Psikologi Agama
Disusun oleh:
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu kami dalam penyusunan makalah ini, yang tidak bisa kami sebutkan satu
persatu semoga tetap dalam lindungan Allah SWT, amiin.
Kami menyadari dalam penyusnan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengaharapkan adanya kritik dan saran yang dapat
membangun agar kami bisa memperbaiki makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat membantu para insan kamil dalam
meempelajari ilmu, dan dapat mengambil manfaatnya walaupun tidak seberapa,
semoga dapat menjadi inspirasi bagi para pencari ilmu di masa yang akan datang.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................................1
D. Sumber Data.................................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................................2
A. PENGERTIAN KONVERSI AGAMA........................................................................2
B. MACAM-MACAM KONVERSI.................................................................................3
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KONVERSI....................................4
D. PROSES KONVERSI..................................................................................................6
E. PENGALAMAN BERAGAMA..................................................................................7
BAB III..................................................................................................................................10
PENUTUP.............................................................................................................................10
a. Kesimpulan................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................11
Bibliography........................................................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dari segi ilmu jiwa agama, dapat dikatakan bahwa perubahan
keyakinan atau perubahan jiwa agama pada orang dewasa bukanlah suatu hal
yang terjadi secara kebetulan saja, dan tidak pula merupakan pertumbuhan
yang wajar, akan tetapi adalah suatu kejadian yang didahului oleh berbagai
proses dan kondisi yang dapat diteliti dan dipelajari. Perkembangan jiwa
agama pada orang dewasa yang terpenting ialah yang dinamakan “Konversi
Agama”, keyakinan yang berupa mistik; dan perubahan kearah acuh tak acuh
terhadap ajaran agama [ CITATION Zak05 \l 1033 ] . Oleh karena itu, makalah ini
dibuat untuk membahas mengenai konversi agama.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian konversi agama?
2. Apa saja macam-macam konversi?
3. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan konversi?
4. Bagaimana proses konversi?
5. Bagaimana pengalaman beragama?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian konversi agama
2. Untuk mengetahui macam-macam konversi agama
3. Untuk mengetahui factor-faktor yang menyebabkan konversi
4. Untuk mengetahui dan memahami proses terjadinya konversi
5. Untuk mengetahui dan memahami mengenai pengalaman beragama
D. Sumber Data
Sumber data yang digunakan merupakan tinjauan pustaka tentang pengembangan
kepribadian dari buku dan internet.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
1. Adanya perubahan arah pandangan dan keyakinan seseorang terhadap agama
dan kepercayaan yang dianutnya.
2. Perubahan yang terjadi dipengaruhi kondisi kejiwaan, sehingga perubahan
tersebut dapat terjadi secara berproses atau secara mendadak.
3. Perubahan tersebut tidak hanya berlaku bagi pemindahan kepercayaan dari
suatu agama ke agama lain , akan tetapi juga termasuk perubahan pandangan
terhadap agama yang dianutnya sendiri.
4. Selain factor kejiwaan dan kondisi lingkungan,maka perubahan itu pun
disebabkan oleh factor petunjuk dari yang maha Kuasa.
B. MACAM-MACAM KONVERSI
Yaitu konversi yang terjadi secara mendadak. Seseorang tanpa mengalami proses
tentu tiba-tiba berubah pendiriannya terhadap suatu agama yang dianutnya.
Perubahan tersebut dapat terjadi dari kondisi tidak taat menjadi taat , dari tidak
kuat keimanan nya menjadi kuat keimanannya , dari tidak percaya kepada suatu
agama menjadi percaya terhadap agama , dan lain sebagainya. Pada Konversi
3
jenis kedua ini , Menurut Williams James terdapat pengaruh petunjuk Tuhan yang
Maha Kuasa terhadap seseorang. Sebab,Gejala Konversi ini terjadi dengan
sendirinya pada diri seseorang sehingga ia menerima kondisi yang baru dengan
penyerahan jiwa sepenuhnya . Dengan kata lain , Konversi tipe kedua ini
merupakan Hidayah atau petunjuk dari Tuhan .
Para ahli agama melihat pengaruh supernatural yang dominan dalam proses
terjadinya konversi agama pada diri seseorang atau kelompok. Sehingga factor yang
mendukung terjadinya konversi adalah petunjuk ilahi (mendapat hidayah dari allah).
Namun demikian, terasa sulit untuk membuktikan secara empiris tentang factor ini,
walau kita mempercayai bahwa petunjuk ilahi memegang peranan penting dalam
perubahan perilaku keagamaan seseorang. Oleh karena itu, perlu ditelusuri factor-
faktor lain, baik itu dilihat dari latar belakang sosiologis, factor kejiwaan maupun
pendidikan yang didapatkan.
4
3. Ajakan (seruan) atau sugesti.
4. Factor-faktor emosi
5. Kemauan.
Pada bagian lain, para ahli psikologi menyebutkan factor psikologis menyebutkan
factor psikologis yang menyebabkan terjadinya konversi. Sebagai contoh adalah
adanya tekanan batin, maka akan mendorong seseorang untuk mencari jalan
keluar, yaitu ketenangan batin, atau jiwa yang kosong dan tidak berdaya
kemudian mencari perlindungan pada kekuatan lain yang mampu memberikan
kehidupan jiwa yang tenang dan tentram. Dengan demikian, terjadinya konversi
tidak hanya didorong oleh factor luar saja, tapi juga disebabkan oleh factor intern.
1. Kepribadian
Secara psikologis tipe kepribadian tertentu akan mempengaruhi kehidupan
jiwa seseorang. Dalam penelitian William James ditemukan bahwa tipe
melankolis yang memiliki kerentanan perasaan lebih mendalam dapat
menyebabkan terjadinya konversi dalam dirinya.
2. Pembawaan
Menurut penelitian Guy E. Swanson ditemukan semacam kecenderungan
urutan kelahiran yang mempengaruhi konversi agama. Anak sulung dan anak
bungsu biasanya tidak mengalami tekanan batin. Sementara anak yang
dilahirkan pada urutan tengah atau antara sulung dan bungsu sering
mengalami stress jiwa.
1. Factor keluarga
Diantara yang termasuk factor ini adalah:
a. Keretakan keluarga
b. Ketidakserasian
c. Berlainan agama
d. Kesepian
e. Kesulitan seksual
f. Kurang mendapatkan pengakuan kaum kerabat dan sebagainya.
2. Factor lingkungan tempat tinggal
Keterasingan dari tempat tinggal atau tersingkir dari kehidupan di suatu
tempat yang menyebabkan seseorang hidupnya sebatang kara.
3. Perubahan status
Perubahan status yang dimaksud bisa disebabkan oleh berbagai macam
persoalan, seperti: perceraian, keluar dari sekolah atau perkumpulan,
5
perubahan pekerjaan, kawin dengan orang yang berlainan agama, dan
sebagainya.
4. Kemiskinan
Seringkali terjadi masyarakat awam yang miskin terpengaruh untuk memeluk
agama yang menjanjikan dunia yang lebih baik, seperti kebutuhan sandang
pangan yang mendesak.
D. PROSES KONVERSI
6
kesabaran yang menyenangkan. Ia berubah menjadi pemaaf dan mudah
memaafkan kesalahan orang lain.
5. Ekspresi konversi dalam hidup. Segala sisi kehidupannya mengikuti
aturan-aturan yang diajarkan oleh agama.
Proses yang senada diungkap oleh H. Carrier, yaitu:
Dalam proses konversi tersbut diatas, diawali dengan disintegrasi atau konflik
dalam diri seseorang. Kasus demikian biasanya banyak dialami oleh
seseorang pada masa dewasa, dimana seseorang membutuhkan pegangan
hidup yang abadi, yang akan menentramkan jiwanya. Ia berusaha mencari
makna hidup yang hakiki.
E. PENGALAMAN BERAGAMA
Seperti halnya pengalaman-pengalaman yang lain, pengalaman keagamaan cenderung
mengungkapkan diri (mengekspresikan diri). Pengalaman beragama, (religius
experience) adalah unsur dari perasaan dalam kesadaran bergama, yaitu perasaan
yang membawa keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan (amaliah).
Keinsyafan beragama merupakan dasar dari segala sesuatu kegiatan ruhaniah manusia
yang dapat muncul dalam bentuk kerja kreatif, seperti: agama, filsafat, ilmu, seni,
7
cinta, dan sebagainya. Pengalaman religius merupakan suatu pengalaman misterium
tremendum (yang menakutkan), dan misterium fascinosum (tercekam, terpesona,
tertarik, terpikat oleh-Nya). Kedua perasaan tersebut dapat dialami manusia sampai
pada percakapan tertinggi, yaitu keadaan ekstase dalam pengalaman mistik.
Menurut Erich Fromm, diantara aspek dari pengalaman religius adalah: ‘rasa
ketakjuban’ (sense of wondering), ‘rasa keheranan’ (sense of marveling) kesadaran
akan makna hidup dan eksistensi dirinya serta kesadaran menghadapi perasaan rumit
mengenai keterkaitan dirinya dengan dunianya. Eksistensi diri sendiri dengan
eksistensi diri orang lain merupakan persoalan pokok yang memerlukan jawaban
pernyataan Socrates bahwa rasa ketakjuban merupakan titik awal segenap
kebijaksanaan adalah benar, tidaka hanya bagi kebijaksanaan, namun juga dalam
pengalaman religius.
Menurut Maslow, pengalaman puncak tidak selalu dalam konteks keagamaan, tetapi
pengalaman tersebut ada pada inti agama. Pengalaman puncak tersebut terjadi secara
tiba-tiba, mengejutkan, musiman dan menakjubkan. Teori tentang pengalaman ini
juga dikenal dengan pengalaman Plato (Plataeau experience), yaitu teori yang
diajarkan oleh Plato sebelum kematiannya yang belum dikembangkan secara penuh.
Pengalaman demikian ditandai oleh ketenangan, keceriaan dan kegembiraan serta
kebahagiaan yang berlangsung secara terus menerus. Pencapainnya memerlukan
waktu yang lama, melalui proses disiplin dan memutuskan kehidupan yang
berlangsung selama hidup.
Lebih jauh dijelaskan, bahwa berdasarkan komunikasi langsung dengan daya adanya,
pribadi merasa, berpikir, dan bertindak dari titik pandang dasar kesatuan adanya yang
ilahi. Inilah yang membuat pribadi semata-mata didorong oleh kebijakan Ilahi, seperti
cinta kasih yang inklusif dan keadilan yang universal serta penghagaan yang tinggi
terhadap nilai yang hidup, kesatuan dan persatuan adanya, penderitaan yang bersifat
tidak balas dendam, dan mental perombak yan tidak mengandaikan suatu trasendensi
diri sejati yang tidak dipaksakan, tetapi tampak begitu spontan. Transendensi diri
merupakan realisasi diri yang paling manusiawi. Dalam semangat cinta sejati tidak
mengingat kepentingan pibadi. Ia mengorbankan tenaga dan hidupnya sendiri. Pribadi
demikian oleh Fowler diistilahkan dengan pribadi universalizar.
Bila dikaji lebih seksama, tahap kepercayaan yang mengacu pada universalizar lebih
mendekati pada puncak pengalaman religius. Puncak pengalaman ini juga sering
8
disebut dengan pengalaman mistik. Pengalaman demikian boleh dibilang sebagai
puncak pengalaman batin, biasanya berbentuk perasaan menyatu dengan segala yang
ada. Memang ia berbentuk perasaan, tetapi tidak sekedar pengalaman subjektif
belaka. Pengalaman mistik juga merupakan pengetahuan dan kesadaran. Oleh sebab
itu, pengalaman demikian juga disebut dengan ‘kesadaran kosmis’.
Kesadaran mempunyai tiga fungsi: afektif (perasaan), kognitif (pikiran), dan konatif
(kemauan). Dalam praktiknya, ketiga fungsi tersebut menggunakan tiga alat, yaitu
penalaran (rasio), pengkhayalan (imajinasi), dan perencanaan atau pengendalian.
Ketiga alat ini adalah alat-alat kesadaran dan ketiga-tiganya menurut ilmu
neuropsikologi terletak pada otak besar (celebrum) manusia, tepatnya pada lapis luar
otak besar yang disebut dengan celebral ceretex. Fungsi penalaran dengan
menggunakan kata-kata yang ada pada belahan otak besar sebelah kiri (bagi orang
yang terampil berada pada otak sebelah kanan) yang disebut dengan belahan utama
atau belahan dominan.
Berdasarkan pengetahan tentang peranan otak besar dalam kesadaran manusia, dapat
diduga bahwa semakin tinggi kesadara semakin luas jangkauan kesadaran, semakin
banyak sel-sel otak yang aktif. Oleh karena itu, tingkat kesadaran spiritual akan
disertai dengan bertambahnya sel otak yang aktif.
Apabila kesadaran telah sampai pada kesadaran mistik, objek kesadaran kita menjadi
mutlak, yaitu kebenaran mutlak, kebaikan mutlak dan keindahan mutlakyang pada
hakikatnya adalah kesatuan mutlak yang merupakan sumber yang satu bagi semua
nilai-nilai. Dengan menyadari sumber tersebut, maka berarti pula bahwa seluruh
fungsi sel-sel otak bekerja secara serempak (sinkronis) dan maksimal.
“kesadaran trasendental”, krena dalam kesadara. Dan ada ini sering tampak sebagai
cahaya yang cerah. Inilah sebabnya, pengalaman puncak religius juga disebut dengan
“pencerahan” atau dalam dunia tasawuf disebut dengan ma;rifah.
Menurut Al-Qusyairi, terdapat beberapa tanda untuk sampai pada ma’rifah, yaitu:
9
10
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Konversi agama adalah suatu tindakan dimana seseorang atau keompok
orang berpindah suatu kepercayaan yang berlawanan dengan kepercayaan
sebelumnya.
Konversi dapat dibagi keadalam dua macam:
1. Type Valitional (Perubahan Secara bertahap)
2. Type Self Surrender ( Perubahan Secara drastic)
Zakiah Darajat mengungkapkan factor-faktor konversi agama, sebagai
berikut :
1. Adanya pertentangan batin(konflik jiwa) dan ketegangan perasaan.
2. Pengaruh dari tradisi agama.
3. Ajakan (seruan) atau sugesti.
4. Factor-faktor emosi
5 Kemauan.
Proses konversi menurut H. Carrier, yaitu:
1. Terjadi disintegrasi kognitif dan motivasi sebagai akibat krisis yang
dialami.
2. Reintegrasi kepribadian berdasarkan konsepsi yang baru. Dengan
aadanya reintegrasi ini maka terciptalah kepribadian baru yang
berlawanan dengan struktur lama.
3. Tumbuh sikap menerima konsep agama yang baru serta peranan yang
dituntut oleh ajarannya.
4. Timbul kesadaran bahwa keadaan yang baru itu merupakan panggilan
suci, petunjuk Tuhan.
Menurut Al-Qusyairi, terdapat beberapa tanda untuk sampai pada
ma’rifah, yaitu:
1. Adanya pengetahuan (mengenal Allah dengan nama-nama dan sifat-
sifat-Nya).
2. Membenarkannya, dengan dipancarkan lewat perbuatan.
3. Membersihkan diri dari akhlak madzmumah atau akhlak tercela.
4. Lama berdiri di muka pintu Tuhan, dalam arti beribadah.
5. Hatinya senantiasa ‘itikaf pada Tuhan.
11
DAFTAR PUSTAKA
Bibliography
Daradjat, Z. (2005). Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: PT Bulan Bintang.
12