Anda di halaman 1dari 20
WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN Menimbang : Mengingat IZIN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1. WALIKOTA PASURUAN, bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pedoman Perencanaan Kawasan Perkotaan, serta dalam rangka penataan ruang sebagai upaya pengendalian pemanfaatan ruang, diperlukan penyesuaian terhadap Peraturan Walikota Pasuruan Nomor 44 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Izin Pemanfaatan Ruang; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang Perubahan Atas Peraturan Walikota Pasuruan Nomor 44 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Izin Pemanfaatan Ruang. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kota Kecil Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 14 Agustus 1950) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1954 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1954 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 551); Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (embaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043); Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188); Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah yang kedua kali dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724); Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1982 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Pasuruan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3241); 10. ll. 12. 13. 14. 1S, 16. 17. 18. 19. Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun Yang Berdiri Sendiri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 171, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3892); Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833); Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103); Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 tentang Manajemen dan Rekayasa, Analisis Dampak, serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5221); Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5285); Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional di Bidang Pertanahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 60); Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan _(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 199); Peraturan Menteri Negara Perumahen Rakyat Nomor 32 Tahun 2006 tentang Petunjuk Teknis Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun Yang Berdiri Sendiri; Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan; Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pedoman Perencanaan Kawasan Perkotaan; 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah; Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2010 tentang = Pedoman Pemberian Izin Mendirikan Bangunan; Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang Nomor 5 Tahun 2015 tentang Izin Lokasi; Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pedoman Pertimbangan Teknis Pertanahan Dalam Penerbitan Izin Lokasi, Penetapan Lokasi dan Izin Perubahan Penggunaan Tanah; Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2006 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur Tahun 2005-2020; Peraturan Gubernur Nomor 80 Tahun 2014 tentang Pemanfaatan Ruang pada Kawasan Pengendalian Ketat Skala Regional di Provinsi Jawa Timur; Peraturan Daerah Kota Pasuruan Nomor 05 Tahun 2005 tentang Perizinan —_Bidang Perindustrian dan Perdagangan (Lembaran Daerah Kota Pasuruan Tahun 2005, Nomor 03, Seri E) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Pasuruan Nomor 19 Tahun 2011 (Lembaran Daerah Kota Pasuruan Tahun 2011 Nomor 12, Tambahan Lembaran Daerah Kota Pasuruan Nomor 10); Peraturan Daerah Kota Pasuruan Nomor 15 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Pasuruan Tahun 2005-2025 (Lembaran Dacrah Kota Pasuruan Tahun 2010 Nomor 06, Tambahan Lembaran Daerah Kota Pasuruan Nomor 05); Peraturan Daerah Kota Pasuruan Nomor 15 Tahun 2011 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (Lembaran Daerah Kota Pasuruan Tahun 2011 Nomor 30); Pereturan Daerah Kota Pasuruan Nomor 01 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pasuruan Tahun 2011-2031 (Lembaran Daerah Kota Pasuruan Tahun 2012 Nomor 05); Menetapkan : 30. Peraturan Daerah Kota Pasuruan Nomor 04 Tahun 2012 tentang Analisis Dampak lalu Lintas (Lembaran Daerah Kota Pasuruan Tahun 2012 Nomor 08, Tambahan Lembaran Daerah Kota Pasuruan Nomor 08); 31. Peraturan Walikota Pasuruan Nomor 44 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Izin Pemanfaatan Ruang (Berita Daerah Kota Pasuruan Tahun 2012 Nomor 44); 32. Peraturan Walikota Pasuruan Nomor 06 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan _Pelayanan Perizinan Terpadu (Berita Daerah Kota Pasuruan Tahun 2013 Nomor 06); MEMUTUSKAN : PERATURAN WALIKOTA TENTANG PERUBAHAN ATAS: PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN IZIN PEMANFAATAN RUANG. Pasal I Beberapa ketentuan dalam Peraturan Walikota Pasuruan Nomor 44 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Izin Pemanfaatan Ruang (Berita Dacrah Kota Pasuruan Tahun 2012 Nomor 44) diubah sebagai berikut: 1. Ketentuan Pasal 1, yakni: a. angka 9 dan angka 16 diubah; dan b. di antara angka 7 dan angka 8 disisipkan 2 (dua) angka, yakni angka 7a dan 7b, serta di antara angka 18 dan angka 19 disisipkan 2 (dua) angka, yakni angka 18a dan 18b, sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai berikut: Pasal 1 Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan: 1. Kota adalah Kota Pasuruan. 2. Pemerintah Kota adalah Pemerintah Kota Pasuruan. 3. Walikota adalah Walikota Pasuruan. Ta. Tb. 10. Th Badan Perencanaan Pembangunan Daerah yang selanjutnya disingkat BAPPEDA adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pasuruan. Kepala BAPPEDA adalah Kepala BAPPEDA Kota Pasuruan. Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Terpadu yang selanjutnya disingkat BPMPPT adalah Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Pasuruan. Kepala BPMPPT adalah Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Pasuruan. Dinas Pekerjaan Umum adalah Dinas Pekerjaan Umum Kota Pasuruan. Kepala Dinas Pekerjaan Umum adalah Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Pasuruan. Kantor Pertanahan adalah ~— Kantor Pertanahan Kota Pasuruan. ‘Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah yang selanjutnya disingkat TKPRD adalah Tim yang ditetapkan dengan keputusan Walikota atas usulan BAPPEDA, untuk mendukung pelaksanaan RTRW Kota dan mempunyai fungsi membantu pelaksanaan —_tugas. Walikota dalam koordinasi penataan ruang, khususnya dalam pengendalian pemanfaatan ruang. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya. Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota yang selanjutnya disingkat RTRW Kota adalah RTRW Kota Tahun 2011-2031 sebagai pedoman penyclenggaraan penataan ruang di wilayah Kota yang memuat tujuan, kebijakan dan strategi penyelenggaraan _penataan ruang, rencana struktur dan pola ruang, rencana pemanfaatan ruang dan rencana pengendalian ruang. 12, Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya. 13, Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang. 14, Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat RTH adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaan- nya lebih bersifat terbuka, tempat resapan air serta tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun sengaja ditanam. 15. Izin Pemanfaatan Ruang adalah perizinan yang diberikan kepada perorangan dan/atau badan untuk suatu rencana pemanfaatan ruang dengan memperhatikan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota dan ketentuan peraturan perundang-undangan —yang berlaku. 16. Izin Prinsip Pemanfaatan Ruang yang selanjutnya disingkat IPPR adalah izin yang diberikan oleh Pemerintah Kota yang merupaken persetujuan atas suatu rencana investasi yang memerlukan pemanfaatan ruang. 17. Izin Lokasi adalah izin yang diberikan kepada pemohon untuk memperoleh ruang yang diperlukan dalam rangka melakukan aktivitasnya. 18. Izin Penggunaan Pemanfaatan Tanah yang selanjutnya disingkat IPPT adalah izin yang diberikan sebagai dasar untuk permohonan mendirikan bangunan. 18a. Rekomendasi Pemanfaatan Ruang adalah rekomendasi yang diberikan oleh Pemerintah Kota untuk menyatakan suatu kegiatan sesuai peruntukannya dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) sebagai dasar pengajuan Izin Lokasi atau IPPT. 18b. Surat Keterangan Rencana Kota (Advice Planning) yang selanjutnya disingkat SKRK adalah bentuk dokumen resmi_ sebagai persyaratan untuk memperoleh IMB, merupakan informasi tentang persyaratan tata bangunan dan lingkungan diberlakukan oleh Pemerintah Kota pada lokasi tertentu. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. Pertimbangan Teknis Pertanahan atau yang selanjutnya disingkat_ = PTP ~—_ adalah pertimbangan yang memuat ketentuan dan syarat penggunaan dan pemanfaatan tanah, sebagai dasar penerbitan Izin Lokasi, Penetapan Lokasi dan Izin Perubahan Penggunaan Tanah. Peta situasi lokasi adalah gambar situasi yang berisi informasi lokasi rencana meliputi batas wilayah rencana dan obyek lain sekitar lokasi rencana. Rencana tapak (site plan) adalah gambar rencana tata letak pemanfaatan ruang dan bangunan dengan unsur penunjangnya pada skala dan luas lahan tertentu. Setiap orang adalah orang perseorangan atau badan hukum. Perusahaan adalah badan hukum yang dapat melakukan penanaman modal di Indonesia sesuai ketentuan yang berlaku. Grup perusahaan adalah dua atau lebih badan hukum yang sebagian sahamnya dimiliki oleh seorang atau oleh badan hukum yang sama, baik secara langsung maupun melalui badan lain, dengan jumlah atau sifat kepemilikan sedemikian rupa sehingga melalui kepemilikan saham tersebut dapat langsung atau tidak langsung menentukan, penyelenggaraan atau menjalankan badan usaha. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara (BUMN), atau badan usaha milik daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap. 26. aT 28. 29. 30. 81, 32. 33, Kawasan industri adalah tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang telah memiliki izin usaha kawasan industri. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi _ sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni. Lingkungan siap bangun yang selanjutnya disebut Lisiba adalah sebidang tanah yang fisiknya serta prasarana, sarana, dan utilitas umumnya telah dipersiapkan untuk pembangunan perumahan dengan _batas- batas kaveling yang jelas dan merupakan bagian dari kawasan siap bangun sesuai dengan rencana rinci tata ruang. Koefisien Dasar Hijau yang selanjutnya disingkat KDH adalah angka prosentase perbandingan antara luas ruang terbuka di luar bangunan yang diperuntukkan bagi vegetasi dengan luas tanah perpetakan. Koefisien Wilayah Terbangun —_yang selanjutnya disebut KWT adalah angka persentase yang menunjukkan perbandingan antara luas lahan yang terbangun terhadap Tuas kawasan blok peruntukan yang direncanakan. Kaveling tanah yang selanjutnya disebut tanah perpetakan adalah sebidang tanah yang telah dipersiapkan untuk rumah. 2. Ketentuan Pasal 4 ayat (1) dan ayat (3) diubah sehingga Pasal 4 berbunyi sebagai berikut: Pasal 4 (1) Pemerintah Kota memberikan Izin Pemanfaatan Ruang berupa: a. Izin Lokasi; b. Izin Penggunaan Pemanfaatan Tanah; dan c. Izin Mendirikan Bangunan. (2) Pemanfaatan ruang untuk —penggunaan bangunan khusus atau spesifik (pendidikan, keschatan, sosial kemasyarakatan dan keagamaan) sebelum diterbitkannya _Izin Pemanfaatan Ruang, terlebih dahulu harus memenuhi pertimbangan dari instansi terkait. (3) Pengajuan Izin Pemanfaatan Ruang untuk pembangunan perumahan diatur sebagai berikut = a. Pembangunan perumahan sampai dengan 5 unit kavling dapat dilakukan oleh orang perseorangan atau badan hukum yang didirikan oleh Warga Negara Indonesia; dan b. Pembangunan perumahan lebih dari 5 unit kavling hanya dapat dilakukan oleh badan hukum yang didirikan oleh Warga Negara Indonesia; dan Bagian Kesatu pada BAB III dihapus. Ketentuan Pasal 9 ayat (1), ayat (2), dan ayat (4) diubah sehingga Pasal 9 berbunyi sebagai berikut: Pasal 9 (1) lin Lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a merupakan dasar untuk melakukan pembebasan lahan dalam rangka pemanfaatan ruang. (2) Izin Lokasi diberikan kepada setiap orang untuk memperoleh tanah dengan luas dan kegiatan tertentu dengan berpedoman pada peraturan tata ruang yang berlaku. (3) Izin Lokasi diperlukan untuk pemanfaatan ruang dengan luasan lahan lebih dari 10.000 m? (sepuluh ribu meter persegi) untuk kegiatan bukan pertanian dan lebih dari 25.000 m? (dua puluh lima ribu meter persegi) untuk kegiatan pertanian. (4) Izin Lokasi ditetapkan dalam bentuk Keputusan Kepala BPMPPT, _ setelah mendapatkan PTP dari Kantor Pertanahan dan Rekomendasi Pemanfaatan Ruang dari TKPRD, Ketentuan ayat (1) Pasal 12 diubah schingga Pasal 12 berbunyi sebagai berikut: Pasal 12 (1) Izin lokasi diberikan untuk jangka waktu 3 (tiga tahun). (2) Perolehan tanah oleh pemegang Izin Lokasi harus diselesaikan dalam jangka waktu Izin Lokasi. (3) Pemegang Izin Lokasi wajib melaporkan secara berkala sctiap tiga bulan kepada Walikota mengenai perolehan tanah yang sudah dilaksanakan berdasarkan Izin Lokasi dan pelaksanaan penggunaan _tanah tersebut, dengan tembusan Kantor Pertanahan. (4) Pemegang Izin Lokasi yang akan menambah perluasan tanah yang sudah ditetapkan berdasarkan Keputusan Walikota, wajib mengajukan Izin Lokasi baru. Ketentuan Pasal 18 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 18 IPPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ditetapkan beserta lampiran pengesahan rencana tapak dan SKRK, setelah mendapatkan PTP dari Kantor Pertanahan dan —_ Rekomendasi Pemanfaatan Ruang TKPRD melalui keputusan tentang IPPT yang ditandatangani oleh Kepala BPMPPT. Ketentuan ayat (2) Pasal 20 diubah sehingga Pasal 20 berbunyi sebagai berikut: Pasal 20 (1) Rencana tapak (site plan) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 bertujuan untuk: 11. a. menjamin bahwa rencana tapak yang diajukan pemohon sesuai dengan Izin Lokasi dan/atau IPPT ; dan b. menjamin penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas sesuai kebutuhan dan hasil kajian pertimbangan teknis lainnya (2) Rencana tapak disahkan dengan ketentuan sebagai berilaut: a. untuk luasan di atas 2.500 m? (dua ribu lima ratus meter persegi), Rencana Tapak ditandatangani oleh Kepala BAPPEDA, Kepala BPMPPT, dan Kepala Dinas Pekerjaan Umum; dan b. untuk luasan di bawah 2.500 m? (dua ribu lima ratus meter persegi), Rencana Tapak ditandatangani oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum. Pasal 21 dihapus. Pasal 22 dihapus. . _Bagian Kesatu pada BAB IV dihapus. Ketentuan ayat (1) Pasal 25 dihapus, serta ayat (2) dan ayat (3) Pasal 25 diubah sehingga Pasal 25 berbunyi sebagai berikut: Pasal 25 (1) Dihapus. (2) Pemohon mengajukan permohonan tertulis yang ditujukan kepada Walikota melalui Kepala BPMPPT, dilampiri masing-masing rangkap 1 (satu): a. fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang masih berlaku; b. fotokopi akte pendirian (untuk Badan) yang telah mendapat pengesahan; ¢. fotokopi identitas anggota _asosiasi/ perhimpunan usaha; d. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); ¢. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD); 12. f, denah lokasi yang menunjukkan posisi lahan yang akan dibebaskan (dimohon) untuk lokasi kegiatan (form 3); g- surat pernyataan bermaterai mengenai luas tanah yang sudah dikuasai (kumulati) oleh perusahaan pemohon, dan perusahaan-perusahaan yang satu grup dengan perusahaan pemohon (form 6); h, surat pernyataan bermeterai mengenai kesanggupan akan memberi ganti rugi atau menyediakan areal tanah pengganti kepada pemilik tanah yang tanahnya akan dibebaskan (form 7); i, daftar identitas pemilik tanah yang tanahnya akan dibebaskan dengan luasannya masing-masing (form 8); j. PTP dari Kantor Pertanahan; dan k. surat pernyataan persetujuan dari instansi terkait untuk bangunan khusus. (3) Pelaksanaan proses administrasi di Pemerintah Kota sampai dengan diterbitkan Keputusan Kepala BPMPPT tentang Izin Lokasi, tidak dipungut biaya. Ketentuan ayat (1) dan ayat (2) Pasal 26 diubah sehingga Pasal 26 berbunyi sebagai berikut: Pasal 26 (1) Proses penyelesaian Izin Lokasi dilaksanakan paling lama 14 (empat belas) hari kerja dihitung dari berkas permohonan diterima secara lengkap dan benar, dengan tahapan sebagai berikut: a. verifikasi kelengkapan berkas administrasi oleh BPMPPT; b. dalam hal hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada huruf a tidak memenuhi syarat maka seluruh berkas permohonan dikembalikan; c. dalam hal hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada huruf a memenuhi syarat maka dilaksanakan survei lapangan untuk memperoleh gambaran situasi lokasi; dan 13. (2) (3) d, berdasarkan hasil survei sebagaimana dimaksud pada huruf c, dilaksanakan pembahasan yang hasilnya dituangkan dalam berita acara TKPRD. Kepala BPMPPT memberikan persetujuan atau menolak permohonan Izin Lokasi berdasarkan pertimbangan PTP dari Kantor Pertanahan dan hasil berita acara TKPRD. Permohonan Izin Lokasi yang ditolak diberikan jawaban secara tertulis oleh Kepala BPMPPT. Ketentuan ayat (2) Pasal 27 dihapus dan ayat (3) Pasal 27 diubah sehingga Pasal 27 berbunyi sebagai berikut: Q) (2) (3) Pasal 27 IPPT diberikan oleh Pemerintah Kota atas dasar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2). Dihapus. Pemohon mengajukan permohonan tertulis yang ditujukan kepada Walikota melalui Kepala BPMPPT dengan tembusan kepada Kepala Kantor Pertanahan, dilampiri masing- masing rangkap 1 (satu): a. fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang masih berlaku sebanyak 2 (dua) lembar dengan menunjukkan KTP Asli; b. fotokopi akte pendirian (untuk Badan) yang telah mendapat pengesahan; c. fotokopi identitas anggota asosiasi/ perhimpunan usaha; d. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); . fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD); f. gambaran ringkas rencana kegiatan usaha (form 2); g. fotokopi SKRK; h. fotckopi PTP Perubahan Penggunaan Tanah dari Kantor Pertanahan; i, gambar rencana tapak atau site plan (form 4); j. fotokopi Izin Lokasi (bagi pemohon yang melalui proses perolehan tanah); (4) ke bagi pengembang/perusahaan pembangun perumahan wajib menyediakan pemakaman umum seluas 2% (dua persen) dari luas lahan keseluruhan yang merupakan bagian dari kewajiban penyediaan prasarana, sarana dan utilitas yang akan diserahkan; dan surat pernyataan bermaterai mengenai luas tanah yang sudah diluasai oleh perusahaan pemohon (kumulati), dan perusahaan lain yang satu grup dengan perusahaan pemohon (form 6) dengan menyertakan fotokopi bukti kepemilikan. Pelaksanaan proses administrasi_— di Pemerintah Kota sampai dengan diterbitkan Keputusan tentang IPPT tidak dipungut biaya. 14. Pasal 28 dihapus. 15. Ketentuan ayat (1) dan ayat (2) Pasal 29 diubah sehingga Pasal 29 berbunyi sebagai berikut: (1) Pasal 29 Proses penyelesaian IPPT dilaksanakan paling lama 14 (empat belas) hari kerja dihitung dari berkas permohonan diterima secara lengkap dan benar, dengan tahapan sebagai berikut: A b. e verifikasi kelengkapan berkas administrasi olen BPMPPT; jika hasil _verifikasi__ sebagaimana dimaksud pada huruf a tidak memenuhi maka seluruh berkas —permohonan dikembalikan; jika hasil _verifikasi_ sebagaimana dimaksud pada huruf a memenuhi syarat maka dilaksanakan survei lapangan untuk memperoleh gambaran situasi lokasi kecuali jika pemohon sudah mempunyai Izin Lokasi; dan berdasarkan hasil survei sebagaimana dimaksud pada huruf c, dilaksanakan pembahasan yang hasilnya dituangkan dalam berita acara TKPRD. 2) (3) Kepala BPMPPT memberikan persetujuan atau menolak permohonan IPPT berdasarkan pertimbangan PTP Izin _ Perubahan Penggunaan Tanah dari Kantor Pertanahan dan hasil berita acara TKPRD. Permohonan IPPT yang ditolak diberikan jawaban secara tertulis oleh Kepala BPMPPT. . Di antara Pasal 29 dan Pasal 30 disisipkan 4 (empat) pasal, yakni Pasal 29A, Pasal 29B, Pasal 29C, dan Pasal 29D yang berbunyi sebagai berikut: (2) 2) (3) Pasal 29A Setiap persil bangunan wajib memiliki SKRK yang diterbitkan oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum. SKRK memuat informasi sebagai berikut: a Gambar situasi persil; b Keterangan Rencana Kota; dan c Keterangan Rencana Bangunan dan Lingkungan. SKRK diajukan dengan cara mengisi formulir permohonan bermaterai cukup dan dilampiri: a, fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) sebanyak 2 (dua) lembar dengan menunjukkan KTP asli; b. fotokopi bukti kepemilikan dan/atau penguasaan tanah yang telah dilegalisir oleh Pejabat yang berwenang; denah lokasi persil (tanpa skala); d. fotokopi keterangan dari Departemen Agama yang telah dilegalisir oleh Pejabat yang berwenang, untuk bangunan gedung dengan fungsi keagamaan, sebagaimana _ketentuan _peraturan perundang-undangan; dan ¢. keterangan dari Dinas terkait yang telah dilegalisir oleh Pejabat yang berwenang, untuk bangunan gedung dengan fungsi sosial dan budaya, sebagaimana ketentuan —peraturan _perundang- undangan. 2 Pasal 29B Proses penyelesaian SKRK dilaksanakan paling lama 14 (empat belas) hari kerja dihitung dari berkas permohonan diterima secara lengkap dan benar, dengan tahapan sebagai berikut: as b. QQ) (2) (ql) (2) (3) verifikasi kelengkapan berkas administrasi oleh Dinas Pekerjaan Umum; jika hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada huruf a tidak memenuhi maka scluruh berkas permohonan dikembalikan; . jika hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada huruf a memenuhi syarat maka dilaksanakan survei_ lapangan untuk memperoleh gambaran situasi lokasi; dan |. berdasarkan hasil survei _sebagaimana dimaksud pada huruf c, dilaksanakan pembahasan yang hasilnya dituangkan dalam SKRK. Pasal 29C Perubahan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan RDTR hanya dapat dilakukan dengan pertimbangen kesclarasan kebutuhan lahan untuk kegiatan ekonomi dengan keberlangsungan lingkungan. Pertimbangan keselarasan kebutuhan lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan berdasarkan pertimbangan teknis, pola insentif dan disinsentif yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah. Pasal 29D Rencana perubahan pemanfaatan lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) dapat diusulkan oleh pihak swasta, masyarakat, dan dinas/lembaga kepada instansi yang berwenang di Kota. Instansi_ yang berwenang _sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan kajian dan mengoordinasikan dalam forum TKPRD. Walikota dapat membentuk tim khusus yang beranggotakan instansi terkait _beserta anggota DPRD, berdasarkan hasil analisis TKPRD untuk melakukan kajian teknis terhadap kelayakan rencana perubahan pemanfaatan lahan. (4) Hasil kajian teknis dari tim khusus dan analisis TKPRD menjadi dasar pertimbangan persetujuan Walikota atas perubahan pemanfaatan lahan. (5) Rencana perubahan pemanfaatan lahan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. 17. Pasal 34 dihapus. 18. Ketentuan ayat (3) Pasal 36 diubah sehingga Pasal 36 berbunyi sebagai berikut: Pasal 36 (1) Setiap orang yang melakukan pelanggaran di bidang penataan ruang dikenakan sanksi administratif. (2) Pelanggaran di bidang penataan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. b. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan RTRW Kota; pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan ketentuan Izin Pemanfaatan Ruang yang diberikan olch Walikota; pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan persyaratan izin yang diberikan oleh Kepala BPMPPT; dan/atau |. menghalangi akses terhadap kawasan yang dinyatakan oleh _peraturan Pperundang-undangan sebagai_—_milik umum. (3) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a b. s d peringatan tertulis; . penghentian sementara kegiatan; pencabutan izin; dan/atau |. pembatalan izin; 19. Ketentuan Pasal 41 ayat (6) diubah sehingga Pasal 41 berbunyi sebagai berilut: q) (2) (3) (4) (6) (6) Pasal 41 Satuan Kerja Perangkat Daerah yang berkaitan dengan penataan —ruang melakukan pengawasan teknis sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. TKPRD melakukan pengawasan khusus terhadap permasalahan khusus dalam penyelenggaraan penataan ruang yang dilaksanakan sesuai kebutuhan. Pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat dapat dilakukan dengan membentuk Forum Komunikasi yang difasilitasi oleh BAPPEDA, dengan tugas sebagai berikut: a. menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat; b. membahas dan merumuskan pemikiran arah pengembangan _ penyelenggaraan pemanfaatan ruang; c. meningkatkan peran dan pengawasan masyarakat; d. memberikan masukan kepada Pemerintah Kota; dan/atau e, melakukan peran mediasi di bidang penyelenggaraan pemanfaatan ruang; Forum sebagaimana dimaksud pada ayat (2), terdiri dari unsur: a. instansi pemerintah Kota yang terkait dalam bidang perencanaan dan penyelenggaraan penataan ruang; b. asosiasi © perusahaan —_—khususnya penyelenggara perumahan dan permukiman; c. asosiasi profesi penyelenggara perumahan dan permukiman; d. pakar di bidang perumahan dan kawasan permukiman; dan/atau ¢. lembaga swadaya masyarakat dan/atau yang mewakili konsumen yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemanfaatan ruang. Forum Komunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan dengan Keputusan Walikota. Laporan hasil pengawasan _terhadap penyelenggaraan Izin Pemanfaatan Ruang disampaikan secara_ berkala kepada Walikota. Pasal II Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangken. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota Pasuruan. Ditetapkan di Pasuruan pada tanggal (3 JULI 2015 WALIKOTA PASURUAN, a lone, ze ih HASANI SEKRETARIS DAERAH KOTA PASURUAN, Diundangkan di Pasuruan pada tanggal BAHRUL ULUM BERITA DAERAH KOTA PASURUAN TAHUN 2015 NOMOR

Anda mungkin juga menyukai