T.HaniHandoko
Nurullndarti
Rangga Almahendra
Manajernen dalam Berbagai Perspektif
Hak Cipta 2012 pada Penulis. Hak terbit pada Penerbit Erlangga
16 15 14 13 12 54321
Para pembelajar manajemen - ilmuwan, mahasiswa, dan praktisi - dan siapa saja yang
mempelajari teori-teori manajemen untuk mendapatkan pedoman tentang penanganan
isu-isu manajerial akan menemui keragaman perspektif variabel dan preskripsi. Sejak
Adam Smith mengenalkan konsep spesialisasi pekerjaan hampir 200 tahun yang lalu,
berbagai perspektif manajemen terus dikembangkan dan berevolusi sesuai dengan
tuntutan masalah yang disebabkan oleh perubahan lingkungan bisnis. Sejumlah guru
manajemen seperti Frederick Winslow Taylor, Max Weber, Henri Fayol, Douglas
McGregor, Chester Barnard, Peter Drucker, dan banyak pemikir manajemen modern
lainnya, telah memberi pondasi pengembangan pemikiran dan praktik manajemen hingga
saat ini. Manajemen modern tentu saja bukan sekedar serangkaian perangkat dan teknik,
tetapi lebih merupakan perspektif - suatu cara berpikir (a way of thinking). Perspektif
mencerminkan keyakinan tentang tipe masalah yang bernilai untuk dipecahkan dan
dapat diselesaikan, dan kemudian merumuskan solusinya.
Sayangnya, kita semua, baik ilmuwan maupun praktisi manajemen, sering
terpenjarakan oleh perspektif yang kita miliki, atau menjadi tawanan perspektif kita
yang sempit. Sebagai sea rang ilmuwan at au akademisi, kita sering tidak terbuka
terhadap berbagai pemikiran baru, dan enggan menguji kembali cara berpikir kita
yang mungkin sudah usang dimakan zaman. lngat bahwa, "a way of thinking is also a
way of not thinking." Sebagai manajer (praktisi), kita sering menjadi tawanan perspektif
yang menempatkan suatu tujuan, seperti efisiensi, di atas berbagai tujuan lain. Buku
Manajemen dalam Perspektif ini hadir terutama karena didorong keinginan untuk
menyadarkan kita semua atas kenyataan tersebut, dan kemudian mendorong sikap
pembelajaran yang lebih terbuka atas keragaman perspektif. Berbagai lensa, meskipun
masih dalam jumlah terbatas untuk mencerminkan seluruh perspektif manajemen yang
sangat beragam, dibahas untuk menunjukkan "kekayaan" teori dan praktik manajemen.
Buku ini disusun menjadi enam bagian atas dasar perspektif yang mendasari setiap
tulisan: (1) Perspektif Etika, Moralitas, Spiritualitas, dan Keberlangsungan, (2) Perspektif
Kornpetensi dan Sumber Daya, (3) Perspektif Keperilakuan, (4) Perspektif Perubahan dan
Kepemimpinan, (5) Perspektif Manajemen Berbasis Nilai, dan (6) Perspektif Manajemen
dalam Aplikasi. Eksplorasi berbagai perspektif tidak dilakukan secara urut menurut
fungsi, proses, ataupun bidang manajemen, sehingga para pembaca tidak harus mulai
dari halaman pertama. Anda dapat memulai "perjalanan" dari bagian, bahkan tulisan
manapun, dan dari satu tulisan ke tulisan lain dalam bagian-bagian yang berbeda sesuai
minat. Setelah selesai membaca setiap tulisan sebaiknya Anda berhenti sejenak untuk
merefleksikannya, karena sebagian besar tulisan lebih dimaksudkan umuk menstimulasi
Manajemen dal~m Berbagai Perspektif
pemikiran dan pengembangan lebih lanjut, bukan untuk memberikan solusi dan
preskripsi. Bila pemikiran pembaca terusik dan kemudian bereaksi kritis, maka buku ini
berhasil memberikan manfaat bagi pengembangan perspektif manajemen lebih lanjut.
Bagian pertama, Perspektif Etika, Moralitas, Spiritualitas, dan Keberlangsungan,
menjadi perspektif yang tepat untuk mengawali pembahasan. Bila kita menelusuri sejarah,
pengembangan konsep dan praktik manajemen tidak pernah dapat dilepaskan dari
isu-isu etika dan moralitas, meskipun dalam praktiknya sejak lama tidak dipedulikan.
Kedua isu ini dikupas oleh dua tulisan pertama dalam konteks tata kelola organisasi
yang baik (good corporate governance). Selanjutnya, tuntutan masalah lingkungan
baru memunculkan dua isu terkait yang akhir-akhir ini semakin mendapatkan banyak
perhatian - spiritualitas dan keberlangsungan (sustainability). Konteks pemasaran
merupakan arena yang sesuai untuk memasarkan pentingnya nilai-nilai spiritualitas dan
orientasi keberlangsungan sebagai pedoman praktik manajemen bisnis. Dalam bagian
kedua, Perspektif Berbasis Kompetensi dan Sumber Daya dibahas dalam konteks
manajemen inovasi sebagai sumber keunggulan kompetitif berkelanjutan. Pandangan
berbasis sumber daya (resource-based view) tidak dapat dipungkiri telah menjadi
pondasi berbagai pemikiran terkait urgensi inovasi dalam persaingan bisnis sekarang
dan masa mendatang. Bagian ini memberikan berbagai tilikan (insights) tentang strategi
internasionalisasi, proses institusionalisasi, dan peran manajemen pengetahuan, serta
peran kepemimpinan dan sekolah bisnis dalam memprornosikan dan mengembangkan
inovasi dan keprimaan operasional.
Bagian ketiga, Perspektif Keperilakuan, menekankan pentingnya pemahaman aspek
judgment, emosi, dan aspek-aspek keperilakuan lainnya dalam proses manajemen. Tulisan
pertama mengingatkan keberadaan sejumlah jebakan bias dalam penggunaan pendekatan
heuristik pada proses pembuatan keputusan manajerial. Tulisan kedua membahas
konsep dan pengukuran ketertanaman pekerjaan (job embeddedness) untuk memahami
fenomena perputaran karyawan. Tulisan ini mernberikan pembelajaran tentang penerapan
prosedur penelitian "ilmiah" untuk mengukur konstruk keperilakuan. Selanjutnya, pada
bagian keempat, Perspektif Perubahan dan Kepemimpinan, dikupas dua tantangan
kritis yang saling terkait yang harus dihadapi organisasi dalam lingkungan kompetitif
baru - perubahan dan kepemimpinan. Pembahasan diarahkan untuk menjawab empat
pertanyaan penting: Bagaimana proses perubahan dapat dikelola secara efektif? Apa
peran kepemimpinan dalam proses perubahan? Bagaimana dinamika hubungan antara
kepemimpinan dan kepengikutan? serta, Apakah berbagai teori kepemimpinan dapat
digeneralisasi lintas budaya dan lintas gender?
Bagian kelima memfokuskan pada pembahasan Perspektif Manajemen Berbasis
Ni!ai dalam literatur manajemen keuangan. Dalam konteks ini, manajemen berbasis nilai
bertujuan mernaksimalkan kemakmuran para investor atau pemegang saham sebagai
penyedia dana yang memungkinkan keberadaan dan operasi bisnis. Pembahasan dimulai
dengan penerapan pendekatan terstruktur terhadap penciptaan nilai bagi investor.
Tulisan berikutnya menguraikan penerapan pendekatan manajemen berbasis nilai dalam
konteks pemberian bonus bagi manajemen puncak. Meskipun tidak secara eksplisit
dikaitkan dengan manajemen berbasis nilai, dua tulisan lainnya memberikan ilustrasi
Kata Pengantar
upaya peningkatan nilai bagi organisasi clan investor melalui manajemen kekayaan
clan penggunaan sekuritas derivatif clalam manajemen keuangan. Terakhir, Perspektif
Manajemen dalam Aplikasi menunjukkan bahwa, pembahasan bidang manajemen tidak
akan pernah kehabisan topik dan sangat luas. Tulisan pertama menghidupkan kembali
teknik analisis "lama" SWOT. Pembahasan difokuskan pada dimensi-dimensi dasar
analisis SWOT sebagai pertimbangan-pertimbangan penting dalam proses perencanaan
strategis. Tiga tulisan terakhir menggambarkan luasnya pembahasan topik manajemen
bisnis, mulai dari upaya memahami perilaku pengguna jejaring sosial online, mernbedah
manajemen risiko kriminal di perusahaan-perusahaan Indonesia, sampai menguraikan
peran clan fungsi bank sebagai lembaga keuangan yang unik.
Semua tulisan dalam buku ini merupakan kontribusi dan hasil kebersamaan para
dosen [urusan Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada
(FEB UGM). Tanpa kontribusi semua penulis, buku ini tidak akan pernah terwujud.
Oleh karena itu, kami memberikan apresiasi dan penghargaan sebesar-besarnya bagi
mereka yang telah menunjukkan komitmen dan keterlibatannya pada program jurusan
ini. Secara khusus, kami mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Marwan Asri,
MBA, Dekan FEB UGM, atas clorongan dan dukungannya. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada Dr. Sahid Susilo Nugroho, M.Sc, Ketua Iurusan Manajemen FEB
UGM, yang tak kenallelah untuk terus memacu penyelesaian buku ini. Akhirnya, kami
menyampaikan terima kasih kepada Rokhima Rostiani, M. D. Dipta Dharmesti, E. Dita
Septiari, dan semua saja yang telah bekerja keras untuk mengedit dan memproses semua
tulisan. Tidak lupa, kami mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Basu Swastha
Dharmmesta, MBA atas sumbangan desain batik sebagai sampul buku ini clan Gigih
Ginanjar yang telah mengubahnya menjadi desain sampul buku yang indah. Semoga
buku ini menjadi awal kemunculan buku-buku [urusan berikutnya sebagai sumbangan
bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan manajemen di Indonesia.
T. Hani Handoko
NurulIndarti
Rangga Almahendra
Kata Pengantar v
Daftar Isi viii
II BAG IAN I
Perspektif Etika, Moralitas, Spiritualitas dan Keberlangsungan l
BAGIAN II
Perspektif Perubahan dan Kepemimpinan 77
BAGIAN III /
Perspektif Manajemen Berbasis Nilai 142
BAG IAN IV
Perspektif Keperilakuan 199
-_. __ ._--------------
Iebakan Bias: Penggunaan Heuristik pada Pembuatan Keputusan
Manajerial - Rr. Tur Nastiti 201
Konsep Keterlekatan Pekerjaan sebagai Model Perputaran Karyawan:
Ketidakakuratan dan Variasi Alat Ukur - Gugup Kismono 220
BAGIAN V
Perspektif Berbasis Kompetensi dan Sumber daya 235
Bagian VI
Perspektif Manajemen dalam Aplikasi... 294
Bab 11 Manajemen Keuangan: Pendekatan Terstruktur untuk Penoiptaan Nilai
~ Pendahuluan
Tulisan ini beragumen bahwa manajemen keuangan bahkan bisnis pada umumnya
seharusnya mempunyai fokus, yaitu menciptakan nilai (value atau value added). Di teks-
teks manajemen keuangan, manajemen keuangan sering didefinisikan sebagai keputusan
Bab 11 Manajemen Keuangan: Pendekatan Terstruktur untuk Penciptaan Nilai 145
investasi, keputusan pendanaan, dan keputusan operasional yang harus diambil oleh
manajer keuangan untuk mencapai tujuan memaksimalkan kemakmuran pemegang saham.
Meskipun masih bisa diperdebatkan perbedaan antara kepentingan stockholders dan
kepentingan stakeholders, pada umumnya disepakati bahwa tujuan manajemen keuangan
adalah memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Tujuan tersebut memungkinkan
manajer mempunyai satu fokus, yaitu menciptakan kemakmuran pemegang saham.
Tujuan lain, seperti kesejahteraan karyawan, kesejahteraan masyarakat sekitar, bisa
'dikomprornikan' yaitu masuk sebagai batasan (constraints) yang harus diingat oleh manajer
keuangan. Tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham bisa memberikan
beberapa manfaat, baik untuk organisasi maupun masyarakat pada umumnya. Untuk
organisasi, tujuan tersebut memungkinkan manajer keuangan mempunyai fokus pada
kemakmuran pemegang saham. Tujuan tunggal tersebut akan lebih baik dibandingkan
dengan tujuan ganda yang bisa memecah konsentrasi manajer keuangan. Untuk masyarakat
fokus pada kemakmuran pemegang saham akan memungkinkan terjadinya alokasi dana
yang efisien di masyarakat. Perusahaan yang mernpunyai kinerja yang baik mempunyai
harga saham yang tinggi, sehingga memungkinkan perusahaan tersebut memperoleh
dana yang lebih besar dari masyarakat. Perusahaan yang sehat akan menghasilkan harga
saham yang tinggi. Perusahaan yang sehat juga akan membuat karyawan, masyarakat
sekitar, dan stakeholders lainnya, memperoleh kesejahteraan yang lebih tinggi. Dengan
dernikian, fokus pada kemakmuran pemegang saham akan menguntungkan semua pihak.
Pemegang saham sudah sepantasnya fokus, karena merekalah yang menyediakan dana,
yang memungkinkan bisnis dijalankan pertama kali (Copeland dkk., 2000).
Untuk mencapai kemakmuran pemegang saham tersebut, manajer keuangan harus
menciptakan nilai. Karena itu fokus manajer keuangan adalah bagaimana (selalu)
menciptakan nilai. Tulisan ini membahas bagaimana suatu organisasi seharusnya
menciptakan nilai yang sudah seharusnya menjadi fokus dari manajer keuangan at au
manajer pada umumnya.
Dengan pengertian tersebut, ketiga dimensi aliran kas akan masuk dalam present
value (PY) aliran kas. Magnitudo akan masuk pada numerator (pembagi), risiko akan
masuk pada tingkat diskonto, dan nilai waktu uang akan masuk pada proses pem-
present-value-nya. Organisasi yang bisa menghasilkan kas yang tinggi akan mendorong
146 I Manajemen dalam Berbagai Perspektif
pembagi (numerator) dalam persamaan [1] meningkat. Risiko kas yang tinggi akan
mendorong r dalam persamaan [1] naik, sehingga pembagi (denominator) akan tinggi,
yang menyebabkan PV kas menjadi turun.
2 EVA merupakan istilah yang sudah dipatenkan oleh Stern Stewart & Co. perusahaan konsultan yang menggunakan
metodologi ecanomic profit untuk membantu perusahaan menciptakan nilai. Lihat Stern dkk. (2001) untuk diskusi
EVA lebih lanjut.
Bab 11 Manajemen Keuangan: Pendekatan Terstruktur untuk Penciptaan Nilai 147
Residual Income = Laba bersih setelah pajak - Biaya modal rata-rata tertimbang [2)
Laba bersih dihasilkan dari aktivitas perusahaan. Untuk menghasilkan laba tersebut,
perusahaan menggunakan modal yang bisa digunakan di tempat lainnya. Karena
itu, modal mempunyai opportunity cost. Jika perusahaan menggunakan utang, maka
pemegang hutang akan mengatakan tingkat bunga yang harus dibayarkan misalnya 10%.
Karena itu, biaya modal utang adalah 10%. Iika perusahaan menggunakan dana pemberi
pinjaman, maka pemegang saham akan mengatakan yang sama, ia harus memperoleh
keuntungan minimal, misalnya sebesar 15%. Karena itu, biaya modal saham adalah 15%.
Kombinasi berbagai modal yang digunakan tersebut menghasilkan biaya modal rata-
rata tertimbang, yang dihitung sebagai rata-rata tertimbang biaya modal dari modal
yang digunakan perusahaan. Proporsi masing-masing dana menjadi pembobot dalam
perhitungan biaya modal rata-rata tertimbang tersebut.
Tentu saja, pengukuran peningkatan kemakmuran pemegang saham yang paling
langsung adalah harga pasar saham. Iika harga saham mengalami peningkatan, maka
kita akan mengatakan bahwa kemakmuran pemegang saham meningkat, dan sebaliknya.
Harga saham merupakan hasil gabungan dari berbagai faktor yang mengarah pada nilai.
Aliran kas yang tinggi tetapi dihasilkan oleh sektor yang mempunyai ketidakpastian
tinggi, mungkin akan mengakibatkan penurunan harga saham. Demikian juga, aliran
kas yang tinggi tetapi dihasilkan pada kondisi ketidakpastian tinggi, mungkin juga akan
mengakibatkan penurunan harga. Dengan demikian, gabungan dari berbagai faktor yang
memengaruhi nilai (aliran kas dengan berbagai dimensinya) akan diproses oleh pasar
melalui mekanisme 'blackbox'-nya, menghasilkan nilai yang tercermin pada harga saham.
Uraian tersebut mengasumsikan bahwa pasar bisa memproses informasi dengan rasional
dan "benar" Seperti biasa, selalu ada kontroversi yang berkaitan dengan asumsi tersebut;
sejauh mana pasar bisa memproses informasi dengan rasional dan "benar" tersebut.
Behavioral finance merupakan aliran baru dalam keuangan yang mempertanyakan
rasionalitas pasar seperti yang dibayangkan oleh teori keuangan konvensional.
Sayangnya, cara semacam ini hanya bisa digunakan untuk perusahaan yang sudah
menjual sahamnya ke publik (go-public). Untuk perusahaan yang belum go-public
mereka harus mengandalkan metrik-metrik penilaian lainnya. Metrik penilaian seperti
discounted cash flow (DCF), residual income atau economic value added (EVA) bisa
digunakan untuk menghitung peningkatan nilai yang dihasilkan oleh perusahaan. Selain
metrik ekonomi dan keuangan, diperlukan juga metrik nonekonomi dan keuangan,
seperti pangsa pasar, kualitas produk, ketepatan waktu pengiriman (delivery time),
dan lainnya. Peningkatan nilai melibatkan kegiatan operasional. Karena itu, kita juga
perlu memastikan bahwa kegiatan operasional perusahaan mengarah pada kegiatan
penciptaan nilai. Metrik nonkeuangan sering kali menjadi indikator masa depan (leading
indicator) kinerja perusahaan, sementara metrik keuangan sering kali menjadi indikator
mas a lalu (lagging indicator). Perusahaan yang kehilangan pangsa pasar saat ini, yang
berarti menunjukkan kegagalan dalam metrik nonkeuangan, akan mengalami penurunan
penjualan dan laba di masa depan, yang berarti mengalami kegagalan dalam metrik
keuangan. Gambar 1 meringkaskan metrik-metrik penilaian yang kita bicarakan di
148' Manajemen dalam Berbagai Perspektif
Harga saham:
Total return
Market value added Nilai intrinsik:
DFC
t Relative
Teori Opsi
Indikator keuangan:
ROIS
t
Pertumbuhan
EBlT Value driver:
Economic profit
Pangsa pasar
Biaya per unit
t- Proyek R&D
**
Bab 11 Manajemen Keuangan: Pendekatan Terstruktur untuk Pen'c'iptaan Nilai 149
Aspek soft-side
(perangkat lunak)
Budaya nilai
Proses dan
Sistem
Pencipataan
Nilai
Aspek hard-side
(perangkat keras):
Struktur organisasi
Sistem kompensasi
Metrik penilaian
keuntungan tinggi (melalui mekanisme hubungan positif risiko dengan return), tetapi
akan membebankan risiko tersebut k~,.pibaltlain. MelgI1:li"SVA,tradr'+.tersebut akan
-t~' _', .<,'<@:q>, in ''0rt_'A~,
'M.,
'';;:<-'''' .
,i;;?' ..'{t, _@:
'%f'",;::;-,,,tA-!-i:':
.....
&1"'-
,
'*
~ii
tinggi. Dengan kata lain, trader tersebut'sekarartg rnenjadt lebih hati-hati. SVA tersebut
juga diterapkan untuk semua bagian di organisasi. Sebagai contoh, penilaian kinerja
unit-unit di dalam Chase menggunakan SVA. Unit yang sering melakukan kesalahan
akan dikenakan capital charge yang lebih tinggi, karena unit tersebut mempunyai
risiko operasional yang lebih tinggi. Untuk memperbaiki kinerja, unit tersebut mau
tidak mau harus bisa menurunkan risikonya, yang berarti menurunkan kesalahan-
kesalahan di unitnya. Melalui SVAtersebut, Chase Manhattan bisa mengomunikasikan
~ _ a
tujuan yang ingi~ dicapai k~~.~da semua ~J9i~kdi d~.I~p2;:.~r$anisasiic!~Dganjela~ d~n
menjangkau se~ua unit dallirn organisa'sr~'iMelalui "S~'l"fersebut;. Manh~t.t~ni a~t~e
bisa menurunkan risiko perbankan, sepelti ffyang ditunj'wkkan dengan melarnbatnya
pertumbuhan aset yang berisiko (risk adj0sted assets) dari 15% menjadi cukup 2%
saja per tahunnya. Pertumbuhan tersebut menunjukkan bahwa aset Chase Manhattan
tumbuh sehat dan dapat berkelanjutan dalam jangka panjang.
Bab 11 Manajemen Keuangan: Pendekatan Terstruktur untuk Pencipt'a~~ Nilai
Komposisi produk
Lokasi pokok
~INOPETI
Value driver:
11 Manajer
Economic ~ Menurunkan
Biaya promosi Operasi
1
profit biaya -+
Biaya persediaan
Biaya perolehan
barang dagangan
H Manajer
Pemasaran
I
60
50
~ 40
Ul
ro
~
c:
ro
...., 30
ro
~bO
c:
'2 20
OJ
p.
10
o
Iurnlah produk Perputaran Komposisi Lokasi toko
produk produk
Analisis tersebut menunjukkan bahwa perputaran produk dan lokasi toko merupakan
dua variabel yang paling berpengaruh terhadap penciptaan nilai (dalam hal ini diukur
dengan peningkatan kas). Kenaikan perputaran produk sebesar 10% misalnya akan
meningkatkan kas sampai 40%. Sementara jumlah produk ternyata hanya berdampak
kecil terhadap peningkatan kas. Penambahan produk, di samping menambah penjualan,
juga berakibat pada penambahan biaya yang berkaitan. Karena itu, perusahaan tidak
perlu memfokuskan energinya secara berlebihan untuk menambah jumlah produk.
Analisis selanjutnya menunjukkan bahwa lokasi toko yang berdampak sangat signifikan
ternyata merupakan variabel yang tidak bisa dikendalikan oleh manajer. Toko tersebut
sudah berdiri. Lokasi toko sudah ditentukan sejak awal. Karena itu, lokasi toko menjadi
variabel yang tidak relevan dalamanalisis value driver ini.
Pekerjaan selanjutnya adalah mengembangkan sistem dan proses untuk mencapai
tujuan tersebut, dan kemudian melaksanakannya (dengan demikian sekaligus
menghubungkan dengan kegiatan operasional), sekaligus menentukan siapa yang
bertanggung jawab atas pekerjaan tersebut. Melalui kegiatan tersebut, manajer akan
memfokuskan energinya untuk mencapai value driver yang diinginkan tersebut. Sebagai
contoh, setelah menentukan bahwa perputaran aset menjadi kunci untuk mencapai
peningkatan laba, manajer dapat mengembangkan sistem untuk mencapai tujuan tersebut.
Pertama, manajer menentukan target pencapaian value driver tersebut, misal menentukan
target agar tercapai perputaran sebesar 52x dengan kata lain, barang dagangan rata-rata
terjual selama satu minggu. Kemudian, manajer harus mengembangkan sistem untuk
mencapai tujuan tersebut. Sebagai contoh, manajer mengembangkan sistem informasi
yang dapat melacak perputaran persediaan untuk setiap item barang dagangan yang
ada di toko tersebut. Setelah sistem tersebut terbentuk, manajer bisa meninjau secara
berkala pencapaian tujuan tersebut. Langkah berikutnya, manajer bisa melakukan
perubahan . komposisi barang dagangan, sehingga hanya barang dagangan dengan
perputaran yang tinggi yang dipegang oleh toko tersebut. Selain mengubah ~(omposisi
Bab 11 Manajemen Keuangan: Pendekatan Terstruktur untuk Penciptaan Nilai 153
barang dagangan, manajer juga mungkin harus berpikir mengenai cara meningkatkan
lalu-lintas (traffic) pembeli ke toko tersebut. Peningkatan lalu-lintas akan mendorong
perputaran barang dagangan. Selain kedua strategi tersebut, manajer diharapkan akan
selalu berpikir strategi-strategi dan langkah-langkah yang bisa mendorong peningkatan
perputaran barang dagangan.
Langkah terakhir yang penting dilakukan adalah mengintegrasikan value driver
ke dalam organisasi; membuat value driver selalu menjadi fokus dari organisasi.
Pengintegrasian tersebut bisa dilakukan dengan memasukkan value driver tersebut ke
dalam pengukuran kinerja manajer yang terlibat. Manusia bekerja berdasarkan insentif.
Pada giliran selanjutnya, pengukuran kinerja tersebut akan berdampak pada bonus dan
penghasilan manajer tersebut. Melalui cara tersebut, value driver akan secara eksplisit
dan jelas berdampak terhadap kinerja manajer tersebut. Manajer dalam keputusan
operasional akan selalu mengacu pada peningkatan nilai melalui peningkatan value
driver yang menuju pada peningkatan nilai tersebut.
dicapai melalui setidaknya dua hal. Pertama, contoh-contoh konkret penciptaan nilai
mestinya sudah diberikan sejak awal dan selama perkuliahan. Sebagai contoh, mahasiswa
mungkin bisa diberi ilustrasi bagaimana seorang wirausaha mengembangkan bisnisnya
atau seorang bisnisnya" manajer melakukan restrukturisasi yang mampu mengangkat
kembali perusahaan yang mengalami kesulitan, dan semacamnya (lihat ilustrasi berikut
ini). Banyak aktivitas dalam masyarakat at au organisasi yang dapat menciptakan nilai.
Kedua, kita barangkali dapat mengembangkan mat a kuliah yang khusus membicarakan
penciptaan nilai dalam organisasi, dengan nama (misal): Strategic Finance. Di mata kuliah
tersebut, mahasiswa dapat belajar bagaimana menciptakan dan mengelola nilai melalui
pemetaan proses-proses bisnis, pengembangan strategi penciptaan nilai melalui proses-
proses bisnis tersebut, dan menghasilkan nilai secara keseluruhan. Melalui mata kuliah-
mata kuliah tersebut mahasiswa akan mempunyai fokus pad a us aha menciptakan nilai,
yang pada gilirannya akan meningkatkan kemakmuran masyarakat secara keseluruhan.
3 Penciptaan nilai lebih umum dibandingkan kewirausahaan, karena penciptaan nilai bisa terjadi pada semua aspek
kehidupan, mulai dari usaha baru, efisiensi dalam organisasi, dan lainnya.
Bab 11 Manajemen Keuangan: Pendekatan Terstruktur untuk Penciptaan Nilai
Daftar Pustaka
Barton, T. L., Shenkir, W. G., dan Walker, P. L. 2002. Making enterprise risk management pay
off. Prentice Hall.
Copeland, T. T. Koller, dan Murrin, J. 2000. Valuation: Measuring and managing the values of
companies. New York: JohnWiley & Sons.
Jensen, M. C, dan Ruback, R. S. 1983. "The market for corporate control: The scientific evidence".
Journal of Financial Economics, 11.
Koller, T. 2011. "What is value-based management". McKinsey Quarterly, diunduh dari http://
www.mckinseyquarterly.com/home.aspx. tanggal 25 Juli 2011.
Stern, I. M., S. J. Shiely, dan Ross, 1. 2001. EVA challenge: Implementing value-added change
in an organization. New York: JohnWiley & Sons.