Anda di halaman 1dari 7

Nama : Deni Setiawan

Program studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan


NIM : 41032161200022
Kelas/Semester : A/IV

Mata kuliah : Islam Disiplin Ilmu (IDI)


Program studi :-
Dosen : Dr. Ahmad Khori, M.MPd. M.Pd.I
Kelas/Semester : A/IV
Waktu : 90 Menit

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan singkat dan jelas !

1. Jelaskan Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam!

Jawaban :

Pendidikan dalam Islam, secara bahasa memiliki terma yang sangat varian. Perbedaan ini
tidak terlepas dari banyaknya istilah yang muncul dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits—sebagai
sumber rujukan utama pendidikan Islam—yang menyebutkan kata (kalimah) yang memiliki
konotasi pendidikan atau pengajaran. Setidaknya, ada empat (4) istilah yang digunakan untuk
menyebutkan makna pendidikan, misalnya tarbiyah, ta’dib, ta’lim dan riyadhah.

1. Al-Tarbiyah

Menurut Abdurrahman Al-Nahlawi, kata tarbiyah  secara bahasa merupakan kata yang


berasal tiga akar kata, yakni, pertama raba – yarbu, yang berarti bertambah atau
bertumbuh. Pengertian ini dapat dilihat dalam Al-Qur’an, surat Al-Rum, ayat
39. Kedua, berasal dari rabiya-yarba, yang berarti menjadi dasar, dan
yang ketiga, rabba-yarubbu, yang berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntut,
menjaga dan memelihara. Pengertian ini dapat dilihat pada Al-Qur’an, surat Al-Isra, ayat
24.
Dengan demikian, maka yang dimaksud dengan Al-Tarbiyah adalah proses mengasuh,
membina, mengembangkan, memelihara serta menjadi kematangan bagi suatu objek.
Bahkan dalam hal ini, Imam Baidawi memperjelas makna Tarbiyah dengan “Al Rabbu fi
al Ashli bima’na al-Tarbiyah, wahiya al-Tabligh al-Syai’u ila kamalihi syai’an fa
syay’an (Al-Rabb asal katanya bermakna Tarbiyah, yakni menyampaikan atau
mengantarkan sesuatu menuju ke arah kesempurnaan sedikti demi sedikit).

2. Al-Ta’dib

Kata Ta’dib merupakan bentuk masdar dari kata addaba, yang berarti pengenalan dan


pengakuan yang secara bertahap ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang
tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga
membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan Kekuasaan dan Keagungan Tuhan di
dalam tatanan wujud dan keberadaannya. Pengertian ini didasarkan pada Hadits
Rasulullah saw. yang mengatakan “addabani rabbi fa ahsana ta’dibi” (Tuhanku telah
mendidikku, sehingga menjadikan baik pendidikanku).

3. Al-Ta’lim

Menurut Abdul Fattah Jalal dalam buku Minal Ushul al-Tarbawiyah fi al-Islam,


istilah Ta’lim diartikan dengan proses yang terus menerus diusahakan manusia sejak lahir
untuk melakukan pembinaan pengetahuan, pemahaman, pengertian, tanggung jawab dan
penanaman amanah. Sementara menurut Athiyah Al-Abrasy, ta’lim  diartikan dengan
upaya menyiapkan individu dengan mengacu pada aspek-aspek tertentu saja. Al-
Ta’lim  merupakan bagian kecil dari al-tarbiyah alaqliyah, yang hanya mencakup domaik
kognitif saja dan tidak menyentuh aspek (domain) afektif dan psikomotorik.

4. Riyadhah

Istilah riyadhah merupakan istilah pendidikan yang digunakan dan dikembangkan oleh


Imam Al-Ghazali untuk menyebutkan istilah pelatihan terhadap pribadi individu pada
fase anak-anak, atau yang dikenal dengan riyadhatusshibyan. Imam Al-Ghazali dalam
mendidik anak, lebih menekankan pada domain afektif dan psikomotor dibandingkan
penguasan dan pengisian domain kognitif (intelektual).

2. Jelaskan tujuan umum dan khusus Pendidikan Islam !

Jawaban :
a. Tujuan Umum

Tujuan umum ialah tujuan yang harus dicapai oleh sistem Pendidikan Islam sesuai dengan
sumber dan dasar pelaksanaannya, tanpa batasan ruang dan waktu.

Tujuan Pendidikan Islam ialah membentuk manusia yang berkepribadian muslim, yakni
manusia yang takwa, dengan sebenar-benarnya takwa kepada Allah.Hal ini sesuai dengan
Firman Allah yang artinya :

 “Hai orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benarnya takwa, dan janganlah
sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan Islam” (QS. Ali Imron : 102).

b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus merupakan operasionalisasi dari tujuan umum, yang bersifat relatif, mengingat
dan memperhatikan kultur dan senantiasa memperhatikan kemungkinan adanya tajdid, sesuai
dengan cita-cita dan falsafah bangsa tempat umat Islam hidup di dalamnya, dengan syarat
tidak bertentangan dengan sumber dan dasar Pendidikan Agama Islam.

Dengan demikian, Pendidikan Agama Islam bertugas di samping menginternalisasi


(menanamkan dalam pribadi) nilai-nilai Islami, juga mengembangkan anak fleksibel dalam
batas-batas yang konfigurasi idealitas wahyu Tuhan. Hal ini berarti Pendidikan Agama Islam
secara optimal harus mampu mendidik anak didik agar memiliki “kedewasaan atau
kematangan” dalam beriman, bertaqwa dan mengamalkan hasil pendidikan yang diperoleh,
sehingga menjadi pemikir yang sekaligus pengamal ajaran Islam

3. Jelaskan Isi Kandungan surat At-Taubah Ayat 122 !

Jawaban :

Isi kandungan Surat At Taubah ayat 122 adalah Ayat ini menunjukkan pentingnya menuntut
ilmu (tafaqquh fiddin). Harus selalu ada segolongan umat yang konsentrasi menuntut ilmu.
Bahkan dalam kondisi perang sekalipun, ketika perangnya adalah fardhu kifayah. Di setiap
kaum, kabilah atau perkampungan, wajib ada yang menuntut ilmu (tafaqquh fiddin) sehingga
perkampungan itu tidak dilanda kebodohan. Di setiap kaum, kabilah atau perkampungan,
juga harus ada yang berdakwah dan memberikan peringatan. Misi orang yang menuntut ilmu
(tafaqquh fid din) adalah mengajarkan ilmu itu kepada orang lain. Tak hanya belajar untuk
dirinya sendiri tetapi memiliki misi dakwah dan tarbiyah. Pembahasan.
ِ ‫َو َما َكانَ ْال ُمْؤ ِمنُونَ لِيَ ْنفِرُوا َكافَّةً ۚ فَلَوْ اَل نَفَ َر ِم ْن ُك ِّل فِرْ قَ ٍة ِم ْنهُ ْم طَاِئفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الد‬
‫ِّين َولِيُ ْن ِذرُوا قَوْ َمهُ ْم ِإ َذا َر َجعُوا ِإلَ ْي ِه ْم لَ َعلَّهُ ْم‬
َ‫يَحْ َذرُون‬

Artinya: Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa
tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila
mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (QS. At Taubah:
122).

Adapun isi kandungan Surat At Taubah ayat 122, yaitu:

 Ayat ini menunjukkan pentingnya menuntut ilmu (tafaqquh fiddin).


 Harus selalu ada segolongan umat yang konsentrasi menuntut ilmu. Bahkan dalam
kondisi perang sekalipun, ketika perangnya adalah fardhu kifayah.
 Di setiap kaum, kabilah atau perkampungan, wajib ada yang menuntut ilmu (tafaqquh
fiddin) sehingga perkampungan itu tidak dilanda kebodohan.
 Di setiap kaum, kabilah atau perkampungan, juga harus ada yang berdakwah dan
memberikan peringatan.
 Misi orang yang menuntut ilmu (tafaqquh fid din) adalah mengajarkan ilmu itu
kepada orang lain. Tak hanya belajar untuk dirinya sendiri tetapi memiliki misi
dakwah dan tarbiyah.

4. Apakah yang anda ketahui tentang zakat, harta apa saja yang wajib di zakati
sertakan dalilnya !

Jawaban :

Zakat yang merupakan salah satu dari 5 rukun islam, memiliki kedudukan tinggi. Allah
berfirman dalam Surah al-Baqarah: 43, “Dirikanlah salat dan bayarkanlah zakat”. Terdapat
berbagai macam zakat, di antaranya zakat fitrah dan zakat mal. Lalu bagaimana ketentuan
dan perhitungannya?
zakat berasal dari bentuk kata “zaka” yang berarti suci, baik, berkah, tumbuh, dan
berkembang. Dinamakan zakat, karena di dalamnya terkandung harapan untuk memperoleh
berkah, membersihkan jiwa dan memupuknya dengan berbagai kebaikan
Dikutip dalam buku berjudul 'Fiqih Sunnah 2' oleh Sayyid Sabiq, ini beberapa harta benda
yang wajib dizakati:
Zakat Emas dan Perak
Emas, perak, atau logam mulia merupakan salah satu harta kekayaan yang wajib dizakati bagi
yang telah mencapai nisab dan haulnya. Yaitu, Nisab zakat emas sebesar 85 gram, sementara
perak sebesar 595 gram.
Dalil mengenai zakat atas emas atau perak ini tertulis dalam Al-Qur`an Surat At-Taubah Ayat
34.
‫ب َألِ ٍيم‬
ٍ ‫يل ٱهَّلل ِ فَبَ ِّشرْ هُم بِ َع َذا‬ َّ ِ‫َب َو ْٱلف‬
ِ ِ‫ضةَ َواَل يُنفِقُونَهَا فِى َسب‬ َ ‫َوٱلَّ ِذينَ يَ ْكنِ ُزونَ ٱل َّذه‬
"...Dan orang orang yang menyimpan emas  dan perak dan tidak menafkahkannya pada
jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, bahwa mereka akan mendapat) siksa
yang pedih” (At Taubah 34)

 Zakat tumbuhan Tanaman dan buah-buahan

ِ ‫ْرفُوا ۚ ِإنَّهُ اَل ي ُِحبُّ ْال ُمس‬


َ‫ْرفِين‬ َ ‫ُكلُوا ِم ْن ثَ َم ِر ِه ِإ َذا َأ ْث َم َر َوآتُوا َحقَّهُ يَوْ َم َح‬
ِ ‫صا ِد ِه ۖ َواَل تُس‬
"...Makanlah dari buahnya yang bermacam-macam itu bila dia berbuah dan tunaikanlah
haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah
kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.”
(Surat Al-An`am Ayat 141)
Ayat ini merupakan ayat yang umum mengenai kewajiban mengeluarkan hak (zakat) saat
waktu panen tiba. Adapun tanaman tersebut tidak terbatas pada biji-bijian tertentu saja.X
Harta kekayaan hasil berniaga dan hasil bumi
Harta yang wajib dizakati selanjutnya ialah hasil berniaga, nisabnya sama
dengan nisab emas yaitu senilai 85 gram emas. Adapun, kadar zakatnya sebesar 2,5 % yang
dapat dibayar dengan uang atau barang, serta dikenakan pada perdagangan maupun
perseroan.X
Seperti tertera dalam firman-Nya:
‫ْث ِم ْنهُ تُ ْنفِقُوْ نَ َولَ ْستُ ْم بِ ٰا ِخ ِذ ْي ِه آِاَّل‬
َ ‫ض ۗ َواَل تَيَ َّم ُموا ْالخَ بِي‬
ِ ْ‫ت َما َك َس ْبتُ ْم َو ِم َّمٓا اَ ْخ َرجْ نَا لَ ُك ْم ِّمنَ ااْل َر‬ َ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اَ ْنفِقُوْ ا ِم ْن‬
ِ ‫طيِّ ٰب‬
‫هّٰللا‬
‫اَ ْن تُ ْغ ِمضُوْ ا فِ ْي ِه ۗ َوا ْعلَ ُم ْٓوا اَ َّن َ َغنِ ٌّي َح ِم ْي ٌد‬
"Wahai orang-orang yang beriman. Infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik
dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu. Janganlah kamu memilih
yang buruk untuk kamu keluarkan, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya
melainkan dengan memicingkan mata (enggan) terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah
Maha Kaya, Maha Terpuji.” (Q.S. Al Baqarah 267)
5. Apa yang anda ketahui tentang dalil di bawah ini, (An Nahl : 125) ;

‫و َأ ْعلَ ُم‬8 َ ْ‫ َو َأ ْعلَ ُم بِ َمن‬8‫سنُ ِإنَّ َربَّ َك ُه‬


َ ْ‫لّ َعن‬8‫ض‬
َ 8‫بِيلِ ِه َو ُه‬8‫س‬ َ ‫سنَ ِة َو َجا ِد ْل ُه ْم بِالَّتِي ِه َي َأ ْح‬
َ ‫سبِي ِل َربِّ َك بِا ْل ِح ْك َم ِة َوا ْل َم ْو ِعظَ ِة ا ْل َح‬
َ ‫ا ْد ُع ِإلَى‬
‫بِا ْل ُم ْهتَ ِدي‬

Dan bagaimana seharusnya kita berdakwah!

Jawaban :
Dari ayat diatas dapat ditarik intinya yaitu :

Allah memerintahkan Rasulullah untuk berdakwah menyeru manusia kepada agama-Nya.


Kewajiban berdakwah ini juga berlaku bagi umat Islam.
Ayat ini menjelaskan tiga metode dakwah yakni hikmah, mauidhah hasanah (pengajaran yang
baik) dan jidal (debat) dengan cara baik.
Allah hanya mewajibkan dakwah, sedangkan apakah seseorang mendapat hidayah atau tidak
adalah urusan Allah. Bukan kewajiban seorang dai.
Allah Maha Mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan siapa yang mendapat petunjuk.
Dia Maha Mengetahui siapa yang mau menolak dakwah dan siapa yang mau menerimanya.
Ayat ini menenangkan Rasulullah dan para dai agar tidak sedih dan kecewa jika ada orang
yang menolak dakwah.
Dan yang seharusnya berdakwah itu ialah :

1. Kewajiban dan metode dakwah

Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk


menyeru manusia kepada-Nya dengan cara yang bijaksana. Yakni
dengan hikmah dan mauidhah hasanah (nasehat yang baik). Jika diperlukan,
barulah jidal (membantah atau mendebat) dengan cara yang baik.
Hikmah, mauidhah hasanah dan jidal ini adalah metode dakwah yang Allah ajarkan.
Mauidhatul hasanah adalah pengajaran yang baik, pesan-pesan yang baik sebagai nasehat.
Jidal adalah debat. Metode ini hanya ditempuh jika diperlukan. Ketika dakwah dibantah,
disanggah atau ditantang untuk beradu argumentasi maka hendaklah perdebatan dilakukan
dengan cara yang lebih baik.
6. Jelaskan apa yang di maksud dalam (QS. Ar-Ra'd : 38) di bawah ini;

ً ‫سالً ِّمن قَ ْبلِكَ َو َج َع ْلنَا لَ ُه ْم َأ ْز َو‬


ً‫اجا َو ُذ ِّريَّة‬ َ ‫َولَقَ ْد َأ ْر‬
ُ ‫س ْلنَا ُر‬

Jawaban :

Dalam ayat ini Allah swt menjelaskan bahwa Dia telah mengutus rasul-rasul sebelum Nabi
Muhammad saw dan mereka beristri dan berketurunan. Hal ini menunjukkan bahwa
kehidupan berkeluarga dan berketurunan adalah hal yang wajar dan merupakan sunatullah
bagi makhluk-Nya yang hidup di muka bumi ini. Sunatullah ini juga berlaku bagi para nabi
dan rasul-Nya. Hidup berkeluarga tidak boleh dianggap sebagai penghalang dalam
perjuangan, baik demi kemajuan pribadi, masyarakat, maupun bangsa. Bahkan pernikahan
menurut ajaran Islam, selain bertujuan untuk melanjut-kan keturunan, juga berfungsi
memberikan ketenangan, ketenteraman, dan kestabilan hidup. Pernikahan juga mempererat
silaturrahim antara keluarga-keluarga yang bersangkutan dan dapat menjadi sarana dakwah
Islamiyah, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah saw.

7. Apa yang di maksud dengan munakahad secara bahasa dan istilah, sebutkan
rukun beserta ulasan singkatnya !

Jawaban :

Nikah menurut bahasa berasal dari kata nakaha yankihu nikahan yang berarti kawin. dalam
istilah nikah berarti ikatan suami istri yang sah yang menimbulkan akibat hukum dan hak
serta kewajiban bagi suami isteri. Dalam buku fiqih wanita yang dimaksud Nikah atau
perkawinan adalah Sunnatullah pada hamba-hamba-Nya. Dengan perkawinan Allah
menghendaki agar mereka mengemudikan bahtera kehidupan.

rukun perkawinan secara lengkap Menurut ulama syafi‟iyah adalah sebagai berikut :

 Calon mempelai laki-laki


 Calon mempelai perempuan
 Wali dari mempelai perempuan yang akan mengakadkan perkawinan
 Dua orang saksi
 Ijab yang dilakukan oleh wali dan qabul yang dilakukan oleh suami

Selamat mengerjakan

Boleh Menggunakan Referensi Buku atau Jurnal

Mohon maaf apabila ada salah ketik tulisan arab

Anda mungkin juga menyukai