Anda di halaman 1dari 50

PERSAMAAN LINIER

1
Pendahuluan
• Hubungan sebab akibat antara berbagai
variabel ekonomi, seperti permintaan dan
harga, investasi dan tingkat bunga, dapat
dengan mudah dinyatakan dan diterangkan
dalam bentuk fungsi.
• Hubungan linier merupakan bentuk paling
dasar dan paling sering digunakan dalam
analisis ekonomi.

2
Definisi Fungsi Linier

• Fungsi linier → sebuah fungsi yang


mempunyai variabel bebas paling tinggi
berpangkat satu.
• Fungsi linier disebut juga persamaan garis
lurus → banyak digunakan untuk
menggambarkan perubahan-perubahan yang
cenderung semakin meningkat dari waktu ke
waktu baik jangka pendek maupun jangka
panjang.
3
Bentuk Umum Persamaan Linier

• Bentuk umum persamaan linier → y = a + bx


• Dimana:
 a = penggal garis pada sumbu vertikal (y)
 b = koefisien arah atau lereng garis
• Penggal a → mencerminkan nilai y pada
kedudukan x = 0.
• Lereng b → mencerminkan besarnya tambahan
nilai y untuk setiap tambahan 1 unit x
• Lereng fungsi linear selalu konstan → untuk
setiap x.
4
Pembentukan Persamaan Linier

• Empat macam cara untuk membentuk


persamaan linier yaitu:
Cara dwi-koordinat
Cara koordinat-lereng
Cara penggal-lereng
Cara dwi-penggal

5
Cara Dwi-Koordinat
• Apabila diketahui 2 buah titik, A dan B, dengan koordinat
(x1, y1) dan (x2, y2) → maka rumus persamaan liniernya:

• Contoh: diketahui titik A (2,3) dan titik B (6,5) maka


persamaan liniernya adalah:

4y - 12 = 2x – 4
4y = 2x + 8
y = 2 + 0,5x

6
Cara Koordinat-Lereng
• Apabila diketahui sebuah titik A dengan
koordinat (x1, y1) dan lereng garis b → maka
rumus persamaan liniernya: y-y1 = b(x-x1);
dimana: b = lereng garis.
• Contoh: diketahui bahwa A (2,3) dan lereng
garis = 0,5 maka persamaan linier yang
memenuhi data di atas adalah:
y-3 = 0,5(x-2) ; y = 0,5x -1 +3 ; y =2+0,5x
y = 2 + 0,5x
7
Cara Penggal-Lereng
• Persamaan linier dapat dibentuk jika diketahui
penggal pada salah satu sumbu dan lereng
garis yang memenuhi persamaan tersebut.
• Rumus persamaan linearnya: y = a + bx
• Dimana: a = penggal ; b = lereng
• Misalkan penggal dan lereng garis y = f(x),
masing-masing adalah 2 dan 0,5 maka
persamaan liniernya adalah: y = 2 + 0,5x

8
Cara Dwi-Penggal
• Persamaan linier dapat dibentuk jika diketahui
penggal garis tersebut pada masing-masing
sumbu → penggal pada sumbu vertikal (ketika
x = 0) dan penggal pada sumbu horizontal
(ketika y = 0).
• Dimana: a = penggal pada sumbu vertikal ; c =
penggal pada sumbu horizontal.
• Rumus persamaan liniernya:

9
Lanjutan Cara Dwi-Penggal.....

• Misalkan penggal sumbu vertikal = 2 dan


penggal sumbu horizontal = -4 → maka
persamaan liniernya:

y = 2 + 0,5x
y = 0,5x + 2

10
Lereng Garis Lurus
• Lereng → hasil bagi selisih antara 2 ordinat (y2 – y1) terhadap
selisih 2 absis (x2 – x1).
• Menurut cara dwi-koordinat maka:

• Menurut cara koordinat-lereng:


y – y1 = b (x - x1)  b = (y – y1)/(x-x1)

11
12
Menghitung Nilai Variabel Persamaan Linear

• Nilai variabel dalam persamaan linear dapat


dilakukan dengan 3 macam cara yaitu:
 Cara substitusi
 Cara eliminasi
 Cara determinan
• Note: review kembali ketiga cara di atas secara
mandiri!

13
Penerapan dalam Teori Ekonomi
• Penerapan fungsi linear dalam teori ekonomi
mikro:
 Fungsi permintaan, fungsi penawaran dan
keseimbangan pasar
 Pengaruh pajak terhadap keseimbangan pasar
 Pengaruh subsidi terhadap keseimbangan pasar
 Keseimbangan pasar kasus 2 barang
 Fungsi biaya dan fungsi penerimaan
 Keuntungan, kerugian dan pulang-pokok
 Fungsi anggaran

14
Lanjutan Penerapan dalam Teori Ekonomi.....

• Penerapan fungsi linear dalam teori ekonomi


makro:
 Fungsi konsumsi, fungsi tabungan dan angka
pengganda
 Pendapatan disposibel
 Fungsi pajak
 Fungsi investasi
 Fungsi impor
 Pendapatan nasional
 Analisis IS-LM
15
Fungsi Permintaan
• Fungsi permintaan → menghubungkan antara variabel
harga dan variabel jumlah barang yang diminta.
• Bentuk umum fungsi permintaan: Q = a – bP
atau

• Dimana: P = harga ; Q = jumlah barang


• P dan Q mempunyai tanda berlawanan →
mencerminkan hukum permintaan → apabila harga
naik maka jumlah barang yang diminta akan
berkurang ; apabila harga turun maka jumlah barang
yang diminta akan bertambah.
• Oleh karena itu, kurva permintaan berlereng negatif.
16
Fungsi Penawaran
• Fungsi penawaran → menghubungkan variabel harga
dan variabel jumlah barang yang ditawarkan.
• Bentuk umum fungsi penawaran:
Q = -a + bP atau

• Variabel P dan Q mempunyai tanda yang sama


→ positif → hal ini mencerminkan hukum penawaran
→ apabila harga naik maka jumlah yang ditawarkan
akan bertambah ; apabila harga turun maka jumlah
yang ditawarkan akan berkurang.
• Oleh karena itu, kurva penawaran berlereng positif.

17
Keseimbangan Pasar

• Keseimbangan terjadi ketika jumlah barang


yang diminta di pasar = jumlah barang yang
ditawarkan di pasar → Qd = Qs →
diperlihatkan oleh perpotongan kurva
permintaan dan kurva penawaran.
• Pada posisi keseimbangan tercipta harga
keseimbangan dan jumlah keseimbangan.

18
Contoh
• Diketahui: fungsi permintaan akan suatu barang:
P = 15 - Q, sedangkan penawarannya: P = 3 + 0,5Q.
• Ditanya: berapa harga dan jumlah keseimbangan yang
tercipta di pasar?
• Jawab:
permintaan: Q = 15 – P Q=0 P=15 ; P=0 Q=15
penawaran: Q = -6 + 2P ; Q=0 P=3 ; P=0 Q=-6
keseimbangan: Qd = Qs → 15 – P = -6 + 2P ; -3P = -21
3P = 21 → P = 7
Q = 15 – P → Q = 15 - 7
Q=8
• Jadi Pe = 7 dan Qe = 8

19
permintaan: Q = 15 – P Q=0 P=15 ; P=0 Q=15
penawaran: Q = -6 + 2P ; Q=0 P=3 ; P=0 Q=-6

20
Pengaruh Pajak Spesifik terhadap
Keseimbangan Pasar
• Pengenaan pajak atas penjualan suatu barang
menyebabkan harga jual barang naik → akibatnya
harga keseimbangan yang tercipta di pasar akan
lebih tinggi dari harga sebelum pajak dan jumlah
barang keseimbangan menjadi lebih sedikit.
• Adanya pajak sebesar t atas setiap unit barang
yang dijual, menyebabkan kurva penawaran
bergeser ke atas → titik keseimbangan juga
bergeser menjadi lebih tinggi.
• Jika sebelum pajak persamaan penawarannya
P = a + bQ → sesudah pajak menjadi
P = a + bQ + t atau P = (a+t) + bQ.
21
Contoh
• Diketahui: persamaan fungsi permintaan: P = 15 - Q dan
penawaran: P = 3 + 0,5Q. Pajak per unit barang Rp 3,-.
• Ditanya: berapa harga dan jumlah keseimbangan sebelum
dan sesudah pajak?
• Jawab: harga dan jumlah keseimbangan sebelum pajak:
Pe = 7 ; Qe = 8 (lihat slide 18).
Penawaran sesudah pajak:
P = 6 + 0,5Q → Q = -12 + 2P Q=0 P=6 ; P=0 Q=-12
Persamaan permintaan tetap → Q = 15 - P
Keseimbangan pasar: Qd = Qs
15 - P = -12 + 2P → 3P = 27 → P = 9
Q = 15 - P → Q = 15 - 9 → Q = 6
• Jadi sesudah pajak P’e = 9 dan Q’e = 6

22
Lanjutan Contoh Pajak.....

• Beban pajak yang ditanggung konsumen (tk) → selisih harga


keseimbangan sesudah pajak (P’e) dan harga keseimbangan
sebelum pajak (Pe).
• tk = P’e - Pe → tk = 9 - 7 → tk = 2
• Beban pajak yang ditanggung produsen (tp) → selisih
antara besarnya pajak per unit barang (t) dan bagian pajak
yang ditanggung konsumen (tk)
• tp = t – tk → tp = 3 - 2 → tp = 1
• Jumlah pajak yang diterima pemerintah → dihitung dengan
mengalikan jumlah barang yang terjual sesudah pajak (Q’e)
dengan besarnya pajak per unit barang (t).
• T = Q’e x t → T= 6 x 3 → T = 18
• Jadi pajak yang ditanggung konsumen = Rp 2,- ; pajak yang
ditanggung produsen = Rp 1,- dan penerimaan pajak oleh
pemerintah = Rp 18,-.
23
Pengaruh Subsidi terhadap Keseimbangan Pasar
• Subsidi → lawan dari pajak → disebut juga pajak
negatif.
• Subsidi menyebabkan harga jual barang menjadi lebih
rendah → karena biaya produksi yang ditanggung
produsen menjadi lebih kecil → sehingga produsen
mau untuk menjual lebih murah.
• Akibat setelah subsidi → harga keseimbangan di pasar
menjadi lebih murah dan jumlah barang menjadi lebih
banyak.
• Dengan subsidi sebesar s → kurva penawaran bergeser
ke bawah → titik keseimbangan akan menjadi lebih
rendah.
• Persamaan penawaran sebelum subsidi: P = a + bQ →
sesudah subsidi menjadi: P = a + bQ – s atau
P = (a-s) + bQ.
24
Contoh
• Diketahui: persamaan fungsi permintaan: P = 15 – Q dan
penawarannya: P = 3 + 0,5Q. Pemerintah memberikan
subsidi Rp 1,5 per unit barang yang diproduksi.
• Ditanya: berapa harga dan jumlah barang keseimbangan
tanpa dan dengan subsidi?
• Jawab: harga dan jumlah barang tanpa subsidi: Pe = 7 dan
Qe = 8 (lihat slide 18).
Penawaran dengan subsidi: P = 1,5 + 0,5Q → Q = -3 + 2P
Permintaan tetap → P = 15 – Q → Q = 15 – P
Keseimbangan dengan subsidi: Qd = Qs
15 – P = -3 + 2P → 3P = 18 → P = 6
Q = 15 – P → Q = 15 – 6 → Q= 9
• Jadi dengan adanya subsidi P’e = 6 dan Q’e = 9

25
Lanjutan Contoh Subsidi.....

• Bagian subsidi yang dinikmati konsumen (sk) → selisih


antara harga keseimbangan tanpa subsidi (Pe) dengan
harga kseimbangan dengan subsidi (P’e).
• sk = Pe – P’e → sk = 7 – 6 → sk = 1
• Bagian subsidi yang dinikmati oleh produsen (sp) →
selisih antara besarnya subsidi per unit barang (s)
dengan bagian subsidi yang dinikmati konsumen (sk).
• sp = s – sk → sp = 1,5 – 1 → sp = 0,5
• Jumlah subsidi yang dibayarkan oleh pemerintah (S) →
dihitung dengan mengalikan jumlah barang yang
terjual sesudah subsidi (Q’e) dengan besarnya subsidi
per unit barang (s).
• S = Q’e x s → S = 9 x 1,5 → S = 13,5
26
Fungsi Biaya
• Biaya total (TC) = biaya tetap (FC) + biaya variabel
(VC).
• Secara matematik, biaya tetap bukan fungsi dari
jumlah barang yang dihasilkan → merupakan
konstanta dan kurvanya berupa garis lurus sejajar
dengan sumbu jumlah barang (Q).
• Biaya variabel merupakan fungsi dari jumlah
barang yang dihasilkan dan kurvanya berupa garis
lurus berlereng positif.
• FC = k
• VC = f(Q) = vQ
• C = g(Q) = FC + VC → C = k + vQ
27
Contoh
• Diketahui: biaya tetap perusahaan Rp 20.000,-
dan biaya variabel ditunjukkan oleh
persamaan VC = 100Q.
• Ditanya: berapa biaya total yang dikeluarkan
perusahaan jika memproduksi 500 unit
barang?
• Jawab: TC = FC + VC → TC = 20000 + 100 (500)
TC = 70000
• Jadi biaya total yang dikeluarkan sebesar
Rp 70.000,-
28
Fungsi Penerimaan

• Penerimaan → fungsi dari jumlah barang


yang terjual atau dihasilkan → kurvanya
berupa garis lurus berlereng positif.
• Penerimaan total (TR) → hasil kali jumlah
barang yang terjual dengan harga per
unit barang tersebut.

29
Contoh
• Diketahui: harga jual produk yang
dihasilkan oleh sebuah perusahaan Rp 200,-
per unit.
• Ditanya: berapa penerimaannya bila terjual
barang sebanyak 350 unit?
• Jawab: R = Q x P → R = 350 x 200
R = 70000
• Jadi penerimaan totalnya sebesar
Rp 70.000,-
30
Analisis Pulang-Pokok
• Penerimaan dan biaya → variabel penting untuk
mengetahui kondisi perusahaan → apakah mengalami
kerugian atau mendapat keuntungan.
• Keuntungan → profit positif (π > 0) → jika TR > TC →
secara grafik kurva TR di atas kurva TC.
• Kerugian → profit negatif (π < 0) → jika TR < TC →
secara grafik kurva TR di bawah kurva TC.
• Konsep pulang-pokok (break-even) → konsep yang
digunakan untuk menganalisis jumlah minimum
produk yang harus dihasilkan atau terjual agar
perusahaan tidak mengalami kerugian.
• BEP → profit nol (π = 0) terjadi apabila TR = TC →
perusahaan tidak memperoleh keuntungan, tetapi
tidak pula menderita kerugian.
31
Contoh
• Diketahui: biaya total yang dikeluarkan perusahaan ditunjukkan
oleh persamaan: C = 20000 + 100Q dan penerimaan totalnya:
R = 200Q.
• Ditanya: pada tingkat produksi berapa unit perusahaan berada
dalam posisi pulang-pokok? Apa yang terjadi jika perusahaan
berproduksi sebanyak 300 unit?
• Jawab: pulang-pokok: π = R – C = 0 → R = C
200Q = 20000 + 100Q → 100Q = 20000
Q = 200
Jika Q = 300 maka R = 200 x 300 → R = 60000
C = 20000 + 100 (300) → C = 50000
π = R – C → π = 60000 – 50000
π = 10000
• Jadi pulang pokok pada produksi sebesar 200 unit → pada saat R
dan C sebesar Rp 40.000,- ; ketika perusahaan berproduksi
sebanyak 300 unit akan mendapatkan laba sebesar Rp 10.000,-

32
Fungsi Konsumsi
• Pendapatan (Y), konsumsi (C) dan tabungan (S) →
YC+S
• Konsumsi dan tabungan → fungsi linear dari
pendapatan → jika pendapatan makin besar
maka konsumsi dan tabungan juga makin besar ;
jika pendapatan menurun maka konsumsi dan
tabungan akan menurun.
• Fungsi konsumsi → hubungan antara konsumsi
dan pendapatan → C = f(Y) = C0 + cY.
• Dimana: C0 = konsumsi otonom ;
c = MPC = C/Y
33
Lanjutan Fungsi Konsumsi.....

• Co → konsumsi pada saat pendapatan sebesar


0 → mencerminkan konsumsi minimum yang
harus tersedia meskipun Y = 0.
• C0 → penggal kurva konsumsi pada sumbu
vertikal C.
• c → MPC → besarnya tambahan konsumsi
sebagai akibat adanya tambahan pendapatan
sejumlah tertentu.
• c→ lereng kurva konsumsi.

34
Fungsi Tabungan
• Fungsi tabungan mejelaskan hubungan antara
tabungan dan pendapatan → S = g(Y) = S0 + sY →
S0 = tabungan otonom ; s = MPS = S/Y
• S0 → tabungan otonom → penggal kurva
tabungan pada sumbu vertikal S.
• S → MPS → lereng dari kurva tabungan.
• Y = C + S → S = Y – C → S = Y – C0 –cY
S = -C0 + (1-c) Y
• Kesimpulan:
S0 = -C0
s=1–c→c+s=1
MPS = 1 – MPC → MPC + MPS = 1 35
Contoh
• Diketahui: konsumsi masyarakat suatu negara
ditunjukkan oleh persamaan C = 30 + 0,8Y.
• Ditanya: bagaimana fungsi tabungannya?
Berapa besarnya konsumsi jika S = 20?
• Jawab: S = Y – C → S = Y - 30 – 0,8Y
S = -30 + 0,2Y
Jika S = 20 maka 20 = -30 + 0,2Y
0,2Y = 50 → Y = 250
C = Y – S → C = 230
36
Pendapatan Disposibel
• Pendapan disposibel → pendapatan nasional
yang secara nyata dapat dibelanjakan oleh
masyarakat → Yd = Y – T ; dimana T = pajak.
• Pajak → variabel yang memperkecil pendapatan
disposibel.
• Yd = Y + R ; dimana R = transfer payment.
• R → variabel yang memperbesar pendapatan
disposibel.
• Y = Yd
Yd = Y – T dan Yd = Y + R
Yd = Y – T + R

37
Contoh
• Diketahui: fungsi konsumsi masyarakat suatu negara
ditunjukkan oleh C = 30 + 0,8Yd. Pemerintah menerima
pembayaran pajak sebesar 16 dan pada tahun yang
sama pemerintah memberi transfer payment kepada
warganya sebesar 6.
• Ditanya: berapa besarnya konsumsi jika Y = 200?
Berapa besarnya tabungan nasional?
• Jawab: Yd = Y – T + R → Yd = 200 – 16 + 6
Yd = 190
C = 30 + 0,8 (190) → C = 182
S = Yd – C → S = 190 – 182
S=8
38
Fungsi Pajak
• Pajak → mempunyai 2 sifat
 Pajak yang jumlahnya tertentu → tidak dikaitkan
dengan tingkat pendapatan → T = T0 → kurva
pajaknya berupa garis lurus dan sejajar dengan
sumbu pendapatan.
 Pajak yang penetapannya dikaitkan dengan
tingkat pendapatan → persentase dari
pendapatan → T = tY → kurva pajaknya berupa
garis lurus berlereng positif dan bermula dari
penggal T0.
• Dimana: T0 = pajak otonom dan t = proporsi pajak
terhadap pendapatan.
39
Fungsi Investasi
• I = f(i) → I = I0 –pi
• Dimana: I = investasi ; I0 = investasi otonom ; i = tingkat
bunga ; p = proporsi I terhadap i.
• Permintaan akan investasi berbanding terbalik dengan
tingkat bunga.
• Contoh
Diketahui: I = 250 – 500i.
Ditanya: berapa I pada saat i = 12%? Berapa I pada saat
i = 30%?
Jawab:
jika i = 12% → I = 250 - 500(0,12) → I = 190
Jika i = 30% → I = 250 – 500 (0,3) → I = 100

40
Fungai Impor
• Impor → fungsi dari pendapatan nasional →
cenderung berkorelasi positif.
• M = M0 + mY
• Dimana: M0 = impor otonom ; m = marginal
propensity to import = M/Y
• Contoh
Diketahui: M0 = 25 ; m= 0,05.
Ditanya: berapa nilai impor jika Y = 600?
Jawab: M = 25 + 0,05 (600) → M = 55
41
Pendapatan Nasional
• Pendapatan nasional → jumlah nilai seluruh keluaran
(barang dan jasa) yang dihasilkan oleh suatu negara
dalam jangka waktu tertentu.
• Pendekatan dalam penghitungan nasional:
 Pendekatan produksi
 Pendekatan pendapatan
 Pendekatan pengeluaran
• Pendekatan pengeluaran pendapatan nasional:
YC+I perekonomian 2 sektor
YC+I+G perekonomian 3 sektor
Y  C + I + G + (X-M) perekonomian 4 sektor

42
Contoh
• Diketahui: C0 = 500 ; MPS = 0,2 ; I = 300 ; G = 250 ;
X = 225 dan M = 175.
• Ditanya: hitunglah pendapatan nasional suatu
negara!
• Jawab: mps = 0,2 maka mpc = 0,8
C = C0 + cYd → C = 500 + 0,8Yd
C = 500 + 0,8Y (Y karena tidak ada T dan R)
Y = C + I + G + (X-M)
Y = 500 + 0,8Y + 300 + 250 + (225-175)
0,2Y = 1100 → Y = 5500
43
Analisis IS-LM
• Dalam ekonomi makro, pasar dibedakan
menjadi 3 macam:
 Pasar barang (termasuk jasa)
 Pasar uang (termasuk modal)
 Pasar tenaga kerja
• Analisis IS-LM → analisis yang membahas
keseimbangan serempak pasar barang dan
pasar uang.
• Alat analisisnya adalah kurva IS dan kurva LM.
44
Kurva IS
• Kurva IS → kurva yang menunjukkan keseimbangan antara
pendapatan nasional dan tingkat bunga di pasar barang.
• Pada perekonomian 2 sektor → persamaan kurva IS dibentuk
dengan menyamakan investasi (I) dengan tabungan (S).
• I = I0 –pi ;
I0 = investasi otonom ; p = proporsi I terhadap i; i = tingkat
bunga
S = S0 + sY
• I = S → I0 –pi = S0 + sY

45
Lanjutan Kurva IS.....

• Dengan menyederhanakan (I0 – S0)/s = Yb dan


p/s = b → persamaan kurva IS menjadi:
Y = f(i) = Yb – bi
• Contoh: bentuklah persamaan kurva IS untuk
C = 500 + 0,80Y dan I = 2000 - 5000i
• Jawab: C = 500 + 0,80Y → S = -500 + 0,2Y
I = S → 2000 – 5000i = -500 + 0,2Y
2500 - 5000i = 0,2Y
Y = 12500 – 25000i
46
Kurva LM
• Kurva LM → kurva yang menunjukkan keseimbangan
antara pendapatan nasional dan tingkat bunga di pasar
uang.
• Persamaan kurva LM dibentuk dengan menyamakan
persamaan permintaan akan uang (L / liquidity
preference) dengan persamaan penawaran uang (M /
money supply).
• Permintaan uang: L = L0 + kY – hi
Penawaran uang: M = M0
• L = M → L0 + kY – hi = M0

47
Lanjutan Kurva LM.....

• Dengan menyederhanakan (M0 – L0)/k = Yu dan


h/k = u → persamaan LM menjadi:
Y = g(i) = Yu + ui
• Contoh: bentuklah persamaan kurva LM jika
permintaan uang: L = 10000 + 0,4Y – 20000i
dan jumlah uang beredar sebesar 9000
• Jawab: L = M → 10000 + 0,4Y -20000i = 9000
0,4Y = -1000 + 20000i → Y = -2500 + 50000i

48
Keseimbangan Serempak
IS = LM
• Keseimbangan serempak di pasar barang dan
pasar uang ditunjukkan oleh perpotongan antara
kurva IS dan kurva LM.
• Berdasarkan contoh IS (pada slide 44) dan LM
(pada slide 46) → IS = LM
12500 – 25000i = -2500 + 50000i
15000 = 75000i → i = 0,2
IS → 12500 – 25000 (0,2) = 7500
LM → -2500 + 50000 (0,2) = 7500
• Jadi Y = 7500 dan i = 0,2

49
• Sumber acuan:
 Bab 6, Matematika Terapan untuk Bisnis dan
Ekonomi, du Mairy, BPFE, Yogyakarta, 2003.

50

Anda mungkin juga menyukai