 2014 dan sangat sedikit bukti
dalam pemilu kali ini,” kata Made Supriatma, peneliti tamu di Institute of
Southeast Asian Studies di Singapura. “Klaim itu tidak berdasar.”

3. AKANKAH INDONESIA TERSERET LEBIH


JAUH KE DALAM KEKERASAN?

Kerusuhan pasca pengumuman hasil Pilpres 2019 segera memicu


kekhawatiran akan terulangnya kerusuhan massal tahun 1998 yang
mengakibatkan lebih dari 1.000 kematian, sebagian besar warga
Indonesia keturunan Tionghoa dan penggulingan Presiden Suharto
setelah tiga dekade berkuasa.

Tetapi kondisinya jauh berbeda saat itu. Ketidakpuasan di Indonesia


pada saat itu tersebar luas dan bergantung pada masalah ekonomi yang
mengakar dalam. Jokowi masih menjadi presiden populer yang
mendorong ekonomi tumbuh pada tingkat 5 persen atau lebih dalam
lima tahun terakhir.

Para analis mengatakan bahwa kerusuhan baru-baru ini terbatas pada


pendukung Prabowo dari kelompok Muslim garis keras dan tidak
menunjukkan gerakan rakyat yang jauh lebih luas menentang presiden
yang dapat memicu pertumpahan darah lebih lanjut.
“Kerusuhan Jakarta didorong oleh beberapa ribu pembuat onar yang
tidak mencerminkan pandangan sebagian besar pendukung Prabowo,”
kata Ben Bland, direktur proyek Asia Tenggara di think tank Lowy
Institute yang berbasis di Sydney. “Banyak yang mungkin kecewa
dengan hasil pemilu, tetapi hanya minoritas kecil yang mendukung
gagasan protes massa, apalagi aksi kekerasan. Hasil exit
poll menunjukkan bahwa lebih dari 90 persen pemilih meyakini
prosesnya berlangsung bebas dan adil.”

4. APA YANG BISA DILAKUKAN JOKOWI


UNTUK MEREDAKAN KETEGANGAN?

Jokowi, 57 tahun, harus meredam pengaruh yang terus berkembang


dari para penasihat keamanannya, yang jika diberi kekuasaan lebih bisa
mengobarkan ketegangan lebih lanjut dengan kubu Prabowo, menurut
para pakar.

Jokowi tidak memiliki mandat untuk sepenuhnya mengabaikan


penantangnya dan mungkin juga harus menawarkan sejumlah posisi
pendukung di pemerintahan atau peluang bisnis untuk memastikan
hubungan yang membaik antara kedua kubu.

“Prabowo meraih 44 persen suara,” kata Supriatma. “Dia punya


pengaruh. Anda tidak bisa mengabaikannya begitu saja.”

Untuk memperbaiki perpecahan nasional, Jokowi perlu menunjukkan


keterampilan yang belum banyak ia gunakan sebelumnya, yaitu bakat
orasi yang dapat menginspirasi koalisi yang lebih luas. Jokowi, menurut
para analis, lebih merupakan pekerja daripada pembicara.
Sebagai gantinya, Jokowi dapat memberlakukan lebih banyak
transparansi dalam kekuatan  kepolisian Indonesia untuk memerangi
reputasi mereka sebagai alat politik bagi pemerintah yang berkuasa.

“Demokrasi berada di bawah tekanan di Indonesia karena munculnya


bentuk pahit politik identitas dan pendekatan yang semakin tidak toleran
untuk menyelesaikan perselisihan politik, dari pemerintah maupun
oposisi,” kata Bland. “Namun terlepas dari masalah ini, Indonesia masih
melakukan jauh lebih baik daripada kebanyakan negara yang telah
mencoba untuk beralih dari otoritarianisme ke demokrasi. Negara-
negara tetangga regional Thailand dan Myanmar, misalnya, adalah studi
kasus tentang kegagalan transisi menuju demokrasi dari otoritarianism.”

KETAHUI LEBIH JAUH TENTANG ‘PEOPLE POWER’


DAN AKSI 22 MEI
APA ITU PEOPLE POWER?
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan people power? People power
kerap dilakukan karena ketidakpercayaan masyarakat terhadap sistem,
dan biasanya dilakukan di negara-negara demokrasi. Ketahui lebih
lanjut tentang people power melalui infografik yang disusun tim Mata
Mata Politik.
DAFTAR PEOPLE POWER PENUMBANG REZIM
People power sejatinya adalah kekuatan rakyat yang bergerak secara
masif untuk memprotes penguasa. Dalam sejarah, gerakan ini telah
berhasil menggulingkan berbagai rezim di seluruh dunia, termasuk
Indonesia.
APA YANG MEMICU PEOPLE POWER PASCA PEMILU
2019?
Terkait kecurigaan atas terjadinya kecurangan dalam pemilu 2019,
konon people power bertujuan untuk menuntut diskualifikasi pasangan
Jokowi-Ma’ruf dan menyatakan Prabowo-Sandi sebagai presiden dan
wakil presiden oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.
PEOPLE POWER: INDONESIA DI AMBANG
KERUSUHAN ALA 1998?
Momok tragedi 1998 telah membisiki kaum intelektual menjelang
diumumkannya hasil resmi pilpres 2019. Kenangan gelap Indonesia itu
telah muncul ke permukaan ketika kubu Prabowo Subianto mengklaim
telah memenangkan pilpres 2019, walaupun hasil quick count
menyatakan sebaliknya.
DISINFORMASI PEOPLE POWER GEROGOTI
DEMOKRASI INDONESIA
Dengan hasil resmi dirilis pada 22 Mei mendatang, bagaimana
masyarakat bereaksi terhadap gelombang disinformasi ini dapat
memengaruhi stabilitas jangka pendek dan jangka panjang demokrasi di
Indonesia yang masih muda.
PEMERINTAH: DEMONSTRAN YANG PROTES PEMILU
CURANG DAPAT DIANGGAP PENGKHIANAT
Meskipun banyak pengamat dan analis independen mengatakan bahwa
pemilu 2019 di Indonesia bebas dan adil, namun Prabowo menolak
mengakui kekalahan, di mana tim kampanye-nya berulang kali
menuduhkan adanya kecurangan.
DIDUGA BANYAK TERJADI PENYIMPANGAN, DATA
PILPRES 2019 HARUS DIAUDIT?
Prabowo Subianto mengumpulkan koresponden asing di kediamannya
di Kertanegara, Jakarta, untuk menegaskan klaimnya bahwa telah
terjadi kecurangan besar-besaran dalam pemilu. Dia menyerukan agar
diadakan pengauditan data, dari pihak ketiga yang bisa dipercaya kedua
belah pihak.
‘PEOPLE POWER’ TAK CUKUP KUAT UNTUK
MENDELEGITIMASI HASIL PEMILU
Para pendukung pasangan calon presiden oposisi Prabowo Subianto-
Sandiaga Uno, setelah menyatakan klaim kemenangan sepihak,
menyuarakan gerakan tersebut untuk memprotes KPU dan menuntut
pihak berwenang menindaklanjuti kecurangan masif yang mereka klaim
telah terjadi sepanjang proses pemilu.
‘PEOPLE POWER’ CUKUP KUAT UNTUK AKHIRI
KARIER POLITIK JOKOWI
Wiranto meminta agar dugaan kecurangan dalam Pilpres 2019
dilaporkan ke Mahkamah Konstitusi. Dia meminta agar prosedur
perselisihan hasil pemilu legislatif atau pemilu presiden dibawa ke jalur
hukum yang ada.
KATA JOKOWI DAN PRABOWO SOAL RUSUH 22 MEI
Prabowo mengatakan, ia mendukung demonstrasi asal tanpa
kekerasan, sedangkan Jokowi mengatakan, pemerintah akan menindak
tegas pemecah belah bangsa. Namun apa makna di balik pernyataan
dua tokoh berpengaruh tersebut?
POLISI: BUKAN BAGIAN AKSI DAMAI, RUSUH 22 MEI
TERENCANA DAN DIBIAYAI PIHAK TERTENTU
Kerusuhan 22 Mei ini dipicu oleh pengumuman hasil Pilpres 2019 yang
mengonfirmasi kemenangan Jokowi, yang membuat pendukung
lawannya turun ke jalan. Namun, polisi mengatakan, kerusuhan itu
berbeda dengan demonstrasi, karena dipicu oleh provokator dan sudah
direncanakan.
RUSUH 22 MEI DAN HOAKS ANTI-CHINA
Kerusuhan 22 Mei berlanjut di Jakarta. Massa bentrok dengan pasukan
penjaga keamanan yang telah diturunkan dengan jumlah besar di
Jakarta. Di antara pengunjuk rasa, terdegara teriakan-teriakan anti-
China, hoaks anti-China juga telah menyebar di media sosial.
KEKERASAN POLITIK TERBURUK SEJAK TRAGEDI
1998
Pengunjuk rasa berusaha membakar gedung kepolisian di Jakarta
Pusat pada Rabu dini hari setelah polisi menembakkan gas air mata
untuk membubarkan massa di luar kantor Bawaslu Selasa, 21 Mei
malam.
POTRET KERUSUHAN 22 MEI DI JAKARTA
Jakarta dilanda kerusuhan, setelah massa yang memprotes hasil Pilpres
2019 bentrok dengan aparat keamanan. Gas air mata, petasan, bom
molotov, dan senjata lainnya saling dilemparkan dalam kerusuhan ini.
Berikut beberapa potret kerusuhan yang terjadi pada 21-22 Mei 2019.
PEMBLOKIRAN MEDIA SOSIAL WARNAI AKSI 22 MEI
Banyak pengguna media sosial tersebut melaporkan kesulitan mengirim
pesan multimedia melalui WhatsApp, yang merupakan salah satu
aplikasi obrolan terpopuler di Indonesia, dan mengunggah konten ke
Facebook, sementara tagar #instagramdown menjadi tren di kalangan
pengguna Twitter Indonesia.
TERDUGA PROVOKATOR YANG NODAI AKSI 22 MEI
DITANGKAP
Kepolisian Indonesia kembali menangkap sejumlah tersangka teror dan
sebelas alat peledak buatan tangan. Penangkapan tersangka jadi
penahanan teroris ke-31 dalam bulan ini. Sementara itu, negara-negara
asing telah mengeluarkan peringatan perjalanan kepada warga negara
mereka.
WIRANTO: PERUSUH BAYARAN DI AKSI 22 MEI
ADALAH KELOMPOK YANG BERBEDA
Wiranto sebelumnya mengatakan kepada pengarahan bahwa ada
rencana untuk “demonstrasi besar-besaran untuk menyerbu KPU,
Bawaslu, Parlemen dan istana negara.” Dia mengancam hukuman berat
untuk kegiatan kriminal dan bersumpah untuk menjaga keamanan,
sementara menyangkal pihak berwenang bersikap kejam.
MENGAPA AKSI 22 MEI TAK BISA DISEBUT JIHAD
benarkah people power pada Aksi 22 Mei pantas disejajarkan dengan
apa yang disebut jihad? Untuk menjawabnya, perlu kita ketahui dulu apa
makna jihad yang sebenarnya, yang sesuai syariat, dan berbagai
macam jihad seperti yang dijelaskan para ulama.
Keterangan foto utama: Pasukan angkatan laut Indonesia berjaga di
depan Mahkamah Konstitusi di Jakarta, saat Badan Pemenangan
Nasional Prabowo-Sandi menyerahkan dokumen gugatan hasil Pilpres
2019, 24 Mei 2019.

Anda mungkin juga menyukai