Anda di halaman 1dari 4

ESSAY: ETNOSAINS BIOTEKNOLOGI

Nama : Riandy Pratama (0402518019)


: Selly Marlina (0402518026)
Bioteknologi merupakan ilmu terapan yang menggunakan makhluk hidup sebagai
komponen penting dalam produksi produk atau barang atau jasa yang bermanfaat bagi
kehidupan manusia. Dapat di definisikan juga bioteknologi yaitu ilmu terapan yang
menggabungkan berbagai macam cabang ilmu dalam memproses barang atau jasa yang bisa
bermanfaat bagi manusia. Bioteknologi terbagi menjadi dua yaitu bioteknologi konvensional
dan bioteknologi modern. Yang dimaksud bioteknologi konvensional adalah cara penerapan
ilmu bioteknologi dengan memanfaatkan organisme hidup secara langsung untuk mengubah
kandungan gizi yang terdapat pada suatu produk. Penerapan bioteknologi konvensional sudah
digunakan sejak ilmu pengetahuan belum berkembang pesat. Bioteknologi jenis ini sering
dilakukan di rumah-rumah karena proses atau cara untuk melakukannya cukup mudah dan
bahan yang diperlukannyapun mudah di dapatkan. Sementara itu dapat dikatakan
bioteknologi modern merupakan suatu jenis bioteknologi yang menggunakan alat-alat
modern yang sifatnya kecil dan sulit sekali untuk dilakukan di rumah-rumah.

Jaman sekarang, Bioteknologi tidak hanya berdasarkan terapan ilmu biologi saja,
tetapi dari berbagai macam ilmu terapan lain, seperti biokimia, biologi molekuler, genetika,
mikrobiologi, dan lain-lain. Adapun ciri utama dari bioteknologi, diantaranya: Terdapat
benda biologi misalnya berupa mikroorganisme, tumbuhan maupun hewan, adanya
pendayagunaan secara teknologi maupun secara industri dan produk atau jasa yang dihasilkan
merupakan hasil dari ekstraksi maupun pemurnian. Saat ini masyarakat sudah banyak
mengenal istilah etnosains. Namun banyak juga yang belum mengetahui apa makna etnosains
itu sendiri. Etnosains merupakan kegiatan mentransformasikan antara sains asli masyarakat
dengan sains ilmiah. Sains asli tercermin dalam kearifan lokal sebagai suatu pemahaman
terhadap alam dan budaya yang berkembang di kalangan masyarakat. Lahirnya etnosains
tidak terlepas dari trial and error sebagai salah satu metode ilmiah yang digunakan orang
jaman dahulu, dan telah menghasilkan pengetahuan baru tetapi tidak mampu menggali
potensi sains yang terkandung karena keterbatasan pengetahuan.

Etnosains merupakan pengetahuan-pengetahuan di masyarakat yang bersifat


tradisional dan turun temurun. Etnosains sebagai suatu kajian dari sistem pengetahuan asli
dari budaya masyarakat dan fenomena yang berhubungan dengan alam semesta yang terdapat
di masyarakat lokal. Menjadi bagian dari pengetahuan sains, bioteknologi turut berpengaruh
pada perkembangan keilmuan dalam kehidupan. Umumnya masyarakat menerjemahkan
kejadian yang dialaminya sesuai kepercayaan yang berkembang di lingkungan tersebut. Cara
ini merupakan salah satu pengetahuan yang disebut sains asli masyarakat.Sains asli
masyarakat tercermin dalam kearifan lokal sebagai suatu pemahaman terhadap alam dan
budaya yang berkembang di kalangan masyarakat.

Seiring kemajuan jaman dan perkembangan teknologi, pengetahuan pun harus


berkembang. Upaya pengembangan pengetahuan bukan saja dilakukan para ilmuwan dan
pakar-pakar yang ahli di bidangnya. Lebih dari itu, hal terpenting yang perlu diterapkan
adalah penggalian potensi pengetahuan sains pada budaya yang berkembang di masyarakat.
Etnosains juga terdapat dalam ranah bioteknologi.merupakan salah satu ranah etnosains dan
cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang ilmu terapan yang menggabungkan
berbagai macam cabang ilmu dalam memproses barang atau jasa yang bisa bermanfaat bagi
manusia. Tidak dapat dipisahkan antara bioteknologi, etnosains, dan ilmu sains karena
ketiganya saling berkaitan dan terintegrasi menjadi satu kesatuan yang utuh. Peran
bioteknologi dan etnosains sangat penting dalam keutuhan sains mengingat luasnya cakupan
ranah bioteknologi sebagai salah satu ranah etnosains yang sangat bermanfaat bagi
kesejahteraan manusia.

Indonesia di kenal sebagai bangsa dan negara yang kaya akan khasanah budaya dan
tradisinya. Masing-masing pulau, bahkan di masing-masing wilayah dan daerah memiliki
kekhasan baik itu dalam kebiasaan, adat istiadat, makanan dan minuman tradisional, pakaian
tradisional, tanaman khas daerah, bahasa dan kesenian daerah, yang kesemuanya itu
merupakan kearifan lokal dan budaya masing-masing daerah yang tentunya akan berbeda-
beda antara satu dengan lainnya. Budaya dan kearifan lokal suatu daerah perlu terus
dikembangkan dan dilestarikan sehingga mampu menjadi bagian dari kekayaan nusantara
yang dapat diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Hal ini
bisa dikaitkan dengan etnosains.
Banyak sekali contoh produk dari etnosains bioteknologi di Indonesia karena
Indonesia memiliki ragam budaya etnik serta berbagai makanan khas dan tradisional yang
terkenal hingga mancanegara contohnya adalah antara lain tempe dan kecap yang sebagai
mana diketahui bahwa tempe merupakan makanan khas Indonesia yang juga merupakan
produk hasil bioteknologi konvensional. Meskipun sudah terkenal bahwa tempe merupakan
makanan khas Indonesia, namun hingga saat ini belum ada data valid yang menyebut sejak
kapan tempe dibuat dan menjadi makanan orang Indonesia. Hanya saja, pernah disebutkan
dalam Serat Centini tahun 1815 di Keraton Solo bahwa salah satu budaya orang Jawa yaitu
memakan tempe, yang berarti tempe sudah dikenal jauh sebelum Indonesia merdeka. Tempe
merupakan contoh produk bioteknologi konvensional yang memanfaatkan mikroorganisme
yaitu Rhizopus sp., sementara itu kecap merupakan contoh produk bioteknologi konvensional
yang memanfaatkan mikroorganisme yaitu Aspergillus sp. dalam proses fermentasi kedelai
hitam.

Hampir semua pangan kecuali pangan steril dapat menjadi tempat hidup dan
berkembang biak satu atau lebih jenis mikroorganisme. Tempe dan kecap merupakan contoh
bioteknologi konvensional yaitu proses pembuatan produk yang biasanya dilakukan hanya
berdasarkan pengalaman yang didapat secara turun-temurun tanpa memahami bagaimana
prinsip proses pembuatannya. Selama ini pembuat tempe dan kecap rumahan hanya
menganggap cara pembuatan tempe dan kecap tersebut diperoleh secara turun-menurun, dan
tidak ada hubungannya dengan ilmu pengetahuan (sains) terlebih tentang cabang ilmu
pengetahuan alam yaitu bioteknologi.

Warga Negara Indonesia sebagian besar tentu tahu dan mengerti bagaimana proses
per proses pembuatan tempe namun masih sedikit yang tahu bahwa tempe merupakan hasil
dari produk bioteknologi konvensional karena kurangnya pemahaman warga akan
bioteknologi. Maka, tempe ini merupakan makanan khas asli Indonesia yang merupakan
contoh dari etnosains dalam bioteknologi. Dalam pembuatan tempe dilakukan fermentasi
kedelai menggunakan mikroorganisme Rhizopus sp. Yang dapat mengubah protein kompleks
pada kacang kedelai menjadi asam amino.

Seperti yang sudah dipaparkan bahwa para pembuatn tempe bisa membuat tempe
dengan benar namun tidak mengetahui proses dan nilai ilmiah yang ada dalam setiap
prosesnya. Seperti mulai dari tahap awal pembuatan tempe yaitu perebusan biji kedelai
sebagai proses hidrasi yaitu agar biji kedelai menyerap air sebanyak mungkin. Pengupasan
kulit biji kedelai brtujuan agar miselium fungi dapat menembus biji kedelai selama proses
fermentasi. Proses perendaman biji kedelai agar terjadinya hidrasi biji kedelai dan
membiarkan terjadinya fermentasi asam laktat agar diperoleh keasaman yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan fungi. Fermentasi asam laktat dan pengasaman bermanfaat
meningkatkan nilai gizi dan menghilangkan bakteri beracun. Yang terpenting pada
pembuatan tempe yaitu pemberian ragi untuk fermentasi, kemudian pemberian lubang
sebagai tempat masuknya udara, pada bungkus tempe harus di lubangi karena kapang tempe
membutuhkan oksigen untuk tumbuh. Fermentasi dapat dilakukan pada suhu 20o–37°C
selama 18–36 jam.

Selain tempe dan kecap, makanan tradisional lain khas tanah Indonesia yaitu ada tape.
Tape sendiri ada berbagai macam jenisnya yaitu ada tape ketan dan tape singkong. Tape
merupakan makanan fermentasi yang terkenal diseluruh pulau Jawa. Masyarakat Jawa Barat
mengenal tape sebagai makanan daerahnya. Terdapat dua jenis tape yang dibedakan
berdasarkan bahan bakunya, yaitu tape ketan dan tape singkong. Ragi tape terdiri dari
campuran berbagai macam mikroorganisme. Mikroorganisme yang utama adalah
ragi Saccharomyces cerevisiae lalu terdapat juga Endomycopsis burtonii, Candida
utilis, Pediococcus sp., Bacillus sp., dan beberapa mikroorganisme lainnya. Ragi tape ketan
lebih spesifik mengandung Amylomyces rouxii yang berperan penting dalam fermentasi tape
ketan. Tape ketan dibuat dengan cara mengukus beras ketan yang kemudian dibubuhi ragi
tape dan difermentasikan selama 2-4 hari dalam bungkus daun pisang, jambu, atau karet.
Tape singkong biasa juga disebut Peyeum bagi masyarakat Sunda di Jawa Barat. Peyeum
berbeda dengan tape ketan pada umumnya karena teksturnya lebih kering dan lebih sedikit
mengandung air. Tape singkong dibuat dengan cara mengukus singkong yang telah dikupas
kulitnya kemudian ditaburi ragi tape dan kemudian difermentasi selama 2-3 hari dalam
bungkus daun pisang.

Dikatakan mengapa tempe, kecap, dan tape merupakan contoh etnosains bioteknologi
yaitu karena dilihat dari kata etnosains yang bersasal dari kata ethnos yang berarti bangsa,
dan scientia artinya pengetahuan. Oleh sebab itu, etnosains merupakan pengetahuan yang
dimiliki oleh suatu komunitas budaya, baik itu berupa makanan, adat istiadat, dan sebagainya,
maka diketahui bahwa tempe, kecap dan tape merupakan makanan tradisional yang dimiliki
bangsa Indonesia dan merupan produk hasil bioteknologi konvensional. Namun lebih dari itu,
masih banyak lagi makanan khas Indonesia yang merupakan produk bioteknologi seperti
jajanan brem dari Madiun dan Wonogiri, Dadih dari Suku Minangkabau, Dangke dari
Kabupaten Enrekang di Sulawesi Selatan, Lemea merupakan makanan fermentasi yang
berasal dari suku Rejang di daerah Bengkulu, Oncom merupakan makanan fermentasi dari
suku Sunda dan sangat populer sebagai makanan olahan khas di Jawa Barat, Pakasam dan
Wadi yang merupakan makanan berbahan dasar ikan yang berasal suku-suku yang tinggal di
daerah Kalimantan, seperti suku Dayak dan suku Banjar, dan masih banyak lagi.

Anda mungkin juga menyukai