Anda di halaman 1dari 13

Makalah Evolusi

“MOLECULAR EVOLUTION”

Dosen Pengampu :
Khairuna, M.Pd.

Kelompok I :
Anggrian El Ritli : (0310183118)
Halimah : (0310183112)
Nini Ardian : (0310181009)
Siti Maryam : (0310182100)

PENDIDIKAN BIOLOGI 4
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan

BAB II
PEMBAHASAN

A. AWAL PEMBENTUKAN BUMI


Bumi merupakan salah satu planet yang ada di tata surya yang memiliki selubung yang
berlapis-lapis. Selubung bumi tersebut berupa lapisan udara yang sering disebut dengan
atmosfer. Atmosfer terdiri atas bermacam-macam unsur gas dan di dalamnya terjadi proses
pembentukan dan perubahan cuaca dan iklim. Atmosfer melindungi manusia dari sinar
matahari yang berlebihan dan meteor-meteor yang ada. Adanya atmosfer bumi memperkecil
perbedaan temperatur siang dan malam. Atmosfer penting bagi kehidupan di bumi, karena
tanpa atmosfer maka manusia, hewan, dan tumbuhan tidak dapat hidup. Atmosfer juga
bertindak sebagai pelindung kehidupan di bumi dari radiasi matahari yang kuat pada siang
hari dan mencegah hilangnya panas ke ruang angkasa pada malam hari.1
Bumi juga merupakan tempat makhluk hidup termasuk manusia yang telah terbentuk
sekitar 4,6 miliar tahun lalu bersamaan dengan planet-planet lain yang membentuk tata surya
dengan matahari sebagai pusatnya. Sejarah kehidupan di bumi baru dimulai sekitar 3,5 juta
tahun lalu dengan munculnya mikro-organisme sederhana yaitu bakteri dan ganggang.
Sekitar 15 milyar tahun kemudian, kumpulan debu dan gas luar angkasa menyatu dan
berkondensasi akibat gravitasi, menjadi gumpalan gas raksasa yang kita kenal sebagai
matahari. Matahari ini dikelilingi oleh beberapa bentukan yang lebih kecil dengan komposisi

1
Bayong Tjasyono, 2009, Ilmu Kebumian dan Antariksa, cet. III Bandung : Remaja Rosdakarya,
, h.115
yang bervariasi, yang dikenal sebagai planet. Jagad raya sebagian besar tersusun oleh gas
dengan berat molekular ringan, yaitu hydrogen dan helium, dimana unsur2 tersebut
merupakan penyusun utama suatu bintang. Unsur dengan berat molekul yang lebih berat
menyusun hanya sekitar 0,1 persen dari suatu planet. Ketika bumi terbentuk, panas
dilepaskan yang disebabkan oleh keruntuhan karena gravitasi (collapse due to gravity) dan
adanya elemen radioaktif pada kumpulan debu. Selama ratusan miliar tahun pertama, bumi
terlalu panas sehingga air tidak dapat berbentuk cair dan hanya dalam bentuk uap. Setelah
suhu bumi menurun, uap tersebut mengalami kondensasi dan membentuk lautan dan danau.
Kehidupan diperkirakan berasal dari reaksi kimia yang terjadi pada atmosfer, diikuti dengan
reaksi lanjut pada lautan dan danau purba (hidrosphere).
Pada sekitar 540 juta tahun lalu secara bertahap kehidupan yang lebih komplek mulai
berevolusi. Perkembangan perubahan tetumbuhan diawali oleh Pteridofita (tumbuhan paku),
Gimnosperma (tumbuhan berujung), dan terakhir Angiosperma (tumbuhan berbunga).
Sedangkan perkembangan dan perubahan hewan dimulai dari reptilian, burung, dan terakhir
mamalia, kemudian terakhir kali muncul manusia. Sejarah kehidupan di bumi dapat diungkap
melalui fosil. Fosil telah menjadi bukti yang paling kuat untuk menjelaskan tentang kejadian
makroevolusi.2
B. ATMOSFER AWAL
Atmosfer adalah lapisan gas atau campuran gas yang menyelimuti dan terikat pada bumi
oleh gaya gravitasi bumi. Campuran gas ini dinamakan udara. 3Udara adalah campuran
berbagai unsur dan senyawa kimia. Beberapa ahli filsafat Yunani dahulu menganggap bahwa
udara merupakan unsur utama, terdiri dari zat dasar yang tak dapat dibagi lagi menjadi unsur
pokok. Atmosfer terisi oleh partikel-partikel halus dan ringan dari tiga kelompok bahan yakni
gas (udara kering dan uap air), cairan (butir-butir air atau awan) dan aerosol (bahan pada
debu) ketiga bahan tersebut memiliki yang merupakan usul semua benda massa yang berbeda
satu sama lain dan tersebar dalam berbagai ketinggian yang membentuk susunan yang mirip
pengendapan di atmosfer. Partikel yang ringan berada di atas partikel yang berat sehingga
semakin mendekati permukaan bumi jadi kerapatan partikel di atmosfer meningkat.
Atmosfer pertama, yang disebut atmosfer primer, sebagian besar tersusun dari hydrogen
dan helium. Akan tetapi karena ukuran planet bumi terlalu kecil untuk menahan gas seringan
itu, maka gas2 tersebut akan terlepas ke luar angkasa. Bumi kemudian membentuk atmosfer
Hanan Said Banaim, dkk, 2019, Pengaruh Atmosfer Ruang Terhadap Perancangan
2

Museum Sejarah Kehidupan, Jurnal ATRAT, Fakultas Industri Kreatif Universitas Telkom,
Bandung, Vol.7. No.2, h.160-161.
3
Susilo Prawirowardoyo, Meteorologi, Bandung: Penerbit ITB, 1996, h.1
sekunder, yang sebagian besar terbentuk melalui volcanic out-gasing (pengeluaran gas
volkanik), karena pada saat itu aktivitas volkanik bumi lebih besar dan panas. Gas volkanik
sebagian besar tersusun dari uap (95%), lalu oleh CO2, SO2, N2, H2S2, HCl, B2O dan
elemental sulfur dalam jumlah yang tak tentu, serta H2, CH4, SO3, NH3 dan HF dalam
jumlah yang paling kecil. Akan tetapi tidak terdapat O2. Dari berbagai unsur diatas, CO2
merupakan 2 unsur terbanyak (4%). Disamping itu, uap air bereaksi dengan mineral primitif
seperti nitrides sehingga membentuk ammonia, dengan carbides sehingga membentuk metan,
dan dengan sulfides sehingga membentuk hydrogen sulfide. Tidak terdapat oksigen bebas
pada masa itu.
Atmosfer bumi pada masa ini, yaitu atmosfer tersier, terbentuk secara biologis. Metan,
ammonia, dan gas reduksi lainya telah habis terpakai, sementara komponen lainya (nitrogen,
sisa-sisa argon, xenon, dll), hampir tidak berubah. Sejumlah besar oksigen telah diproduksi
melalui fotosintesis. Hal ini tidak dapat terjadi sampai cyanobakteria, yaitu organisme
pertama yang dapat melakukan fotosintesis sejati, berevolusi kurang lebih 25 juta hmilyar
tahun yang lalu. Dengan bertambahnya evolusi mahluk pemfotosintesis, kandungan oksigen
atmosfer bumi ikut bertambah. Kandungan ini mencapai 1% pada sekitar 800 juta tahun yang
lalu, dan 10% pada sekitar 400 juta tahun yang lalu. Pada masa ini, kadarnya sekitar 20%.
C. Asal Mula Dari Makromalekul Informational (PembawaInformasi)
Informasi blologis disalurkan melalui polimeris asi template specific (cetakan spesifik)
dari nukleot lda. Gabungan dari polifosfat, purin, dan pirimidin akan menghasilkan rantai
asam nukleat acak jika ribose dan deoks ir ibos a dikutkan dalam reaksi. Satu permasalahan
yang belum dapat dipecahkan adalah bahwa kehidupan menggunakan asam nukleat Ikatan 5
sedangkan sntes is purbd menghas ikan molekul RN dengan katan yang bervarias, yang
kebanyakan adalah 2,5. Sebaliknya deoksr ibosa tidak memlki 2-OHsehingga tidak dapat
meberl katan 2.5. Walaupun begitu, RNA dianggap "menyediakan molekul Informational
pertama, sedangkan DNA akan terbentuk setelahnya, yang drancang untuk menyimpan
informasi dalam bentuk yang lebih akurat dan stabll.
D. RIBOSOM DAN 'DUNIA RNA'
Melihat kasus ayam, telur lebh dulu protein atau asam nukleat, Karena molekul RNA
acak dapat menyusun dan berduplkasi sendiri dibawah kondi l purba, maka diduga bahwa
asam amino terbentuk terlebih dahulu. Walaupun kebanyakan enzim modern adalah protein,
contoh-contoh RNA yang bertindak sebagai enzim dan mengkatalis rekasi tanpa protein telah
ditemukan. Kondisl Ini menunjukan bahwa asam nukleat primitf bereplikasi sendirl, baru
nantinya ditambahkan protein.. Assembly and Duplkasi RNA acak Pandangan yang agak
ekstrim adalah bahwa organisme prmitif memilki gen dan enzim yang terbuat darl RNA yang
membentuk sesuatu yang dikenal sebagai "dunia RNA" Ide ini diusulkan oleh Walter Glbert
tahun1986 dan dimaksudkan untuk menghndari paradoks bahwa as am nukleat dibutuhkan
untuk mengkode protein sedangkan enzim yang terbuat dari proten dibutuhkan dalam
replkasl asam amno. Dalam tahapan evolus, RNA diduga menjalankan kedua fungsi diatas.
Nantinya protein akan mengambil alih fungsi enzimatk, dan DNA muncul dan berfungsi
meryim pan materi genetik, sehingga RNA hanya akan bertungs sebagai pertengahan antara
enzim dan gen. Beberapa contoh telah menggambarkan kemampuan RNA dalam melakukan
reaksl enzimatk serta mengkode informasi genetik. Beberapa contoh kasus yang mendukung
RNA adalah:
1. Rlbosom adalah molekul RNA sekall pakai yang aktif secara enzimatis. Enzlm asli
memproses banyak sekali molekul, dan tldak berubah susunannya selama reaksi.
Maka dari itu RNA yang bersifat self splicing (membelah dengan sendirinya)"
bukanlah enzim sejati karena hanya bekerja sekal. Terdapat banyak sekall molekul
yang diperkranan merupakan ribozyme (ribosom yang aktif secaraa enzimatis). Poin
terpenting adalah RNA ribosomal dari subunit yang besar, yang langsung terl ibat
dengan rekasi sintesis proten. Salah satu ribozyme yang paling terkenal adalah
ribonuclease P. Enzim ini mempunyai komponen RNA dan protein yang mampu
memproses transfer molekul RNA yang spesifik. Bagian RNA dari ribonuclease P-lah
yang menjalankan rekasi tersebut. Protein didalamnya hanya berfungsi untuk
menahan ribosom dan RNA trans fer yan9 direaks kan. Dalam larutan pekat, protein
bahkan tidak diperlukan, karena komponen RNA dapat bekeja sendiri
2. Intron yang bersifat self splicing (dapat membelah sendiri, yaitu ntron group adalah
contoh dari RNA katalis. Gen dari sel eukariotik biasanya diselingi oleh daerah non-
koding (ntron), yang harus dihapus dari RNA duta sebelum menjalani translasi
menjad proten. Biasanya, proses ini yang kenal sebagal splicing) diokukan oleh
spliceosom, yang terbuat dari beberopa protein dan molekul RNA keci. Terkadang
intron RNA men-splicing diri sendn tanpa bantuan protein lain. Splicing seperti ini
dijumpai pada sebagian kecil gen nukieus pada protozoa, dalam mitokondrla sel
fungi, dan pada kloroplast sel tanaman
3. Vroid adalah molekul RNA penginteksi sel tanaman. RNA vroid mengandung rekasi
pembelahan dri selama replkasinya. Jadi dis in viroid berfungsi sebagai ribosom.
4. Polimerase DNA tidak dapat memulai unting baru, namun hanya memanjangkan
unting yang sudah ada. Primer yang terbuat dar RNA harus digunakan ket ka unting
DNA mulai elongas. Polimerase RNA mampu melakukan inis iasi dan elongasi. Hol
ini menunjukan bahwa polymerase RNA telah berevolusi sebelum polymerase DNA.
5. Molekul RNA keci yang digunakan sebogai penunjuk ditemukan dalam berbagai
proses. Contohnya adalah dalam penghiangan intron, modifikasi dan editng RNA
duto, dan peman/ongan uung dari kromosom eukariot oleh telomerase.
6. Riboswitches adalah motif peng ikat pada RNA yang mengikat molekul keci
sehingga mengontrol ekspresi gen ketka tidak adanya proten regulator.
Pertanyaan penting dalam hal ini adalah: apakah RNA dapat mengopi diri sendiri tanpa
bantuan DNA maupun enzim protein Walaupun polymerase RNA yang merupakan riboenzim
sudah punah, terbukti bahwa ribosom tersebut dapat diproduksi dalam suatu percobaan.
Molekul RNA yang diubah, dapat terseleksi oleh suatu bentuk evolusi Darwin pada level
molekuler. Ribosom yang sudah ada dapat digunakan sebagai materi awal. Alternatif lain
adalah penggunaan kumpulan sekuen RNA yang dibuat secara artificial. Dalam salah satu
percobaan, molekul RNA yang menunjukan aktivitas RNA ligase purba dipilih dari
sekumpulan sekuen RNA acak (random RNA pool). Ribosom artifis ial tersebut dapat
mengikat dua rantai RNA melalui reaksi ligase seperti halnya enzim proten pada sel modern.
Ribozym ligase yang paling bagus kemudian diseleksi lebih lanjut. Hasilnya adalah ribosom
dengan 189 basa yang menggunakan template RNA untuk mensintes is untai RNA
komplementer dengan tingkat ketepatan antara 96-99%. Ribosom ini menambahkan sebuah
nukleotida tunggal, satu persatu, kepada primer RNA menggunakan substrat nucleoside trifos
fat. Akan tetapi prosesnya sangat lamban dan hanya dapat memperpanjang rantai sebanyak
14 nukleotida, karena rbosom tersebut akan mengalami disasos iasi pem is ahan) dari
template setelah menambahkan setiap nukelotida. Tidak seperti polymerase asli, yang akan
tetap menempel dan bergerak dalam template, menambahkan nukleotida secara berturut-
turut. Satu mas alah dengan konsep dunia RNA adalah bahwa RNA lebih reaktif
dibandingkan DNA Walaupun RNA lebih mudah terbentuk pada kondisi purba, ia lebih tidak
stabil dibanding DNA. Maka dari tu, walaupun DNA lebih lama terbentuk pada awalnya, ia
akan cenderung mengalami penumpukan dalam kondisi seperti diatas. Terlebih lagi, sup
purba mengandung campuran dari sub komponen kedua tipe asam nukleat, beserta protein,
lipida dan karbohidrat. Maka dari itu lebih mungkin bahwa suatu molekul asam nukleat
hibrida yang mengandung komponen RNA dan DNA lah yang pertama kali muncul.
E. SEL PERTAMA
Membentuk molekul blologis primitive merupakan langkah pertama. Kemungkinan,
protein dan molekul lipid terkumpul disekitar RNA (atau DNA primitif, sehingga membentuk
gumpalan mikroskopk ber-membran. Pada akhirnya proto-sel diatas akan belajar
menggunakan RNA untuk mengkode sekuen protein. Lipid akan membentuk membran
dibagian luar untuk menjaga agar komponen lainya tetap ditempat. Awalnya protein dan
RNA saling berbagi fungsi enzimatis. Namun kemudian RNA akan kehilangan sebagian
besar fungsi enzimatisnya ketika digantikan protein yang lebih cocok. Diduga bahwa RNA
merupakan molekul pertama yang digunakan untuk menyimpan Informas, dan akan
digantkan oleh DNA dkemudlan harl. Karena DNA leblh stabil dibandingkan RNA, maka la
dapat menyampaikan informasi dengan lebih akurat. Gambar 6. Artificial Evolutlon of
Ribozyme RNA Polymerase sel primltlf agak menyerupal bakterl prim itif, dan mereka hldup
memakan senyawa organk dalam sup purba. Pada akhinya, persedlaan molekul organik yang
sudah jadi akan habls. Proto sel terpaksa mencar sumber energi baru, dengan menggunakan
mataharl. fotosIntees is pertama diduga menggunakan energlmataharl digabungkan dengan
pengunaan senyawa sulfur sebagai pereduks i. Fotosintes ls yang lebih maju menggunakan
air, bukan senyawa sulfur. Air akan dipisah, melepaskan oks lgen ke atmosfer. Sebelum ni,
atmos fer tidak memilki oksigen. Penambahan oksigen Inl benar-benar mengubah keadaan
buml purba. Ketika oks igen telah tersedia, kemampuan respirasi mulai berkembang. Sel
mengatur ulang komponennya, dari yang semula digunakan untuk fotos intes is, menjadi
yang dapat melepaskan energl dengan cara oksldasl molekul makanan menggunakan oksigen.
Fotos Intes is menghas lkan oksigen dan memnggunakan CO2, sedangkan respirasi
melakukan seb aliknya. Hasil keseluruhan adalah ekoslstem dimana tumbuhan dan hewan
salihg melengkapi secara bioklmia.
F. TEORI AUTOTROFIK DAN ASAL MULA METABOLISME
Terdapat teori alternatif mengenai asal mula kehidupan secara kimiawi. Menurut teori
ini, proto sel pertama tidaklah heterotrofik dan hidup dengan memakan materi organik yang
sudah ada, namun adalah autotrofik dan mampu memfiksasi CO2 kepada molekul organik.
Organisme autotrof adalah orgnisme yang menggunakan sumber carbon inorganik dan
mampu membuat materi orgnik sendiri, tidak seperti organisme heterotrof yang
menggunakan materi orgnaik yang telah tersedia. Autotrof yang paling dikenal adalah
tanaman yang menggunakan energi matahari untuk mengubah karbon dioksida menjadi
derivate gula. Walaupun begitu terdapat juga bakteri yang tidak perlu menggunakan sinar
matahari, yang diganti dengan sumber energi lain. Dan juga, jalur dari fiksasi CO 2 lebih dari
satu. Disini beberapa bacteria autotrof mengabungkan CO2 dengan asam karboksilat, dan
tidak menghasilkan derivate gula seperti pada tanaman.
Teori asal kehidupan autorofik menyatakan bahwa oksidasi kimia dari senyawa besi
yang sudah ada di alam sebagai sumber energi purba. Terutama pada konversinya dari FeS
menjadi pyrite (FeS2) menggunakan H2S yang menghasilkan energi dan menyediakan atom H
untuk mereduksi CO2 menjadi materi organik (Bakteri anaerob modern menghasilkan energi
melalui oksidasi.
Senyawa Fe2+ menjadi Fe3+, dan ada juga yang mmengoksidasi senyawa sulfur. Maka
dari itu metabolism pada masa purba yang menggunakan Fe dan sulfur terdengar masuk
akal). Beberapa teori telah dikemukan mengenai rekasi fiksasi CO2 yang pertama. Salah satu
teori melibatkan insersi CO2, yang dikatalis oleh Fe, kedalam derifat sulfur dari asam
karboksilat yang masih dapat ditemukan sekarang sebagai penengah metabolit (metabolik
intermediate), seperti asam asetat, asam piruvat, dan lain-lain. Reaksi awal seperti diatas
terjadi dipermukaan mineral besi dan sulfide yang terpendam dalam tanah, tidak pada sup
purba. Hal ini menimbulkan pertanyaan dari mana asam organik seperti itu awalnya berasal.
Salah satu kemungkinan adalah bahwa mereka terbentuk dari sintesis tipe Miller seperti yang
telah dijelaskan. Teori lain menjelaskan bahwa molekul organik pertama dibentuk langsung
dari CO yang ditambah H2S. Telah dibuktikan bahwa campuran katalis FeS/NiS dapat
merubah CO ditmabah thiol metan (CH 3SH) menjadi thioester (CH3 CO SCH3), yang
selanjutnya terhidrolisis menjadi asam asetat. Keikutsertaan selenium sebagai katalis
memungkinkan konversi CO ditambah H2S menjadi CH3SH (yang nantinya akan menjadi
thioester, lalu asam asetat). 4
Telah dibuktikan bahwa aktivasi CO oleh katalis campuran FeS/NiS dapat membentuk
ikatan peptide antara asam amino alpha (alpha amino acids) dalam larutan aqueous. Sistem
diatas juga mampu menghidrolisis polipeptida.
G. EVOLUSI DNA, RNA DAN SEKUEN PROTEIN
Bayangkan gen dari suatu organisme awal. Dalam waktu berjuta-juta tahun, mutasi gen
akan terjadi pada sekuen DNA pada gen, dengan kecepatan yang lambat tapi pasti.
Kebanyakan mutasi tereliminasi karena bersifat merusak, walaupun tetap ada yang bertahan.
Kebanyakan mutasi yang disimpan dalam gen adalah mutasi netral yang tidak baik maupun
buruk bagi organisme tersebut. Kadang-kadang mutasi yang memperkuat fungsi dari gen atau
protein yang dikode dapat terjadi, walaupun relatif jarang. Terkadang mutasi yang awalnya
buruk dapat berubah menjadi baik dalam kondisi lingkungan yang berbeda. Fungsi asli dari
suatu protein adalah yang terpenting, bukan sekuen gen yang mengkodenya. Jika protein
tersebut dapat berfungsi secara normal, mutasi pada gen tersebut masih dapat diterima.
4
Widodo, Bahan Ajar Evolusi. (FMIPA : Malang, 2003).
Kebanyakan asam amino yang menyusun suatu rantai protein dapat bervariasi, tanpa merusak
fungsi dari protein tersebut terlalu banyak (fungsinya rusak sedikit). Pengantian satu asam
amino dengan asam amino lain yang mirip (substitusi konversi) jarang sekali dapat
menghapus fungsi dari protein yang dikode. Jika kita bandingkan antara sekuen protein yang
sama yang diambil dari beberapa organisme organik modern yang berbeda, dapat dilihat
bahwa sekuenya tersusun dengan sangat mirip. Contohnya, rantai alpha hemoglobin pada
manusia dan simpanse adalah identik. Akan tetapi jika dibandingkan dengan babi, maka 13%
sekuen akan berbeda, dengan ayam terdapat 25% perbedaan, dan dengan ikan terdapat 50%
perbedaan. Perbedaan sekuen ini sudah banyak diduga dari perkiraan kekerabatan evolusi
lain. Disitu ditunjukan situs perlekatan (binding site) yang ditemukan dalam enzim yang
berkerabat (yaitu sekelompok dehidrogenase alkohol yang ditemukan dalam
mikroorganisme) yang menggunakan Fe dalam mekanisme aktifnya.5
H. MENGHASILKAN GEN BARU MELALUI DUPLIKASI
Cara standar mengetahui terbentuknya gen baru adalah melalui duplikasi gen. Mutasi
mungkin menyebabkan duplikasi dari segmen DNA yang membawa satu sampai beberapa
gen. Segmen awal akan tetap sama karena fungsinya dibutuhkan, namun duplikatnya dapat
bermutasi dan mungkin tersusun ulang secara drastis. Kemungkinan besar mutasi yang
menumpuk akan menonaktifkan gen duplikat. Namun kadang juga duplikat akan tetap aktif
dan terubah susunanya sehingga mempunyai fungsi yang berkaitan namun berbeda dengan
gen aslinya.
Duplikasi berulang yang diikuti perbedaan sekuen mungkin menghasilkkan keluarga
gen berkerabat yang mempunyai fungsi yang berkaitan namun berbeda. Salah satu contoh
yang paling baik adalah keluarga gen globin. Hemoglobin membawa oksigen dalam darah,
sedangkan mioglobin membawa oksigen dalam otot. Kedua protein ini memiliki fungsi yang
kurang lebih sama, bentuk 3D yang mirip, dan sekuen yang berkerabat. Setelah gen globin
awal berduplikasi, 2 gen untuk mioglobin dan hemoglobin perlahan mengalami percabangan,
karena mereka mengalami spesialisasi untuk bekerja dalam jaringan yang berbeda.
Hemoglobin pada darah manusia memiliki dua ranta alpha globin dan dua rantai beta
globin yang membentuk suatu tetramer alpha 2 / beta 2, tidak seperti mioglobin yang
merupakan suatu monomer rantai polipeptida. Alpha-globin dan beta-globin terbentuk
melalui percabangan pada gen hemoglobin awal. Disamping itu, gen awal alpha-globin
mengalami percabangan lagi, menjadi alpha-globin modern dan zeta-globin. Beta-globin

I Wayan Karmana, Kajian Evolusi Berbasis Nukleotida. Jurnal Gane C swara, Volume 3 Nomor 3.
5

FMIPA: Mataram, 2009. Halaman. 76.


mengalami percabangan dua kali, yang menghasilkan beta-globin modern, gamma, delta, dan
epsilon globin. Jenis-jenis globin ini digunakan dalam tahap pertumbuhan yang berbedabeda.
Pada setiap tahapan, tetramer hemoglobin mengandung dua rantai alpha dan dua rantai beta.
Zeta-globin dan epsilon-globin hanya terdapat pada embrio, yang memiliki hemoglobin zeta
2 / epsilon. Pada fetus, rantai epsilon digantikan oleh gamma, sedangkan rantai zeta diganti
alpha, sehingga hemoglobinya adalah alpha 2 / gamma 2. Karena fetus perlu menarik oksigen
dari darah ibu, maka hemoglobin alpha 2 / gamma 2 lebih efektif dalam mengikat oksigen
dibandingkan hemoglobin pada manusia dewasa.
Gen globin adalah contoh dari keluarga gen (gene family), yaitu sekelompok gen yang
saling berkerabat yang terbentuk melalui duplikasi terus menerus. Setiap anggota keluarga ini
mempunyai sekuen yang berkerabat dengan fungsi yang mirip. Selama evolusi, duplikasi gen
yang terus menerus mungkin menghasilkan beberapa gen baru yang fungsinya mengalami
secara perlahan, sampai pada akhirnya kekerabatan antar keduanya sulit untuk dikenali. Hal
ini memberikan gen suatu penggolongan lain, dibawah tingkat keluarga, yang dikenal sebagai
“superfamily”. Gen-gen pada system imun merupakan contoh yang baik dari keluarga gen
dan superfamily gen. Pada eukariot, retro-elements yang mengkode enzim reverse
transkriptase cukup umum ditemukan. Karena itu transkripsi balik dari molekul mRNA
seluler mungkin terjadi. Hasilnya adalah kopi dari DNA komplementer yang mungkin
terintegrasi dalam genom. Dengan begini maka terbentuk duplikat dari gen tersebut,
walaupun yang ini tidak memiliki intron dan promoter gen aslinya. Duplikat tidak aktif
seperti diatas dikenal sebagai pseudogen, dan biasanya terjadi penumpukan mutasi yang akan
menginaktifkan sekuen koding pada pseudogen tersebut. Terkadang, pseudogen mungkin
terletak disebelah promoter fungsional sehingga dapat terekspresikan. Ini akan menghasilkan
duplikat fungsional dari gen awal yang mungkin mengalami perubahan karena mutasi, seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya.
Kesalahan yang jarang terjadi selama pembelahan sel mungkin menyebabkan seluruh
genom mengalami duplikasi. Contoh utama adalah bahwa kesalahan yang terjadi selama
meiosis mungkin menghasilkan gamet diploid. Fusi dari dua gamet diploid akan
menghasilkan zigot tetraploid, yang menyebabkan individu tetraploid. Sementara itu,
individu triploid lebih sering terbentuk melalui fusi satu gamet diploid dengan gamet normal.
Kebanyakan individu triploid adalah steril, karena memiliki gamet dengan jumlah kromosom
yang salah. Akan tetapi terkadang triploid juga dapat menghasilkan progeny tetraploid.
Jumlah ploidi yang menyimpang sering terjadi pada tanaman. Sekitar 5 dari 1000 gamet
tanaman bersifat diploid. Maka dari itu, dalam persilangan antara dua induk, sekitar 2,5
dalam setiap 10-5 zigot akan bersifat tetraploid. Dengan berlalunya waktu, maka duplikat gen
dalam suatu organisme tetraploid akan mengalami percabangan. Pada akhirnya, ketika
duplikat tersebut mengalami percabangan yang cukup untuk menjadikanya unik dan
berfungsi baru, organisme tersebut akan menjadi diploid lagi.
I. SEKUEN PARALOGUS DAN ORTHOLOGUS
Beberapa sekuen disebut sebagai homolog ketika sekuen-sekuen tersebut memiliki
sekuen awal (ancestral sequence) yang sama. Jika beberapa organisme mempunyai duplikat
dari suatu gen yang berasal dari gen awal yang sama, maka perbandingan sekuen seharusnya
menghasilkan silsilah evolusi (evolutionary tree) yang akurat. Akan tetapi, duplikasi gen
mungkin menghasilkan duplikat gen yang sama pada satu organsime saja. Alternatif seperti
ini digambarkan pada. Gen orthologus adalah gen yang ditemukan pada beberapa spesies,
yang mengalami percabangan (divergence) ketika organisme yang memiliki gen tersebut
mengalami percabangan pula. Gen paralogus adalah beberapa duplikat dari suatu gen dalam
organisme yang sama yang terjadi karena proses duplikasi.
Untuk menghasilkan silsilah evolusi yang akurat, gen orthologus harus dibandingkan
satu sama lain. Contohnya, sekuen alpha-globin dari satu hewan seharusnya dibandingkan
dengan alpha-globin orthologus dari hewan lain, bukan dengan beta-globin paralogus. Karena
suatu paralogus memiliki seperangkat gen dengan sekuen yang mirip, maka mungkin
menimbulkan kebingungan bagi pengamat, kecuali jika asal mula gen tersebut telah
diketahui. Salah satu yang terpenting, adalah bahwa kita harus bias mengetahui apakah suatu
orgnaisme mengandung sekuen yang berasal dari asal yang sama. Misal karena informasi kita
terbatas, maka hanya diketahui bahwa terdapat alpha-globin dari babi dan beta-globin dari
anjing. Jika kita tidak mengetahui adanya anggota keluarga gen globin lainya dalam kedua
organisme tersebut, kita mungkin akan membandingkan kedua sekuen tersebut seakan-akan
mereka orthologus. Perbandingan seperti ini akan menghasilkan hubungan/silsilah yang tidak
tepat.

BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Bumi merupakan salah satu planet yang ada di tata surya yang memiliki selubung
yang berlapis-lapis. Atmosfer bumi merupakan selubung gas yang menyelimuti
permukaan padat dan cair pada bumi. Atmosfer terdiri dari bermacam-macam unsur gas
dan di dalamnya terjadi proses pembentukan dan perubahan cuaca dan iklim. Evolusi
molekuler meliputi dua area pembahasan, yaitu: (1) evolusi molekuler dan (2) rekontruksi
sejarah evolusi gen dan organisme. Area pertama, evolusi makromolekuler menunjukan
pembentukan gen dan pola perubahan yang tampak pada materi genetik (misalnya urutan
DNA) dan produkinya (missal protein) selama waktu evolusi dan terhadap mekanisme
yang bertanggung jawab untuk sejumlah perubahan tersebut. Area kedua dikenal sebagai
“molekuler phylogeny” menjelaskan sejarah evolusi organisme dan makromolekul seperti
adanya keterlibatan data-data molekuler.
Dalam tahapan evolusi, RNA diduga menjalankan kedua fungsi diatas. Nantinya
protein akan mengambil alih fungsi enzimatik, dan DNA muncul dan berfungsi
menyimpan materi genetik, sehingga RNA hanya akan berfungsi sebagai pertengahan
antara enzim dan gen. Teori asal kehidupan autorofik menyatakan bahwa oksidasi kimia
dari senyawa besi yang sudah ada di alam sebagai sumber energi purba. Cara lain dalam
menghasilkan gen baru adalah dengan menggunakan molekul yang sudah jadi. Segmen
dari dua gen atau lebih dapat digabungkan (fusi) melalui penyusunan ulang DNA,
sehingga menghasilkan gen baru yang tersusun atas daerah2 (region) yang berasal dari
beberapa sumber.

Daftar Pustaka

Bayong Tjasyono, 2009, Ilmu Kebumian dan Antariksa, cet. III Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Hanan Said Banaim, dkk, 2019, Pengaruh Atmosfer Ruang Terhadap Perancangan Museum
Sejarah Kehidupan, Jurnal ATRAT, Fakultas Industri Kreatif Universitas Telkom,
Bandung, Vol.7. No.2.
I Wayan Karmana, Kajian Evolusi Berbasis Nukleotida. Jurnal Gane C swara, Volume 3
Nomor 3. FMIPA: Mataram, 2009
Susilo Prawirowardoyo, Meteorologi, Bandung: Penerbit ITB, 1996, h.1
Widodo, Bahan Ajar Evolusi. (FMIPA : Malang, 2003)

Anda mungkin juga menyukai