NIM: 20100119034
Kelas: PAI B 2019
Mata Kuliah: Psikologi Agama
“MIND MAPPING”
BAB V Kriteria Orang Yang
Matang Dalam Beragama
BAB I Kajian Psikologi Agama BAB IV Perkembangan Jiwa Agama Pada Orang 1. Pengertian Matang
Dewasa Beragama
1. Pengertian Psikologi Agama 1. Pengertian Masa Dewasa 2. Kematangan Jiwa
2. Sejarah Perkembangan Psikologi 2. Ciri-ciri Sikap Keberagaman pada Masa Dewasa Beragama Sebuah Proses
Agama 3. Perkembangan Agama pada Masa Dewasa 3. Yang Mempengaruhi
3. Objek Kajian Psikologi Agama
Perkembangan
4. Manfaat Psikologi Agama
Kepribadian Manusia
4. Ciri dan Sikap
BAB II Perkembangan Psikologi Agama Keberagamaan
5. Kriteria Orang yang
1. Psikologi Agama dalam Lintas Sejarah
Matang dalam Beragama
2. Perkembangan Psikologi Agama di
PSIKOLOGI 6. Kematangan Beragama
Kawasan Barat
AGAMA Menurut Islam
3. Perkembangan Psikologi Agama di
Kawasan Timur
4. Perkembangan Psikologi Agama di
Indonesia
BAB VI Agama Dan Kesehatan
Mental
BAB III Perkembangan Jiwa Agama Pada Anak 1. Pengertian Agama dan
1. Timbulnya Keagamaan pada Anak BAB VII Sumber Jiwa Agama Kesehatan Mental
2. Tahapan Perkembangan Beragama pada Anak 1. Sumber Jiwa Agama 2. Pengaruh Agama Terhadap
3. Sifat-sifat Agama pada Anak Menurut Para Ahli Kesehatan Mental
4. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Jiwa 2. Sumber Jiwa Agama
3. Terapi Keagamaan pada
Menurut Islam
Agama Anak Kesehatan Mental
3. Fitrah dalam Islam
BAB I
Psikologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
gejala-gejala kejiwaan, atau tingkah laku yang nyata. Obyek kajian psikologi adalah tingkah laku
(perilaku) nyata yang dapat diobservasi secara langsung, bukan sesuatu yang bersifat ruhaniah
(kejiwaan) dan abstrak. Oleh karena itu obyek kajian psikologi bersifat obyektif empiris.
Agama secara harfiah adalah (Sanskerta, a = tidak; gama = kacau) artinya tidak kacau;
atau adanya keteraturan dan peraturan untuk mencapai arah atau tujuan tertentu. Religio dari
religere dalam bahasa latin, artinya mengembalikan ikatan, memperhatikan dengan saksama; jadi
agama adalah tindakan manusia untuk mengembalikan ikatan atau memulihkan hubungannya
dengan Ilahi.
Jadi, psikologi agama adalah ilmu yang mempelajari psikis manusia dalam kaitanya
pengalaman agama (religious experience) (Zakiah Daradjat: 1970, 3). Kesadaran agama, hadir
dalam pikiran dan dapat dikaji dengan introspeksi. Pengalaman agama, perasaan yang hadir
dalam keyakinan sebagai buah dari amal keagamaan semisal melazimkan zikir, shalat, doa, dan
sebagainya. Jadi, obyek studinya dapat berupa: (1) Gejala-gejala psikis manusia yang berkaitan
dengan tingkah laku keagamaan; dan (2) Proses hubungan antara psikis manusia dan tingkah
laku keagamaannya
1. Perkembangan di Barat
perkembangan psikologi modern, pada tahun 1890-an, psikologi berkemang pesat. Tetapi pada
tahun 1930- 1950 Psikologi Agama mengalami penurunan. Setelah itu meningkat lagi, bahkan
berkembang pesat pada tahun 1970 sampai sekarang. Menurut Thouless, sejak terbitnya buku
The Varietes of Religion Experience tahun 1903, sebagai kumpulan kuliah William James di
empat Universitas di Skotlandia, maka langkah awal kajian Psikologi Agama mulai diakui oleh
para ahli psikologi dan dalam jangka waktu tiga puluh tahun kemudian, banyak buku-buku lain
diterbitkan dengan konsep-konsep yang serupa. Di antara buku-buku tersebut adalah The
Psychology of Religion karangan Edwind Diller Starbuck, yang mendahului karangan Wlilliam
James. Buku E. D. Starbuck yang terbit tahun 1899 ini kemudian disusul sejumlah buku lainnya
seperti The Spiritual Life oleh George Albert Coe, tahun 1900, kemudian The Belief in God and
Immortality (1921) oleh H. J. Leubadan oleh Robert H. Thouless dengan judul An Introduction
on thr Psycology of Religion tahun 1923 serta R.A. Nicholson yang khususnya mempelajari
mengenai aliran Sufisme dalam Islam dengan bukunya Studies in Islamic mysticism, tahun 1921.
2. Perkembangan di Timur
memuat kajian tentang hal serupa belum sempat dimasukkan. Padahal, tulisan Muhammad Ishaq
ibn Yasar diabad ke-7 masehi berjudul Al-Siyar wa al-Maghazi memuat berbagai fragmen dari
biografi Nabi Muhammad SAW, ataupun Risalah Hayy Ibn Yaqzan fi Asrar al-Hikmat al-
Masyriqiyyat yang juga ditulis oleh Abu Bark Muhammad ibn Abd Al-Malin ibn Tufai (1106-
1185 M) juga memuat masalah yang erat kaitannya dengan materi psikologi agama.
3. Perkembangan di Indonesia
Adapun ditanah air perkembangan Psikologi Agama dipelopori oleh tokoh-tokoh yang
memiliki latar belakang profesi ilmuwan, agamawan, dan bidang kedokteran. di antara karya-
karya awal yang berkaitan dengan Psikologi Agama adalah buku Agama dan Kesehatan
Badan/Jiwa (1965), tulisan H. Aulia. Kemudian Tahun 1975, Djam’an menulis buku Islam dan
Psikosomatik. Nici Syukur Lister, menulis buku Pengalaman dan Motivasi Beragama: Pengantar
Psikologi Agama.
counsciousness) yaitu bagian pengakuan dan kesaksian atau segi yang hadir (terasa) dalam
pikiran dan dapat terlihat dari gejalanya melalui instrospeksi. Ada tiga aspek di dalam kesadaran
Kedua, pengalaman agama (relegious experience) adalah unsur pengakuan dan kesadaran
beragama, yaitu perasaan membawa kepada keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan (amaliah).
Atau lebih jelasnya bisa kita katakan perasaan yang muncul dalam diri manusia setelah
Untuk itu yang menjadi objek dan lapangan psikologi agama adalah menyangkut gejala-
gejala kejiwaan dalam kaitannya pada realisasi keagamaan (amaliah) dan mekanisme antara
keduannya. Dengan kata lain, meminjam istilah Zakiah Daradjat, psikologi agama membahas
experience).
didukung oleh motif-motif tertentu. Sehingga kita dapat membimbing orang yang
pemeluk agama sehingga tercipta kerukunan antar umat beragama dan antar umat
seagama.
BAB II
Agama adalah ikatan yang harus dipegang dan dipenuhi manusia. Ikatan adalah kekuatan
yang lebih tinggi dari manusia yang tidak dapat ditangkap pancaindra, namun mampu mewarnai
kehidupan. Psikologi agama merupakan cabang dari psikologi yang meneliti dan mempelajari
tingkah laku manusia dalam hubungan dengan pengaruh keyakinan terhadap agama yang
Agama Perhatian secara psikologis terhadap agama setua kehidupan umat manusia, sejak
kesadaran manusia tumbuh orang telah memikirkan tentang arti hidup. Pesatnya perkembangan
Psikologi Agama pada era dewasa ini ditunjang oleh kajiannya yang mencakup kehidupan
pribadi dan kelompok maupun perkembangan usia manusia, juga mengarah menjadi ilmu
1. Perkembangan di Barat
perkembangan psikologi modern, pada tahun 1890-an, psikologi berkemang pesat. Tetapi pada
tahun 1930- 1950 Psikologi Agama mengalami penurunan. Setelah itu meningkat lagi, bahkan
berkembang pesat pada tahun 1970 sampai sekarang. Menurut Thouless, sejak terbitnya buku
The Varietes of Religion Experience tahun 1903, sebagai kumpulan kuliah William James di
empat Universitas di Skotlandia, maka langkah awal kajian Psikologi Agama mulai diakui oleh
para ahli psikologi dan dalam jangka waktu tiga puluh tahun kemudian, banyak buku-buku lain
diterbitkan dengan konsep-konsep yang serupa. Di antara buku-buku tersebut adalah The
Psychology of Religion karangan Edwind Diller Starbuck, yang mendahului karangan Wlilliam
James. Buku E. D. Starbuck yang terbit tahun 1899 ini kemudian disusul sejumlah buku lainnya
seperti The Spiritual Life oleh George Albert Coe, tahun 1900, kemudian The Belief in God and
Immortality (1921) oleh H. J. Leubadan oleh Robert H. Thouless dengan judul An Introduction
on thr Psycology of Religion tahun 1923 serta R.A. Nicholson yang khususnya mempelajari
mengenai aliran Sufisme dalam Islam dengan bukunya Studies in Islamic mysticism, tahun 1921.
2. Perkembangan di Timur
memuat kajian tentang hal serupa belum sempat dimasukkan. Padahal, tulisan Muhammad Ishaq
ibn Yasar diabad ke-7 masehi berjudul Al-Siyar wa al-Maghazi memuat berbagai fragmen dari
biografi Nabi Muhammad SAW, ataupun Risalah Hayy Ibn Yaqzan fi Asrar al-Hikmat al-
Masyriqiyyat yang juga ditulis oleh Abu Bark Muhammad ibn Abd Al-Malin ibn Tufai (1106-
1185 M) juga memuat masalah yang erat kaitannya dengan materi psikologi agama.
3. Perkembangan di Indonesia
Adapun di tanah air perkembangan Psikologi Agama dipelopori oleh tokoh-tokoh yang
memiliki latar belakang profesi ilmuwan, agamawan, dan bidang kedokteran. di antara karya-
karya awal yang berkaitan dengan Psikologi Agama adalah buku Agama dan Kesehatan
Badan/Jiwa (1965), tulisan H. Aulia. Kemudian Tahun 1975, Djam’an menulis buku Islam dan
Psikosomatik. Nici Syukur Lister, menulis buku Pengalaman dan Motivasi Beragama: Pengantar
Psikologi Agama.
A Mukti Ali dan Zakiah Darajat. Buku-buku yang khusus mengenai Psikologi Agama banyak
dihasilkan oleh Zakiah Darajat, antara lain: Ilmu Jiwa Agama (1970), Peranan Agama dalam
Kesehatan Mental (1970), dan Kesehatan Mental. Hasan Langgulung juga menulis buku Teori-
teori Kesehatan Mental yang juga ikut memperkaya khazanah bagi perkembangan Psikologi
Agama di Indonesia.
BAB III
masih awal, tetapi sebenarnya sebelum masa anak- anak pun seorang anak telah mendapatkan
sebuah pendidikan tentang keagamaan, yaitu dalam kandungan, masa pranatal dan masa bayi.
Tahap ini dimulai pada anak berusia 3-6 tahun. Pada tahap ini pemahaman anak tentang
konsep Tuhan lebih banyak dipengaruhi oleh fantasi dan emosi. Kehidupan pada masa ini
banyak dipengaruhi oleh kehidupan fantasi hingga dalam menanggapi agama pun anak masih
menggunakan konsep fantasi yang diliputi oleh dongeng yang tidak masuk akal. Contoh dari
perkembangan pada tingkat dongeng ini adalah menceritakan kartun dongeng yang bersifat
mendidik ke arah yang bersifat untuk mengenal Tuhan dengan cara yang menyenangkan
Tingkatan ini dimulai pada usia 7-12 tahun dan pada umumnya anak pada usia ini telah
pergi ke sekolah sehingga wawasan pengetahuan baru bisa didapatkan melalui pengajaran guru
maupun pengalaman berteman. Pada masa ini ide ketuhanan anak sudah mencerminkan konsep-
konsep yang berdasarkan pada kenyataan (realistis). Konsep ini timbul melalui lembaga-lembaga
keagamaan dan pengajaran agama dari orang dewasa lainnya. Ide pemahaman keagamaan pada
masa ini atas dorongan emosional, hingga merekabisa melahirkan konsep Tuhan yang formalis.
Anak pada tingkat ini memiliki kepekaan emosi yang paling tinggi sejalan dengan
perkembangan mereka. Orang tua juga memiliki pengaruh dalam hal ini dengan kesesuaian
prinsip ekplorasi yang dimiliki anak sehingga dengan mudah anak menerima ajaran dari orang
dewasa. Perkembangan agama pada anak terjadi melalui pengalaman hidupnya sejak kecil juga
dari keluarga, di sekolah, dan di masyarakat. Semakin banyak pengalaman yang bersifat agama,
1. Bentuk dan sifat agama pada diri anak dapat dibagi atas: Unreflective (tidak mendalam),
2. Faktor keagamaan seorang anak muncul karena dipengaruhi oleh dua hal yaitu internal
Tingkat usia
Pendidikan keluarga
Lingkungan sekolah
Lingkungan masyarakat
BAB IV
a. Masa dewasa awal => awal masalah yang dihadapi adalah memilih arah hidup yang akan
b. Masa dewasa tengah => sudah mulai menghadapi tantangan hidup sambil memantapkan
tempat dan mengembangkan filsafat untuk menolak kenyataan yang tidak disangka-
sangka. Jadi masalah sentral pada masa ini adalah mencapai pandangan hidup yang
matang dan utuh yang dapat menjadi dasar dalam membuat keputusan secara konsisten.
c. Masa dewasa akhir => ciri utamanya adalah “pasrah”, pada masa ini minat dan kegiatan
kurang beragama, hidup menjadi kurang rumit dan lebih berpusat pada hal-hal yang
sungguh-sungguh berarti.
Sejalan dengan tingkat perkembangan usianya, sikap keberagaman pada orang dewasa
3. Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama dan berusaha untuk
4. Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan tanggung jawab diri
hati nurani .
7. Sikap keberagaman cenderung mengarah kepada tipe-tipe kepribadian masing-
berkembang
Dengan demikian pada masa dewasa sebagaimana diatas, maka akan tampak kestabilan
anak di dalam menentukan pandangan hidup yang harus dianutnya atau agama yang harus
dianutnya. Itu sudah berdasarkan kesadaran dan keyakinan yang dianggap benar dan diperlukan
didalam hidupnya. Ini bukanlah berarti seseorang harus mempunyai pengetahauan tentang
keagamaannya secara mendalam, melainkan apa yang diketahui dari faham keagamaan yang
dianutnya dipegang teguh dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dengan penuh tanggung
jawab. Sebagai akibat dari adanya kestabilan dalam pandangan hidup keagamaan maka akan
didapati pula adanya kestabilan dalam melakukan religiusnya, dimana segala perbuatan dan
Agama dalam kehidupan individu sebagai suatu ocial nilai yang mengarah kepada norma-
norma tertentu yang perlu ditaati. Menurut Drajat, agama adalah proses hubungan manusia yang
dirasakan terhadap sesuatu yang diyakininya bahwa sesuatu yang lebih tinggi dari manusia.
Kemudian diperkuat oleh Glock dan Stark menjelaskan agama sebagai ocial ocial, ocial
keyakinan, ocial nilai yang pada semuanya terpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati.
Menjadi kerangka acuan dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan keyakinan
yang dianut serta nilai-nilai luhur agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari.
adalah keimanan. Iman sebagai motif dasar, ditandai adanya sikap berpegang teguh pada nilai-
nilai keagamaan dan mengakui kebenarannya. Kepatuhan dalam menjalankan ajarannya, baik
yang berbentuk perintah maupun larangannnya. Fenomena tersebut berkaitan dengan keriteria
kematangan keagamaan. Yahya menjelaskan orang-orang yang beriman adalah orang yang
menjadikan rhido sang pencipta sebagai tujuan tertinggi dalam kehidupan, dan mereka berusaha
menghayati serta mengaplikasikan nilai-nilai luhur agama yang dianutnya dalam kehidupan
ditampilkan dalam sikap dan tingkah laku keagamaan yang mencerminkan ketaatan terhadap
agama. Kemudian William James menjelaskan adanya hubungan antara tingkah laku keagamaan
menghadirkan nilai-nilai agama dalam setiap aspek kehidupan dan perilakunya yang pada
kemudian diaplikasikan dalam kehidupan keseharian berdasarkan kondisi rasa keagamaan yang
dikembangkan. Sebagaimana dapat diketahui bersama bahwa kematangan beragama akan
memberikan dampak/pengaruh pada kesehatan jiwa seseorang. Ialah: pertama, menjalani agama
dengan penuh kesadaran. Dalam ibadah, orang dengan kematangan beragama akan menjalani
perintah agama dana ibadah dengan prinsip totalitas. Kedua, berpeluang kecil melanggar aturan
Tuhan. Ketiga, memiliki ketenangan jiwa dan hati. Keempat, memiliki sikap yang lemah lembut.
Orang yang memiliki kematangan beragama yang tinggi akan memiliki sikap tidak kasar ocialc
serta tidak radikal kepada orang lain karena menyakini bahwa agama pada dasarnaya
mengajarkan kelembutan agar orang lain nyaman dan merasakan dampak dari agama tersebut.
Kelima, totalitas dalam menjalani kehidupan menjadi positif.
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari proses mental, kehidupan mental,
tingkah laku, tindakan, perbuatan, pengalaman individu dan hubungan individu lain. Sedangkan
tasawuf kegiatan keagamaan atau amalan-amalan yang berfungsi untuk membersihkan hati,
mempertinggi iman dan memperdalam aspek kerohanian dalam rangka mendekatkan diri
Jadi kedua istilah tersebut digabungkan maka psikologi tasawuf ialah suatu ilmu yang
membahas tentang perilaku manusia sebagai usaha pendekatan ocialc yang mengintegrasikan
fisik, psikis dan spiritual. Memberikan solusi problem-problem manusia dalam menjalani
kehidupan keberagaman yang baik dengan melalui nilai-nilai spiritualitas (tasawuf). Berdasarkan
Pengertian agama menurut J.H. Leuba dalam buku Sururin, agama adalah cara bertingkah
laku, sebagai system kepercayaan atau sebagai emosi yang bercorak khusus. Sedangkan definisi
agama menurut Thouless adalah hubungan praktis yang dirasakan dengan apa yang dia percayai
Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari keluhan dan gangguan mental baik
berupa neurosis maupun psikosis (penyesuaian diri terhadap lingkungan ocial). Kesehatan
Agama sebagai terapi kesehatan mental dalam islam sudah ditunjukkan secara jelas
dalam ayat-ayat Al-Quran, di antaranya yang membahas tentang ketenangan dan kebahagiaan
adalah:
ۖٗة
ن َفَلُنۡح ِيَيَّن ۥُه َح َيٰو ٗة َطِّيَب َو َلَنۡج ِز َيَّنُهۡم َأۡج َر ُهم ِبَأۡح َس ِن َم ا َك اُنوْا َيۡع َم ُلوَنٞ َم ۡن َع ِمَل َٰص ِلٗح ا ِّم ن َذ َك ٍر َأۡو ُأنَثٰى َو ُهَو ُم ۡؤ ِم
Terejemah:
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik
dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan.
Psikoterapi keagamaan, yaitu terapi yang diberikan dengan kembali mempelajari dan
mengamalkan ajaran agama Islam. Sebagaimana diketahui bahwa ajaran agama Islam
mengandung tuntunan bagaimana kehidupan manusia bebas dari rasa cemas, tegang, depresi, dan
sebagainya. Dalam doa-doa, misalnya, intinya adalah memohon agar kehidupan manusia diberi
Hubungan antara kejiwaan dan agama dalam kaitannya dengan hubungan antara agama
sebagai keyakinan dan kesehatan jiwa, terletak pada sikap penyerahan diri seseorang terhadap
suatu kekuasaan Yang Maha Tinggi. Sikap pasrah yang seruapa itu diduga akan memberi sikap
optimis pada diri seseorang sehingga muncul perasaan positif, seperti rasa bahagia, rasa sengang,
puas, sukses, merasa dicintai, atau rasa aman. Dengan kata lain, kondisi yang demikian menjadi
manusia pada kondisi kodratinya, sesuai dengan fitrah kejadiannya, sehat jasmani dan ruhani.
BAB VII
Teory sumber jiwa agama menurut para ahli dapat digolongkan menjadi 2 golongan yaitu
Menurut teori monistik, yang meenjadi sumber kejiwaan agama itu adalah berasal dari
Yang menjadi dasar kejiwaan agama ialah: Berfikir. Manusia bertuhan karena manusia
Agama adalah suatu pengalaman yang sungguh-sungguh benar dan tepat kebenaran
abadi. Berdasarkan konsep itu maka agama semata-mata merupakan hal-hal atau persoalan yang
Yang menjadi sumber keagamaan adalah rasa ketergantungan yang mutlak. Dengan
adanya rasa ketergantugan yang mutlak itu manusia merasakan dirinya lemah. Kelemahan itu
menyebabkan manusia selalu menggantungkan hidupnya dengan suatu kekuasaan yang berada
diluar dirinya.
Sumber jiwa agama adalah rasa kagum yang berasal dari The Whaly Other (yang sama
sekali lain), jika seseorang dipengaruhi oleh rasa kagum terhadap sesuatu yang dianggapnya lain
dari yang lain, maka keadaan mental seperti itu oleh Otto disebut “Numinous”. Perasaan itulah
Unsur kejiwaan yang menjadi sumber kejiwaan agama adalah libido seksual (naluri
seksual).
Menurutnya, tidak ada insting khusus sebagai “sumber jiwa keagamaan”, tetapi dari
beberapa insting yang ada pada diri manusia, maka agama timbul dari dorongan insting tersebut
secara terintegrasi.
a. Fungsi Cipta, yaitu fungsi intelektual manusia. Melalui cipta orang dapat menilai dan
b. Fungsi Rasa, yaitu suatu tenaga dalam jiwa manusia yang banyak berperan dalam
membentuk motivasi dalam corak tingkah laku seseorang.melalui fungsi rasa dapat
c. Karsa itu merupakan fungsi ekslusif dalam jiwa manusia. Karsa berfungsi mendorong
Di dalam Al-qur’an sumber jiwa agama dapat ditemukan dalam surat Ar-Rum ayat 30
yang berarti: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas fitrah
Allah yang menciptakan manusia menurut fitrah itu. Itulah agama yang lurus, tapi kebanyakan
Ayat tersebut menyatakan bahwa secara fitrah, manusia adalah makhluk beragama.
Secara naluri manusia pada hakikatnya selalu meyakini adanya Tuhan Yang Maha Kuasa.
Walaupun secara dhohir ada beberapa golongan yang tidak mengakui adanya Tuhan (atheis),
tetapi itu hanya pernyataan lisan. Secara hakiki ia tetap meyakini adanya kekuatan di luar
kekuatannya yang tidak mungkin dilampaui dan memiliki kekuatan Yang Maha.
Menurut Nurcholis Majid, agama merupakan fitrah munazal yang diturunkan Allah untuk
menguatkan fitrah yang telah ada secara alami. Dengan fitrah ini manusia tergerak untuk
melakukan kegiatan atau ritual yang diperintahkan oleh Yang Maha Kuasa, yang berbentuk