Anda di halaman 1dari 21

NILAI AGAMA SEBAGAI ISI PEMBELAJARAN PKN

Disusun guna memenuhi salah satu tugas kelompok Mata Kuliah Seminar PKN
Dosen Pengampu Dra. Nani Nur’aeni, M.Pd.

Disusun Oleh:
Deni Setiwan 41032161200022
Dewi Sapitri 41032161200012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi
tugas kelompok untuk mata kuliah Seminar PKN dengan tema "Nilai Agama Sebagai Isi
Pembelajaran PKN”

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan saran dan kritik, sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna
dikarenan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan kami. Maka dari itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran dan masukan serta kritik dari berbagai pihak. Akhirnya,
kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan.

Penulis

Bandung 15 Maret 2023


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era globalisasi dan modernisasi yang diiringi dengan berkembangnya Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi tentunya membawa dampak yang sangatbersar bagi
masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan pedoman hidup yang kuat untuk
menghindarkan manusia dari dampak negatif yang disebabkan karena kemajuan
teknologi yang pesat, salah satunya adalah dengan menanamkan pendidikan agama
dan karakter bangsa. Akibat globalisasi dan Modernisasi tentunya dampak negatifnya
membuat Bangsa Indonesia sedang (Generasi muda) mengalami degradasi moral
pada tataran yang mengkhawatirkan. Degradasi nilai dan moral tidak lagi terbendung.
Karakter yang tidak berkembang dengan baik menjadi salah satu penyebab angka
kenakalan remaja dan kriminalitas yang tinggi. Penyimpangan moral yang
bermunculan diantaranya tawuran, penggunaan narkoba, dan seks bebas. Hilangnya
nilai dan moral pada remaja, tentu menjadi tantangan serius bagi pendidikan, sebagai
lembaga yang memiliki peran penting dalam terwujudnya generasi bangsa
kebanggaan.
Disini pendidikan karakter dalam dunia pendidikan nasional menjadi yang sangat
penting, tetapi bukan berate implementasinya dapat dengan mudah dalam
penamaannya. Sehingga membutuhkan strategi dan Specifik approach. Pendidikan
karakter pada intinya membentuk bangsa yang teguh, kompetitif, berakhlak mulia,
bermoral, toleran, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya
dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa. Pusat kurikulum telah
mengidentifikasi sejumlah nilai pembentuk karakter bersumber dari agama, Pancasila,
budaya dan tujuan pendidikan nasional. Nilai - nilai karakter bangsa yang
dikembangkan sekarang ini, yaitu: nilai religius, jujur, toleransi, disiplin,kerja keras,
kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar membaca,
peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab (Narwati, 2011:29-30).
Di dalam dunia pendidikan sejumlah mata pelajaran dapat membentuk karakter
bangsa, salah satu di antaranya adalah PPKn. Mata pelajaran PPKn merupakan mata
pelajaran yang sarat isi dengan nilai - nilai Pancasila untuk membentuk kepribadian.
Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap bidang
studi perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dan dihubungkan dengan konteks
kehidupan sehari-hari sehingga mampu menciptakan lingkungan belajar yang
mendukung dalam pembentukan karakter warga sekolah. Pendidikan karakter dalam
pembelajaran PPKn dapat diintegrasikan dalam seluruh pembelajaran pada setiap
bidang studi yang terdapat dalam kurikulum. Oleh karena itu tentu saja ada hubungan
pendidikan kewarganegaraan dengan pendidikan agama islam (Nilai Religius) bahwa
pendidikan kewarnegaraan yang disebut pendidikan yang interdisipliner dimana
didalam pendidikan kewarganegaraan terdapat unsur - unsur yang yang terkandung
dalam pendidikan agama. Begitu sebaliknya dengan pendidikan agama islam juga ada
nilai-nilai dan unsur-unsur yang terkandung dalam pendidikan kewarganegaraan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Hubungan Pendidikan dan Agama?
2. Apakah Nilai Agama Bagian dari Pembelajaran PKN?
3. apakah Internalisasi dan Revitalisasi Nilai Agama dengan Mata pelajaran PKN ?

C. Tujuan
1. Untuk Memahami Hubungan Pendidikan dan Agama
2. Untuk Mengetahui Nilai Agama Bagian dari Pembelajaran PKN
3. Menggali lebih jauh bagaimana Internalisasi dan Revitalisasi Nilai Agama dengan
Mata pelajaran PKN
BAB II
KAJIAN KONSEPTUAL

A. Hubungan Pendidikan dan Agama


Pendidikan merupakan ajaran mengenai akhlak dan keserdasan pikiran,
sedangkan agama merupakan kepercayaan kepada tuhan dengan ajaran kebaktian dan
kejiban – kewajibannya. Dimana, agama menyiapkan norma hidup yang
komprehensif yang melandasi tujuan Pendidikan.
Pada dasarnya, Pendidikan sangat erat kaitannya dengan agama, dimana,
agama merupakan landasan terpenting bagi Pendidikan. Ilmu Pendidikan
berlandaskan agama mengandung makna bahwa agama itu menjadi sumber inspirasi
untuk Menyusun ilmu atau konsep – konsep Pendidikan dan melaksanakan
Pendidikan. Dimana teori Pendidikan islam berangkat dari al-qur’an dan sunnah rasul,
sehingga dijadikan landasan dalam keseluruhan sistem Pendidikan. Sebagai contoh
Allah SWT menganjurkan umatnya untuk bersodaqah, dengan itu, kita diajarkan
peduli dengan masyarakat yang membutuhkan uluran tangan atau bantuan. Tanpa
disadari shadaqah telah mengajarkan nilai social (muamalah) dalam berinteraksi di
masyarakat.
Secara teoritis, Pendidikan agama dapat membentuk kepribadian anak/peserta
didik, dimana hal ini sesuai dengan tujuan Pendidikan agama yang berhubungan
dengan iman dan taqwa kepada Allah SWT, dan jika seseorang sudah beriman, maka
segala perbuatan akan mencerminkan nilai – nilai agama, menjalankan segala yang
diperintah dan meninggalkan semua yang dilarang. Seiring dengan hal itu, maka
moral dan etika akan tertanam di dalam dirinya. Hal ini menjadi bukti bahwa jika
seseorang anak telah tertanam dalam dirinya nilai – nilai agama yang kuat, maka,
dapat dipastikan moral dan etika pada orang tersebut akan terbentuk dengan
sendirinya.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan kewarganegaraan
mempunyai hubungan yang sangat erat dengan agama, dimana Pendidikan agama
mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan moral atau etika bagi peserta didik.
B. Nilai Agama Bagian dari Pembelajaran PKN
Pendidikan tentunya merupakan sebuah upaya yang dilakukan oleh pemerintah
danmasyarakat untuk menjamin kehidupan dan kelangsungan masa depan generasi
penerus bangsa. Pendidikan yang berguna (berkaitan dengan spiritual), dan bermakna
(berkaitasn dengan kognitif dan psikomotor), yang tentunya membuat mereka bisa
mengantisipasi masa depan yang senantiasa berubah dan selalu berkaitan dengan
konteks budaya, negara, maupun hubungan internasional.
Sejalan dengan di atas Negara Indonesia tujuan pendidikannya itu mengarah kepada
hal tersebut seperti yang tercantu didalam pasal 3 Undang – Undang Republik
Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional, dijelaskan bahwa
“pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga enagara yang demokratis serta
bertanggung jawab”
Pendidikan Kewarganegaraan itu sendiri merupakan sebuah mata pelajaran yang
terintegritas dan memfokuskan pada pembentukan peserta didik yang beragam dari
segi agama, sosiokultural, bahasa, usia dan suku bangsa yang menjadi warga Negara
yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan pancasila dan Undang –
Undang dasar 1945.
Pendidikan Nilai secara kurikuler terintegritas dengan Mata plajaran pendidikan
kewarganegaraan. Nilai yang terdapat didalam pendidikan kewarganegaraan yaitu
meliputi Nilai Religius, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kepedulian, demokratis,
Nasionalis, Kepatuhan terhadap aturan social, menghargai keberagaman, sadar akan
hak dan kewajiban diri dan orang lain. Nilai – nilai ini yang harus dimiliki oleh
peserta didik untuk menjadi warga Negara yang baik dan cerdas (citizen good and
smart)
pendidikan kewarganegaraan ini juga merupakan usaha sadar yang terencana untuk
mewujudkan suasana belajat dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
pendidikan kewarganegaraan dengan nilai spiritual (agama) pendidikan agama islam
adalah pendidikan yang interdisipliner dimana di dalam pendidikan kewarganegaraan
terdapat unsur-unsur yang yang terkandung dalam pendidikan agama. Begitu
sebaliknya dengan pendidikan agama islam juga ada nilai-nilai dan unsur-unsur yang
terkandung dalam pendidikan kewarganegaraan.
Kosasih Djahiri mengemukakan bahwa hakikat Pkn atau civic education adaah
program pendidikan pembelajaran yang secara programatik-prosedural yang berupaya
memanusiakan (humanizing) dan membudayakan (civilizing) serta memberdayakan
(empowering) manusia/anak didik (diri dan kehidupannya) menjadi warga negara
yang baik sebagaimana tuntutan keharusan/yurudis konstitusional bangsa/negara
(Dasim Budimansyah : 2006).
Secara programatik materi ajar pendidikan kewarganegaraan secara utuh memberi
bekal pengetahuan politik, hukum yang berlaku dalam masyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Mater ajar secara faktual teoritik konseptual dan normatif berisi pesan nilai
- nilai moral serta aturan main dan cara pelaksanaannya. Program Pkn
menitikberatkan pada pembentukan insan yang religius, demokratis, cerdas, terampil,
dan sejahtera serta cinta bangsa dan bernegara serta mampu menjaga nama baik
martabat bangsa dan negara dalam pergaulan antar bangsa-bangsa di dunia. Secara
prosedural pembelajaran Pkn menyiapkan bahan ajar pilihan yang secara fungsional
kearah pembinaan, pengembangan, dan pembentukan potensi diri anak didik baik
dalam lingkugan fisik maupun nonfisik secara demokratis, humanis, dan fungsional.
C. Internalisasi dan Revitalisasi Nilai Religius dengan Mata pelajaran PKN
Pendidikan yang harusnya mewariskan karakter yang baik dan mewariskan ilmu
pengetahuan dan juga menanamkan nilai akhlak,moral,budi pekerti,serta nilai religius.
kini telah mengalami masalah, dimana siswa yang diharapkan mampu menjadi
generasi muda yang baik dan menjujung tinggi nilai karakter dan nilai ahlak kini
mengalami krisis moral, hal ini menjadi masalah serius dalam dunia pendidikan di
Indonesia seperti kasus yang terjadi pada akhir-akhir ini, Wali murid dan guru di
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Satu Bangsa Harmoni, Bengkong, Batam,
Kepulauan Riau, saling lapor ke polisi setelah terjadi dugaan perundungan atau
bullying di sekolah tersebut. Dimana Laporan pertama kali dilayangkan oleh orangtua
murid berinisial SI, Indra Juniarti, karena merasa anaknya dirundung oleh dua
gurunya. Di sisi lain Indra yang merupakan salah satu orangtua dari anak korban
merasa harus melaporkan dua guru tersebut karena ada tindak kekerasan yang dialami
anaknya. Menurut Indra, sekolah tempat mediasinya dengan guru yang diduga
merundung. Namun, hingga saat ini, mediasi tersebut tidak mendapat titik terang.
Akibat perundungan yang terjadi di sekolah, Indra mengungkapkan, anaknya sampai
harus menjalani sesi terapi dengan psikiater. Tidak hanya itu, Siswa SMP di Kota
Bandung menjadi korban bullying (perundungan) oleh sejumlah temannya sendiri.
Polisi turun tangan untuk menyelidiki kasus ini. Perundungan itu terjadi di salah satu
SMP swasta di Kecamatan Ujungberung. Dimana seorang siswa yang mengenakan
baju olahraga dipasangi helm berwarna merah oleh siswa lainnya. Lalu siswa itu
ditendang kepalanya hingga pingsan. Korban langsung dibawa ke RSUD
Ujungberung lantaran sempat pingsan.
walaupun tidak semua siswa yang terlibat dalam arti hanya sebagian siswa yang
melakukan tindakan kekerasan terhadap temannya, serta kurangnya sikap untuk
menghargai guru baik di kelas maupun di luar kelas, bahkan siswa melakukan
tindakan tidak terpuji seperti merokok di kamar mandi, tidak mengikuti shalat
berjamaah yang merupakan program sekolah,ini akan memperburuk citra pendidikan
Indonesia dan citra sekolah.
Hal ini terjadi dikarenakan nilai nilai akhlak, moral, norma dan budi pekerti yang
terkandung dalam sila-sila Pancasila sudah tidak menginternal dikalangan siswa,
dikarenakan siswa sudah melupakan nilai-nilai tersebut bahkan beberapa siswa ada
yang tidak tahu, ditambah lagi didalam pembelajaran PKn diantara lima bab dalam
materi hanya ada satu bab saja yang mempelajari tentang nilai-nilai Pancasila berarti
hanya sekitar 20 persen saja yang mempelajari tentang nilai-nilai Pancasila , ini yang
mengakibatkan siswa menjadi melupakan- nilai nilai budi pekerti,akhlak, moral.
Untuk mencegah hal tersebut terjadi maka dilakukan tindakan revitalisasi agar
menghidupkan kembali nilai-nilai pancasila khususnya nilai religi, budi pekerti,
akhlak dan moral sehingga nilai-nilai dapat intren lagi didalam kehidupan siswa, dan
siswa pun menjadi generasi yang bertakwa, berakhlak mulia dan bisa diterima oleh
lingkungan masyarakat serta berguna bagi bangsa. Sekolah mempunyai peranan yang
sangat penting untuk membentuk karakter siswa selain orang tua, maka revitalisasi
dilakukan melalui proses pembelajaran, kerena kegiatan belajar merupakan proses
mentransper ilmu dari guru kesiswa, guru yang dianggap mempunyai pengetahuan
yang luar dan juga adalah sosok yang ditiru dan digugu, serta dapat memberikan
pengajaran-pengajaran tentang nilai akhlak, budi pekerti,serta nilai religius terhadap
siswa.
Dalam proses pembelajaran terdapat beberapa mata pelajaran, selain mata pelajaran
agama Islam, mata pelajaran PKn juga sangat ideal dalam menarapkan revitalisasi
nilai religius, Sebagai salah satu mata pelajaran dibidang sosial dan kenegaraan
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan memiliki fungsi yang penting dalam
meningkatkan kualitas sisswa maupun kualitas masyrakat. PKn tidak cukup hanya
sampai pada penghafalan, melainkan PKn diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
peserta didik dalam bentuk perbuatan, nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila
bukan untuk di hafal melainkan untuk diterapkan dalam kehidupan nyata Oleh karna
itu pembelajaran PKn perlu mengutamakan prilaku.
Mata pelajaran PKn terdapat suatu materi yang tepat untuk mendukung revitalisasi
yaitu materi “Nilai-Nilai Pancasila” dalam materi ini siswa diajarkan tentang
masyarakat yang berketuhanan agar masyarakat yang Beketuhan dapat mentaati
segala perintah serta menjauhi larangan nya, bukan hanya itu didalam materi ini juga
mengajarkan tentang menghargai antar umat beragama, budi pekerti, nilai religius,
moral, akhlak dan prilaku. tujuan dari materi ini supaya siswa menerapkan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. maka dari itu materi ini snagat tepat untuk
melakukan revitalisasi nilai religi terhadap siswa.
Sedangkan Internalisasi Nilai religious atau nilai spiritual dengan pembelajaran PPkn
Itu ialah Internalisasi dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), meliputi
Tujuan pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran dan evaluasi pembelajaran yang
terdapat dalam Rencana Pelaksanaan pembelajaran. Nah supaya guru maksimal dalam
penginternalisasian nilai religious dengan pembelajaran PPKn itu ialah guru harus
menganalisis Kompetensi Dasar dan indikator pencapaian kompetensi. Indikator
pencapaian kompetensi yang ada dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sama
persis dengan indikator pencapaian kompetensi yang ada dalam buku guru Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan yang berarti guru tidak mengembangkan indikator
pencapaian kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik
BAB III
KAJIAN ARTIKEL HASIL PENELITIAN

A. Hubungan Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Kewarganegaraan

Penulis : Budiman
Intitut : UIN Banten
Tahun Publikasi : 2018

Pendidikan Kewarganegaraan dan Tujuannya


Pendidikan kewarganegaraan pada hakikatnya merupakan upaya sadar dan
terencana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan
menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan
kewajiban dalam bela negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan
negara. Dimana tujuan dari Pendidikan kewaganegaraan itu sendiri yaitu untuk
mewujudkan warga negara akan sadar bela negara berlandaskan pemahaman politik
kebangsaan dan kepekaan pengembangan jati diri dan moral bangsa. Dimana standar
isi Pendidikan kewarganegaraan adalah mengembangkan nilai – nilai cinta tanah air,
kesadaran berbangsa dan bernegara, keyakinan terhadap Pancasila sebagai ideologi
negara, nilai – nilai demokrasi, hak asasi manusia dan lingkungan hidup, kerelaan
berkorban untuk masyarakat, bangsa dan negara serta kemampuan awal bela negara.
Kemampuan yang diharapkan dari Pendidikan kewarganegaraan yaitu bahwa
dengan Pendidikan kewarganegaraan bertujuan agar kita memiliki wawasan
kesadaran bernegara untuk bela negara dan memiliki pola pikir, pola sikap dan
perilaku yang cinta tanah air berdasarkan Pancasila.
Hubungan Kewarganegaraan dan Agama Islam
Pendidikan agama dan Pendidikan moral mendapatkan tempat yang leluasa
dalam sistem Pendidikan nasional Indonesia. Dimana dalam Undang – Undang nomor
02 tahun 1989 tentang sistem Pendidikan nasional Bab IX pasal 39 butir 02
menjelaskan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang Pendidikan wajib
memuat Pendidikan Pancasila, Pendidikan agama dan Pendidikan kewarganegaraan.
dimana Pendidikan agama materi bahasanya berkaitan dengan keimanan, ketakwaan,
akhlak dan ibadah kepada tuhan. Dengan demikian, Pendidikan agama berkaitan
dengan pembinaan mental/spiritual sehingga mendasari tingkah laku manusia dalam
berbagai bidang kehidupan. Pendidikan keagamaan tidak terlepas dari upaya
menanamkan nilai – nilai serta unsur agama pada jiwa seseorang,
Pada dasarnya hubungan antara Pendidikan kewarganegaraan dengan
Pendidikan agama islam yaitu Pendidikan kewarganegaraan disebut dengan
Pendidikan interdisipliner dimana dalam Pendidikan kewarganegaraan terdapat unsur
– unsur yang terkandung dalam Pendidikan agama, begitu juga sebaliknya,
Pendidikan agama islam adalah pembentukan kepribadian muslin atau perubahan
sikap dan tingkah laku sesuai dengan petunjuk ajaran islam. Dimana tujuan dari
Pendidikan agama yaitu pembentukan tingkah laku islami (akhlak mulia) dan
kepasrahan (keimanan) kepada allah dengan berdasakan petunjuk ajaran agama islam
(al-qur’an dan hadits).

B. Peranan Nilai – Nilai Dasar Keagamaan Terhadap Pembinaan Krakter Peserta


Didik

Penulis : Muzakir STAIN Parepare


Metode yang di gunakan: Studi Implementatif dengan Pendekatan Psikologi
Pendidikan
Tujuan peneliti : SMK Negeri 2 Kota Parepare
Tahun Publikasi : Desember 2016

Implementasi Nilai – Nilai Dasar Keagamaan dalam Pendidikan


Implementasi Nilai – Nilai religious adalah sebagai bentuk mengaplikasikan
agama secara totalitas yang diselenggarakan di dalam suatu lingkungan tertentu
(sekolah) untuk mencapai tujuan pembelajaran yang searah dengan tujuan Pendidikan
nasional, yang mana di dalamnya mengandung unsur – unsur pembinaan yang
berkarakter. Terdapat lima aspek religious dalam islam yaitu : (1). Aspek iman, (2).
Aspek islam, (3). Aspek ihsan, (4). Aspek ilmu, (5). Aspek amal. Secara universal,
Thontowi mengemukakan enam komponen religious yaitu: (1). Ritual, artinya
perilaku seremonial baik secara sendiri – sendiri maupun bersama, (2). Doctrine, yaitu
penegasan hubungan individu dengan tuhan, (3). Emotion, yaitu adanya perasaan
seperti kagum, cinta. Takut dan sebagainya, (4). Knowledge, yaitu pengetahuan
tentang ayat – ayat dan prinsip – prinsip suci, (5). Ethnis, yaitu aturan – aturan untuk
membimbing perilaku interversonal membedakan yang benar dan yang salah, yang
baik dan yang buruk, (6). Community, yaitu penegasan tentang manusia dengan
mahluk atau individu yang lain. Apabila komponen religious dikaitkan dengan
pembinaan karakter maka akan memberikan pengaruh signifikan dalam mewujudkan
nilai paripurna sebagai bekal di dunia dan di akhirat.
Pendidikan keagamaan dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia, telah
dijelaskan bahwa Pendidikan keagamaan adalah Pendidikan yang mempersiapkan
peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang penuntut penguasaan
pengetahuan tentang ajaran agama dan mengamalkan ajaran agamanya. Dengan
demikian, akan mengatur peserta didik menjadi individu yang mampu
memprogramkan, merencanakan serta menata perilakunya menjadi manusia yang
peripurna di masa depan. Dimana sikap dan perilaku keagamaan merupakan suatu
keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku
sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama. Terdapat tiga komponen dasar
menyangkut sikap dan perilaku keagamaan diantaranya: (1). Komponen kognisi,
adalah segala hal yang berhubungan dengan gejala pikiran seperti ide, kepercayaan
dan konsep, (2). Komponen afeksi, segala hal yang berhubungan dengan gejala
perasaan (emosional, seperti senang dan tidak senang, setuju dan tidak setuju), (3).
Komponen konasi, merupakan kecenderungan untuk berbuat, seperti memberi
pertolongan, menjauhkan diri dan seterusnya.
Langkah – Langkah strategis untuk pelaksanaan Pendidikan keagaan sebagai berikut:
(1) Pemberian teladan
(2) Cara praktis dalam pengajaran agama
(3) Kisah/cerita
(4) Mendidik melalui kebiasaan
Upaya dalam mengimplementasikan nilai – nilai Pendidikan religious adalah
melalui proses kesinabungan yang disertai dengan konsistensi dalam melakukan
pembinaan kepaa peserta didik, artinya nilai – nilai religious akan berhasil dan
tertanam terhadap karekter peserta didik akibat adanya pengintegrasian antara
komponen kesadaran keagamaan dan ketulusan dalam melaksanakan pembelajaran
dalam lingkup sekolah.

Arah dan Tujuan Pendidikan/Pembinaan Karakter di Sekolah

Berkowittz dan Bier berpendapat bahwa Pendidikan karakter merupkan


penciptaan lingkungan sekolah yang membantu peserta didik dalam perkembangan
etika, tanggung jawab melalui model dan pengajaran karakter yang baik melalui nilai
– nilai universal. Jadi dapat disimpulkan bahwa Pendidikan karakter merupakan
sistem penanaman nilai – nilai karakter kepada peserta didik sehingga mereka
menerapkan dalam kehidupannya baik di keluarga, masyarakat dan negara sehingga
dapat memberikan kontribusi positif kepada lingkungannya. Pendidikan karakter pada
hakikatnya ingin membentuk individu menjadi seorang pribadi bermoral yang dapat
menghayati kebebasan dan tanggung jawabnya.

Pada dasarnya, kualitas sekolah akan tercermin pada kualitas hasil peserta
didiknya, dimana tenaga pendidik dituntut agar mengedepankan pola pembinaan
secara intensif dan terprogram untuk mencapai tujuan Pendidikan, sebagai wujud dan
tanggung jawab dalam mengangkat harkat dan martabat agama, bangsa dan negara.

Menanamkan Nilai – Nilai Dasar Keagamaan Untuk Membina Karakter

Implementasi nilai – nilai keagamaan dalam pembinaan karakter siswa ditinjau


dari beberapa aspek yaitu:

1. Menerapkan pendekatan, yaitu mensosialisasikan dan membiasakan lingkungan


sekolah untuk menghidupkan dan mnegakkan nilai – nilai keagamaan melalui
aktivitas ibadah, ahlak yang benar melalui model atau teladan.
2. Menjelaskan atau mengklarifikasikan kepada peserta didik secara terus menerus
tentang berbagai nilai – nilai keagamaan, bail berupa ketersediaan symbol –
symbol keagamaan ataupun perilaku yang baik dan yang buruk. Serta mebisakan
bersikap dan bertindak secara terus menerus.
3. Menerapkan Pendidikan berdasarkan karakter
Upaya Strategis Penanaman Nilai – Nilai Dasar Keagamaan Untuk Membina
Karakter

Pembinaan karakter dalam menanamkan nilai – nilai kegamaan menggunakan


dua cara yaitu intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Adapun pelaksanaan pembinaan
karakter dalam menanamkan nilai – nilai keagamaan adalah dengan memasukkan
nilai karakter yang terangkum di dalam semua materi pembelajaran Pendidikan agama
islam (PAI) dan mata pelajaran kewarganegaraan dengan dukungan mata pelajaran
yang relepan dengan Pendidikan karakter siswa.

Pelaksanaan nilai – nilai karakter keagamaan melalui pola pembinaan


intrakurikuler menekankan pada aspek sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah
agama lain. Dimana indicator pelaksanaan Pendidikan karakter di dalam kelas adalah
berdoa sebelum dan sesudah pelajaran menurut agama yang dianutnya.

Terdapat tiga model pelaksanaan pembinaan nilai – nilai karakter keagamaan yaitu :

1. Model Pendidikan karakter berbasis kelas, yaitu proses hubungan komunitas kelas
dalam konteks pembelajaran. Artinya, relasi antara guru dengan pembelajar bukan
monolog, melainkan dialog dengan banyak arah, proses pelaksanaan nilai – nilai
keagamaan yang diharapkan adalah mengarahkan pada kebutuhan siswa terhadap
berfikir murni dan positif dalam menerima pelajaran dan menjadikan hati sebagai
pengontrol keikhlasan/ ketulusan menerima pelajaran.
2. Model Pendidikan karakter berbasis kultur sekolah, model ini membangun budaya
sekolah yang mampu membentuk karakter siswa dengan bantuan penata social
sekolah agar nilai terbentuk dan terbatinkan dalam diri siswa. Proses pelaksanaan
nilai – nilai keagamaan yang diharapkan adalah mengarah pada pengendalian diri,
dan menerima realitas lingkungan sebagai bagian hidupnya, sehingga siswa
merasakan pentingnya perprilaku (berakhlak) mulia disegala tempat dan
kesempatan yang ada.
3. Model Pendidikan karakter berbasis komunitas, keterlibatan komponen keluarga
siswa, masyarakat dan lingkungan sekolah di sekitar sekolah merupakan bagian
integral dari upaya pelaksanaan nilai – nilai karakter social keagamaan.

C. Penanaman nilai-nilai religius dalam pembelajaran PPKn di Madrasah Aliyah


Ali Maksum Yogyakarta
1. Penulis : Miftakhul Huda dan Syifa Siti Aulia
2. Tujuan peneliti : MA Ali Maksum Yogyakarta
3. Tahun Publikasi : 2019
Nilai Religius yang ditanamankan oleh guru di dalam pembelajaran pendidikan
pancasila dan kewarganegaraan. Yang mana unsur – unsur nilai religious yang
ditanamkan atau di sampaikan oleh guru tersebut berbeda –beda caranya, hal itu untuk
menghilangka rasa bosan siswa dalam belajar. Seperti guru mengajak siswa untuk
berdiskusi dan tidak jarang pula guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok
kemudian diberi tugas dan hasilnya dipresentasikan di depan kelas.

Ada 6 (enam) nilai religious yang disampakan atau ditanamkan dalam pembelajaran
PPKn yaitu :

1. Nilai Ibadah
Nilai Ibadah ini sesuai dengan fakta yang ada, guru menyampaikan nilai
ibadah di dalam pembelajaran PPKn. Selain menanamkan nilai ibadah lewat
pembelajaran guru juga mempraktikkan secara langsung nilai ibadah tersebut,
guru membimbing siswa untuk mengawali dan mengakhiri pembelajaran
dengan berdoa.
2. Nilai Ruhul Jihad
Nilai ruhul jihad ini ditanamkan oleh guru kepada siswa di dalam
pembelajaran PPKn yaitu dengan Dengan cara menyisipkan materi tentang
nilai ruhul jihad di dalam pembelajaran PPKn di kelas. Di dalam RPP yang
dibuat oleh guru tidak ditemukan materi yang secara gamblang menerangkan
tentang ruhul jihad. Akan tetapi pada praktiknya guru menyampaikannya
dengan menyisipkan di dalam materi pembelajaran PPKn yang disampaikan di
kelas. Adapun maksud ditanamkan nya nilai ruhul jihad supaya siswa
memiliki semangat juang dalam menuntut ilmu. Selain itu juga menjadi sarana
bagi guru untuk menumbuhkan rasa haus akan ilmu supaya siswa tidak
gampang berpuas diri dengan ilmu yang didapat.
3. Nilai Akhlak
Nilai Akhlak Ini ditanamkan oleh Guru menanamkan nilai akhlak di dalam
pembelajaran PPKn di dalam kelas yaitu dengan Dengan cara menyisipkan
nilai akhlak di dalam pembelajaran PPKn di kelas. Selain itu guru menyiapkan
materi tentang nilai akhlak. Penanaman nilai akhlak dirasa penting karena
akhlak adalah faktor pembentuk kepribadian seseorang. Baik buruknya
perilaku seseorang tergantung dengan akhlaknya. dapun cara yang
menyampaikannya kurang lebih sama dengan nilai lainnya.
4. Nilai Kedisiplinan
Nilai Kedisiplinan, guru menyisipkan konten atau materi yang berhubungan
dengan nilai disiplin di dalam pembelajaran PPKn, Selain itu guru
menyiapkan materi pokok tentang nilai kedisiplinan walaupun tidak dijelaskan
secara mendetail. Selain menyampaikan materi untuk menunjang terbentuknya
disiplin di diri para siswa guru juga memberikan contoh nilai disiplin kepada
siswa melalui perilaku guru. Salah satunya dengan masuk kelas tidak telat dan
berpakaian sesuai dengan peraturan yang berlaku di sekolah. Dengan demikian
diharap siswa dapat mencontoh apa yang sudah dicontohkan guru PPKn.
Kesimpulannya guru menyisipkan konten atau materi tentang nilai
kedisiplinan ketika pembelajaran PPKn di kelas. Walaupun sifatnya hanya
sisipan tetapi murid bisa menangkap pesan yang disampaikan oleh gurunya.
Dibuktikan dengan bagaimana mereka berperilaku di dalam kelas saat
pembelajaran berlangsung.
5. Nilai Keteladanan
Nilai Keteladanan, berbeda dengan nilai-nilai lainnya, penyampaian nilai
keteladanan lebih kepada memberikan contoh kepada siswa oleh guru PPKn.
Walaupun tidak jarang juga guru menceritakan beberapa tokoh-tokoh dengan
harapan siswa bisa meneladani setiap kebaikan yang terkandung dalam cerita
tersebut.
Kesimpulannya adalah nilai keteladanan memang penting untuk disampaikan,
akan tetapi akan lebih baik lagi ketika yang menyampaikannya ataupun guru
juga menerapkan nilai-nilai yang disampaikannya di dalam setiap tindak
tanduknya. Hal ini sesuai dengan teori yang telah dijabarkan sebelumnya,
bahwasanya nilai keteladanan adalah tentang bagaimana murid mencontoh
sikap guru bukan hanya berdasarkan tentang materi.
6. Nilai Amanah dan Ikhlas
Nilai Amanah dan Ikhlas, guru menyampaikan nilai amanah dan ikhlas di
dalam pembelajaran PPKn di dalam kelas. Tujuan disampaikannya nilai
amanah dan ikhlas untuk membentuk pribadi yang jujur, dapat dipercaya serta
menjadi pribadi yang tidak memiliki pamrih di setiap apa yang dilakukannya
D. Keterkaitan Nilai Spiritual Dengan Mata Pelajaran PPKn Pada
PendidikanKarakter Di Sekolah Dasar
1. Penulis : Hanifah Zahran Robani, M. B. Vira Adi
Kristiasari & Veronika Chandra Kirana
2. Tujuan peneliti : SDNN BILOKKA
3. Tahun Publikasi :-
Karakter, NIlai Spiritual, pendidikan Kewarganegaraan,

Strategi penananman nilai karakter dilakukan melalui berbagai kegiatan baik


intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. Selain melalui kegiatan sekolah, pendidikan
karakter juga di implementasikan melalui penekanan terhadap materi dan rencana
pembelajaran (RPP), teladan dari guru, nasehat dan kebiasaan sehari-hari saat
berinteraksi dengan guru, staff dan karyawan serta siswa dengan siswa. Bentuk
pembinaan karakter kepada peserta didik berupa kegiatan pembiasaan, seperti
pembiasaan 3s (senyum, salam, sapa) jika bertemu dengan orang lain, keteladanan
serta kegiatan-kegiatan keagamaan lain yang kontinyu dilaksanakan, baik bersifat
reguler maupun insidental. Bimbingan mental spiritual yang diberikan oleh sekolah
adalah proses pemberian bantuan terarah, kontinyu dan sistematis kepada setiap
individu agar individu dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang
dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasi nilai-nilai yang terkandung
di dalam AlQur‘an dan hadis Rasullullah ke dalam dirinya, sehingga individu dapat
hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan Al-Qur‘an dan hadis.

Pendidikan spiritual adalah pendidikan yang berhubungan dengan pembentukan


sikap, mental, batin, perasaan dan penjiwaan terhadap suatu hal, yang bertujuan
untuk meraih kemurnian batin serta kecerdasan spiritual dalam hubungannya untuk
mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Jika nilai-nilai spiritual tertanam di dalam
lubuk sanubari para siswa sejak dini, niscaya kehidupan anak akan senantiasa
diwarnai dengan sikap positif, proaktif, produktif, progresif, partisipatif, dan
memiliki sikap rendah hati, tawaduk, bermoral baik serta bertakwa. Setidaknya, ada
empat hal yang menjadi dasar utama pendidikan spiritual.

 Menempatkan guru sebagai teladan


 siswa tidak dipandang sebagai objek pendidikan tapi diperlakukan sebagai
subyek pendidikan yang tengah berproses menjadi manusia yang memiki
kecerdasan spiritual
 Spritualisasi dan profesionalitas adalah dua hal yang tidak terpisah dalam
pendidikan spiritual.
 Penguatan basis spritualitas
Latar Belakang diadakannya pendidikan kewarganegaraan adalah bahwa semangat
perjuangan bangsa yang merupakan kekuatan mental spiritual telah melahirkan
kekuatan yang luar biasa dalam masa perjuangan fisik, sedangkan dalam menghadapi
globalisasi untuk mengisi kemerdekaan kita memerlukan perjuangan non fisik sesuai
dengan bidang profesi masing-masing. Pendidikan kewarganegaraan adalah upaya
sadar dan terencana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara
dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak
dan kewajiban dalam bela negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan
bangsa dan negara. Tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah mewujudkan warga
negara sadar bela negara berlandaskan pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan
mengembangkan jati diri dan moral bangsa.

Hubungan Kewagranegaraan dan Agama Islam

Pendidikan agama dan pendidikan moral mendapatkan tempat yang wajar dan
leluasa dalam sistem pendidikan nasional Indonesia. Undang-undang Nomor 2
Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IX pasal 39 butir 2 misalnya
mengatakan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib
memuat pendidikan Pancasila, pendidikan agama dan pendidikan kewarganegaraan.
Pendidikan agama biasanya diartikan pendidikan yang materi bahasanya berkaitan
dengan keimanan, ketakwaan, akhlak dan ibadah kepada Tuhan. Dengan
memperhatikan visi dan misi Pendidikan Kewarganegaraan yaitu membentuk warga
negara yang baik, maka selain mencakup dimensi pengetahuan, karakteristik
pendidikan Kewarganegaraan ditandai dengan memberi penekanan pada dimensi
sikap dan ketrampilan civics. Jadi intinya adalah bahwa hubungan pendidikan
kewarganegaraan dengan pendidikan agama islam adalah bahwa pendidikan
kewarnegaraan yang disebut pendidikan yang interdisipliner dimana didalam
pendidikan kewarganegaraan terdapat unsure-unsur yang yang terkandung dalam
pendidikan agama. Begitu sebaliknya dengan pendidikan agama islam juga ada nilai-
nilai dan unsure-unsur yang terkandung dalam pendidikan kewarganegaraan. Jadi
hubungannya sangat erat
Dalam keterkaitan nilai spiritual dengan PPKn dalam pendidikan karakter di SD
inovasi yang digunakan yaitu drama sebagai metode pengenalan toleransi. Hal ini
dapat dimulai dengan mengkreasikan drama yang didalamnya terdapat siswa yang
berbeda-beda sehingga masing-masing anak akan dapat saling mengenal satu sama
lain. Kemudian, dalam pembelajaran masing-masing anak dilatih untuk berpendapat
dengan cara diskusi kecil. Adapun cara-cara yang dapat dilakukan untuk
mengajarkan sikap toleransi sejak dini yaitu seperti: mengenalkan simbol-simbol
keberagaman antar suku, agama, budaya maupun kepercayaan. Selain itu dapat pula
dibuat kelas yang di dalamnya terdapat anak-anak dengan latar belakang yang
berbeda-beda, sehingga anak dapat saling mengenal dan menghargai adanya
perbedaan. Dalam bermain peran tentunya memiliki kekurangan dan kelebihan
namun terdapat cara untuk mengatasi kelemahan tersebut.
BAB IV
PENUTUP
Nilai Spiritual sudah menjadi bagian dari isi pembelajaran Pendidikan pancasila dan
kewarganegaraan. Karena Pendidikan Kewarganegaraan itu sendiri merupakan sebuah
mata pelajaran yang terintegritas dan memfokuskan pada pembentukan peserta didik
yang beragam dari segi agama, sosiokultural, bahasa, usia dan suku bangsa yang
menjadi warga Negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan
pancasila dan Undang – Undang dasar 1945. pendidikan kewarganegaraan dengan
nilai spiritual (agama) pendidikan agama islam adalah pendidikan yang interdisipliner
dimana di dalam pendidikan kewarganegaraan terdapat unsur-unsur yang yang
terkandung dalam pendidikan agama. Begitu sebaliknya dengan pendidikan agama
islam juga ada nilai-nilai dan unsur-unsur yang terkandung dalam pendidikan
kewarganegaraan. Program Pkn menitikberatkan pada pembentukan insan yang
religius, demokratis, cerdas, terampil, dan sejahtera serta cinta bangsa dan bernegara
serta mampu menjaga nama baik martabat bangsa dan negara dalam pergaulan antar
bangsa-bangsa di dunia. Secara prosedural pembelajaran Pkn menyiapkan bahan ajar
pilihan yang secara fungsional kearah pembinaan, pengembangan, dan pembentukan
potensi diri anak didik baik dalam lingkugan fisik maupun nonfisik secara demokratis,
humanis, dan fungsional.
SUMBER LITERATUR
Budiardjo, (2020) Dasar – Dasar Ilmu Politik. Jakarta; PT. Gramedia Pustaka Utama
Budiman, B. (2018). HUBUNGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN
PENDIDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. QATHRUNÂ, 5(2), 67-80.
Undang-Undang Sistem PendidikanNasional (SISDIKNAS) No 20Tahun2003.
Nugroho wahyu H, suyahman, suswandari. (2019) PERANAN MATA PELAJARAN
PPKn DALAM RANGKA MENUMBUHKAN NILAI KARAKTER RELIGIUS
SISWA KELAS IV DI SDN 3 WURYOREJO KABUPATEN WONOGIRI
TAHUN PELAJARAN 2017 /2018. CIVICS EDUCATION AND SOCIAL
SCIENSE JOURNAL(CESSJ). Volume 1, Nomor 1, Juni 2019

Anda mungkin juga menyukai