Amalia MT - 21151504
2018
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Daftar Isi 2
Kata Pengantar 3
BAB I PENDAHULUAN 4
BAB II PEMBAHASAN 7
2.2.1. Diet 16
2.3. Desentralisasi 22
BAB IV PENUTUP 36
4.1. Kesimpulan 36
4.2. Saran 36
DAFTAR PUSTAKA 37
Pertama-tama kami mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
telah memberkati kami sehingga karya tulis yang berjudul “Perbandingan Administrasi Negara
Jepang dengan Indonesia” ini dapat diselesaikan. Kami juga ingin mengucapkan terimakasih bagi
seluruh pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan karya tulis ini dan berbagai sumber yang
telah kami pakai sebagai data dan fakta pada karya tulis ini.
Kami mengakui bahwa kami adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam berbagai
hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula
dengan karya tulis ini yang telah kami selesaikan. Tidak semua hal dapat kami deskripsikan dengan
sempurna dalam karya tulis ini. Kami melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan
yang kami miliki.
Maka dari itu, kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang budiman. Kami
akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan yang dapat memperbaiki karya
tulis kami di masa datang.
Dengan menyelesaikan karya tulis ilmiah ini kami mengharapkan banyak manfaat yang dapat
dipetik dan diambil dari karya ini.Semoga dengan adanya karya tulis ini kita semua khususnya
pembaca mengetahui dan memahami dari Perbandingan Administrasi Negara antara Jepang dengan
Indonesia. Dengan begitu maka kami bias mengambil ataupun mencontohkan dari Administrasi
Negara Jepang ke Indonesia yang sesuai dengan budaya dan perkembangan keadaan masyarakat
Indonesia saat itu. Kami juga mengharapkan mampu mencontoh kebijakan-kebijakan yang positif,
inovatif, maupun kreatif dari Negara Jepang untuk Indonesia guna semakin menuju Indonesia yang
maju dan lebih baik lagi.Serta, mampu adaptasi mengikuti era globalisasi dan kemajuan teknologi
yang semakin canggih.
Penyusun
PENDAHULUAN
Jepang (bahasa Jepang : Nippon/Nihon dengarkan , secara harfiah: “asal muasal matahari”
adalah sebuah negara di Asia Timur yang terletak di suatu rantai kepulauan benua Asia di ujung
barat Samudra Pasifik. Jepang disebut Nippon atau Nihon dalam bahasa Jepang. Sebutan Nippon
sering digunakan dalam urusan resmi, sedangkan Nihon biasanya digunakan dalalm urusan tidak
resmi seperti pembicaraan harian. Kata Nippon atau Nihon berarti “negara matahri terbit” . Nama ini
berasal dari utusan resmi negara China, dan merujuk kepada kedudukan relatif Jepang di sebelah
timur benua Asia. Sebelum itu, Jepang dikenal sebagai Yamato. Wa digunakan negara China pada
zaman Tiga Negara. Kata Jepang dalam bahasa Indonesia diturunkan dari kata Jepun, berasal dari
bahasa Kanton, yang membawa sebutan Yat Pun. Sebutan resmi Jepang dalam bahasa Jepang ialah
Nipponkoku atau Nihonkoku, yang berarti “negara Jepang.”
Jepang adalah salah satu negara yang terletak di wilayah Asia Timur. Kepulauan Jepang
membentang pada 20° - 45° 33’ LU. Kepulauan Jepang memiliki luas wilayah sekitar 337.815km².1
Jepang memiliki latar belakang sejarah yang cukup rumit.
Area daratan Jepang lebih kecil dibandingkan dengan negara bagian Montana di Amerika
Serikat, sebagian besar wilahnya adalah pegunungan. Secara sederhana dapat disetarakan dengan
negara bagian Connecticut. Jumlah penduduk tahun 2006 per jumlah 127.665.345 jiwa , merupakan
negara berpenduduk ke- 7 terbanyak didunia. Dengan populasi yang demikian Jepang menjadi
negara ekonomi terkemuka di dunia.
Dalam proses pembuatan kebijakan baik di Jepang maupun di Indonesia keduanya sangat
mengandalkan birokrasi, hal ini karena birokrasi memiliki penguasaan teknis dan informasi serta
pengalaman yang lebih akan kebijakan yang ada hubungannya dengan masyarakat (Kebijakan
Publik). Berikut adalah beberapa profil mengenai negara Jepang.
a) Keanggotaan di organisasi UN, APEC, RCEP, G20, G7, ASEM, TPP regional &
internasional
Yang mempunyai arti “bulatan matahari”, dan mencerminkan
bahwa negara jepang muncul dan dibangun oleh Dewi
Matahari (Ameterasu Omikami), dipakai sebagai bendera
PEMBAHASAN
Geografi: Jepang adalah negara kepulauan terbesar ketiga di dunia (6.852 pulau) setelah
Indonesia (13.466 pulau), dan Filipina (7.641 pulau). Pulau-pulau utama dari utara ke selatan adalah
Hokkaido, Honshu (pulau terbesar), Shikoku, dan Kyushu. Sekitar 97% wilayah daratan Jepang
berada di keempat pulau terbesarnya. Sebagian besar pulau di Jepang bergunung-gunung, dan
sebagian di antaranya merupakan gunung berapi. Gunung tertinggi di Jepang adalah Gunung Fuji
yang merupakan sebuah gunung berapi. Gempa bumi berkekuatan rendah dan sesekali letusan
gunung berapi sering dialami Jepang karena letaknya di atas Lingkaran Api Pasifik di pertemuan tiga
lempeng tektonik. Gempa bumi yang merusak sering menyebabkan tsunami. Setiap abadnya, di
Jepang terjadi beberapa kali tsunami. Keadaan geografi menyebabkan Jepang memiliki banyak
sumber mata air panas, dan sebagian besar di antaranya telah dibangun sebagai daerah tujuan wisata.
Jepang berada di kawasan beriklim sedang dengan pembagian empat musim yang jelas. Walaupun
demikian, terdapat perbedaan iklim yang mencolok antara wilayah bagian utara dan wilayah bagian
selatan. Pada musim dingin, Jepang bagian utara seperti Hokkaido mengalami musim salju, namun
sebaliknya wilayah Jepang bagian selatan beriklim subtropis. Iklim juga dipengaruhi tiupan angin
musim yang bertiup dari benua Asia ke Lautan Pasifik pada musim dingin, dan sebaliknya pada
musim panas.
Saat ini terdapat 15 perkumpulan persahabatan aktif yang tersebar di 3 wilayah (17
prefektur), serta 22 grup kesenian Indonesia di wilayah kerja, terutama grup kesenian
gamelan & tari Jawa, Bali serta grup Angklung.
Kebudayaan bangsa Jepang banyak terpengaruh kebudayaan Cina. Akan tetapi, di antara
keduanya terdapat perbedaan. Beberapa budaya Jepang yang khas adalah
canoya (upacara minum teh);
judo jieijitsu dan karate;
ikebana (seni tata kebun dan merangkai bunga);
kabuki (sendratari);
jokeri (sandiwara boneka).
PEREKONOMIAN
1) Pertanian
Jepang merupakan negara yang sangat maju. Walaupun Jepang merupakan negara maju,
Jepang masih tetap mengusahakan bidang pertanian. Bidang tersebut masih menduduki
peranan penting sebagai sumber pendapatan negara. Areal pertanian Jepang tinggal seluas
± 16% dari luas seluruh Kepulauan Jepang. Sebagian wilayah Jepang bergurun dan
kurang subur. Akan tetapi, Jepang mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri dari tanah
yang ada. Hal itu dapat dicapai berkat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
modern secara baik dan intensif. Hasil pertanian Jepang, antara lain, teh, tembakau, beras,
sorgum, gan-dum, kentang, dan ubi manis. Hasil perkebunan Jepang, antara lain, apel,
jeruk manis, anggur, dan kurma.
Sumber: Bea dan Cukai Osaka - Kobe, 2016 diolah oleh KJRI Osaka
Sumber: Bea dan Cukai Osaka - Kobe, 2016 diolah oleh KJRI Osaka
e) Penduduk
Penduduk asli Jepang adalah bangsa Ainu. Mereka tinggal di Pulau Hokkaido. Sekarang
penduduk Jepang merupakan campuran beberapa rumpun bangsa di Asia Utara, Cina
Selatan, dan Mikronesia. Mereka tergolong suku bangsa Mongol (berkulit kuning). Pada
pertengahan tahun 1991 jumlah penduduk Jepang sebanyak 124.017.000 jiwa.
Pertumbuhan penduduk Jepang rata-rata 0,7% setiap tahun. Kepadatan penduduk Jepang
326 orang/km2.
KINKI
and fats
Manufactured
CHUGOKU
- Coal - Plastic
- Ore of Nonferrous
- Coal
- Inorganic Chemical
Products
3. Kerjasama Investasi
Tidak dapat dipungkiri bahwa Jepang merupakan sumber permodalan bagi pembangunan
Indonesia sebagai investor maupun sebagai negara donor. Pada tahun 2015, Jepang merupakan negara
inve` stor terbesar ke-2 di Indonesia setelah Singapura dengan nilai investasi sebesar US$ 2,877 juta,
dengan jumlah proyek sebanyak 2030. Angka ini meningkat 6% dibandingkan dengan nilai investasi
pada tahun 2014 yaitu US$ 2,705 juta. Sedangkan realisasi investasi Jepang di Indonesia dari bulan
Januari – September 2016 adalah US$ 4,498 juta, dengan jumlah proyek sebanyak 2122.
Lebih kurang 1/3 perusahaan Jepang yang berinvestasi di Indonesia berasal dari wilayah
Jepang Barat. Beberapa perusahaan di wilayah Jepang Barat yang telah berinvestasi di Indonesia di
antaranya adalah: bidang peralatan elektronik (Nitto Denko, Panasonic Corp., Sharp, Sanyo KDS,
Daishinku Corp., Omron Electronic, Sanyo Electric Co. Ltd, Toa); kimia dan obat (Asahi Kasei,
Sumitomo Chemical, Takeda Pharmaceutical, Bando Chemical Industries, GS Yuasa, Itochu,
Mandom, Otsuka Pharmaceutical, Rohto, Unicharm); permesinan (Kubota, Daikin Industries,
Yanmar); tekstil (Gunze Co. Ltd, Teijin, Toray); mesin transportasi (Daihatsu Motor); manufaktur
(Osaka Steel).
Berdasarkan "Data Bank Series For Research and Analysis Perusahaan Jepang yang
berinvestasi ke Luar Negeri 2014" (Toyo Keizai), jumlah perusahaan (sektor manufaktur dan jasa)
yang berinvestasi ke Indonesia sebanyak 774 perusahaan. Sedangkan jumlah perusahaan (sektor
Berdasarkan lokasi, kurang lebih 90 % total investasi Jepang di Indonesia per tahun 2015
terkonsentrasi di Pulau Jawa, dengan Jawa Barat sebesar 1,82 billion US$ (63%); Banten sebesar 0,52
billion US$ (18%), Jawa Timur sebesar 0,09 billion US$ (3%) , DKI Jakarta sebesar 0,07 billion US$
(3%), Sumatera Utara sebesar 0,19 billion US$ (7%), dan lain-lain sebesar 0,17 billion US$ (6%).
2.2.1 Diet
Diet adalah pusat kegiatan politik Jepang , Mengambang dengan tidak jelas di atasnya adalah
tokoh simbolik Kaisar, dan staf birokrasinya. Tetapi Diet-lah yang paling berkuasa, yang menurut
konstitusi adalah adalah “organ negara paling tinggi” dan satu-satunya oragan pembuat hukum”.
Perpindahan kedaulatan dari Kaisar ke rakyat, berdasar konstitusi 1947, sangat memukul pemimpin
konservatif kolot. Menurut Konstitusi Meiji, Kaisar bukan hanya pemegang semua kedaulatan, tetapi
juga sebagai tokoh yang “suci dan tak-teringkari” yang menerima wewenangnya dari “garis keturunan
yang berasal dari masalalu yang tak terbatas”. Menurut Konstitusi baru ia tak lebih dari “lambang
negara dan kesatuan bangsa.” Rakyat Jepang umumnya maupun keluarga kekaisaran tidak atau tidak
banyak menyesali dalam melakukan penyesuaian itu. Definisi baru itu sekedar menyatakan apa yang
selama berabad-abad senyatanya berlaku.
Diet bukan hanya satu-satunya sumber hukum di Jepang , tetapi ia juga berhak memilih
Perdana Menteri. Secara teoritis, kedua dewan dalam Diet bersama-sama memilih calon dari kalangan
anggota mereka, tetapi karena Ma-jelis Rendah harus dimenangkan kalau terjadi ketidaksepakatan,
maka kenyataannya hanya dewan inilah yang memilih Perdana Menteri, yang sejauh ini selalu dari
kalangan anggotanya sendiri. Perdana Menteri memilih anggota-anggota kabinet lainnya, tetapi
karena Perdana Menteri dipilih oleh Diet, yang bisa memilih perdana menteri baru setiap saat, maka ia
tidak memiliki kekuasaan yang bebas untuk memilih anggota kabinetnya adalah sekedar komite
eksekutif yang bekerja atas nama Diet.
Seperti Konggres Amerika Serikat, kedua dewan dalam Diet memiliki cara pemilihan dan
masa tugas yang berbeda. Separuh dari anggota Majelis Tinggi yang berjumlah 252 orang dipilih
setiap tiga tahun untuk masa tugas enam tahun, dari jumlah seluruhnya, 100 dipilih secara nasional.
Yang 152 dipilih dari setiap prefektur (seperti provinsi) yang jumlahnya 47.
Anggota Majelis Rendah dipilih untuk masa jabatan empat tahun dengan sistem pemilihan
yang dibentuk pada 1925 yang disebut sistem distrik pemilihan ukuran sedang. Antara 3 sampai 5
calon dipilih dari setiap distrik pemilihan , tetapi setiap pemilih hanya boleh memilih satu orang calon
tertentu , bukan sebuah partai. Sistem ini unik diantara beberapa negara besar di dunia dan , seperti
akan kita lihat nanti, mempunyai pengaruh besar dalam pelaksanaan politik pemilihan di Jepang.
Seperti sistem pemilihan untuk anggota Majelis Tinggi, sistem ini menghasilkan perwakilan
kepentingan yang agak bersifat pro –proposional, karena kelompok minoritas dimungkinkan untuk
memenagkan beberapa kursi. Jadi, calon yang memperoleh 20% suara di suatu distrik yag
beranggotakan lima (artinya 5 wakil dalam Makelis Rendah itu- Editor) pasti akan terpilih utnuk
menjadi salah satu wakil dari distrik itu dalam Majelis itu. Sistem ini juga membuahkan hasil yang
lebih stabil dibanding sistem lain. Dalam sistem distrik beranggotsa satu, dimana satu distrik hanya
diwakili oleh satu orang, perubahan sedikit saja salama persentase suara yang diperoleh tetapi terjadi
di se-jumlah besar distrik pemilihan bisa mengakibatkan kemenangan besar-besaran satu kostetan dan
kekalahan besar-besaran kosntestan yang lain. Dalam sistem Jepang perubahan serupa hanya akan
menghasilkan sedikit perubahan dengan mengurangi kursi yan dikuasai partai mayoritas dalam distrik
beranggota –lima dari 3 menjadi 2.
Majelis Rendah memiliki kekuasaan lebih besar daripada Majelis Tinggi. Ia bukan hanya
memilih Perdana Menteri, tetapi juga bisa menolak keputusan Majelis Tinggi dengan suara mayoritas
dua-pertiga. Karena komposisi partai dalam masing-masing majelsi selalu kurang lebih sama dan
partai yang berkuasa tidak pernah memperoleh suara mayoritas dua-pertiga, situasi ini tidak pernah
muncul. Dalam bebrapa jenis perundangan-undangan Majelis Rendah bisa bertindak tanpa persetujuan
Majelis Tinggi. Rencana Anggaran Belanja yang diloloskan oleh Majelis Rendah otomatis aka jadi
anggaran resmi kalau dalam wkatu 30 hari Majelis Tinggi tidak membuat keputusan . Ini juga berjanji
untuk ratifikasi perjanjian internasional. Tetapi perubahan konstitusi memerlukan suara dua-pertiga
anggota kedua majelis dan kemudian mayoritas suara dalam referendum nasioanal. Karena itu tidak
mengherankan kalau selama ini tidak pernah ada amandemen terhadap konstitusi, seperti halnya
Konstitusi Meiji yang tidak pernah mengalami perubahan.
Taro Aso
1. Wakil PM Dan Menteri Keuangan
2. Sekretaris Kabinet
Yoshida Suga
3. Menteri Luar Negri
Taro Kono
4. Hiroshige seko
Menteri Perdagangan Dan Industri
5. Keiichi Ishii
Menteri Pertanahan, Transportasi Serta Pariwisata
6. Toshimitsu Motegi
Menteri Ekonomi
7. Hiromochi Wartanabe
Menteri Rekontruksi
8. Yoshiaki Harada
Menteri Lingkungan Hidup
9. Mitsuhiro Miyakoshi
Menteri Okinawa Dan Northern Territories
10. Takuya Hirai
Menteri It Strategy
11. Masahiko Shibayama
Menteri Pendidikan Budaya Olahraga, Sains Dan Telnologi
12. Takeshi Iwaya
Menteri Pertahanan
13. Takamori Yoshikawa
Menteri Pertanian
14. Takumi Nemoto
Menteri Kesehatan Dan Tenaga Kerja Kesejahteraan
15. Takashi Yamashita
Menteri Kehakiman
16. Masatoshi Ishida
Menteri Dalam Negeri Dan Komunikasi
17. Saysuki Katayama
Menteri Revitalisasi Regional Dan Gender Equality
18. Junzo Yamamoto
Kepala Administrasi Polisi
Konstitusi Jepang menetpakan bahwa lembaga pengadilan sebagai lembaga independen, merupakan
cabang dari pemerintahan. Sistem peradilan Jepang adalah tersentralisir, dan dipusatkan dibawah Mahkamah
Agung (MA). MA adalah penguasa terakhir dari berbagai hal yang berhubungan dengan pengintrepetasian
hukum dan sistem pengadilan. Semua hakim dibawah MA ditugaskan oleh kabinet dari usulan MA untuk peride
10 tahun dapat dipilih kembali
Kota
Kota-kota di Jepang dikategorikan lagi menjadi empat jenis, kota terpilih, kota inti, kota istimewa, dan kota
biasa.
Kota terpilih (政令指定都市 seirei shitei toshi), juga disebut sebagai kota yang ditunjuk (指定都市 shitei
toshi) atau kota besar (政令市 seirei shi), merupakan kota di Jepang yang memiliki populasi lebih besar dari
500,000 penduduk dan memiliki tata kota yang ditentukan pemerintah atas perintah dari kabinet
Jepang berdasarkan pasal 252, bab 19 tentang Undang-Undang Otonomi Daerah. kota yang ditunjuk juga dibagi
lagi menjadi distrik kota.
Kota inti (中核市 Chūkakushi) merupakan kota di Jepang yang memiliki populasi lebih besar dari 300,000
penduduk dan memiliki luas lebih besar dari 100 kilometer persegi, meskipun pengecualian khusus dapat dibuat
Kota istimewa ( 特 例 市 Tokureishi) di Jepang merupakan kota yang memiliki populasi setidaknya 200,000
penduduk. Kategori ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang Otonomi Daerah, pasal 252 ayat 26.
Kota (市 shi) merupakan unit pemerintah daerah di Jepang yang memiliki populasi setidaknya 50,000 penduduk
dengan 60% kepala keluarga harus berada di pusat wilayah perkotaan, membangun perdagangan, industri atau
pekerjaan perkotaan lainnya. Kota berada pada tingkat yang sama dengan kota kecil (町 machi) dan desa (
村 mura); hanya saja bukan bagian dari distrik (郡 gun). Seperti unit pemerintahan lainnya, kota dibentuk
berdasarkan Undang-Undang Otonomi Daerah tahun 1947.
Kota kecil (町; chō atau machi) merupakan unit pemerintah daerah di Jepang. Termasuk badan publik daerah
bersama dengan prefektur (ken atau setara lainnya), kota (shi), dan desa (mura). Secara geografis, kota kecil
berada di dalam prefektur.
Desa (村 mura, atau son) merupakan unit pemerintah daerah di Jepang. Termasuk badan publik daerah bersama
dengan prefektur (ken atau setara lainnya), kota (shi), dan kota kecil (町 chō, atau machi). Secara geografis,
sebagian wilayah desa berada di dalam prefektur. Wilayah ini jauh lebih besar dari pemukiman, berdasarkan
pembagian dari distrik (郡 gun), yang dibagi lagi menjadi kota kecil dan desa yang tertata penuh.
Distrik kota istimewa (特別区 tokubetsu-ku) merupakan 23 kotamadya yang bersama-sama membentuk inti
dan bagian paling padat penduduknya dari Tokyo, Jepang. Keduanya menempatkan ke tanah yang awalnya
bernama Kota Tokyo sebelum dihapuskan pada tahun 1943 untuk menjadi bagian baru sebagai Tokyo
Metropolis. Susunan distrik kota istimewa dibentuk berdasarkan Undang-Undang Otonomi Daerah dan karakter
unik di Tokyo.
Distrik kota (区 ku) merupakan hasil pemecahan dari Kota di Jepang yang cukup luas untuk menjadi kota
pilihan pemerintah Jepang.[4]
Meskipun rincian dari pemerintah kota telah berubah dari waktu ke waktu, dasar dari sistem dua tingkat yang
berjalan saat ini masih serupa sejak penghapusan sistem han oleh pemerintahan Meiji pada tahun 1871. Sebelum
penghapusan sistem han, Japang dipecah menjadi provinsi ( 国 kuni) yang kemudian dibagi lagi
menjadi distrik (郡 gun) dan desa(里/郷 sato) pada tingkat terbawah.
Salah satu referensi yang terlupakan adalah mengenai otonomi daerah Jepang yang dikenal dengan
“Zenso” (Zenkoku Sogo Kaihatsu Kaikaku ). Referensi mengenai “Zenso”, sebagai hasil studi banding beberapa
peneliti Jepang , yang ditugasi oleh The Research Institute of Development Assisstance (RIDA) bersama The
Overseas Economic Cooperation Fund (OECF) Mei 1995.
Laporan tersebut telah disampakan pada Pimpinan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas) waktu itu. Di Jepang, zenso merupakan proses yang berkesinambungan dalam sejumlah tahapan.
Pertama, sebagai negara maju Jepang, hingga kini, masih terus melakukan reformasi administrasi
sebagai proses menuju sistem otonomi daerah ideal.
Kedua, sebagai negara kepulauan, Jepang tidak menerapkan sistem negara perserikatan, di mana antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah terdapat negara bagian (the state goverment), namun pemerintahan
daerah berhadapan langsung dalam interrelasi pembangunan darah dengan pemerintahan pusat .
Ketiga , pelaksanaan otonomi daerah Jepang yang sebenernya telah terprogram dalam Program nasional
Jepang bernama Integrated National Physical Development Plan/INDP plan, dan dikenal Zenso yang memang di
dedanai untuk mencapai kemandirian lokal dalam mengembangkan potensi pembangunan perekonomian
daerah.
Program pembangunan fisik Jepang ini dilakukan dengan tahapan-tahapan terpadu dengan tujuan
akhirnya penghapusan kesenjangan sosial ekonomi (rectification of disparities) demi tercapainya keseimbangan
pembangunan (balanced development of national land)
Tiga visi penting adalah 1.) Adanya pengakuan atas eksistensi organisasi pemerintah nasional sebagai
organisasi yang berwenang di dalam mengatur strategi pembangunan nasional ;2) Guna mengembangkan
strategi pembanguan ini pemerintah sangat membutuhkan
dukungan statistik yang akurat atas profil dan kondisi daerah masing-masing ; 3) Upaya pendelegasian
(pelimpahan) wewenang dari pemerintahan pusat ke pemerintah pusat ke pemerintahan daerah (delegation of
authorithy to local goverments to some extent)
Zenso I (1962-1967) menekankan konsep pembangunan fisik pada penyebaran industri-industri yang semula
banyak berlokasi di kota-kota metropolitan disebar menuju ke kota-kota besar, serta konsep promosi kota-kota
sentral. Konsep pertama diarahkan pada upaya penciptaan Kota-kota Industri Baru (seperti Niigata, Central
Hokkaido, Matsumoto Suwa) dan Lokasi Pembangunan Industri Khusus (seperti Kashima, Harima).
Zenso II (1969-1975), pembangunan difokuskan pada pengembangan new nationwide networks seperti
telekomunikasi, transportasi udara, kereta ekspres (shinkansen), highways, pelabuhan laut dan sebagainya, serta
Zenso III (1977-1985) yang semula menekankan pada industry dan pertumbuhan ekonomi tinggi menjadi
bergeser kepada pentingnya memperhatikan dan memperjuangkan kualitas hidup masyarakat.
Yang tak kalah penting juga adalah penyebaran kegiatan-kegiatan industri (industrial dispersion) ketingkat-
tingkat daerah guna menekan konsentrasi kegiatan industry pada kota-kota besar tertentu saja, seperti Osaka dan
Nagoya.
Zenso IV (1987-2000) mengupayakan pembentukan multi-polar nation yang tersebar, mengingat eskalasi
masalah-masalah sosial terutama di kota Tokyo cukup besar. Selain itu penyebaran jaringan informasi canggih
dan pembangunan infrastruktur di luar Tokyo terus dilakukan guna menghindari konsentrasi pembangunan di
satu kawasan saja.
Upaya untuk lebih memberdayakan daerah pedesaan dengan pembangunan industri-industri piranti lunak
(software), misalnya menjadi satu agenda yang direalisasi. Batasan waktu (timeframe) dari masing-masing
Zenso bukanlah harga mati. Artinya, masing-masing Zenso tetap berjalan sesuai dengan programnya, sementara
penetapan batas waktu tersebut hanya merupakan target formal yang ditetapkan pemerintah.
Sasaran utama program Zenso berupa upaya pembangunan merata lewat pemberdayaandan pengembangan
potensi daerah masing-masing untuk pembangunan ekonomi daerah yang dalam satu konsep wide-area life
zones.
Pembagian wilayah-wilayah berdasar konsep wide-area life zones terdiri atas kota sentral (center city); zona
pertama (primary zone); zona kedua (secondary zone); dan zona ketiga (tertiary zone). Wide-area life zones itu
sama dengan luas Keresidenan yang diterapkan sebagai kebijakan zaman Hindia Belanda.
Center city yang terbagi atas tujuh kota sentral: Sapporo, Sendai, Tokyo, Nagoya, Osaka, Hiroshima Fukuoka,
dan kota-kota pusatdaerah :local center cities, seperti area Asahikawa, dan area Morioka masukdalam center
city of wide-area life zone.
Zona pertama sebagai wide-area life zone meliputi area Sapporo, area Sendai, area Tokyo, kawasan Nagoya,
kawasan Osaka, kawasan Hiroshima dan kawasan Fukuoka.
Zona kedua dengan lingkup area yang lebih besar lagi meliputi 3 (tiga) area metropolitan, yaitu wilayah ibu kota
(Tokyo), wilayah Nagoya dan wilayah Osaka; dan 5 (lima) area lokal, Hokkaido, Tohoku, Chugoku, Shikoku
dan Kyushu. Sedangkan zona ketiga adalah wilayah kepulauan Jepang itu sendiri.
STUDI KASUS
Jepang menjadi salah satu tujuan wisata favorit bagi sejumlah turis asing. Namun, "Negeri Sakura" itu
merupakan negara rawan bencana alam. Terakhir kali Jepang dilanda gempa dan tsunami pada 2011 silam.
Gempa berkekuatan 9,0 magnitudo itu menimbulkan tsunami yang menghancurkan kawasan pesisir timur laut
negara itu. Sekitar 19.000 orang tewas atau hilang akibat peristiwa tersebut, serta menyebabkan kebocoran
pembangkit tenaga nuklir Fukushima Daiichi. Britannica mencatat, Perdana Menteri Jepang kala itu, Kan
Naoto, langsung mengumumkan keadaan darurat dan mengerahkan 100.000 pasukan untuk menangani wilayah
terdampak.
Kemudian, gempa berkekuatan 6,6 magnitudo juga mengguncang pulau utara Jepang, Hokkaido, pada 6
September 2018 hingga merenggut sedikitnya 18 korban jiwa. Sudah sejak lama berjibaku dengan bencana
alam, penduduk Jepang dilatih untuk sigap menghadapi agar meminimalkan jumlah korban dan kerusakan. Lalu
bagaimana Jepang berupaya memitigasi bencana?
Dan yang tak kalah penting adalah mengajarkan murid-murid di sekolah untuk tanggap ketika
menghadapi gempa. Sejak dari usia dini, anak-anak dilatih mencari tempat perlindungan dan bagaimana
bisa aman jika gempa melanda wilayah mereka. Metode yang paling umum diajarkan yaitu berlindung di
bawah meja dan menahannya dengan kaki sampai gempa berhenti. Jika sedang bermain di luar, anak-
anak diminta untuk berlari ke ruangan terbuka untuk menghindari bangunan yang roboh.
Orang Jepang dikenal pintar, sopan, dan penuh semangat. Mereka juga sosok pekerja keras dalam segala
bidang. Tak heran ini yang membuat Jepang menjadi negara paling maju di Asia. Salah satu faktor yang
berperan penting membuat Jepang menjadi negara maju adalah sistem pendidikan mereka yang benar-benar
hebat. Alhasil, mereka pun bisa mencetak generasi muda yang cekatan dan sangat cerdas dalam segala hal.
Berikut adalah 8 keunikan dari sistem pendidikan di negeri Sakura.
1. Di Jepang, pelajaran tentang etika dan moral lebih diutamakan ketimbang ilmu pengetahuan.
Pendidikan dasar di sekolah Jepang ternyata dilandasi pada pentingnya "Moral". Moral menjadi fondasi yang
ditanamkan "secara sengaja" pada anak-anak di Jepang.Filosofi yang diajarkan adalah bagaimana menaklukan
diri sendiri demi kepentingan yang lebih luas. Anak-anak diajarkan untuk memiliki harga diri, rasa malu, dan
jujur. Mereka juga dididik untuk menghargai sistem nilai, bukan materi atau harta. Ada 4 aspek yang ditanam
yaitu Menghargai Diri Sendiri (Regarding Self), Menghargai Orang Lain (Relation to Others), Menghargai
Lingkungan dan Keindahan (Relation to Nature & the Sublime), serta menghargai kelompok dan komunitas
(Relation to Group & Society). Pendidikan ini akan menanamkan pada anak-anak bahwa hidup tidak bisa
semaunya sendiri, terutama dalam bermasyarakat. Tak heran kalau kita melihat dalam realitanya, masyarakat di
Jepang saling menghargai.Bahkan, mereka hampir tidak pernah menunjukkan atau bicara tentang materi. Anak-
anak di SD Jepang tidak ada yang membawa handphone, ataupun barang berharga. Berbicara tentang materi
adalah hal yang memalukan dan dianggap rendah di Jepang.Besarnya kekuatan industri Jepang, majunya
perekonomian, teknologi canggih, hanyalah ujung yang terlihat dari negeri Jepang. Di balik itu semua ada
sebuah perjuangan panjang dalam membentuk budaya dan karakter.
2. Sekolah dan kampus memulai tahun akademik mereka di musim semi atau saat mekarnya bunga Sakura.
Inilah yang membuat para murid bersemangat untuk menghadapi tahun ajaran baru.
3. Tidak ada Office Boy. Sistem pendidikan di Jepang melatih siswa untuk mandiri dan membersihkan kelas
dengan baik.
4. Ini akan menjadi cubitan keras untuk para siswa yang sering bolos sekolah. Pasalnya di Jepang, tingkat
kehadiran siswanya adalah 99 persen!
5. Pelajaran tentang seni sangat diterapkan kepada murid-murid di Jepang. Alhasil generasi muda menghargai
seni tradisional negeri sendiri.
7. Untuk menciptakan kebersamaan antara seluruh murid dan guru, mereka semua selalu makan di
ruangan bersama-sama.
8. Tidak ada yang namanya kesenjangan sosial atau membeda-bedakan satu sama lain di Jepang. Hal ini
disimbolkan dengan pakaian sekolah bergaya pelaut yang mereka kenakan.
Pernikahan adalah akhir dari kehidupan lajang seseorang dan merupakan awal dari kehidupan baru
berumah tangga. Di berbagai belahan dunia, pernikahan masih dianggap hal yang sakral dan wajib dilakukan.
Dalam era modern seperti ini nampaknya pernikahan bukanlah sebuah keharusan, melainkan pilihan. Hal
tersebut sangat populer di negara-negara maju yang memiliki pola pikir praktis dan berambisi mengejar target
hidup. Tak terkecuali juga negara Jepang.Alasan orang-orang Jepang enggan menikah umumnya karena biaya
mengurus anak yang tinggi selain itu juga karena biaya pernikahan yang cukup tinggi. “Mengadakan upacara
pernikahan juga memerlukan biaya yang cukup mahal sekitar 50.000 yen. Biaya ini digunakan untuk acara
resepsi. Mengundang tamu undangan sebanyak 50 orang, biaya memesan makanan ukuran medium sekitar
1.000.000 yen”. (Saito Shuichi, 1982:18). Biaya resepsi pernikahan memang mahal bahkan para orang tua di
Jepang sudah menganggarkan biaya pernikahan anaknya sejak mereka lahir. Orang Jepang yang lajang akan
mulai menabung untuk pernikahan setelah bekerja.
Dibalik persiapan finansial dan fisik calon mempelai perlu juga persiapan lainnya seperti persiapan
administrasi dokumen-dokumen pernikahan.Sebelum mengajukan pernikahan tentu saja calon mempelai harus
memenuhi segala persyaratan pengajuan pernikahan. Seluruh persyaratan dasar pengajuan pernikahan diatur
dalam Undan-Undang pernikahan yang terdapat pada hukum perdata Jepang atau yang disebut juga
minpoten.Mengacu pada Undang-Undang Pernikahan pasal 731 sampai 737 dari hukum perdata Jepang yang
dikutip dari web resmi kedutaan Amerika untuk Jepang, pernikahan yang berlangsung di Jepang hanya boleh
dilakukan oleh pasangan yang sudah memasuki usia legal untuk menikah. Usia minimal untuk menikah di
Jepang untuk mempelai wanita adalah 16 tahun sedangkan unruk mempelai pria adalah 18 tahun. Apabila salah
satu mempelai berasal dari luar Jepang, syarat umur minimal yang berlaku di negara bersangkutan juga harus
Apabila yang menikah salah satu atau kedua belah mempelai dibawah usia 20 tahun wajib mendapat ijin
dari orang tua. Karena salah satu syarat sah mengajukan pernikahan di Jepang adalah surat ijin dari orang tua
kedua belah mempelai yang mengijinkan anak mereka menikah.Pernikahan yang terjadi hanya boleh
dilangsungkan oleh pasangan yang berbeda jenis (pria dan wanita), sedangkan pernikahan sesama jenis tidak
dapat dilakukan di Jepang. Pernikahan dengan saudara sedarah maupun dengan keluarga dekat atau yang
disebut juga incest, tidak diijinkan di Jepang. Menikah dengan anggota keluarga yang diadopsi atau saudara tiri
juga tidak diijinkan. “Ada pengecualian yaitu menikahi sepupu diperbolehkan tetapi paman atau bibi tidak
diijinkan menikahi keponakannya.” (Hasil wawncara dengan Ryousuke Abe, karyawan perusahaan software di
Tokyo, Jepang).
Menurut Undang-Undang Pernikahan Pasal 732 hukum perdata jepang, “Pernikahan poligami tidak
diperbolehkan”. Meskipun calon mempelai adalah penganut agama Islam yang notabene mengizinkan
pernikahan poligami serta pasangannya setuju untuk dipoligami pernikahan tetap saja tidak dapat dilangsungkan
di Jepang. Pada dasarnya Jepang adalah negara yang menganut sistem pernikahan monogami yaitu pernikahan
yang hanya melibatkan seorang pria dan wanita saja. Perniakahan poligami dilarang berhubungan dengan
masalah pembagian warisan yang dikhawatirkan menjadi permasalahan dikemudian hari.
Untuk janda yang berniat menikah lagi, jeda antara perceraian dan pernikahan yang kedua minimal
adalah enam bulan. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari salah identifikasi ayah biologis anak yang
dilahirkan akibat jarak pernikahan yang sebelumnya dengan pernikahan baru terlalu dekat. Hal tersebut selain
berhubungan dengan identitas diri anak juga berhubungan dengan pembagian warisan. “Sedangkan untuk pria
tidak masalah untuk menikah kembali sehari setelah bercerai karena tidak ada peraturan yang melarang hal
tersebut”. (Hasil wawancara dengan Shimada Hokuto, mahasiswa dari Jepang yang mengikuti program
Ashinaga ke Indonesia.)Untuk pernikahan beda agama tidak menjadi masalah di Jepang, karena negara Jepang
adalah negara sekuler yang tidak mencampuri urusan agama warga negaranya. Meskipun yang menikah adalah
seorang atheis pun tidak menjadi masalah. Mengenai pindah agama menjadi kesepkatan bersama calon
mempelai asal tidak ada paksaan.
PASAR JEPANG
Selama beberapa tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Jepang cukup menggembirakan dan mampu
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dunia, namun akibat krisis ekonomi global yang
melanda sebagian besar negara maju termasuk Amerika Serikat sejak awal tahun 2000 telah berpengaruh pula
terhadap pertumbuhan ekonomi Jepang.
Dari data Japan Custom tercatat impor Jepang dari dunia mengalami penurunan dari US$ 379.544,09 juta pada
tahun 2000 menjadi US$ 349.234,87 juta pada tahun 2001 dan menjadi US$ 337.567,96 juta pada tahun 2002.
Hal ini tentu akan berdampak terhadap impor Jepang dari Indonesia.
Menghadapi kelesuan ekonomi Jepang dalam beberapa tahun terakhir ini, Perdana Menteri Jepang Junichiro
Koizumi, pada pidato kenegaraannya di depan anggota Dewan (Lower House) pada tanggal 31 Januari 2003,
berjanji akan segera mereformasi bidang ekonomi. Beberapa kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah
Jepang pada awal tahun 2003 antara lain sebagai berikut :
a) Mereformasi bidang moneter seperti fiskal, perpajakan, sistem keuangan dan perbankan.
b) Menarik investor dari luar negeri untuk menanamkan modalnya di Jepang sebesar 13 trilyun yen s/d tahun
2008 guna membantu menciptakan lapangan kerja yang lebih luas di Jepang.
Bagi Indonesia dan khususnya para pengusaha eksportir Indonesia, Jepang dengan jumlah penduduk sebesar
126,93 juta jiwa dan dengan pendapatan perkapita sebesar US$ 37.434,67 tetap merupakan pasar utama bagi
produk-produk Indonesia baik migas maupun non-migas. Dengan kata lain, kendatipun pertumbuhan ekonomi
Jepang yang diproyeksikan tumbuh hanya sekitar 0% s/d 1% pada tahun 2003/2004, pengusaha eksportir
Indonesia harus mampu memanfaatkan pasar Jepang sebagai negara tujuan ekspor utama.
TOTAL IMPOR
Dari Dunia 280.678,41 311.793,62 379.544,09 349.234,87 337.567,96
Dari Indonesia 10.847,40 12.649,32 16.370,03 14.873,15 14.192,60
Pangsa Indonesia (%) 3,86 4,06 4,31 4,29 4,20
Dari tabel di atas, nampak bahwa impor Jepang (migas dan non-migas) dari Indonesia sejak tahun 2000
menurun, namun pangsa pasar komoditi non migas Indonesia terus meningkat sejak tahun 1998 sampai dengan
tahun 2002 ini.
Pada dasarnya, semua produk Indonesia dapat diekspor ke pasar Jepang selama produk tersebut sesuai dengan
spesifikasi yang diperlukan dan memiliki daya saing yang tinggi. Adapun produk Indonesia yang telah
Jepang merupakan satu diantara Negara maju dengan nilai impor dunia selama 5 tahun terakhir ini rata-rata US$
331,944.12 juta/tahun, namun untuk memasuki pasar Jepang relative tidak sama karakteristiknya dibandingkan
ekspor ke nagara maju atau negara berkembang lainnya. Jepang dengan karakteristik pasarnya yang khas, sering
dirasakan sebagai hambatan bagi pengusaha eksportir Indonesia dalam memasuki pasar Jepang. Hambatan
dimaksud terutama banyak dihadapi oleh produsen eksportir Indonesia dari kelompok Usaha Kecil dan
Menengah.
A. Hambatan Tarif :
Tarif impor Jepang untuk sebagian komoditi impor memang relatif rendah, yaitu rata-rata 3,6%. Penentuan tarif
di Jepang didasarkan pada Custom Tariff Schedule dengan HS 9 digit, namun untuk barang-barang selain bahan
baku, Jepang menganut sistem tarif eskalasi.
B. Hambatan Non-Tarif :
Sebagai salah satu sarana untuk mengawasi mutu barang, pemerintah Jepang memberlakukan serangkaian
paraturan yang mengacu pada kepentingan nasional. Untuk itu barang yang diekspor ke Jepang harus mengikuti
serangkaian peraturan, antara lain :
- The Plant Protection Law yang mengatur sistem karantina buah-buahan, sayur-sayuran, dan tanaman
yangdilarang di Jepang.
- The Consumer Product Safety Law yang mengatur prosedur untuk mengimpor dan menjual barang
konsumsidi Jepang.
- Measurement Law yang mengatur sistem pengemasan produk dengan label keterangan isi, nama dan
alamatimportir
- Quarantine Law yang mengatur sistem karantina barang impor
Serangkaian peraturan ini dapat dirasakan sebagai hal yang memberatkan bagi pengusaha Indonesia khususnya
pengusaha kecil dan menengah (Untuk mengetahui sejumlah peraturan mengenai impor di Jepang dapat
menghubungi KBRI-Tokyo, BPEN, Depperindag atau Kedutaan Besar Jepang di Jakarta, alamat lihat lampiran).
Disamping hal diatas, para pengusaha Indonesia juga harus menghadapi persaingan yang sangat ketat dengan
Negara pengekspor di Asia seperti China, Taiwan, Korea Selatan, Singapura, Philipina, Malaysia, Thailand, dan
Vietnam.
Menurut sejumlah pengusaha Jepang , ada beberapa kiat yang perlu diketahui oleh pengusaha eksportir
Indonesia khususnya dari kelompok UKM dalam memasuki pasar Jepang, antara lain sebagai berikut :
A. Pola Permintaan :
a. Permintaan satu produk umumnya dalam jumlah relatif kecil namun jenis produknya yang diminta cukup
banyak. Misalnya permintaan untuk furniture dari rotan, pihak importer Jepang akan memesan kursi sofa dari
rotan misalnya 5 kontainer, namun masing-masing kontainer jenis/modelnya akan relatif berbeda.
b. Produk yang diminta harus sesuai dengan contoh yang disepakati dan apabila contoh yang disepakati
berbeda dengan barang yang diterima, pengusaha Jepang akan kecewa dan biasanya kekecewaan dimaksud
memerlukan waktu untuk terobati.
B. Selera Konsumen
a. Konsumen Jepang sangat memperhatikan kualitas produk termasuk untuk hal-hal yang kecil, misalnya
pakaian disamping dilihat model, bahan, ukuran, warna, cara mencuci/seterika, kualitas jahitan juga akan
diperhatikan hal-hal kecil seperti tidak ada sisa-sisa benang yang nampak.
b. Harga adalah faktor yang menentukan atau dengan kata lain daya saing produk harus tinggi.
C. Sistem Pengangkutan/Delivery
a. Jadwal pengiriman harus tepat waktu. Bila terjadi keterlambatan, maka kontrak yang terjadi dapat dibatalkan
atau pihak eksportir membayar denda. Di Jepang, jadwal pengiriman diatur sedemikian rapi karena berpengaruh
pada empat musim (dingin, semi, panas dan gugur).
b. Apabila terjadi kerusakan setelah barang tiba di gudang importir, segera mengakui kesalahan itu dan
menggantinya. Semua ini perlu dilakukan agar tetap memperoleh kepercayaan demi kepentingan bisnis jangka
panjang.
D. Sistim Distribusi
a. Importir-Wholesaler-Retailer-Konsumen
Untuk beberapa komoditi dan umumnya komoditi pertanian seperti kopi, karet, cokelat dan komoditi lainnya
termasuk plywood, yang melakukan kegiatan impor adalah kelompok pengusaha besar Jepang atau yang dikenal
dengan "Sogho Sosha". Merekalah yang mendistribusikan komoditi yang diimpor kepada wholesaler.
Sementara produk-produk manufaktur umumnya dilakukan oleh importir umum.
a. Bangsa Jepang bangga melestarikan budayanya dan hal itu terwujud pula dalam budaya bisnis, misalnya
menghargai senioritas, artinya mereka lebih menghargai apabila negosiasi bisnis dengasn manajer atau
pimpinan perusahaan yang senior.
b. Pengusaha Jepang memerlukan waktu dalam mengambil keputusan dalam bisnis terutama terhadap mitra
yang baru dan apabila telah terjadi kontrak, biasanya kontrak dagang akan terus berlanjut atau langgeng.
F. Sistem Promosi
Para pesaing Indonesia seperti China, Vietnam, Thailand, Malaysia dan beberapa negara lainnya aktif
mempromosikan produk-produknya dengan mengirim langsung catalog dan contoh produk kepada para
importer di Jepang disamping itu mereka aktif pula mengikuti pameran-pameran dagang di Jepang. Bagi
pengusaha Indonesia sistem ini belum banyak dilakukan. Untuk itu beberapa hal yang perlu dilakukan
pengusaha Indonesia berkaitan dengan kegiatan promosi sebagai berikut :
a. Para pengusaha Indonesia khususnya pengusaha UKM agar menghubungi BPEN Depperindag (alamat lihat
lampiran) dan Kantor Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan di daerah. Beberapa kegiatan pameran di
luar negeri bisanya mendapatkan subsidi dari dana daerah walaupun tidak besar namun dapat meringankan
beban pengusaha di sektor UKM.
b. Para pengusaha Indonesia harus berani mengeluarkan biaya untuk membuat sekaligus mengirim katalog dan
contoh produk kepada para importer terkait di Jepang (Informasi mengenai para importer dan informasi yang
diperlukan lainnya dapat menghubungi KBRI Tokyo cq. Bidang Perindustrian dan Perdagangan, alamat lihat
lampiran).
c. Akan lebih efektif apabila leaflet atau katalog dengan penampilan yang menarik dibuat dalam bahasa
Jepang. Untuk membuat katalog dalam bahasa Jepang, saat ini relatif mudah di sejumlah percetakan di
Indonesia.
G. Sistim Komunikasi
a. Apabila eksportir Indonesia berkunjung ke Jepang, diharuskan membawa kartu nama secukupnya. Satu
diantara kebiasaan pengusaha Jepang disaat awal perkenalan, saling memberikan kartu nama.
b. Para pengusaha Jepang akan lebih menghargai apabila menggunakan bahasa mereka, untuk itu diusahakan
sedikit mengerti bahasa Jepang (Beberapa kalimat bahasa perkenalan, dapat dilihat dalam lampiran).
d. Usahakan untuk merespon secepatnya setiap permintaan hubungan bisnis dengan bahasa Inggris yang baik
dan apabila memungkinkan dengan bahasa Jepang. Pengusaha Indonesia dianjurkan untuk menunggu jawaban
mereka dan hindari meminta jawaban secepatnya, kecuali sudah terlalu lama tidak ada tanggapan dari pihak
buyer.
4.1 KESIMPULAN
4.2 SARAN