Anda di halaman 1dari 23

Mengembangkan Bakat dan Minat Remaja dalam Keluarga

Oleh: Abdul Hamid Raharjo (200201210021)


Durrotun Nafisah (200201210005)

Abstrak

Remaja adalah masa transisi dari kehidupan anak-anak kepada kehidupan dewasa.
Mengembangkan bakat dan minat remaja sangatlah penting terlebih pada masa
berkembangnya teknologi yang cukup pesat seperti sekarang. Masa ini adalah
masa dimana seseorang membentuk kepribadiaannya oleh karena itu peran orang
tua dan orang dewasa disekitarnya sangatlah penting. Pada masa ini, cenderung
seseoran akan mencari jati dirinya sifat penasaran terhadap sesuatu dan cenderung
mencari teman sebaya yang mempunyai kepribadian yang sama dengan dirinya.
Penelitian ini menggunakan metode keperpustakaan (library reseach) dimana
dalam pengumpulan datanya berasal dari buku dan jurnal yang berkaitan dengan
remaja. Hasil penelitian ini ditujukan agar mengetahui bagaimana pengembangan
bakat dan minat remaja dalam keluarga terutama pada masa digital seperti
sekarang.
Kata Kunci : remaja, bakat, minat.

Abstract

Adolescence is a period of transition from children's life to adult life. Developing


the talents and interests of adolescents is very important first in a time of rapid
development of technology like now. This period is a time when a person forms
his personality, therefore the role of parents and adults around him is very
important. At this time, there is a tendency for someone to look for their true
identity, they are curious about something and tend to look for peers who have the
same personality as themselves. This study uses the library research method
(library research) where the data comes from books and journals related to
adolescents. The results of this study are to be able to see how to develop the
talents and interests of adolescents in the family, especially in the digital age like
now.
Keywords: adolescents, talents, interests.

Pendahuluan

Keluarga adalah bagian terkecil dari kehidupan bermasyarakat seorang


anak, anak akan berkembang menjadi remaja. Remaja adalah suatu masa dimana
seseorang akan mencari jati dirinya, masa dimana seseorang penasaran mengenai
bentuk tubuhnya sendiri. Masa ini adalah masa yang penting, karena didalamnya
mereka akan membentuk kepribadian yang akan berguna untuk kehidupan setelah
remajanya.

Masa remaja dikatakan sebagai suatu masa yang berbahaya, karena pada
periode itu, seorang meninggalkan tahap kehidupan anak-anak untuk menuju
tahap selanjutnya yakni tahap kedewesaan. Perkembangan remaja, ditandai
dengan adanya beberapa tingkah laku, baik tingkah laku positif maupun tingkah
laku yang negatif. Hal ini dikarenakan pada masa ini remaja sedang mengalami
masa panca roba dari masa anak-anak ke masa remaja. Perilaku suka melawan,
gelisah, periode labil, seringkali melanda remaja pada masa ini.

Hal yang perlu diperhatikan pada saat masa remaja pada saat ini adalah
bagaimana mengembangkan bakat dan minat remaja terutama bakat dan minatnya
dalam keluarganya sendiri. Orang tua dan orang dewasa dituntut untuk
mengambil bagian dari masa ini, karena masa ini adalah masa yang sangat rawan
dan berbahaya sehingga orang tua harus ekstra berhati-hati mengenai
perkembangan anak-anaknya yang beranjak dewasa.

Pengertian Remaja

Kata “remaja” berasal dari bahasa Latin adolescene berarti to grow atau
to grow maturity. Banyak tokoh yang memberikan definisi remaja, seperti DeBrun
mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak
dan dewasa. Menurut Papalia dan Olds, masa remaja adalah masa transisi
perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai
pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal
dua puluh tahun. Sedangkan Anna Freud berpendapat bahwa pada masa remaja
terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan
dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan
dengan orangtua dan cita-cita mereka, di mana pembentukan cita-cita merupakan
proses pembentukan orientasi masa depan.1

1
Khamim Zarkasih Putro, Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan Masa Remaja,
(APLIKASIA, 17 , 2017. 25
Remaja disebut juga “pubertas” yang berasal dari bahasa latin yang berarti
“usia menjadi orang” suatu periode dimana anak dipersiapkan untuk menjadi
individu yang dapat melaksanakan tugas biologis berupa melanjutkan
keturunannya atau berkembang biak.2

Sigmund Freud dan Erik Erikson meyakini bahwa perkembangan di masa


remaja penuh dengan konflik. Menurut pandangan teori kedua, masa remaja
bukanlah masa yang penuh dengan konflik seperti yang digambarkan oleh
pandangan yang pertama. Banyak remaja yang mampu beradaptasi dengan baik
terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya, serta mampu beradaptasi dengan
baik terhadap perubahan kebutuhan dan harapan dari orang tua dan
masyarakatnya. Bila dikaji, kedua pandangan tersebut ada benarnya, namun
sangat sedikit remaja yang mengalami kondisi yang benar-benar ekstrim seperti
kedua pandangan tersebut (selalu penuh konflik atau selalu dapat beradaptasi
dengan baik). Kebanyakan remaja mengalami kedua situasi tersebut (penuh
konflik atau dapat beradaptasi dengan mulus) secara bergantian (fluktuatif).3

Masa remaja dikatakan sebagai suatu masa yang berbahaya, karena pada
periode itu, seorang meninggalkan tahap kehidupan anak-anak untuk menuju
tahap selanjutnya yakni tahap kedewesaan. Masa ini dirasakan sebagai suatu masa
krisis karena belum adanya pegangan, sedangkan kepribadiannya sedang
mengalami pembentukan. Pada waktu itu dia memerlukan bimbingan, terutama
dari orang tuanya.4

Perkembangan remaja, ditandai dengan adanya beberapa tingkah laku,


baik tingkah laku positif maupun tingkah laku yang negatif. Hal ini dikarenakan
pada masa ini remaja sedang mengalami masa panca roba dari masa anak-anak ke
masa remaja. Perilaku suka melawan, gelisah, periode labil, seringkali melanda
remaja pada masa ini. Namun demikian, berkembangnya perilaku ini, pada
2
M. Holilurrohman, “Perbedaan Kenakalan Remaja Antara Remaja Yang Tinggal
Dengan Orang Tua Dan Remaja Yang Tidak Tinggal Dengan Orang Tua / Kos Pada Siswa Sma
Negeri 2 Malang”, (Skripsi-Malang), 2013, 10.
3
Miftahul Jannah, “Remaja dan Tugas-Tugas Perkembangannya dalam Islam”,
Psikoislamedia, 1 (2016), 245.
4
M. Holilurrohman, Ibid, 10
dasarnya sangat dipengerahui oleh adanya perlakukan-perlakuan yang berasal dari
lingkungan.5

Santrock memberikan pengertian bahwa remaja (adolescene) diartikan


sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang
mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosialemosional. Remaja merupakan
masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yaitu transisi perkembangan antara
masa kanak-kanak dan masa dewasa yang mengandung perubahan besar fisik,
kognitif, dan psikososial.6

WHO memberikan definisi tentang remaja yang kebih bersifat konseptual.


Dalam definisi tersebut dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan
sosial ekonomi, sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai
berikut. Remaja adalah suatu masa di mana:

1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda


seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual
2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari
kanak-kanak menjadi dewasa.
3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada
keadaan yang relative lebih mandiri.

WHO memberikan batas usia minimal dari remaja berdasarkan pada usia
subur wanita yang berlaku juga untuk laki-laki. WHO membagi usia remaja
menjadi dua kurun waktu yakni remaja awal dengan usia 10-14 tahun dan remaja
akhir 15-20 tahun. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Indonesia menetapkan
batas usia remaja adalah usia 15-24 tahun.7 Tentu saja definisi tersebut tidak
memerhatikan aspek sosial-psikologis orang-orang pada kurun waktu tersebut.
Dalam kenyataannya, orang-orang yang sama-sama berada dalam satu kurun
waktu usia dapat memiliki keadaan sosial-psikologis yang berbeda.

5
Ida Umami, Psikologi Remaja, (Yogyakarta: Idea Press, 2019), 2.
6
Febri Fajarini dan Nuristighfari Masri Khaerani, “Kelekatan Aman, Religiusitas, dan
Kematangan Emosi pada Remaja”, Jurnal Psikologi Interaktif , 2 (2014), 24.
7
Sarlito W. Sarmono, Psikologi Remaja Edisi Revisi, (Jakarta:Rajawali Pers, 2013), 13.
Periodesasi Perkembangan Remaja

Periodesasi perkembangan remaja menurut Petro Bloss dibagi menjadi tiga


tahapan yakni:

1. Remaja Awal (Early Adolescence)

Masa remaja awal berada pada rentang usia 10-13 tahun ditandai dengan
adanya peningkatan yang cepat dari pertumbuhan dan pematangan fisik, sehingga
intelektual dan emosional pada masa remaja awal ini sebagian besar pada
penilaian kembali dan restrukturisasi dari jati diri. Pada tahap remaja awal ini
penerimaan kelompok sebaya sangatlah penting.8

Seorang remaja pada tahapan ini masih terheran-heran akan perubahan


yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai
perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat
tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis.9

2. Remaja Madya (Middle Edolescence)

Masa remaja madya berada pada rentang usia 14-16 tahun ditandai dengan
hampir lengkapnya pertumbuhan pubertas, dimana timbulnya keterampilan-
keterampilan berpikir yang baru, adanya peningkatan terhadap persiapan
datangnya masa dewasa, serta keinginan untuk memaksimalkan emosional dan
psikologis dengan orang tua.10

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalua


banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan “narcistic” yaitu
mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang punya sifat-sifat yang
sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena ia
tidak tahu harus memilih yang mana: peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau
sendiri, optimistis atau pesimistis, idealis atau materialis, dan sebagainya. Remaja

8
Ida Ayu Mas Ganggadewi Dwijayanthi, “Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Motivasi
Partisipasi Remaja Putri Pada Tradisi Omed-Omedan Di Banjar Kaja, Kelurahan Sesetan,
Denpasar”, (Skripsi-Bali), 2017, 11.
9
Sarlito W. Sarmono, Ibid, 30
10
Ida Ayu Mas Ganggadewi Dwijayanthi, Ibid, 11.
pria harus membebaskan diri dari Oedipoes Complex (perasaan cinta pada ibu
sendiri pada masa kanak-kanak) dengan mempererat hubungan dengan kawan-
kawan dari lain jenis.11

3. Remaja Akhir (late adolescence)

Masa remaja akhir berada pada rentang usia 16-19 tahun. 12 Tahap ini
adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa yang ditandai dengan pencapaian
lima hal, yaitu 13:

a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.


b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan
dalam pengalaman-pengalaman baru.
c. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
d. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti
dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.
e. Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan
masyarakat umum (the public).

Masa remaja, seperti masa-masa sebelumnya memiliki ciri-ciri khusus


yang membedakan masa sebelum dan sesudahnya. Hurlock (1991: 207 – 209)
menjelaskan ciri-ciri tersebut sebagai berikut:

1. Masa remaja sebagai periode penting, karena akibatnya yang langsung


terhadap sikap dan perilaku dan akibat jangka panjangnya, juga akibat fisik
dan akibat psikologis. Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai
dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat menimbulkan
pernyesuaian mental dan membentuk sikap, nilai dan minat baru.
2. Masa remaja sebagai periode peralihan, masa remaja merupakan peralihan
dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, sehingga mereka harus
meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan serta
memperlajari pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku dan
11
Sarlito W. Sarmono, Ibid, 30
12
Ida Ayu Mas Ganggadewi Dwijayanthi, Ibid, 11.
13
Sarlito W. Sarmono, Ibid, 30.
sikap yang sudah ditinggalkan. Pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak
dan juga bukan orang dewasa.
3. Masa remaja sebagai periode perubahan, selama masa remaja terjadi
perubahan fisik yang sangat pesat, juga perubahan perilaku dan sikap yang
berlangsung pesat. Sebaliknya jika perubahan fisik menurun maka diikuti
perubahan sikap dan perilaku yang menurun juga. Menurut Hurlock, ada 4
macam perubahan yaitu: meningginya emosi; perubahan tubuh, minat dan
peran yang diharapkan; berubahnya minat dan pola perilaku serta adanya
sikap ambivalen terhadap setiap perubahan.
4. Masa remaja sebagai masa mencari identitas, pada masa ini mereka mulai
mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan
teman-teman dalam segala hal, seperti pada masa sebelumnya. Namun adanya
sifat yang mendua, dalam beberapa kasus menimbulkan suatu dilema yang
menyebabkan krisis identitas. Pada saat ini remaja berusaha untuk
menunjukkan siapa diri dan peranannya dalam kehidupan masyarakat.
5. Usia bermasalah, karena pada masa remaja pemecahan masalah sudah tidak
seperti pada masa sebelumnya yang dibantu oleh orangtua dan gurunya.
Setelah remaja masalah yang dihadapi akan diselesaikan secara mandiri,
mereka menolak bantuan dari orangtua dan guru lagi.
6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan/kesulitan. Karena
pada masa remaja saering timbul pandangan yang kurang baik atau bersifat
negatif. Stereotip demikian memperngaruhi konsep diri dan sikap remaja
terhadap dirinya, dengan demikian menjadikan
7. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan/kesulitan. Karena
pada masa remaja saering timbul pandangan yang kurang baik atau bersifat
negatif. Stereotip demikian memperngaruhi konsep diri dan sikap remaja
terhadap dirinya, dengan demikian menjadikan
8. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik. Pada masa ini remaja
cenderung memandang dirinya dan orang lain sebagaimana yang diinginkan
bukan sebagaimana adanya, lebih-lebih cita-citanya. Hal ini menyebabkan
emosi meninggi dan apabila diinginkan tidak tercapai akan mudah marah.
Semakin bertambahnya pengalaman pribadi dan sosialnya serta kemampuan
berfikir rasional remaja memandang diri dan orang lain semakin realistik
9. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa, Menjelang menginjak masa
dewasa, mereka merasa gelisah untuk meninggalkan meninggalkan masa
belasan tahunnya. Mereka belum cukup untuk berperilaku sebagai orang
dewasa, oleh karena itu mereka mulai berperilaku sebagai status orang
dewasa seperti cara berpakaian, merokok, menggunakan obat- obatan dll,
yang dipandang dapat memberikan citra seperti yang diinginkan.14

Mengenali Karakter Remaja

Perkembangan remaja, ditandai dengan adanya beberapa tingkah laku,


baik tingkah laku positif maupun tingkah laku yang negatif. Hal ini dikarenakan
pada masa ini remaja sedang mengalami masa panca roba dari masa anak-anak ke
masa remaja. Perilaku suka melawan, gelisah, periode labil, seringkali melanda
remaja pada masa ini. Namun demikian, berkembangnya perilaku ini, pada
dasarnya sangat dipengerahui oleh adanya perlakukan-perlakuan yang berasal
dari lingkungan. Hal ini seringkali terjadi karena kurangnya pemahaman orang-
orang di sekeliling individu tentang proses dan makna perkembangan remaja.
Kondisi ini sebagaimana digambarkan Dusek dan Bezonsky, bahwa tingkah laku
negatif pada diri remaja, disebabkan adanya perlakuann lingkungan yang kurang
sesuai dengan tuntutan atau kebutuhan perkembangan remaja. Pada tahap
perkembangan ini, harus didukung oleh pemahaman orang tua terhadap kondisi
remaja yang sedang mencari jati dirinya. Oleh karena itu, peran orang tua sebagai
kawan dan sahabat lebih diperlukan pada masa ini dari pada peran orang tua
sebagai pengatur dan penentu keputusan.15

Masa remaja merupakan periode penting dari rentang kehidupan, suatu


periode transisional, masa perubahan, masa usia bermasalah, masa dimana
individu mencari identitas diri, usia menyeramkan (dreade), masa unrealism, dan
ambang menuju kedewasaan. Menurut Hall masa remaja merupakan masa ‘sturm
14
Silvia Arianti, Perkembangan Peserta Didik, (Palangkaraya: Universitas PGRI, 2016),
3.
15
Ida Umami, Psikologi Remaja, (Yogyakarta: Idea Press,2019), 2.
and drang” (topan dan badai), masa penuh emosi dan adakalanya emosinya
meledak-ledak, yang muncul karena adanya pertentangan nilai-nilai. Emosi yang
menggebu-gebu ini adakalanya menyulitkan, baik bagi si remaja maupun bagi
orangtua/orang dewasa di sekitarnya. Namun emosi yang menggebu-gebu ini
juga bermanfaat bagi remaja dalam upayanya menemukan identitas diri. Reaksi
orang-orang disekitarnya akan menjadi pengalaman belajar bahi si remaja untuk
menentukan tindakan apa yang kelak akan dilakukan.16

Menurut Blair& Jones, Ramsey, Mead, Dusek, Besonkey, mengemukakan


sejumlah ciri khas perkembangan remaja sebagai berikut17 :

1. Mengalami perubahan fisik (pertumbuhan) paling pesat,dibandingkan dengan


periode perkembangan sebelum maupun sesudahnya, pertumbuhan fisik pada
permulaan remaja sangat cepat. Tulang-tulang badan memanjang lebih cepat
sehingga tubuh nampak makin besar dan kokoh. Demikian juga
jantung,pencernaan, ginjal dan beragai organ tubuh bagian dalam bertambah
kuat dan berfingsi sempurna.
2. Memiliki energi yang berlimpah secara fisik dan psikis yang mendorng
mereka untuk berprestasi dan beraktivitas. Periode remaja merupaka periode
paling kuat secara fisik dan paling kreatif secara mentual sepanjang periode
kehidupan manusia.
3. Memiliki fokus perhatian yang lebih terarah kepada teman sebaya dan secara
berangsur melepaskan diri dari keterikatan dengan keluarga terutama orang
tua. Dalam beberapa aspek, keinginan yang kuat untuk melepaskan diri dari
orang tua belum dibarengi dengan kemampuannya untuk mandiri dalam
bidang ekonomi.
4. Memiliki ketertarikan yang kuat dengan lawan jenis. Pada periode ini, remaja
sudah mulai mengenal hubungan lawan jenis bukan hanya sekedar sebagai
kawan. Akan tetapi, hubungan sudah mulai cenderung mengarah kepada
saling menyukai.
16
Herlina, Bibliotheraphy: Mengatasi Masalah Anak dan Remaja melalui Buku,
(Bandung: Pustaka Cendekia Utama, 2013), 1.
17
Ida Umami, Psikologi Remaja, Ibid, 3.
5. Memiliki keyakinan kebenaran tentang keagamaan. Pada masa ini, remaja
berusaha menemukan kebenaran yang hakiki. Apabila remaja mampu
menemukannya dengan cara yang baik dan benar, maka ia akan memperoleh
ketenangan dan sebaliknya bila merasa tidak menemukakan kebenaran hakiki,
keyakinannya tentang agama akan menjadi goyah.
6. Memiliki kemampuan untuk menunjukkan kemandirian. Kemandirian remaja,
biasanya ditunjukkan pada kemampuan mereka dalam mengambil keputusan
terkait dengan kegiatan dan aktivitas mereka.
7. Berada pada periode transisi antara kehidupan masa kanak-kanak dan
kehidupan orang dewasa. Oleh kerena itu, mereka akan mengalami berbagai
kesulitan dalam hal penyesuaian diri untuk menempuh kehidupan sebagai
orang dewasa. Mereka bingung dalam mengahadapi diri sendiri dan sikap-
sikap orang di sekitar mereka yang kadang memperlakukan mereka senagai
anak, namun di sisi lain menuntut mereka bertingkah laku dewasa. Remaja
menuntut Kurt Lewin berada dalam posisi bingung dalam melakukan peran.
Diyakini bahwa ketidakmenentuan perlakuan orang dewasa terhadap remaja
mengalami konflik peran, terombang ambing dalam menentukan peran dan
meraka tidak stabil dan sulit diperkirakan tindakan mereka.
8. Percarian identitas diri. Pencarian identitas diri merupakan suatu kekhasan
perkembangan termaja untuk mengatasi periode transisi seperti dikemukakan
sebelimnya. Remaja ingin menjadi seorang yang dianggap benar dalam
menghadapi kehidupan ini. Oleh kerena itu, remaja memerlukan keyakinana
hidup yang benar untuk mengarahkan mereka dalam bertingkah laku.
Keyakinan hidup itu disebut filsafat hidup. Remaja butuh filsafat hidup agar
dapat memfungsikan dirinya secara sosial, emosional, moral dan intelektual
yang dapat menimbulkan kabahagiaan pada dirinya.
Minat pada pribadi remaja antara lain adalah sebagai berikut18:
a. Minat pada penampilan diri
Minat pada penampilan diri tidak hanya mencakup pakaian tetapi
juga mencakup perhiasan pribadi, kerapihan, daya tarik dan bentuk tubuh

18
Gatot Marwoko., “Psikologi Perkembangan Masa Remaja”, Tasyri’, 26 (2019), 73.
yang sesuai dengan gender mereka. Adanya hal ini akan membuat remaja
lebih populer.
b. Minat pada prestasi
Prestasi yang baik dapat memberikan kepuasan pribadi dan
keternaran. Inlah sebabnya mengapa prestasi,baik dalam olah raga, tugas –
tugas sekolah maupun berbagai kegiatan sosial, menjadi minat yang kuat
sepanjang masa remaja. Bila prestasi yang baik diharapkan memberi
kepuasan bagi remaja, maka prestasi itu mencakup bidang – bidang yang
penting bagi kelompok sebaya dan dapat menimbulkan harga diri dalam
pandangan kelompok sebaya. Misalnya, dalam hal sekolah.
c. Minat pendidikan
Besarnya minat remaja terhadap pendidikan sangat dipengaruhi
oleh minat mereka pada pekerjaan. Kalau remaja mengharapkan pekerjaan
yang menuntut pendidikan tinggi, maka pendidikan akan dianggap sebagai
batu loncatan. Biasanya remaja lebih menaruh minat pada pelajaran –
pelajaran yang nantinya akan berguna dalam bidang pekerjaan yang
dipilihnya.

d. Minat pada agama

Pada masa remaja, minat terhadap agama sangat penting karena


remaja sudah menganggap agama sangat penting bagi kehidupan mereka.
“Selain itu, adanya perpaduan antara agama dan akal memunculkan
kepribadian yang tangguh. Sebab, akal yang selalu berkembang dan agama
yang tidak mengenal kekeliruan menjadi faktornya”.
d. Minat pada seks dan perilaku seks
Pada masa remaja terjadi peningkatan minat pada seks, remaja
selalu berusaha mencari lebih banyak informasi mengenai seks. Mereka
memperoleh pengetahuan tentang seks lewat orang tua, di sekolah, teman
– teman, buku – buku, dll.

Remaja dan tantangan teknologi digital


Seiring berjalannya waktu teknologi pun semakin berkembang. Teknologi
tidak hanya membantu manusia dalam pekerjaan tetapi juga bisa dikatakan bahwa
teknologi sudah menjadi kebutuhan primer yang harus dipenuhi. Kemajuan
teknologi merupakan sesuatu yang tidak bisa terhindar bagi manusia karena
berjalan sesuai dengan perkembangan manusia dan ilmu pengetahuan. Kini dunia
sudah berada di era Industri 4.0 atau yang biasa disebut dengan Revolusi Industri
4.0, di mana pada era ini segala aspek di kehidupan manusia mengalami
otomatisasi dan digitalisasi. Semua objek sudah dilengkapi dengan sensor dan
mampu berkomunikasi sendiri dengan sistem informasi tanpa bantuan manusia.
Industri 4.0 menuntut manusia agar bisa mengimbangi kemajuan teknologi yang
sangat pesat. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan pola pikir dan perilaku
manusia yang dapat terlihat dari interaksi sosialnya. Era ini memaksa setiap
manusia dapat lebih terampil dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupan
yang ada dengan bantuan teknologi, khususnya bagi para remaja. Remaja, yang
saat ini lebih sering disebut dengan Generasi Z, sejatinya adalah generasi yang
bertanggung jawab atas masa depan bangsa ini. Namun, hal tersebut menjadi
tantangan yang tidak mudah dilakukan apabila para remaja belum siap
mengimbangi perkembangan teknologi.

Remaja adalah masa peralihan dari usia kanak-kanak ke usia dewasa. Pada
masa ini terjadi perubahan dan perkembangan pada diri remaja baik dari segi fisik,
sosial, maupun psikologis. Menurut Hurlock (1999), remaja adalah masa
peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang mencakup kematangan mental,
emosional, sosial, dan fisik.19 Selain itu, secara kognitif, beberapa ahli
mengatakan bahwa otak manusia mengalami perkembangan secara utuh pada
masa remaja. Hal ini didukung oleh pernyataan Piaget (2010), pada masa remaja
manusia memasuki perkembangan kognitif atau yang biasa disebut operasi formal
atau ketika mereka mengembangkan kapasitas pemikiran abstrak.20 Remaja pada
era saat ini pasti sudah mengenal dan terbiasa menggunakan gawai. Hal ini dapat
19
Elizabeth B Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Surabaya:Erlangga, 1980), 20.
20
https://kumparan.com/muhammad-rafly-dzulfikar/tantangan-bagi-remaja-indonesia-
pada-industri-4-0-1v0zhOm27RB
dipastikan bahwa perilaku dan kepribadian mereka akan berubah serta
berkembang seiring berjalannya waktu.

Dampak Buruk Internet Bagi Remaja

Industri 4.0 memberikan beberapa dampak yang baik atau buruk bagi para remaja,
contoh dampak buruknya adalah saat ini para remaja cenderung lebih menyukai
sesuatu yang mudah, cepat, dan viral. Hal ini merupakan sesuatu yang buruk
sebab dapat menumbuhkan rasa malas dan perilaku konsumtif bagi para remaja.
Menurut Lubis (dalam Sumartono, 2002) perilaku konsumtif merupakan perilaku
yang tidak lagi didasarkan pada pertimbangan rasional, tetapi karena keinginan
telah mencapai tingkat yang tidak rasional. Perilaku konsumtif melekat pada
seseorang bila orang tersebut membeli sesuatu di luar kebutuhan dan pembelian
lebih berdasar pada faktor keinginan. Tentunya hal tersebut bukan lah perilaku
yang baik bagi mereka.

Para remaja juga akan memiliki daya saing yang lemah dan sifat inisiatif yang
kurang ketika menghadapi persaingan serta tantangan pada era Industri 4.0 ini.
Rasa ingin tahu yang tinggi terhadap sesuatu yang unik mendorong mereka untuk
mencoba hal-hal baru. Saat mereka melihat tayangan pada berbagai aplikasi
penunjang internet cenderung akan mendorong mereka untuk meniru hal tersebut.
Hal ini dapat berdampak negatif jika sesuatu yang mereka tiru adalah hal
berbahaya dan menyalahi aturan serta norma yang berlaku. Orang tua harus lebih
waspada dalam melindungi anaknya dari bahaya yang bisa ditimbulkan oleh
internet. Langkah awal yang bisa dilakukan adalah dengan memahami dan
mempelajari aktivitas anak ketika menggunakan internet sehingga ketika mereka
melihat sesuatu yang menyalahi aturan serta norma yang berlaku, orang tua dapat
mengambil tindakan yang tepat dengan tidak menyalahkan atau melarang mereka
menggunakan internet lagi.

Industri 4.0 secara tidak langsung meminta sumber daya manusia yang berkualitas
yang dihasilkan oleh lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah dan universitas.
Namun tuntutan pada era ini bertolak belakang dengan tuntutan yang diberikan
oleh lembaga pendidikan. Era Industri 4.0 menuntut para remaja untuk kreatif,
berpikir kritis, bekerja sama, terampil berkomunikasi, atau bisa dikatakan lebih
mengedepankan soft skill tanpa mengesampingkan hard skill sedangkan
implementasi pembelajaran di lembaga pendidikan hanya menuntut para remaja
untuk pintar dan memiliki nilai yang bagus. Pengajar menyelenggarakan
pembelajaran selalu dengan metode “seperti biasanya” bukan “sebagaimana
harusnya” sehingga tidak memungkinkan para remaja untuk mengeksplorasi
lingkungan pendidikannya. Proses pembelajarannya pun masih sama seperti
tahun-tahun sebelumnya yang berarti sistemnya hanya berupa pengulangan dan
tidak mengasah soft skill mereka. Padahal di era Industri 4.0 pengetahuan
meningkat secara pesat dan tersebar di berbagai situs internet sehingga peran
pengajar yang awalnya sebagai informator sudah seharusnya menjadi mediator
serta fasilitator bagi para remaja.

Dampak Positif Teknologi

Era Industri 4.0 pun memberikan beberapa dampak yang baik bagi para remaja,
contohnya adalah sumber informasi yang luas akibat kemajuan teknologi. Dengan
memanfaatkan berbagai peramban yang tersedia, para remaja dapat dengan mudah
mencari berbagai informasi yang mereka butuhkan di berbagai situs internet, blog,
dan jurnal. Media komunikasi pun semakin berkembang sehingga sangat
memudahkan para remaja untuk berkomunikasi dengan orang lain tanpa
membuang-buang waktu dan tenaga.

Ketika berbagai aspek kehidupan sudah memiliki kaitan yang sangat erat dengan
teknologi tentunya hal ini dapat memudahkan berbagai kebutuhan para remaja,
contohnya adalah munculnya aplikasi transportasi online. Aplikasi ini mengubah
cara memesan transportasi menjadi lebih mudah dan cepat dengan biaya yang bisa
dikatakan sudah terukur dengan baik. Dalam aplikasi ini para remaja sudah
langsung terhubung dengan driver dan didukung dengan teknologi global
positioning system (GPS) untuk mengetahui posisi pemesan atau driver. Bagi para
remaja tentunya hal ini sangat menghemat waktu dan bermanfaat bila digunakan
sesuai porsinya tanpa membuat mereka menjadi malas.

Perkembangan teknologi digital pada era ini membuat setiap orang bebas
menyalurkan kreasi dan inovasinya. Terbukti dengan banyaknya content creator
yang bermunculan akhir-akhir ini. Mereka menyalurkan kreativitasnya ke dalam
sebuah konten (tentunya yang positif) untuk dijadikan hiburan bagi masyarakat,
khususnya para remaja. Para content creator dapat menjadi role model bagi para
remaja untuk lebih percaya diri dalam menyalurkan kreativitas serta inovasinya
sebagai bentuk pengembangan diri mereka. Ketika semakin banyak content
creator yang bersaing menggunakan kreativitasnya tentunya hal ini bagus untuk
kemajuan bangsa Indonesia sebab dapat meningkatkan standar kreativitas di
Indonesia.

Tantangan Teknologi Digital

Sejak awal terjadinya Industri 4.0 para ahli sudah menganggap bahwa hal tersebut
bukanlah sesuatu yang mudah diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Sebab tidak
semua remaja memiliki kompetensi dan kemampuan beradaptasi dengan baik.
Berikut adalah beberapa tantangan bagi remaja pada era Industri 4.0

● Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi

Beberapa ahli setuju bahwa remaja saat ini atau Generasi Z memiliki kercedasan
yang lebih baik dalam penggunaan teknologi dibandingkan generasi sebelumnya.
Hal itu didukung oleh definisi Menurut Hellen Chou P. (2012: 35), Generasi Z
atau yang kemudian lebih dikenal dengan generasi digital merupakan generasi
muda yang tumbuh dan berkembang dengan sebuah ketergantungan yang besar
pada teknologi digital.21 Hal tersebut menandakan bahwa para remaja yang
merupakan seorang siswa atau mahasiswa memiliki keterampilan yang lebih baik
dalam penggunaan teknologi. Para remaja lebih akrab dengan teknologi dan
memiliki akses informasi yang lebih mudah ketimbang generasi sebelumnya.
Namun dengan mudahnya mendapatkan informasi justru menjadi sebuah

21
Hellen Chou, Cyber Smart Parenting, (Jakarta:Visi Press), 2012, 30.
tantangan bagi para remaja. Mereka harus bisa menafsirkan dan mengolah
informasi tersebut dengan benar supaya tidak terjadi kesalahan interpretasi.

● Kemampuan Literasi

Kemampuan literasi yang masih minim menjadi permasalahan terbesar bagi


bangsa Indonesia, khususnya para remaja. Berdasarkan hasil dari penilaian yang
dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada tahun
2019 yaitu “Indonesian National Assessment Programme”, hanya 6,06 persen
siswa di Indonesia yang memiliki kemampuan literasi yang baik. Sisanya 47,11
persen cukup dan 46,83 persen lagi memiliki kemampuan membaca yang buruk .
Kemudahan mendapatkan informasi tanpa didukung dengan kemampuan literasi
yang baik akan menghasilkan ketidaksesuaian antara interpretasi para remaja dan
informasi yang sebenarnya. Buruknya kemampuan literasi pun akan membuat
mereka mudah percaya dengan berita hoaks.

● Kreatif, Inovatif, dan Percaya Diri

Teknologi memiliki kaitan erat dengan data atau dalam Industri 4.0 lebih dikenal
dengan big data yang menjadi sentral pada era digital ini. Integrasi antara
kreativitas dan peran big data yang didukung oleh keaktifan para remaja
memungkinkan berbagai peluang terjadi sebagai inovasi berkelanjutan yang
dibutuhkan pada masa depan. Namun tidak semua remaja memiliki rasa percaya
diri untuk menunjukkan daya kreatif dan inovatif yang mereka miliki.

Sebagai contoh ketika para siswa/mahasiswa sedang melakukan kerja kelompok


dalam memecahkan sebuah permasalahan , jika salah satu dari mereka sudah
mengemukakan sebuah opini dan mayoritas anggota kelompoknya sudah
mendukung opini tersebut, mereka yang tidak setuju dengan opini tersebut
cenderung “menyembunyikan” kreativitasnya dalam memecahkan masalah karena
mereka merasa kurang percaya diri dan menganggap opini yang sudah didukung
oleh mayoritas anggota kelompok tersebut adalah yang terbaik. Hal ini sangatlah
keliru sebab semua opini dari setiap anggota kelompok perlu disampaikan lalu
mereka perlu melakukan sebuah voting untuk menentukan opini mana yang dapat
diterima oleh seluruh anggota kelompok tersebut. Di Indonesia, seseorang akan
percaya diri ketika hasil kreativitas dan inovasinya diakui oleh banyak orang
sebab sebuah pengakuan sangatlah diperlukan oleh orang Indonesia. Justru hal
tersebut akan berdampak buruk jika rasa percaya diri yang dimiliki seseorang
tergantung pada pengakuan dari orang lain. Remaja yang memiliki daya kreatif
dan inovatif yang sangat baik pun tidak akan berkembang jika mereka masih
bergantung pada pengakuan dari orang lain.

Dalam menghadapi Industri 4.0 para remaja dituntut untuk mampu


berpikir kritis ketika mendapatkan informasi dari internet. Hal tersebut dapat
menjadi sebuah solusi agar mereka tidak mudah percaya dengan berita hoaks.
Dalam masalah ini ada dua hal yang perlu dilakukan oleh pemerintah. Pertama,
pemerintah perlu menyiapkan pelaksanaan pendidikan yang sesuai dengan
perkembangan zaman dan sumber daya manusia. Hal ini dapat direalisasikan
dengan menyeimbangkan pendidikan eksakta dan pendidikan humaniora.
Pendidikan eksakta berperan dalam pengembangan kemampuan untuk
menggunakan berbagai teknologi, sedangkan pendidikan humaniora berperan
dalam menjaga kualitas sumber daya manusia. Sebab teknologi berkembang
dengan sendirinya dan meninggalkan nilai-nilai kemanusiaan, hukum, dan agama.
Oleh karena itu, perkembangan teknologi perlu diimbangi dengan pendidikan
humaniora. Kedua, pemerintah perlu melakukan sebuah inovasi dalam membuat
satu situs atau aplikasi resmi yang dapat melakukan pengecekan terhadap suatu
berita atau informasi yang berupa hoaks.

Dalam situs atau aplikasi itu juga para remaja atau masyarakat difasilitasi
untuk melaporkan berita atau informasi hoaks yang mereka dapatkan. Langkah
pertama yang bisa dilakukan oleh para remaja adalah mereka harus memiliki rasa
ingin tahu yang tinggi. Rasa ingin tahu yang tinggi akan mendorong mereka untuk
mempertanyakan sebuah kebenaran dari asumsi yang didapatkan melalui sebuah
informasi. Langkah berikutnya adalah para remaja perlu membiasakan diri untuk
mempertanyakan hal-hal yang ada di sekelilingnya, misalnya, bagaimana proses
terjadinya hujan, bagaimana proses pembuatan kertas, dan berbagai proses lainnya
yang terjadi di sekeliling mereka. Dengan banyak bertanya, mereka akan mencari
tahu jawabannya melalui berbagai referensi dan secara tidak langsung akan
mengasah kemampuan berpikir kritis.

Dalam rangka mengatasi rendahnya kemampuan literasi, pemerintah perlu


membangun dan meningkatkan infrastruktur pendidikan terutama dalam
penyediaan listrik, perpustakaan digital, lab komputer, dan akses internet yang
memadai. Hal tersebut dapat mengatasi sulitnya penyediaan buku di daerah
terpencil dengan memanfaatkan perpustakaan digital yang terhubung dengan
internet. Saat ini sudah banyak perpustakaan digital yang memfasilitasi para
remaja untuk dapat membaca atau mengunduh buku secara gratis bahkan buku-
buku digital pun sudah tersedia versi audionya sehingga memudahkan mereka
untuk memahami isi buku tersebut tanpa merasa bosan. Para remaja perlu
membiasakan diri untuk menulis yang bisa dimulai dengan menulis blog atau
catatan harian. Biasanya pembaca yang baik adalah seseorang yang terampil
dalam menulis.22

Mengembangkan Potensi, Bakat dan Minat Remaja

Bakat adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir. Kemampuan itu jika
diberi kesempatan untuk berkembang melalui belajar, akan menjadi kecakapan
yang nyata. Sementara itu,apabila tidak dikembangkan melalui belajar,
kemampuan tersebut tidak akan menjadi kecakapan nyata. Bakat yang tidak
dikembangkan disebut bakat yang terpendam.23
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan
suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau
dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.24

22
https://kumparan.com/muhammad-rafly-dzulfikar/tantangan-bagi-remaja-indonesia-
pada-industri-4-0-1v0zhOm27RB, diakses pada tanggal 10 Maret 2021
23
Rudi Mulyaningsih, Bimbingan Pribadi-Sosisal, Belajar, dan Karier, (Jakarta:
Grasindo,2004),91.
24
Noor Komari Pratiwi, Pengaruh Tingkat Pendidikan, Perhatian Orang Tua, Dan Minat
Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Siswa Smk Kesehatan Di Kota
Tangerang”, Jurnal Pujangga, 1, (Desember 2015), 88.
Menjadi pribadi yang unggul di suatu bidang, akan menambah rasa
percaya diri pada  seorang  remaja. Pengertian remaja seperti yang dijelaskan
sebelumnya adalah masa transisi antara masa anak – anak menuju dewasa. Pada
masa ini terjadi perubahan di semua aspek, baik secara fisik, sosial, kepribadian
dan juga kognitif. Lalu timbul pertanyaan, bagaimana cara untuk menjadi pribadi
yang unggul? Banyak hal yang harus dilakukan. Yakni mengenal potensi yang ada
pada diri. Salah satunya adalah mengenal minat dan bakat.

Bakat merupakan kemampuan dasar yang dimiliki oleh setiap individu,


kemampuan ini dapat digunakan untuk  belajar, dalam jangka waktu yang cukup
pendek bila dibandingkan dengan orang lain hasilnya akan jauh lebih baik.
Pengertian bakat menurut Utami Munandar “1987” bahwa bakat dapat diartikan
sebagai kemampuan bawaan, yaitu potensi yang masih perlu dikembangkan dan
dilatih agar dapat terwujud. Sedangkan bakat menurut Howard Gardner
adalah aktivitas teratur yang dihargai masyarakat dan dapat dinilai berdasarkan
tingkat keahliannya. Sebagai contoh, menyanyi merupakan aktivitas yang bisa
disebut bakat, ketika aktivitas menyanyi tersebut dihargai oleh masyarakat, seperti
diberikan kesempatan untuk menyanyi di sebuah acara dan diapresiasi. Kartini
Kartono (1979) berpendapat bahwa Bakat mencakup segala faktor yang ada pada
individu sejak awal pertama dari kehidupannya yang kemudian menumbuhkan
perkembangan keahlian, kecakapan, dan keterampilan khusus tertentu. Bakat
bersifat laten potensial (dalam arti dapat mekar berkembang). 25

Dari beberapa pendapat yang ada dapat dikatakan bahwa bakat merupakan
interaksi antara faktor bawaan dan pengaruh lingkungan. Jadi dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa bakat adalah kemampuan dasar yang ada di dalam diri
manusia yang dibawa sejak lahir. Bakat ini berupa potensi yang masih perlu
dikembangkan dan dilatih agar berkembang menjadi suatu keahlian, kecakapan,
dan keterampilan khusus tertentu. Untuk menjadi suatu keahlian, kecakapan, dan
keterampilan khusus tersebut, seorang individu perlu menerima rangsangan

25
http://www.sarjanaku.com/2012/12/pengertian-minat-menurut-para-ahli.html, diakses
pada tanggal 10 Maret 2021.
berupa latihan-latihan yang sesuai dengan kemampuan dasar individu tersebut. 
Bakat tidak bersifat tunggal, melainkan sekelompok sifat yang secara
bertingkat akan membentuk bakat. Bakat bisa diwujudkan jika ada kesempatan
untuk berkembang atau dikembangkan. Sangat disayangkan bila seseorang tidak
mengetahui kemampuan yang terpendam bahkan sampai tidak mengembangkan
bakatnya.

Bakat tersebut terbagi menjadi dua jenis yaitu bakat umum dan bakat
khusus. Bakat umum adalah kemampuan yang dimiliki seseorang berupa potensi
dasar yang kebanyakan orang memilikinya. Sedangkan bakat khusus merupakan
kemampuan seseorang berupa potensi dimana tidak semua orang memilikinya.
Bakat ini ada sejak lahir dan terbawa sampai dewasa. Ketika bakat dipadukan
dengan minat akan menjadi kemampuan yang luar biasa.

Dengan adanya bakat memungkinkan seseorang mencapai prestasi dalam


bidang tertentu apabila mendapat latihan, pengalaman, pengetahuan, dan
dorongan ,akan tetapi bakat tidak akan menjadi prestasi tanpa adanya dukungan
dari minat yang tinggi. Maka dari itu minat merupakan satu faktor pendorong
berkembangnya suatu bakat. Dan keberadaan minat juga sangat dibutuhkan dalam
mpengembangan bakat remaja . Adapun salah satu tokoh John Holland (Azwar,
2004), yang mengatakan bahwa “minat sebagai aktivitas atau tugas-tugas yang
membangkitkan perasaan ingin tahu, perhatian, dan memberi kesenangan atau
kenikmatan. Maka dari itu minat dapat menjadi indikator dari kekuatan seseorang
di area tertentu dimana ia akan termotivasi untuk mempelajarinya dan
menunjukkan kinerja yang tinggi. Dan bakat akan sulit berkembang dengan baik
apabila tidak diawali dengan adanya minat untuk hal tersebut atau hal yang
berkaitan dengan bidang yang akan ditekuni. Dengan demikian minat dan bakat
sangatlah saling berkesinambungan satu sama lain. Seperti halnya menghitung
tanpa minat untuk hitung menghitung, seseorang tidak akan berkembang menjadi
seorang ahli matematika.
Dengan mengenal bakat, akan mempermudah dalam mengembangkan potensi
remaja, cara  mengenali bakat individu, salah satu caranya dengan mengamati
perilaku, yakni:

1. Jika seseorang cepat belajar dalam hal tertentu,


2. Asyik dengan aktivitas yang dilakukan,
3. Ada hasil yang bisa dilihat atau dinikmati oleh banyak orang, dan
4. Menimbulkan kepuasan bagi orang tersebut.
Yang paling akurat dalam mengenali potensi dengan melakukan tes bakat dan
minat, dimana tes ini dilakukan oleh tenaga profesional yaitu psikolog. Dengan
mengikuti tes psikologi akan lebih mudah bagi orang tua mengetahui dan
mengembangkan bakat serta minat anaknya. Bimbingan dari orang dewasa akan
sangat membantu bagi remaja untuk menjadi pribadi yang unggul. 26

Kesimpulan

Usaha untuk meningkatkan minat dan bakat remaja terlebih pada keluarga
adalah dengan melakukan tes bakat dan minat yang dilakukan oleh psikolog.
Bakat ini berupa potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar
berkembang menjadi suatu keahlian, kecakapan, dan keterampilan khusus
tertentu. Untuk menjadi suatu keahlian, kecakapan, dan keterampilan khusus
tersebut, seorang individu perlu menerima rangsangan berupa latihan-latihan yang
sesuai dengan kemampuan dasar individu tersebut.

Remaja dapat diartikan sebagai masa dimana seseorang sedang berada


pada masa transisi dari anak ke dewasa. Masa ini adalah masa yang sangat rawan
karena masa remaja adalah mas dimana seseorang terheran-heran mengenai
dirinya dan cenderung memilih teman yang sepemikiran dengan dirinya. Tahap
perkembangan pada remaja dibagi menjadi tiga tahapan yakni remaja awal,
remaja madya, dan remaja akhir.

Daftar Pustaka

26
https://cakrabuana.sch.id/2020/09/07/menggali-bakat-pada-remaja/, diakses pada
tanggal 10 Maret 2021.
Arianti, Silvia. Perkembangan Peserta Didik, Palangkaraya: Universitas PGRI,
2016.
Dwijayanthi, Ida Ayu Mas Ganggadewi. “Faktor-Faktor Yang Memengaruhi
Motivasi Partisipasi Remaja Putri Pada Tradisi Omed-Omedan Di Banjar
Kaja, Kelurahan Sesetan, Denpasar”, (Skripsi-Bali), 2017.
Fajarini, Febri dan Nuristighfari Masri Khaerani. “Kelekatan Aman, Religiusitas,
dan Kematangan Emosi pada Remaja”, Jurnal Psikologi Interaktif , 2
(2014).
Hellen Chou, Cyber Smart Parenting, Jakarta:Visi Press, 2012.
Herlina, Bibliotheraphy: Mengatasi Masalah Anak dan Remaja melalui Buku,
Bandung: Pustaka Cendekia Utama, 2013.
Holilurrohman, M. “Perbedaan Kenakalan Remaja Antara Remaja Yang Tinggal
Dengan Orang Tua Dan Remaja Yang Tidak Tinggal Dengan Orang Tua /
Kos Pada Siswa Sma Negeri 2 Malang”, (Skripsi-Malang), 2013.
Hurlock, Elizabeth. Psikologi Perkembangan, Surabaya:Erlangga, 1980.
Jannah, Miftahul. “Remaja dan Tugas-Tugas Perkembangannya dalam Islam”,
Psikoislamedia, 1 (2016).
Marwoko, Gatot. “Psikologi Perkembangan Masa Remaja”, Tasyri’, 26 (2019).
Mulyaningsih, Rudi. Bimbingan Pribadi-Sosisal, Belajar, dan Karier, Jakarta:
Grasindo,2004.
Putro, Khamim Zarkasih. “Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan Masa
Remaja”, Aplikasia, 17, (2017).
Sarmono, Sarlito W. Psikologi Remaja Edisi Revisi, Jakarta:Rajawali Pers, 2013.
Umami, Ida Psikologi Remaja, Yogyakarta: Idea Press, 2019.
Pratiwi, Noor Komari. “Pengaruh Tingkat Pendidikan, Perhatian Orang Tua, Dan
Minat Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Siswa Smk
Kesehatan Di Kota Tangerang”, Jurnal Pujangga, 1, (Desember 2015).
https://kumparan.com/muhammad-rafly-dzulfikar/tantangan-bagi-remaja-
indonesia-pada-industri-4-0-1v0zhOm27RB diakses pada tanggal 10 Maret
2021.
https://kumparan.com/muhammad-rafly-dzulfikar/tantangan-bagi-remaja-
indonesia-pada-industri-4-0-1v0zhOm27RB, diakses pada tanggal 10 Maret
2021
http://www.sarjanaku.com/2012/12/pengertian-minat-menurut-para-ahli.html,
diakses pada tanggal 10 Maret 2021.
https://cakrabuana.sch.id/2020/09/07/menggali-bakat-pada-remaja/, diakses pada
tanggal 10 Maret 2021.

Anda mungkin juga menyukai