Abstrak
Remaja adalah masa transisi dari kehidupan anak-anak kepada kehidupan dewasa.
Mengembangkan bakat dan minat remaja sangatlah penting terlebih pada masa
berkembangnya teknologi yang cukup pesat seperti sekarang. Masa ini adalah
masa dimana seseorang membentuk kepribadiaannya oleh karena itu peran orang
tua dan orang dewasa disekitarnya sangatlah penting. Pada masa ini, cenderung
seseoran akan mencari jati dirinya sifat penasaran terhadap sesuatu dan cenderung
mencari teman sebaya yang mempunyai kepribadian yang sama dengan dirinya.
Penelitian ini menggunakan metode keperpustakaan (library reseach) dimana
dalam pengumpulan datanya berasal dari buku dan jurnal yang berkaitan dengan
remaja. Hasil penelitian ini ditujukan agar mengetahui bagaimana pengembangan
bakat dan minat remaja dalam keluarga terutama pada masa digital seperti
sekarang.
Kata Kunci : remaja, bakat, minat.
Abstract
Pendahuluan
Masa remaja dikatakan sebagai suatu masa yang berbahaya, karena pada
periode itu, seorang meninggalkan tahap kehidupan anak-anak untuk menuju
tahap selanjutnya yakni tahap kedewesaan. Perkembangan remaja, ditandai
dengan adanya beberapa tingkah laku, baik tingkah laku positif maupun tingkah
laku yang negatif. Hal ini dikarenakan pada masa ini remaja sedang mengalami
masa panca roba dari masa anak-anak ke masa remaja. Perilaku suka melawan,
gelisah, periode labil, seringkali melanda remaja pada masa ini.
Hal yang perlu diperhatikan pada saat masa remaja pada saat ini adalah
bagaimana mengembangkan bakat dan minat remaja terutama bakat dan minatnya
dalam keluarganya sendiri. Orang tua dan orang dewasa dituntut untuk
mengambil bagian dari masa ini, karena masa ini adalah masa yang sangat rawan
dan berbahaya sehingga orang tua harus ekstra berhati-hati mengenai
perkembangan anak-anaknya yang beranjak dewasa.
Pengertian Remaja
Kata “remaja” berasal dari bahasa Latin adolescene berarti to grow atau
to grow maturity. Banyak tokoh yang memberikan definisi remaja, seperti DeBrun
mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak
dan dewasa. Menurut Papalia dan Olds, masa remaja adalah masa transisi
perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai
pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal
dua puluh tahun. Sedangkan Anna Freud berpendapat bahwa pada masa remaja
terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan
dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan
dengan orangtua dan cita-cita mereka, di mana pembentukan cita-cita merupakan
proses pembentukan orientasi masa depan.1
1
Khamim Zarkasih Putro, Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan Masa Remaja,
(APLIKASIA, 17 , 2017. 25
Remaja disebut juga “pubertas” yang berasal dari bahasa latin yang berarti
“usia menjadi orang” suatu periode dimana anak dipersiapkan untuk menjadi
individu yang dapat melaksanakan tugas biologis berupa melanjutkan
keturunannya atau berkembang biak.2
Masa remaja dikatakan sebagai suatu masa yang berbahaya, karena pada
periode itu, seorang meninggalkan tahap kehidupan anak-anak untuk menuju
tahap selanjutnya yakni tahap kedewesaan. Masa ini dirasakan sebagai suatu masa
krisis karena belum adanya pegangan, sedangkan kepribadiannya sedang
mengalami pembentukan. Pada waktu itu dia memerlukan bimbingan, terutama
dari orang tuanya.4
WHO memberikan batas usia minimal dari remaja berdasarkan pada usia
subur wanita yang berlaku juga untuk laki-laki. WHO membagi usia remaja
menjadi dua kurun waktu yakni remaja awal dengan usia 10-14 tahun dan remaja
akhir 15-20 tahun. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Indonesia menetapkan
batas usia remaja adalah usia 15-24 tahun.7 Tentu saja definisi tersebut tidak
memerhatikan aspek sosial-psikologis orang-orang pada kurun waktu tersebut.
Dalam kenyataannya, orang-orang yang sama-sama berada dalam satu kurun
waktu usia dapat memiliki keadaan sosial-psikologis yang berbeda.
5
Ida Umami, Psikologi Remaja, (Yogyakarta: Idea Press, 2019), 2.
6
Febri Fajarini dan Nuristighfari Masri Khaerani, “Kelekatan Aman, Religiusitas, dan
Kematangan Emosi pada Remaja”, Jurnal Psikologi Interaktif , 2 (2014), 24.
7
Sarlito W. Sarmono, Psikologi Remaja Edisi Revisi, (Jakarta:Rajawali Pers, 2013), 13.
Periodesasi Perkembangan Remaja
Masa remaja awal berada pada rentang usia 10-13 tahun ditandai dengan
adanya peningkatan yang cepat dari pertumbuhan dan pematangan fisik, sehingga
intelektual dan emosional pada masa remaja awal ini sebagian besar pada
penilaian kembali dan restrukturisasi dari jati diri. Pada tahap remaja awal ini
penerimaan kelompok sebaya sangatlah penting.8
Masa remaja madya berada pada rentang usia 14-16 tahun ditandai dengan
hampir lengkapnya pertumbuhan pubertas, dimana timbulnya keterampilan-
keterampilan berpikir yang baru, adanya peningkatan terhadap persiapan
datangnya masa dewasa, serta keinginan untuk memaksimalkan emosional dan
psikologis dengan orang tua.10
8
Ida Ayu Mas Ganggadewi Dwijayanthi, “Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Motivasi
Partisipasi Remaja Putri Pada Tradisi Omed-Omedan Di Banjar Kaja, Kelurahan Sesetan,
Denpasar”, (Skripsi-Bali), 2017, 11.
9
Sarlito W. Sarmono, Ibid, 30
10
Ida Ayu Mas Ganggadewi Dwijayanthi, Ibid, 11.
pria harus membebaskan diri dari Oedipoes Complex (perasaan cinta pada ibu
sendiri pada masa kanak-kanak) dengan mempererat hubungan dengan kawan-
kawan dari lain jenis.11
Masa remaja akhir berada pada rentang usia 16-19 tahun. 12 Tahap ini
adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa yang ditandai dengan pencapaian
lima hal, yaitu 13:
18
Gatot Marwoko., “Psikologi Perkembangan Masa Remaja”, Tasyri’, 26 (2019), 73.
yang sesuai dengan gender mereka. Adanya hal ini akan membuat remaja
lebih populer.
b. Minat pada prestasi
Prestasi yang baik dapat memberikan kepuasan pribadi dan
keternaran. Inlah sebabnya mengapa prestasi,baik dalam olah raga, tugas –
tugas sekolah maupun berbagai kegiatan sosial, menjadi minat yang kuat
sepanjang masa remaja. Bila prestasi yang baik diharapkan memberi
kepuasan bagi remaja, maka prestasi itu mencakup bidang – bidang yang
penting bagi kelompok sebaya dan dapat menimbulkan harga diri dalam
pandangan kelompok sebaya. Misalnya, dalam hal sekolah.
c. Minat pendidikan
Besarnya minat remaja terhadap pendidikan sangat dipengaruhi
oleh minat mereka pada pekerjaan. Kalau remaja mengharapkan pekerjaan
yang menuntut pendidikan tinggi, maka pendidikan akan dianggap sebagai
batu loncatan. Biasanya remaja lebih menaruh minat pada pelajaran –
pelajaran yang nantinya akan berguna dalam bidang pekerjaan yang
dipilihnya.
Remaja adalah masa peralihan dari usia kanak-kanak ke usia dewasa. Pada
masa ini terjadi perubahan dan perkembangan pada diri remaja baik dari segi fisik,
sosial, maupun psikologis. Menurut Hurlock (1999), remaja adalah masa
peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang mencakup kematangan mental,
emosional, sosial, dan fisik.19 Selain itu, secara kognitif, beberapa ahli
mengatakan bahwa otak manusia mengalami perkembangan secara utuh pada
masa remaja. Hal ini didukung oleh pernyataan Piaget (2010), pada masa remaja
manusia memasuki perkembangan kognitif atau yang biasa disebut operasi formal
atau ketika mereka mengembangkan kapasitas pemikiran abstrak.20 Remaja pada
era saat ini pasti sudah mengenal dan terbiasa menggunakan gawai. Hal ini dapat
19
Elizabeth B Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Surabaya:Erlangga, 1980), 20.
20
https://kumparan.com/muhammad-rafly-dzulfikar/tantangan-bagi-remaja-indonesia-
pada-industri-4-0-1v0zhOm27RB
dipastikan bahwa perilaku dan kepribadian mereka akan berubah serta
berkembang seiring berjalannya waktu.
Industri 4.0 memberikan beberapa dampak yang baik atau buruk bagi para remaja,
contoh dampak buruknya adalah saat ini para remaja cenderung lebih menyukai
sesuatu yang mudah, cepat, dan viral. Hal ini merupakan sesuatu yang buruk
sebab dapat menumbuhkan rasa malas dan perilaku konsumtif bagi para remaja.
Menurut Lubis (dalam Sumartono, 2002) perilaku konsumtif merupakan perilaku
yang tidak lagi didasarkan pada pertimbangan rasional, tetapi karena keinginan
telah mencapai tingkat yang tidak rasional. Perilaku konsumtif melekat pada
seseorang bila orang tersebut membeli sesuatu di luar kebutuhan dan pembelian
lebih berdasar pada faktor keinginan. Tentunya hal tersebut bukan lah perilaku
yang baik bagi mereka.
Para remaja juga akan memiliki daya saing yang lemah dan sifat inisiatif yang
kurang ketika menghadapi persaingan serta tantangan pada era Industri 4.0 ini.
Rasa ingin tahu yang tinggi terhadap sesuatu yang unik mendorong mereka untuk
mencoba hal-hal baru. Saat mereka melihat tayangan pada berbagai aplikasi
penunjang internet cenderung akan mendorong mereka untuk meniru hal tersebut.
Hal ini dapat berdampak negatif jika sesuatu yang mereka tiru adalah hal
berbahaya dan menyalahi aturan serta norma yang berlaku. Orang tua harus lebih
waspada dalam melindungi anaknya dari bahaya yang bisa ditimbulkan oleh
internet. Langkah awal yang bisa dilakukan adalah dengan memahami dan
mempelajari aktivitas anak ketika menggunakan internet sehingga ketika mereka
melihat sesuatu yang menyalahi aturan serta norma yang berlaku, orang tua dapat
mengambil tindakan yang tepat dengan tidak menyalahkan atau melarang mereka
menggunakan internet lagi.
Industri 4.0 secara tidak langsung meminta sumber daya manusia yang berkualitas
yang dihasilkan oleh lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah dan universitas.
Namun tuntutan pada era ini bertolak belakang dengan tuntutan yang diberikan
oleh lembaga pendidikan. Era Industri 4.0 menuntut para remaja untuk kreatif,
berpikir kritis, bekerja sama, terampil berkomunikasi, atau bisa dikatakan lebih
mengedepankan soft skill tanpa mengesampingkan hard skill sedangkan
implementasi pembelajaran di lembaga pendidikan hanya menuntut para remaja
untuk pintar dan memiliki nilai yang bagus. Pengajar menyelenggarakan
pembelajaran selalu dengan metode “seperti biasanya” bukan “sebagaimana
harusnya” sehingga tidak memungkinkan para remaja untuk mengeksplorasi
lingkungan pendidikannya. Proses pembelajarannya pun masih sama seperti
tahun-tahun sebelumnya yang berarti sistemnya hanya berupa pengulangan dan
tidak mengasah soft skill mereka. Padahal di era Industri 4.0 pengetahuan
meningkat secara pesat dan tersebar di berbagai situs internet sehingga peran
pengajar yang awalnya sebagai informator sudah seharusnya menjadi mediator
serta fasilitator bagi para remaja.
Era Industri 4.0 pun memberikan beberapa dampak yang baik bagi para remaja,
contohnya adalah sumber informasi yang luas akibat kemajuan teknologi. Dengan
memanfaatkan berbagai peramban yang tersedia, para remaja dapat dengan mudah
mencari berbagai informasi yang mereka butuhkan di berbagai situs internet, blog,
dan jurnal. Media komunikasi pun semakin berkembang sehingga sangat
memudahkan para remaja untuk berkomunikasi dengan orang lain tanpa
membuang-buang waktu dan tenaga.
Ketika berbagai aspek kehidupan sudah memiliki kaitan yang sangat erat dengan
teknologi tentunya hal ini dapat memudahkan berbagai kebutuhan para remaja,
contohnya adalah munculnya aplikasi transportasi online. Aplikasi ini mengubah
cara memesan transportasi menjadi lebih mudah dan cepat dengan biaya yang bisa
dikatakan sudah terukur dengan baik. Dalam aplikasi ini para remaja sudah
langsung terhubung dengan driver dan didukung dengan teknologi global
positioning system (GPS) untuk mengetahui posisi pemesan atau driver. Bagi para
remaja tentunya hal ini sangat menghemat waktu dan bermanfaat bila digunakan
sesuai porsinya tanpa membuat mereka menjadi malas.
Perkembangan teknologi digital pada era ini membuat setiap orang bebas
menyalurkan kreasi dan inovasinya. Terbukti dengan banyaknya content creator
yang bermunculan akhir-akhir ini. Mereka menyalurkan kreativitasnya ke dalam
sebuah konten (tentunya yang positif) untuk dijadikan hiburan bagi masyarakat,
khususnya para remaja. Para content creator dapat menjadi role model bagi para
remaja untuk lebih percaya diri dalam menyalurkan kreativitas serta inovasinya
sebagai bentuk pengembangan diri mereka. Ketika semakin banyak content
creator yang bersaing menggunakan kreativitasnya tentunya hal ini bagus untuk
kemajuan bangsa Indonesia sebab dapat meningkatkan standar kreativitas di
Indonesia.
Sejak awal terjadinya Industri 4.0 para ahli sudah menganggap bahwa hal tersebut
bukanlah sesuatu yang mudah diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Sebab tidak
semua remaja memiliki kompetensi dan kemampuan beradaptasi dengan baik.
Berikut adalah beberapa tantangan bagi remaja pada era Industri 4.0
Beberapa ahli setuju bahwa remaja saat ini atau Generasi Z memiliki kercedasan
yang lebih baik dalam penggunaan teknologi dibandingkan generasi sebelumnya.
Hal itu didukung oleh definisi Menurut Hellen Chou P. (2012: 35), Generasi Z
atau yang kemudian lebih dikenal dengan generasi digital merupakan generasi
muda yang tumbuh dan berkembang dengan sebuah ketergantungan yang besar
pada teknologi digital.21 Hal tersebut menandakan bahwa para remaja yang
merupakan seorang siswa atau mahasiswa memiliki keterampilan yang lebih baik
dalam penggunaan teknologi. Para remaja lebih akrab dengan teknologi dan
memiliki akses informasi yang lebih mudah ketimbang generasi sebelumnya.
Namun dengan mudahnya mendapatkan informasi justru menjadi sebuah
21
Hellen Chou, Cyber Smart Parenting, (Jakarta:Visi Press), 2012, 30.
tantangan bagi para remaja. Mereka harus bisa menafsirkan dan mengolah
informasi tersebut dengan benar supaya tidak terjadi kesalahan interpretasi.
● Kemampuan Literasi
Teknologi memiliki kaitan erat dengan data atau dalam Industri 4.0 lebih dikenal
dengan big data yang menjadi sentral pada era digital ini. Integrasi antara
kreativitas dan peran big data yang didukung oleh keaktifan para remaja
memungkinkan berbagai peluang terjadi sebagai inovasi berkelanjutan yang
dibutuhkan pada masa depan. Namun tidak semua remaja memiliki rasa percaya
diri untuk menunjukkan daya kreatif dan inovatif yang mereka miliki.
Dalam situs atau aplikasi itu juga para remaja atau masyarakat difasilitasi
untuk melaporkan berita atau informasi hoaks yang mereka dapatkan. Langkah
pertama yang bisa dilakukan oleh para remaja adalah mereka harus memiliki rasa
ingin tahu yang tinggi. Rasa ingin tahu yang tinggi akan mendorong mereka untuk
mempertanyakan sebuah kebenaran dari asumsi yang didapatkan melalui sebuah
informasi. Langkah berikutnya adalah para remaja perlu membiasakan diri untuk
mempertanyakan hal-hal yang ada di sekelilingnya, misalnya, bagaimana proses
terjadinya hujan, bagaimana proses pembuatan kertas, dan berbagai proses lainnya
yang terjadi di sekeliling mereka. Dengan banyak bertanya, mereka akan mencari
tahu jawabannya melalui berbagai referensi dan secara tidak langsung akan
mengasah kemampuan berpikir kritis.
Bakat adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir. Kemampuan itu jika
diberi kesempatan untuk berkembang melalui belajar, akan menjadi kecakapan
yang nyata. Sementara itu,apabila tidak dikembangkan melalui belajar,
kemampuan tersebut tidak akan menjadi kecakapan nyata. Bakat yang tidak
dikembangkan disebut bakat yang terpendam.23
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan
suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau
dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.24
22
https://kumparan.com/muhammad-rafly-dzulfikar/tantangan-bagi-remaja-indonesia-
pada-industri-4-0-1v0zhOm27RB, diakses pada tanggal 10 Maret 2021
23
Rudi Mulyaningsih, Bimbingan Pribadi-Sosisal, Belajar, dan Karier, (Jakarta:
Grasindo,2004),91.
24
Noor Komari Pratiwi, Pengaruh Tingkat Pendidikan, Perhatian Orang Tua, Dan Minat
Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Siswa Smk Kesehatan Di Kota
Tangerang”, Jurnal Pujangga, 1, (Desember 2015), 88.
Menjadi pribadi yang unggul di suatu bidang, akan menambah rasa
percaya diri pada seorang remaja. Pengertian remaja seperti yang dijelaskan
sebelumnya adalah masa transisi antara masa anak – anak menuju dewasa. Pada
masa ini terjadi perubahan di semua aspek, baik secara fisik, sosial, kepribadian
dan juga kognitif. Lalu timbul pertanyaan, bagaimana cara untuk menjadi pribadi
yang unggul? Banyak hal yang harus dilakukan. Yakni mengenal potensi yang ada
pada diri. Salah satunya adalah mengenal minat dan bakat.
Dari beberapa pendapat yang ada dapat dikatakan bahwa bakat merupakan
interaksi antara faktor bawaan dan pengaruh lingkungan. Jadi dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa bakat adalah kemampuan dasar yang ada di dalam diri
manusia yang dibawa sejak lahir. Bakat ini berupa potensi yang masih perlu
dikembangkan dan dilatih agar berkembang menjadi suatu keahlian, kecakapan,
dan keterampilan khusus tertentu. Untuk menjadi suatu keahlian, kecakapan, dan
keterampilan khusus tersebut, seorang individu perlu menerima rangsangan
25
http://www.sarjanaku.com/2012/12/pengertian-minat-menurut-para-ahli.html, diakses
pada tanggal 10 Maret 2021.
berupa latihan-latihan yang sesuai dengan kemampuan dasar individu tersebut.
Bakat tidak bersifat tunggal, melainkan sekelompok sifat yang secara
bertingkat akan membentuk bakat. Bakat bisa diwujudkan jika ada kesempatan
untuk berkembang atau dikembangkan. Sangat disayangkan bila seseorang tidak
mengetahui kemampuan yang terpendam bahkan sampai tidak mengembangkan
bakatnya.
Bakat tersebut terbagi menjadi dua jenis yaitu bakat umum dan bakat
khusus. Bakat umum adalah kemampuan yang dimiliki seseorang berupa potensi
dasar yang kebanyakan orang memilikinya. Sedangkan bakat khusus merupakan
kemampuan seseorang berupa potensi dimana tidak semua orang memilikinya.
Bakat ini ada sejak lahir dan terbawa sampai dewasa. Ketika bakat dipadukan
dengan minat akan menjadi kemampuan yang luar biasa.
Kesimpulan
Usaha untuk meningkatkan minat dan bakat remaja terlebih pada keluarga
adalah dengan melakukan tes bakat dan minat yang dilakukan oleh psikolog.
Bakat ini berupa potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar
berkembang menjadi suatu keahlian, kecakapan, dan keterampilan khusus
tertentu. Untuk menjadi suatu keahlian, kecakapan, dan keterampilan khusus
tersebut, seorang individu perlu menerima rangsangan berupa latihan-latihan yang
sesuai dengan kemampuan dasar individu tersebut.
Daftar Pustaka
26
https://cakrabuana.sch.id/2020/09/07/menggali-bakat-pada-remaja/, diakses pada
tanggal 10 Maret 2021.
Arianti, Silvia. Perkembangan Peserta Didik, Palangkaraya: Universitas PGRI,
2016.
Dwijayanthi, Ida Ayu Mas Ganggadewi. “Faktor-Faktor Yang Memengaruhi
Motivasi Partisipasi Remaja Putri Pada Tradisi Omed-Omedan Di Banjar
Kaja, Kelurahan Sesetan, Denpasar”, (Skripsi-Bali), 2017.
Fajarini, Febri dan Nuristighfari Masri Khaerani. “Kelekatan Aman, Religiusitas,
dan Kematangan Emosi pada Remaja”, Jurnal Psikologi Interaktif , 2
(2014).
Hellen Chou, Cyber Smart Parenting, Jakarta:Visi Press, 2012.
Herlina, Bibliotheraphy: Mengatasi Masalah Anak dan Remaja melalui Buku,
Bandung: Pustaka Cendekia Utama, 2013.
Holilurrohman, M. “Perbedaan Kenakalan Remaja Antara Remaja Yang Tinggal
Dengan Orang Tua Dan Remaja Yang Tidak Tinggal Dengan Orang Tua /
Kos Pada Siswa Sma Negeri 2 Malang”, (Skripsi-Malang), 2013.
Hurlock, Elizabeth. Psikologi Perkembangan, Surabaya:Erlangga, 1980.
Jannah, Miftahul. “Remaja dan Tugas-Tugas Perkembangannya dalam Islam”,
Psikoislamedia, 1 (2016).
Marwoko, Gatot. “Psikologi Perkembangan Masa Remaja”, Tasyri’, 26 (2019).
Mulyaningsih, Rudi. Bimbingan Pribadi-Sosisal, Belajar, dan Karier, Jakarta:
Grasindo,2004.
Putro, Khamim Zarkasih. “Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan Masa
Remaja”, Aplikasia, 17, (2017).
Sarmono, Sarlito W. Psikologi Remaja Edisi Revisi, Jakarta:Rajawali Pers, 2013.
Umami, Ida Psikologi Remaja, Yogyakarta: Idea Press, 2019.
Pratiwi, Noor Komari. “Pengaruh Tingkat Pendidikan, Perhatian Orang Tua, Dan
Minat Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Siswa Smk
Kesehatan Di Kota Tangerang”, Jurnal Pujangga, 1, (Desember 2015).
https://kumparan.com/muhammad-rafly-dzulfikar/tantangan-bagi-remaja-
indonesia-pada-industri-4-0-1v0zhOm27RB diakses pada tanggal 10 Maret
2021.
https://kumparan.com/muhammad-rafly-dzulfikar/tantangan-bagi-remaja-
indonesia-pada-industri-4-0-1v0zhOm27RB, diakses pada tanggal 10 Maret
2021
http://www.sarjanaku.com/2012/12/pengertian-minat-menurut-para-ahli.html,
diakses pada tanggal 10 Maret 2021.
https://cakrabuana.sch.id/2020/09/07/menggali-bakat-pada-remaja/, diakses pada
tanggal 10 Maret 2021.