Anda di halaman 1dari 18

Konsep Patofisiologi Sistem Perkemihan Dalam

Menyelesaikan Masalah Keperawatan

OLEH

NAMA KELOMPOK:
1. Essa Nalurita (202001023)

2. Inna Hidayatul Nisa (202001027)

3. Febry Eka Ardian Prastiwi (202001024)

4.Kartiko Putra A.S (202001028)

5. Erma Riatussaadah Farias Tutik (202001022)

6. Helmia Natasha Yunaeni (202001026)

7.Grafindi Sepfyanola Alfatik (202001025)

STIKES KARYA HUSADA KEDIRI

Ijin mendiknas RI No. 164/D/O/2005

Program Studi : Ilmu keperawatan (S1), Keperawatan (D3), Kebidanan (D3),

Bidan Pendidik (D4) Dan AKZI

Jl. Soekarno Hatta No. 07 Telp. (0354)399912 Fax 393888 Pare Kediri

Website : www.stikes-khkediri ac.id


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas
Rahmat, karunia, taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
kajian ini dengan judul “Konsep Patofisiologi Sistem Perkemihan Dalam
Menyelesaikan Masalah Keperawatan” ini merupakan salah satu pokok
bahasan mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan II. Semoga dengan adanya
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan bisa mengaplikasikanya.

Semoga makalah sederhana ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang


membacanya. Kami yakin makalah yang kami susun kasih jauh dari sempurna,
sekiranya makalah yang telah disusun ini terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam menyusun makalah ini, terutama dosen pembimbing.

Pare, 02 Maret 2020


DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar.......................................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................................ii

BAB I. Pendahuluan............................................................................................................4
1.1 Latar belakang..................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................4
1.3 Tujuan..........................................................................................................4

BAB II. Kajian Pustaka.......................................................................................................5


2.1 Konsep Fisiologi Sistem Perkemihan................................................................5
2.1.1 Pengertian......................................................................................................................5
2.1.2 Fisiologi Ginjal…………………………………………...................................9
2.1.3 Fisiologi Ureter ………………………………………………...........................9
2.1.4 Fisiologi Kandung Kemih ………………………….........................................9
2.1.5 Fisiologi Uretra …………………………………………..................................9
2.2 Konsep Patofisiologi Sistem Perkemihan Secara Umum.....................................10
2.2.1 Definisi Patofisiologi........................................................................ ..........10
2.2.2 Patofisiologi Penyakit..................................................................................11
2.2.3 Patofisiologi Tingkat Sel..............................................................................11
2.3 Konsep Patofisiologi Pada ISK........................................................................14
2.3.1 Definisi............................................................................................................ .........14
2.3.2 Klarifikasi..................................................................................................................14
2.3.3 Etiologi......................................................................................................................14
2.3.4 Manifestasi Klinis......................................................................................................14
2.3.5 Patofisiologi...............................................................................................................14
2.3.6 Pemeriksaan diagnostik.............................................................................................15
2.3.7 Penatalaksanaan.........................................................................................................15
2.3.8 Komplikasi................................................................................................................15
2.3.9 Prognosis...................................................................................................................16
2.3.10 WOC.........................................................................................................................16

BAB III. Penutup.................................................................................................................17


3.1 Kesimpulan...................................................................................................17

Daftar Pustaka…………………………………………………………………………...18
BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Sistem perkemihan merupakan organ vital yang berperan panting
dalam melakukan ekskresi dan melakukan eliminasi sisa-sisa hasil
metabolisme tubuh, dan dalam keseimbangan cairan dan elektrolit.
Sistem ini membuang dan mereabsorbsi air dan substansi terlarut dalam
darah, serta mengeliminasi setiap substansi yang tidak dibutuhkan dalam
tubuh. Organ dalam sistem perkemihan yaitu ginjal yang berfungsi untuk
menyaring dan membuang limbah, Kandung Kemih yang berfungsi
menyimpan urine hingga waktunya dikeluarkan oleh tubuh, Uretra yang
berfungsi untuk pengeluaran urine, ureter yang berfungsi mengalirkan
urine dari ginjal ke kandung kemih.Sistem perkemihan mempunyai dua
ginjal untuk menjaga fungsi eksresi. Organ ini memproduksi urin yang
berisikan air, ion-ion, senyawa-senyawa yang kecil.
Gangguan pada sistem perkemihan dapat disebabkan oleh beberapa
faktor yang salah satunya disebabkan oleh perkembangbiakan
mikroorganisme dalam saluran kemih atau biasa disebut infeksi saluran
kemih (ISK). Pada sistem perkemihan juga terdapat gangguan fungsi
ginjal yang disebut gagal ginjal kronis, penyakit ini disebabkan oleh
penyakit yang terjadi dalam rentan waktu yang panjang misalnya
hipertensi atau asam urat. Selain itu, endapan keras yang terbuat dari
mineral dan garam asam yang mengendap dalam urine yang
terkontaminasi juga dapat menyebabkan gangguan pada sistem
perkemihan yang disebut batu ginjal.
1.1Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah fisiologi system perkemihan ?
b. Bagaimanakah patofisiologi sistem perkemihan secara umum?
c. Bagaimana patofisiologi pada ISK (infeksi saluran kemih)?

1.2Tujuan
a. Untuk mengetahui fisiologi pada sistem perkemihan.
b. Untuk mengetahui patofisiologi pada sistem perkemiha secara
umum.
c. Untuk mengetahui patofisiologi pada ISK (infeksi saluran kemih).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Konsep Fisiologi Sistem Perkemihan

Sistem perkemihan merupakan organ vital yang berperan penting dalam


melakukan ekskresi dan melakukan eliminasi sisa-sisa metabolisme tubuh, dan
dalam keseimbangan cairan dan elektrolit. Sistem ini secara kontinu membuang
dan meeabsorbsi air dan substansi terlarut dalam darah serta mengeliminasi
setiap substansi yang tidak dibuthkan dalam tubuh.

Sistem perkemihan terdiri atas :

2.2.1 Ginjal
Fungsi : Ginjal memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat
toksis atau racun, mempertahankan suasana keseimbangan cairan,
mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan
mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan
amoniak.

Letak ginjal berada di kanan dan kiri tulang pinggang yaitu di dalam


rongga perut pada dinding tubuh bagian belakang (gambar a). Bentuknya
seperti biji kacang merah (gambar b). Ginjal di sebelah kiri letaknya lebih
tinggi daripada di sebelah kanan. Keduanya berwarna merah, karena banyak
darah yang masuk ke dalamnya. Cara darah mask ke ginjal yaitu dengan
melalui pembuluh arteri besar dan akan keluar dari ginjal lewat vena besar. 
Ginjal pun terdiri dari tiga lapisan (gambar c). Bagian luar disebut kulit
ginjal/korteks renalis yang berfungsi untuk menyaring darah, di bawahnya
medula renalis/sumsum ginjal berfungsi sebagai tempat berkumpulnya
pembuluh pembuluh halus yang mengalirkan urin ke saluran yang lebih
besar dan di bagian dalam terdapat rongga ginjal/pelvis renalis
yang berfungsi sebagai penampung urine sementara sebelum dikeluarkan
melalui ureter. Selain itu, ginjal tersusun atas lebih kurang 1 juta alat
penyaring yang disebut dengan nefron.

Nefron merupakan penyusun utama ginjal yang berperan penting dalam


proses penyaringan darah. Bentuknya terdiri dari komponen penyaring/badan
malpighi yang dilanjutkan oleh saluran-saluran/tubulus. Tiap badan malpighi
itu mengandung gulungan kapiler darah yaitu glomerulus yang berada dalam
kapsula bowman. Di sinilah, proses penyaringan darah dimulai.
Badan malpighi kemudian melanjutkan salurannya ke medula
renalis (bagian tengah ginjal) dan korteks renalis. Saluran-saluran itu adalah:

 Tubulus proksimal
 Lengkung henle: saluran ginjal yang melengkung pada daerah
medula, menghubungkan tubulus proksimal dengan tubulus distal.
 Tubulus distal
 Tubulus kolektivus (pengumpul) yang terdapat pada medula
 Proses pembentukan urin
a. Tahap Filtrasi

Pembentukan urine dimulai dari darah mengalir melalui arteri aferen


ginjal, masuk ke dalam glomerulus yang tersusun atas kapiler-kapiler darah.
Saat darah masuk ke glomerulus, tekanan darah pun menjadi tinggi sehingga
mendorong air dan zat-zat yang memiliki ukuran kecil akan keluar melalui pori-
pori kapiler, dan menghasilkan filtrat. Cairan hasil penyaringan tersebut (filtrat),
tersusun atas:

 Urobilin;
 Urea;
 Glukosa;
 Air;
 Asam amino;
 Ion-ion seperti natrium, kalium, kalsium, dan klor.

Filtrat selanjutnya disimpan sementara di dalam kapsula bowman dan


disebut urine primer. Tahapan pembentukan urine primer ini disebut
tahap filtrasi. Sementara itu, darah dan protein tetap tinggal di dalam kapiler
darah karena tidak dapat menembus pori-pori glomerulus.
b. Tahap Reabsorpsi

Urine primer yang terbentuk pada tahap filtrasi masuk ke tubulus proksimal.
Di dalamnya terjadi proses penyerapan kembali zat-zat yang masih diperlukan
oleh tubuh (tahap reabsorpsi). Glukosa, asam amino, ion kalium, dan zat-zat
yang masih diperlukan oleh tubuh juga diangkut ke dalam sel, kemudian ke
dalam kapiler darah di dalam ginjal. Sedangkan urea hanya sedikit yang diserap
kembali.

Cairan yang dihasilkan dari proses reabsorpsi disebut urine


sekunder yang mengandung air, garam, urea (penimbul bau pada urine), dan
urobilin (pemberi warna kuning pada urine). Urine sekunder yang terbentuk dari
proses reabsorpsi selanjutnya mengalir ke lengkung henle, kemudian menuju
tubulus distal. Selama mengalir dalam lengkung henle, air dalam urine sekunder
juga terus direabsorpsi.

c. Tahap Augmentasi

Pada bagian tubulus distal masih ada proses penyerapan air, ion natrium,
klor, dan urea. Di sinilah terjadi proses augmentasi, yaitu pengeluaran zat-zat
yang tidak diperlukan tubuh ke dalam urine sekunder. Ketika telah bercampur,
inilah yang merupakan urine sesungguhnya. Kemudian disalurkan ke pelvis
renalis (rongga ginjal). Urine yang terbentuk selanjutnya keluar dari ginjal
melalui ureter, menuju kandung kemih yang merupakan tempat menyimpan
urine sementara.

Kandung kemih memiliki dinding yang elastis dan mampu meregang untuk


dapat menampung sekitar 0,5 L urine. Proses pengeluaran urine dari dalam
kandung kemih disebabkan oleh adanya tekanan akibat adanya sinyal yang
menunjukkan bahwa kandung kemih sudah penuh. Kontraksi otot perut dan
otot-otot kandung kemih akan terjadi saat adanya sinyal penuh dalam kandung
kemih. Akibat kontraksi ini, urine dapat keluar dari tubuh melalui uretra.

2.1.2 Ureter
Fungsi : mengalirkan urine dari ginjal ke kandung kemih
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal
ke vesika urinaria. Panjangnya ±25-34 cm, dengan penampang 0,5 cm.
Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi
terletak pada rongga pelvis. Lapisan dinding ureter menimbulkan
gerakan-gerakan peristaltik yang mendorong urin masuk ke dalam
kandung kemih.
Lapisan dinding ureter terdiri dari:
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah lapisan otot polos
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
2.1.3 Kandung kemih atau vesika urinaria
Fungsi : tempat urine dikumpulkan dan disimpan sementara
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini
berbentuk seperti buah pir (kendi). Letaknya di belakang simfisis pubis di
dalam rongga panggul. Vesika urinaria dapat mengembang dan
mengempis seperti balon karet.
2.1.4 Uretra
Fungsi : mengalirkan urine dari kandung kemih ke luar tubuh
Uretra adalah sebuah saluran yang keluar dari dasar kandung
kemih ke permukaan tubuh. Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2
cm, terdiri dari:
a. Uretra pars prostatika
b. Uretra pars membranosa
c. Uretra pars spongiosa.
Uretra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm. sphincter
uretra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan
uretra disini hanya sebagai saluran ekskresi (Panahi, 2010).
2.2 Patofisiologi Secara Umum
2.2.1 Pengertian
Ilmu yang mempelajari proses dasar penyakit dinamakan patologi
umum. Dalam arti yang paling luas, Patologi adalah ilmu yang
mempelajari penyakit dan proses terjadinya suatu penyakit. Patologi
dapat menganalisis penyakit yang disebabkan oleh karena ada perubahan
struktur dan fungsi sel dan jaringan tubuh. Tujuan utama patologi yaitu
mengidentifikasi penyebab penyakit untuk memberikan petunjuk
penentuan program pencegahan, pengobatan dan perawatan terhadap
pasien

Patofisiologi adalah studi mengenai fungsi-fungsi yang mengalami


gangguan atau fungsi-fungsi yang berubah akibat proses penyakit.
Patofisiologi merupakan ilmu yang bersifat integratif yang
menggambarkan konsep-konsep dari banyak ilmu dasar dan klinis,
termasuk anatomi fisiologi. biokimia, biologi sel dan molekuler, genetika,
farmakologi dan patologi.

1.Definisi patofisiologi secara umum

Ilmu yang mempelajari gangguan fungsi pada organisme yang


sakit meliputi asal penyakit, permulaan perjalanan dan akibat.Bersifat
integratif yang menggambarkan konsep-konsep dari banyak ilmu dasar
dan klinis, termasuk anatomi, fisiologi, biokimia, biologi sel dan
molekuler, genetika, farmakologi dan patologi.

2. Definisi patofisiologi menurut KBBI

Patofisiologi merupakan gabungan dari kata fisiologi dan patologi.


Definisi fisiologi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cabang
biologi yg berkaitan dng fungsi dan kegiatan kehidupan atau zat hidup
(organ, jaringan, atau sel). Definisi patologi menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan ilmu
tentang penyakit atau dalam keadaan sakit/abnormal.

2.2.2 Patofisiologi Penyakit

Patologi adalah salah satu dasar ilmu kedokteran, dan memiliki


peranan yang sangat fundamental Sering kali diagnosis pasti suatu
penyakit ditegakkan dengan patologi (histopatologi). Sedangkan
pengertian Patologi dalam arti yang luas adalah bagian dari ilmu
kedokteran yang mengamati sebabdan akibat dari terjadinya penyakit atau
kelainan pada tubuh. Namun pengertian patofisiologi sendiri adalah
reaksi fungsi tubuh terhadap suatu penyakit yang masuk ke dalam tubuh.
Kata patologi berasal dari kata yunani PATOS-kandaan: LOGOS-ilmu
Jadi PATOLOGI diartikan mempelajari penyakit secara ilmu
pengetahuan ( scientific method).

2.2.3 Patofisiologi Tingkat Sel

1.Batasan

*Patobiologi

*Patologi

* Patofisiologi

2.Etiologi Perubahan "Reversibel" dan Irreversibel "pada sel

*Hipoksia, biasanya disebabkan oleh :

*Jejas fisik

* Jejas bahan kimia

*jejas biologik
*gangguan mekanisme imunologik

*gangguan nutrisi

*gangguan genetik

*proses penuaan

3.Patofisiologi tingkat sel

4.perubahan perubahan lain

5.pembentukan batu

6.kematian sel

7.perubahan post mortem kematian somatik

8.sel kanker

ETIOLOGI

*Etiologi suatu penyakit adalah penyebab penyakit tersebut atau inisiator


serangkaian peristiwa yang menyebabkan penyakit

Secara umum, penyebab penyakit dapat dikelompokkan:

a. Faktor genetik

b. Faktor lingkungan (bakteri, virus.jamur parasit bahan kimia.jejas fisik)

c. Multifaktorial (gabungan faktor genetic dan faktor lingkungan)

MANIFESTASI KLINIS

• Bahan/agen etiologi (penyebab) bekerja melalui jalan pathogenesis


(mekanisme) yang mengakibatkan suatu manifestasi klinis (tanda dan gejala
klinis karena kelainan bentuk, fungsi atau keduanya)
• Untuk mendeteksi manifestasi klinis diperlukan anammesis dan
berbagai pemeriksaan, Tidak hanya pemeriksaan fisik tetapi juga pemeriksaan
laboratorium, karena kelainan biokimia dalam suatu jaringan atau dalam darah
sudah terjadi sebelum munculnya kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan
fisik.

 Kelainan bentuk yang memunculkan manifestasi klinis

- Masa yang mengisi suatu ruang (misalnya : tumor) yang dapat


menghancurkan,memindahkan atau menekan jaringan disekitarnya

-Penimbunan materi yang berlebihan atau materi abnormal dalam suatu


organ (misalnya:hemosiderosis)

-Letak jaringan normal dari permukaan suatu organ (misalnya: ulserasi)


atau hilangnya jaringan dari dalam suatu organ (misalnya : infark)

-Obstruksi aliran nomal dalam suatu saluran (misalnya : asma, oklusi


vaskuler)

-Ruptur dari suatu ruang viskus (misalnya : perforasi usus)

•Kelainan fungsi yang memunculkan manifestasi klinis :

-Sekresi berlebihan dari produksi suatu sel (misalnya : mucus hidung


pada influenza. kadar hormone yang abnormal)

- Sekresi yang kurang atau tidak ada dari produksi suatu sel (misalnya :
tidak ada /kurangnya hormon insulin pada diabetes mellitus)

- Gangguan konduksi saraf

-Gangguan kontraktilitas struktur otot


2.3 Konsep Patofisiologi Pada ISK

2.3.1. Definisi
Infeksi perkemihan (ISK) adalah infeksi akibat berkembangbiaknya
mikroorganisme didalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air
kemih tidak mengandung bakteri, virus/mikroorganisme.
2.3.2 Klarifikasi
1. ISK Bawah
- Perempuan (sistitis : Prestasi klinis infeksi kandung kemih disertai
bakteriuria bermakna)
- Sindrom Uretra Akut (SUA) :Prestasi klinis sistitis tanpa
ditemukan mikroorganisme (Steril)
- Laki-laki (sistitis, prostatitis,epidimidis, dan uretritis)
2. ISK Atas
- Pielonefritis Akut (PNA) : proses infeksi parekim ginjal yang
disebabkan infeksi bakteri.
- Pielonefritis Kronis (PNK) : kemungkinan akibat lanjutan dari
infeksi bakteri berkepanjangan/ infeksi sejak masa kecil.
2.3.3 Etiologi
1. Usia
2. Gender
3. Prevalensi bakteriuria
4. Faktor predisposisi
2.3.4 Manifestasi Klinis
1. Anyang-anyangan
2. Sering kencing dan kesakitan saat kencing
3. Warna air seni kental/ pekat, merah bila ada darah
4. Nyeri pada pinggang
5. Demam
2.3.5 Patofisiologi
Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih atau urine bebas dari
mikroorganisme atau steril. Infeksi saluran kemih terjadi pada saat
mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih dan
berbiak di dalam media urine. Mikroorganisme memasuki saluran kemih
melalui cara :
1) Ascending
Kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal dari
flora normal usus dan hidup secara komersial introitus vagina,
preposium penis, kulit perineum dan sekitar anus. Infeksi secara
ascending (naik) terjadi melalui empat tahapan, yaitu :
a. Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus vagina
b. Masuknya mikroorganisme melalui buli-buli
c. Multiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung
kemih
d. Naiknya mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal
2) Hematogen (Descending)
Disebut demikian bila sebelummnya terjadi infeksi pada ginjal yang
akhirnya menyebar sampai ke dalam saluran kemih melalui peredaran
darah.
3) Limfogen (jalur limfatik)
Jika masuknya mikroorganisme melalui sistem limfatik yang
menghubungkan kandung kemih dengan ginjal namun ini jarang
terjadi.
4) Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau
eksogen sebagai akibat dari pemakaian kateter.
2.3.6 Pemeriksaan diagnostik
1. Analisa urin rutin
2. Infestigasi lanjutan harus berdasarkan indikasi klinis:
- USG
- Radiologi
- Isotop scanning
2.3.7 Penatalaksanaan
1. Non farmakologi
- Istirahat
- Diet
2. Farmakologi
- Antibiotik sesuai kultur
- Bila ada tanda-tanda urosepsis dapat diberikan imipenem/
kombinasi penisilin dengan aminoglikosida.
- Untuk ibu hamil dapat diberikan amoksisilin, nitrofurantion/
sefalosporin
2.3.8 Komplikasi
1. Sepsis
2. Striktur uretra
3. Kelahiran prematur dan bayi terlahir dengan BBLR
2.3.9 Prognosis

Prognosis pada ISK terbilang sangat baik, dengan pengobatan antibiotik


yang tepat maka penderita dapat sembuh sempurna.

2.3.10 WOC

Pengosongan kandung Mikroorganisme Sistoskopik, dekubitus


kemih tidak efektif, patogenik :E.Coli, terinfeksi, kontaminasi
imunitas dan mobilitas Proteus, Klebsiella, fekal
menurun pseudonomas

Perawatan tidak adekuat


Berkoloni divulva
Distensi kandung kemih

Masuk ke V.Urinaria
Resistensi terhadap
melalui uretra Penimbunan cairan
kandung kemih menurun
bertekanan dalam pelvis
& ureter/hidronetrosis

Pertumbuhan bakteri ISK


menigkat
Obstruksi aliran urine
Inflamasi hospitalisasi (urolitiasas, hipertrofi
Gangguan fungsi ginjal pada uretra prostate, jaringan parut
ginjal
Kurang
Nyeri akut pengetahuan
Perubahan pola
Infeksi eliminasi
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem


perkemihan organ vital yang berperan penting melakukan ekskresi dan
eliminasi sisa-sisa metabolisme tubuh, keseimbangan cairan dan elektrolit.
Sistem perkemihan terdiri atas:

1. Ginjal, berfungsi penting dalam pengeluaran zat-zat racun, mempertahankan


keseimbangan cairan, mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa,
memngeluarkan sisa-sisa metabolisme tubuh.

2. Ureter, berfungsi mengalirkan urine dari ginjal ke kandung kemih.

3. Kandung kemih, sebagai tempat penyimpanan urine sementara

4. Uretra, berfungsi mengalirkan urine dari kandung kemih ke luar tubuh

Patologi adalah ilmu kedokteran yang mempelajari penyakit dan proses


terjadinya penyakit karena terdapat perubahan struktur jaringan dan fungsi sel.
Sedangkan patofisiologi adalah ilmu yang mempelajari perubahan fungsi akibat
penyakit. Patofisiologi bersifat integratif yang menggambarkan konsep-konsep
dari ilmu dasar dan klinis. Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat
berkembangbiaknya mikroorganisme didalam saluran kemih, dalam keadaan
normal air kemih tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme.
Konsep patofisiologi ISK sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih bebas dari
mikroorganisme atau steril. ISK terjadi saat mikroorganisme masuk ke dalam
saluran kemih dan berkembangbiak didalamnya.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.ruangguru.com/blog/ginjal-struktur-dan-fungsi-ekskresi-
pada-manusia

http://repository.unimus.ac.id/1464/3/15.%20BAB%20II.pdf

https://myklass-fkik.umy.ac.id/mod/resource/view.php?id=12684
http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/kesehatan/article/download/4908/5172

Anda mungkin juga menyukai