PROGRAM STUDI
MANAJEMEN/AKUNTANSI
UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA
SURABAYA
b) Y = a + bX
a dan b = Konstanta
Y = variabel yang dipengaruhi (endogenous
variable)
X = variabel bebas (exogenous)
MACAM-MACAM FUNGSI
(1). DARI SEGI JUMLAH VARIABEL BEBAS:
a. Fungsi Konstan
Y = C…….Y = 3.
Y
Y=3
X
0
b. Fungsi Dengan Satu Bariabel Bebas: Y = f(X)
Y = aX + b …….Y = 2X + 4 ……....Fungsi Linier.
Y = aX2 + bX + c….Y = X2-3X+2….Parabola.
Y = aX ……Y = 2X…………………..Fungsi Eksponen.
b. Fungsi Eksplisit
Y = aX + b …..Y = 2X + 3.
Y: Variabel terikat, dan
X: Variabel bebas.
(3). FUNGSI DARI SEGI BENTUK KURVANYA
FUNGSI
FUNGSI ALJABAR
FUNGSI NON-ALJABAR
1.FUNGSI LINIER
2. FUNGSI KUADRAT:
a. Parabola 1. FUNGSI EKSPONEN
b. Lingkaran 2. FUNGSI LOGARITMA
c. Ellips 3. FUNGSI TRIGONOMETRI
d. Hiperbola
3. FUNGSI POLINOMIAL
4. FUNGSI RASIONAL.
CONTOH-CONTOH FUNGSI ALJABAR:
Y Y1 Y2 Y1
tg b
X X1 X 2 X1
Y2 Y1
Y Y1 X X 1
X 2 X1
Membentuk Persamaan Garis Linier Berimpit,
Sejajar, Tegak Lurus dan Berpotongan
b b
0 a Q
Fungsi Penawaran
P
Q a bP
atau
a 1
P Q
Kurva Penawaran
a
b b b
a 0 Q
Keseimbangan Pasar
Qd Qs P
Qs
E
Pe
Qd
0 Qe Q
Contoh Kasus 1 :
Diketahui : Fungsi Permintaan ; Q = 15 – P
Fungsi Penawaran ; Q = - 6 + 2P
Ditanyakan : Pe dan Qe ?...
P
15 15 – P = - 6 + 2P
21 = 3P, P=7
Qs
Q = 15 – P
E = 15 – 7 = 8
7
3 Jadi, Pe = 7
Qd
Qe = 8
0 8 15
Q
PENGARUH PAJAK-SPESIFIK TERHADAP
KESEIMBANGAN PASAR
Pengaruh Pajak.
Pajak yang dikenakan atas penjualan suatu
barang menyebabkan harga jual barang
tersebut naik. Sebab setelah dikenakan pajak,
produsen akan berusaha mengalihkan
(sebagian) beban pajak tersebut kepada
konsumen.
Pengenaan pajak sebesar t atas setiap unit
barang yang dijual menyebabkan kurva
penawaran bergeser ke atas, dengan penggal
yang lebih tinggi pada sumbu harga. Jika
sebelum pajak persamaan penawarannya P = a
+ bQ maka sesudah pajak ia akan menjadi P = a
+ bQ + t = (a + t) + bQ.
Contoh Kasus 2 :
Diketahui : permintaan; P = 15 – Q
penawaran; P = 3 + 0,5 Q
pajak; t = 3 per unit.
Ditanyakan : berapa P dan Q keseimbangan sebelum dan sesudah
pajak ?...
Penyelesaian :
Dimisalkan sebelum pajak, Pe = 7 dan Qe = 8 . Sesudah pajak, harga
jual yang ditawarkan oleh produsen menjadi lebih tinggi, persamaan
penawarannya berubah dan kurvanya bergeser keatas.
P
15
Q's (sesudah pajak)
Qs (sebelum pajak)
E'
9
E
7
6
3 Qd
0 6 8 15 Q
Beban Pajak
Beban pajak yang ditanggung konsumen (tk)
Rumus : tk = P’e – P
Dalam contoh kasus diatas, tk = 9 – 7 = 2
a b a l t
P Q atau Q P
l t l t b b
Contoh Kasus 3 :
Diketahui : permintaan; P = 15 – Q
penawaran; P = 3 + 0,5 Q t = 25%
Ditanyakan : berapa P dan Q keseimbangan sebelum dan sesudah
pajak ?...
Penyelesaian :
Sebelum pajak, Pe = 7 dan Qe = 8 , sesudah pajak, persamaan
penawarannya akan berubah, sementara permintaannya tetap
P = 15 – Q atau Q = 15 – P .
Penawaran sesudah pajak, dengan t = 25% = 0,25 :
P = 3 + 0,5 Q + 0,25
P = 3 + 0,75 Q
Keseimbangan Pasar : Pd = Ps
15 - Q = 3 +0,75Q
-1,75Q = -12
Q = 6,6
Jadi, sesudah pajak : P’e = 8,4 dan Q’e = 6,6
Pajak yang diterima oleh pemerintah dari setiap unit barang adalah :
t x P’e = 0,25 x 8,4 = 2,1
Kurvanya adalah :
P Q's
E'
8,4 Qs
E
7
Qd
0 6,6 8 Q
Besarnya pajak yang ditanggung oleh konsumen untuk setiap barang yang
dibeli adalah tk = P’e – Pe = 8,4 – 7 = 1,4
Sedangkan yang ditanggung produsen adalah : tp = t – tk = 2,1 – 1,4 = 0,7
Jumlah pajak yang diterima oleh pemerintah adalah :
T = Q’e x t = 6,6 x 2,1 = 13,86.
PENGARUH SUBSIDI TERHADAP KESEIMBANGAN
PASAR
Subsidi merupakan kebalikan atau lawan dari pajak, oleh karena
itu ia sering juga disebut pajak negatif. Seiring dengan itu,
pengaruhnya terhadap keseimbangan pasar berbalikan dengan
pengaruh pajak, sehingga kita dapat menganalisisnya seperti ketika
menganalisis pengaruh pajak. Subsidi dapat bersifat spesifik dan
dapat juga bersifat proporsional.
Pengaruh Subsidi. Subsidi yang diberikan atas produksi/penjualan
sesuatu barang menyebabkan harga jual barang tersebut menjadi
lebih rendah. Dengan adanya subsidi, produsen merasa ongkos
produksinya menjadi lebih kecil sehingga ia bersedia menjual lebih
murah.
Dengan subsidi sebesar s, kurva penawaran bergeser sejajar
kebawah, dengan penggal yang lebih kecil (lebih rendah) pada
sumbu harga.
Jika sebelum subsidi persamaan penawarannya P = a + bQ, maka
sesudah subsidi akan menjadi P’ = a + bQ – s = (a – s) + bQ.
Contoh Kasus 4 :
Diketahui : permintaan; P = 15 – Q
penawaran; P = 3 + 0,5 Q
subsidi; s = 1,5 per unit. Ditanyakan : berapa P dan Q
keseimbangan sebelum dan sesudah subsidi ?...
Penyelesaian :
Tanpa subsid, Pe = 7 dan Qe = 8 . Dengan subsidi, harga jual yang ditawarkan
oleh produsen menjadi lebih rendah, persamaan penawaran berubah dan
kurvanya bergeser turun.
Penawaran tanpa subsidi : P = 3 + 0,5 Q
Penawaran dengan subsidi : P = 3 + 0,5 Q – 1,5
P = 1,5 + 0,5 Q Q = -3 + 2P
Permintaan tetap : P = 15 – Q Q = 15 – P
Maka, keseimbangan pasar : Qd = Qs
15 – P = -3 + 2P 18 = 3P, P = 6
Q = 15 – P 15 - 6 = 9
P
15
Qs (tanpa subsidi)
E'
7
6
3 Qd
1,5
0 89 15 Q
Bagian Subsidi yang Dinikmati
Bagian subsidi yang dinikmati konsumen. Besarnya bagian
dari subsidi yang diterima, secara tidak langsung, oleh
konsumen (sk) adalah selisih antara harga keseimbangan tanpa
subsidi (Pe ) dan harga keseimbangan dengan subsidi (P’e )
Dalam contoh kasus diatas, sk = 7 – 6 = 1.
Bagian subsidi yang dinikmati produsen.
Dalam contoh kasus diatas, sp = 1,5 – 1 = 0,5.
Jumlah subsidi yang dibayarkan oleh pemerintah. Besarnya
jumlah subsidi yang diberikan oleh pemerintah (S) dapat dihitung
dengan mengalikan jumlah barang yang terjual sesudah subsidi
(Q’e) dengan besarnya subsidi per unit barang (s).
Dalam contoh kasus diatas, S = 9 x 1,5 = 13,5.
KESEIMBANGAN PASAR KASUS DUA MACAM BARANG
Qdx f Px , Py
Bentuk Umum :
Qdx : jumlah permintaan akan X
Qdy g Py , Px
Qdy : jumlah permintaan akan Y
Px : harga X per unit
Py : harga Y per unit
Contoh Kasus 5 :
Diketahui : permintaan akan X; Qdx = 10 – 4Px + 2Py
penawarannya; Qsx = -6 + 6Px
permintaan akan Y; Qdy = 9 – 3 Py + 4 Px
penawarannya; Qsx = -3 + 7 Py
Ditanyakan : Pe dan Qe untuk masing-masing barang tersebut ?...
Penyelesaian :
1)Keseimbangan pasar barang X
Qdx = Qsx
10 – 4Px + 2Py = -6 + 6Px
10Px – 2Py = 16
10 Px 2 Py 16 1 10 Px 2 Py 16
4 Px 10 Py 12 2,5 10 Px 25Py 30
23Py 46
Py 2
1. Menggunakan C+I
Konsumsi (C) dan C+I
Investasi (I) E
C
Secara matematis: I A
Y=C+I
Y = C0 + bY + I
Y = 1/(1-b) (C0 + I)
45o
0 Ya Y e Yp Y (GDP)
2. Menggunakan
Tabungan (S) dan S,I S
Investasi (I)
E I
Secara
Matematis:
I=S 0 Ya Ye Yp Y (GDP)
I = - C0 + (1 – b)Y
Y = 1/(1-b) (C0 + I)
MODEL PENGGANDA (multiplier model)
S+T+M=I+G+X
Dalam model ini I dan X sebagai variabel eksogen,
sedangkan S dan M sbg variabel endogen,
yakni fungsi dari :
S= sY
M= mY
Dimana :
s = ∆ S = marginal propensity to saving
∆Y
m = ∆ M = marginal propensity to import
∆Y
Dengan cara yang sama diperoleh angka
pengganda yg lain sbb :