PENDAHULUAN
1 Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 16
2 Jalaluddin, Op.cit., hlm. 27
Perhatian secara psikologis terhadap agama setua kehidupan umat
manusia, sejak kesadaran manusia tumbuh orang telah memikirkan tentang
arti hidup. Perilaku manusia yang berkaitan dengan dunia ketuhanan ternyata
telah banyak menyita perhatian para ahli dan pada abad ke-19 perhatian
tersebut dilakukan secara ilmiah lewat Psikologi Agama.3
1. Psikologi Agama abad ke-19
Pada pertengahan abad ke-19, mentalitas modern yang tumbuh
sejak abad ke-16, siap untuk berkembang secara penuh. Dimana pada abad
pertengahan tersebut, manusia dipandang menduduki tempat utama dalam
kosmos. Bumi dianggap sebagai pusat alam raya dan segala hal yang
paling indah dan tinggi. Tetapi teori Copernicus tentang matahari sebagai
pusat alam raya dan teleskop Galileo, ditambah lagi pengaruh pemikiran
baru Rene Descartes dan Isaac Newton, menjadi awal bergeraknya
kekuatan baru.4
Terbitnya buku origin of spesies, buah karya Darwin tahun 1859,
dapat disebut sebagai langkah simbolis yang mengisyaratkan bahwa hidup
manusia sendiri dapat diamati dengan diteliti serta dibuat hipotesis secara
rasonal.
Setelah dua puluh tahun sesudah terbitya buku Darwin , Prof.
Wilhem Wundt (1832-1920), dari Universitas Leipziq, Jerman, mendirikan
laboratorium untuk merancang dan memanfaatkan metode eksperimental
yang disesuaikan unuk studi tentang perilaku manusia. Tahun 1879
disebut-sebut sebagai tahun kelahiran psikologi ilmiah modern.5
3Baharuddin dan Mulyono, Psikologi Agama dalam Prespektif Islam, (Malang: UIN Malang
press, 2008), hlm. 51
4 Ibid., hlm. 55
5 Ibid., hlm. 56
pergantian abad ke-19 dan ke-20 terbitnya dua buah buku, yaitu buku
Edwin Diller Starbuck The Psychology of Religion, diterbitkan tahun
1899, dan kedua bukunya William James The Varieties of Religious
Experience yang terbit 1902. Kedua karya itu sangat penting dalam
perintisan penyelidikan fenomena keagamaan dari segi psikologi.
Kemudian, pada awal abad ke-20 para penulis dan peniliti bertumpu pada
karya Starbuck dan James-memberi identitas pada munculnya istilah
“Psikologi Agama”.6
Perkembangan Psikologi Agama di wilayah Timur (Islam)
sebenarnya telah lebih dulu dilakukan atau dihasilkan dibandingan di
dunia Barat. Seperti dalam kurun waktu yang lebih awal Ibnu Tufail
(1110-1185 M) dan juga Al Ghazali (1059-1111) dalam tulisan-tulisannya
telah membahas apa yang menjadi perbincangan di dunia Barat disebut
sebagai Psikologi Agama. Kemudian pada abad 20, mulai berkembang di
dunia Islam tentang kajian Psikologi Agama, antara lain Dr. Abdul Mun’in
Abdul Aziz Al-Malighy misalnya pada tahun 1955 menulis buku dengan
judul Tatawwur al-Syu’ur al-Diny ‘Inda Tifl wa al-Murahiq yang di
terbitkan Dar al-Ma’arif, Cairo, membahas masalah perkembangan rasa
agama pada anak-anak dan remaja. Dan berdasarkan konteks kejiwaan,
buku ini dapat dianggap sebagai awal dari munculnya kajian psikologi
agama di kalangan ilmuwan muslim modern.7
Karya lain yang lebih khusus mengenai psikologi agama adalah
Ruh al-Din al-Islamy (Jiwa Agama Islami) karangan Alif Abd al-Fatah
tahun 1956. Demikian pula pada tahun 1963 terbit buku Al-Shihah al-
Nafsiyah karangan Moustafa Fahmy. Dan banyak lagi karya karya ilmuan
muslim tentang psikologi agama. Dapat dipahami bahwa tampaknya
memang perkembangan psikologi agama di dunia Islam baru tampak
sekitar abad ke-20.8
6 Ibid., hlm. 58
7 Ibid., hlm. 58
8 Jalaluddin, Lok.cit., hlm. 34
3. Psikologi Agama di Indonesia
Di Indonesia, perkembangan psikologi agama dipelopori oleh
tokoh-tokoh yang memiliki latar belakang profesi sebagai ilmuwan,
agamawan, bidang-bidang kedokteran. Diantara karya-karya awal yang
berkaitan dengan psikologi agama adalah buku Agama dan Kesehatan
Badan/Jiwa (1965), tulisan prof. dr. H. Aulia. Kemudian tahun 1975, K.H.
S.S. Djam’an menulis buku Islam dan Psikosomatik. DR. Nici Syukur
Lister, menurut buku Pengalaman dan Motivasi Beragama: Pengantar
Psikologi Agama.9
Di lingkungan perguruan tinggi, Psikologi Agama mulai dikenal
tahun 1970-an, yaitu oleh Prof. Dr. Zakiah, Darajat dan Prof. Dr A. Mukti
Ali yang dikenal sebagai pelopor pengembangan psikologi agama di
lingkungan IAIN di Indonesia.10
Pesatnya perkembangan Psikologi Agama pada era dewasa ini
ditunjang oleh kajiannya yang mencakup kehidupan pribadi dan kelompok
maupun perkembangan usia manusia, juga mengarah menjadi ilmu
Psikologi Terapan yang banyak manfaatnya. Sekarang banyak terbit buku,
jurnal, majalah tentang psikologi agama yang banyak dimanfaatkan dalam
berbagai lembaga.
9 Ibid., hlm. 35
10 Ibid.,
diperlukan adanya sikap yang objektif. Maka dalam penelitian psikologi
agama perlu diperhatikan antara lain:
1. Memiliki kemampuan dalam meneliti kehidupan dan kesadaran bathin
manusia
2. Memiliki keyakinan bahwa segala bentuk pengalaman dapat dibuktikan
secara empiris
3. Dalam penelitian harus bersikap filosofis spiritualistis
4. Tidak mencampuradukkan antara fakta dengan angan-angan atau perkiraan
khayali
5. Mengenal dengan baik masalah psikologi dan metodenya
6. Memiliki konsep mengenai agama serta mengetahui metodologinya
7. Menyadari tentang adanya perbedaan antara ilmu dan agama[1]
8. Mampu menggunakan alat-alat penelitian yang digunakan dalam
penelitian ilmiah
Menurut Zakiah daradjat, metode yang digunakan dalam penelitian-
penelitian ilmu jiwa agama adalah metode ilmiah, yakni mempelajari fakta-
fakta yang ada dalam lingkungannya dengan cara yang objektif. Dimana harus
diusahakan jangan sampai memihak atau menentang kepercayaan agama
tertentu. Selian metode ilmiah kita juga dapat menggunakan metode empiris,
yang berarti bahwa suatu kemampuan dapat diambil dari observasi terhadap
data-data (fakta-fakta). Metode yang lazim digunakan dalam penelitian
Psikologi Agama tidak jauh berbeda dengan penyelidikan psikologi atau ilmu-
ilmu sosial secara umum.
Metode penelitian dalam Psikologi Agama sebagaimana lazimnya
kajian ilmiah meliputi ciri-ciri sebagai berikut :
1. Bersifat objektif, yaitu tidak memihak dalam pengertian tidak bersifat
simpati atau sebaliknya antipati. Seorang pengkaji ilmiah harus
melepaskan pikirannya dari anggapan atau praduga tertentu terhadap objek
kajiannya atau dengan kata lain didekati secara empati.
2. Logis maksudnya pekerjaan penelitian harus dilakukan secara rasional dan
argumen-argumen yang dikemukakan dapat diterima akal, mulai dari
metode pengumpulan data,analisis, penggunaan logika,dan pengambilan
kesimpulan perlu jelas alasan-alasan logis yang dapat diterima.
3. Sistematis yaitu cara yang ditempuh, mulai dari rancangan penyelidikan,
pengumpulan data harus berkesinambungan, tidak terputus-putus dan tidak
acak-acakan. Artinya, ada hirarki yang ditempuh dalam pelaksanaan
pengkajian dan penganalisaanya.
Di bawah ini dikemukakan metode-metode yang banyak digunakan
orang dalam penelitian Psikologi Agama sebagai berikut :
1. Metode Survei
Metode survei adalah pengumpulan data dari orang-orang yang
diteliti. Biasanya peneliti mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan untuk
mengumpulkan data tentang masalah keagamaan dari orang yang diteliti.
Cara yang dipakai untuk mengumpulkan data adakalanya dengan
menggunakan kuisioner atau pedoman wawancara. Kuisioner adalah
sejumlah pertanyaan yang disusun secara terstruktur berkenaan dengan
masalah yang diselidiki sementara pedoman wawancara adalah mencatat
bagian-bagian penting tentang masalah keagamaan yang diselidiki.
Metode ini telah digunakan antara lain oleh Starbuck, Leuba,
Abdul Mun’im al Malighiy,dan Thoules. Starbuck meneliti konversi
agama dan pertumbuhan jiwa agama pada individu. Leuba menggunakan
metode ini untuk meneliti kepercayaan ilmuwan terhadap Tuhan dan Hari
Akhir. Abdul Mun’im al-Malighi memakai metode tersebut untuk
mengkaji perkembangan jiwa agama anak-anak dan remaja. Thoules
menggunakannya untuk meneliti motivasi individu dalam agama.
Metode ini dapat digunakan untuk tujuan penggolongan manusia
dalam hubungannya dengan pembentukan organisasi dalam masyarakat.
Karena survei digunakan dengan berbagai metode, termasuk studi kasus,
maksimal hasil yang diperoleh biasanya lebih baik dan dapat
menggambarkan hasil pengamatan secara lebih teliti.
2. Riwayat Kasus
Riwayat kasus (case study) yaitu meneliti pengalaman pribadi
individu melalui dokumen pribadi. Dokumen pribadi tersebut boleh jadi
dalam bentuk biografi. Biografi itu adakalanya ditulis sendiri oleh orang
yang mengalaminya dan disebut dengan auto biografi atau ditulis oelh
orang lain. Metode ini digunakan antara lain oleh William James dimana
dia mempelajari dokumen pribadi (biografi) para tokoh agama. Clark juga
menggunakannya dan melengkapi dengan wawancara terhadap kenalan,
sahabat karib, dan keluarga dari orang yang dipelajarinya.
Riwayat kasus atau studi kasus ini juga dilakukan dengan cara
mengumpulkan dokumen,catatan, hasil wawancara atau lainnya untuk
kasus-kasus tertentu. Jadi, studi kasus merupakan cara pengumpulan data
melalui berbagai teknik. Metode dapat digunakan sebagai bahan
penyembuhan, menanamkan pengertian,menggambarkan masalah yang
ada hubungannya dengan psikologi hingga dapat menghasilkan
kesimpulan dan penggolongan mengenai kasus-kasus tertentu.
3. Observasi
Obseervasi yaitu mengamati dengan alat indera tentang perilaku
keagamaan orang yang sedang diteliti (Hayati,Nizar.2003:38).
Observasi melalui pendekatan sosiologi dan anthropologi
(Sosiology and Antrhropology Observation) yaitu penelitian yang
dilakukan dengan menggunakan data sosiologi,dengan mempelajari sifat-
sifat manusiawi orang perorangan atau kelompok. Selain itu juga
menjadikan unsur-unsur budaya yang bersifat materi (benda budaya) dan
yang bersifat spritual (mantra,ritus) yang dinilai ada hubungannya dengan
agama ( Ramayulis.2011:22).
4. Eksperimen
Metode eksperimen yaitu membuat perlakuan khusus terhadap
individu atau kelompok yang diteliti.
Teknik eksperimen digunakan untuk mempelajari sikap dan
tingkah laku keagamaan seseorang melalui perlakuan khusus yang sengaja
dibuat. Teknik ini sering digunakan oleh JB,Cock dalam melakukan
penelitiannya.
Menurut Clark menggunakan metode eksperimen dalam ilmu jiwa
agama memang sulit, namun dapat dilakukan dengan mengadakan
perbandingan, misalnya antara dua orang anak yang disuruh membuat
perasaan dan pengertiannya tentang keyakinan agama yang abstrak,
misalnya tentang tuhan, akhirat,surga, neraka,dan lain-lain.
Pada saat melakukan metode eksperimen terdapat syarat-syarat
yang harus dipenuhi, diantaranya :
a. Dapat diulang-ulang dengan hasil yang sama.
b. Ada problem/hipotesis yang akan diuji
c. Faktor yang mempengaruhi eksperimen dapat dikontrol, kecuali satu
factor yang dapat diubah-ubah.
d. Dapat ditentukan terlebih dahulu apa yang akan terjadi dan kapan
waktu terjadinya. Tes yaitu cara untuk mengetahui kemampuan alam
perasaan,arah minat, dan aspek-aspek lain kepribadian individu dengan
memberikan tugas pekerjaan yang diteneukan standarnya.
5. Dokumen Pribadi (Personal Document)
Metode ini digunakan untuk mempelajari tentang bagaimana
pengalaman dan kehidupan batin seseorang dalam hubungannya dengan
agama. Untuk memperoleh informasi mengenai hal dimaksud maka cara
yang ditempuh adalah mengumpulkan dokumen pribadi seseorang.
Dokumen tersebut mungkin berupa auto biografi,biogarafi, tulisan ataupun
catatan-catatan yang dibuatnya.
Didasarkan pertimbangan bahwa agama merupakan pengalaman
batin yang bersifat individual di kala seseorang merasakan sesuatu yang
ghaib, maka dokumen pribadi dinilai dapat memberikan informasi yang
lengkap. Selain catatan atau tulisan, juga digunakann daftar pertanyaan
kepada orang-orang yang akan diteliti. Jawaban yang diberikan secara
bebas memberi kemungkinan bagi responden untuk menyampaikan kesan-
kesan batin ynag berhubungan dengan agama yang diyakininya. Ungkapan
seperti iti banyak membantu penelitian yang dilakukan.
Wiliam James dalam bukunya The Varieties of Religious
Experience, tampaknya menggunakan metode ini. Walau penelitiannya
terbatas pada ahli-ahli agama, dan tidak memaksakan orang biasa,
namunhasil penelitian itu sendiri cukup bermanfaat. Dalam buku tersebut
James mengemukakan sejumlah kasus pribadi tentang pengalaman agama
yang dirasakan masing- masing individu.
Dalam penerapannya metode dokumen pribadi ini dilakukan
dengan berbagai cara atau teknik-teknik tertentu. Diantara yang banyak
digunakan adalah :
a. Teknik nomothatic, digunakan untuk menarim kesimpulan sejumla
dokumen yang diteliti.
b. Teknik analisis nilai (value analysis), teknik ini digunakan dengan
dukungan analisis statistik. Bagi yang terkumpul diklasifikasikan
menurut teknik statistik dianalisis untuk dijadikan penilaian terhadap
individu yang diteliti.
c. Teknik idiography approach, teknik ini digunakan sebagai pelengkap
dan teknik nomothatic. Hasil penelitian yang didasarkan pada teknik
ini ada berupa kesimpulan yang diperoleh dari penafsiran yang bebas.
d. Teknik penilaian terhadap sikap (Evaluation Attitudes Tehnique).
Teknik ini digunakan dalam penelitian terhadap biografi, tulisan, atau
dokumen yang ada hubungannya dengan individu yang akan diteliti.
Berdasarkan dokumen tersebut kemudian ditarik kesimpulan,
bagaimana pendirian seseorang terhadap persoalan-persoalan yang
dihadapinya dalam kaitan hubungannya dengan pengalaman dan
kesadaran agama.
6. Kuisioner dan Wawancara
Metode kuisioner maupun wawancara digunakan untuk
mengumpulkan data dan informasi yang lebih banyak dan diperoleh secara
langsung dari responden.
Metode ini dinilai memiliki beberapa kelebihan antara lain :
a. Dapat memberi kemungkinan untuk memperoleh jawaban yang cepat
dan segera.
b. Hasilnya dapat dijadikan dokumen pribadi tentang seseorang, serta
dapat pula dijadikan data nomothatic.
Selain pertimbangan tersebut, metode ini juga mempunyai
kelemahan-kelemahan, seperti :
a. Jawaban yang diberikan terikat oleh pertanyaan hingga responden tak
dapat memberikan jawaban secara lebih bebas
b. Sulit untuk menyusun pertanyaan yang mengandung tingkat relevansi
yang tinggi, karena itu diperlukan keterampilan yang khusus untuk itu
c. Kadang-kadang sering terjadi salah penafsiran terhadap pertanyaan
yang kurang tepat,dan tidak semua pertanyaan sesuai untuk setiap
orang
d. Untuk memperoleh jawaban yang tepat,dibutuhkan adanya jalinan
kerjasama yang baik antara penanya dan responden. Dan kerjasama
seperti itu memerlukan pendekatan yang baik dan si penanya.
Metode kuisioner dan wawancara dengan berbagai tekniknya,
biasanya digunakan untuk tujuan-tujuan seperti :
a. Untuk mengetahui latar belakang keyakinan agama
b. Untuk mengetahui bentuk hubungan manusia dengan Tuhan
c. Serta untuk mengetahui dampak dan perubahan-perubahan yang
terjadi.
3.1 Kesimpulan
Psikologi agama merupakan cabang dari psikologi yang meneliti dan
mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan pengaruh
keyakinan terhadap agama yang dianutnya serta dalam kaitannya dengan
perkembangan usia masing-masing.
Di Indonesia, perkembangan psikologi agama dipelopori oleh tokoh-
tokoh yang memiliki latar belakang profesi sebagai ilmuwan, agamawan,
bidang-bidang kedokteran. Diantara karya-karya awal yang berkaitan dengan
psikologi agama adalah buku Agama dan Kesehatan Badan/Jiwa (1965),
tulisan prof. dr. H. Aulia. Kemudian tahun 1975, K.H. S.S. Djam’an menulis
buku Islam dan Psikosomatik. DR. Nici Syukur Lister, menurut buku
Pengalaman dan Motivasi Beragama: Pengantar Psikologi Agama.
Metode yang digunakan dalam penlitian-peneliian ilmu jiwa agama
adalah metode ilmiah, yakni mempelajari fakta-fakta yang ada dalam
lingkungannya dengan cara yang objektif. Metode-metode yang digunakan
orang dalam penelitian Psikologi Agama sebagai berikut :
1. Metode survey
2. Riwayat kasus
3. Observasi
4. Eksperimen
3.2 Saran
Demikian tugas makalah ini kami buat, jika ada kesalahan dan
kekurangan mohon di maklumi. kami meminta kritik dan saranya agar bisa
memperbaiki makalah ini untuk yang berikutnya. Terimakasih
DAFTAR PUSTAKA
http://zempat.blogspot.com/2013/01/pengertian-sejarah-perkembangan-
manfaat.html
KATA PENGANTAR
Desva
DAFTAR ISI
DISUSUN OLEH :
DESVA
NIM.17.02.010