KABUPATEN SUKOHARJO
TAHUN PELAJARAN
2009/2010
SKRIPSI
Oleh :
ENY KUSUMAWATI
NIM: X 3105004
SURAKARTA
2010
1
STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR
PENYEBABNYA PADA SISWA KELAS III SD NEGERI
MRANGGEN 05 KECAMATANPOLOKARTO
KABUPATEN SUKOHARJO
TAHUN PELAJARAN
2009/2010
Oleh :
ENY KUSUMAWATI
NIM: X 3105004
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Jurusan Ilmu Pendidikan
SURAKARTA
2010
2
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
3
PENGESAHAN
Disahkan oleh
Dekan
4
ABSTRAK
“ Anak – anak belajar dari kehidupannya. Jika anak dibesarkan dengan celaan
ia belajar memaki. Jika dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi.
Jika ia dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri. Jika dibesarkan
dengan pujian, ia belajar menghargai. Jika anak dibesarkan dengan sebaik –
baiknya perlakuan, ia belajar keadilan. Jika dibesarkan dengan kasih sayang
dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dan kehidupan “
6
PERSEMBAHAN
Kepada:
Dengan bahagia
7
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah mengajarkan ilmu
kepada segenap manusia dengan segala kelembutan-NYA. Segala puji bagi-NYA
yang telah menurunkan ujian-ujian sebagai tarbiyah untuk memahami kesabaran
dan nikmat perjuangan. Berkat pertolongan-NYA jualah, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Dra Chasiyah selaku ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak memnbantu dalam
kelancaran studi penulis.
4. Bapak Dr. Sutarno M. Pd, selaku dosen pembimbing I yang telah berkenan
meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi masukan atau ide-ide
terhadap penulisan skripsi ini.
8
5. Ibu Dra Chadidjah H.A M. Pd selaku pembimbing pembimbing II yang tetap
dengan sabar membimbing hingga penulisan skripsi ini selesai.
6. Bapak dan ibu Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu
Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta yang telah berkenan berbagi ilmu dan pengetahuan yang
begitu berharga kepada penulis selama perkuliahan.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
dengan ikhlas membantu dan memberikan semangat sampai terselesaikannya
skripsi ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini bukanlah maha karya yang
sempurna. Banyak kekurangan di dalamnya merupakan suatu keniscayaan. Akan
tetapi, semoga kehadirannya dapat memberikan manfaat bagi mereka yang suka
mencari pelajaran dan kebaikan dari hal-hal kecil.
Penulis
9
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGAJUAN...................................................................... ii
HALAMAN MOTTO............................................................................... vi
DAFTAR ISI............................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN.................................................................. 1
10
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian............................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian.......................................................................... 5
11
c. ...................................................................................... Langkah-
langkah Studi Kasus............................................................. 33
C. Sumber Data................................................................................... 35
1. Sumber Data Primer ................................................................... 35
2. Sumber Data Sekunder............................................................... 36
D. Teknik Pengumpulan Data............................................................. 36
1. Teknik Observasi........................................................................ 37
2. Teknik Wawancara..................................................................... 38
3. Teknik Dokumentasi .................................................................. 40
4. Kunjungan Rumah...................................................................... 40
E. Validitas Data ................................................................................. 41
F. Analisis Data................................................................................... 41
G. Prosedur Penelitian ....................................................................... 43
BAB V PENUTUP................................................................................ 88
A. Kesimpulan ................................................................................... 88
B. Implikasi ....................................................................................... 89
C. Saran ............................................................................................. 91
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 93
LAMPIRAN............................................................................................. 95
12
DAFTAR TABEL
Halaman
13
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
14
Lampiran 15 Hasil wawancara dengan subyek II ..........................................208
DAFTAR GAMBAR
Halaman
15
BAB I
PENDAHULUAN
16
orang tua yang dianggap sebagai pendidik yang utama dan bertanggung jawab
atas anaknya diposisikan pada suatu kondisi yang sulit, karena tidak jarang
mereka tidak mengetahui dan mengerti apa yang harus mereka lakukan,
sedangkan di sekolah guru sebagai pendidik kedua dimungkinkan kurang dapat
memahami dan mengerti perilaku yang dialami siswanya. Dengan demikian
perilaku hiperaktif yang dialami oleh siswa tidak mendapat penanganan secara
tepat. Sebagai contoh, guru yang bersikap acuh tak acuh dan mengabaikan
perilaku hiperaktif anak serta memandang bahwa anak hiperaktif adalah anak
yang nakal. Sikap orang tua dan guru yang demikian akan memberikan dampak
yang kurang baik bagi siswa yang berperilau hieparaktif pada perkembangan
selanjutnya. Dengan demikian antara orang tua dan guru diperlukan usaha kerja
sama untuk menghadapi anak yang berperilaku hiperaktif agar permasalahan yang
dihadapi anak hiperaktif tidak semakin komplek.
18
merupakan strategi yang lebih cocok untuk menjawab pertanyaan penelitian yang
berkenaan dengan how (bagaimana) dan why (mengapa) dengan penelitian yang
berfenomena komtemporer (masa kini).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
19
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Memberikan sumbangan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dalam
bidang keahlian bimbingan yang berkaitan dengan upaya untuk mengantisipasi
anak hiperaktif.
2. Manfaat praktis
a. Memberikan wawasan bagi guru untuk dapat mengetahui perilaku
hiperaktif siswa serta memberikan penanganan.
b. Menjadi rambu-rambu khususnya bagi guru pembimbing dalam mengenali
karakteristik perilaku hiperaktif dan mencari faktor-faktor penyebabnya.
c. Sebagai bahan acuan penelitian yang sama bagi peneliti berikutnya.
d. Memberikan masukan kepada kepala sekolah tentang perilaku hiperaktif
yang dihadapi siswanya yang dapat memberikan pengaruh terhadap proses
kegiatan belajar-mengajar sehingga sekolah dapat mencarikan solusi yang
terbaik dalam pemecahan masalah tersebut.
20
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Hiperaktif
a. Pengertian Hiperaktif
21
banyak gerak, emosi yang meledak-ledak, mudah putus asa dan kecil hati yang
akan mengakibatkan anak tidak memiliki teman ”.
b. Jenis-jenis Hiperaktif
22
dapat menarik perhatian, misalnya anak mudah teralih perhatiannya jika
mendengar suara di luar dan tidak dapat memperhatikan hal yang seharusnya
diperhatikannya.
ADHD yang disertai gangguan lain yaitu bentuk perilaku yang disertai
dengan berbagai gangguan seperti gangguan kognitif, gangguan tidur (sleep
disorder) yang akan mengakibatkan anak mengalami kesulitan dalam
memperhatikan sesuatu dengan detail serta anak mengalami masalah dalam
tidurnya seperti banyak gerakan ketika dia tidur.
c. Ciri-ciri Hiperaktif
Ada tiga ciri yang menandai hiperaktif pada anak, yaitu sebagai berikut:
1) sangat mudah terganggu oleh rangsangan dari luar, 2) menampakkan
aktivitas fisik yang terus menerus, 3) tidak mampu atau tidak dapat
berpikir seperti anak normal lainnya sehingga aktivitasnya bervariasi, 4)
gemetar pada saat menjwab pertanyaan guru, 5) ketakutan jika menjawab
pertanyaan guru. (Farnham & Diggory dalam Marlina, 2007: 7)
Prasetyono (2008: 107) mengatakan, “Ciri-ciri hiperaktif yang dialami
oleh anak ditandai dengan: 1) tidak fokus yang artinya anak hiperaktif
tidak dapat berkonsentrasi pada waktu yang lama, 2) sikap menentang,
yaitu anak hiperaktif cenderung untuk memiliki sikap menentang dan
tidak mau dinasehati sehingga aktifitasnya bervariasi dan tidak kenal
lelah, 3) memiliki perilaku yang distruktif dan merusak, 4) tidak sabar
24
dan usil ketika bermain dengan temannya, 5) intelektualitas rendah yang
disebabkan oleh perhatian yang mudah teralih”.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas terkait dengan jenis-jenis
hiperaktif dapat disimpulkan bahwa hiperaktif dapat ditandai dengan ciri-ciri yaitu
hiperaktif dengan jenis tingkat kurangnya daya perhatian (inattentive) di
antaranya 1) Gagal dalam memperhatikan hal-hal detail, 2) Mengalami kesulitan
Masalah yang dihadapi oleh anak yang hiperaktif menjadi beban bagi siswa itu
sendiri maupun orang lain. Izzaty (2005: 138) menyatakan bahwa “Permasalahan yang
dimungkinkan dialami oleh anak yang hiperaktif adalah problem bicara dan problem
kesehatan”. Lebih lanjut dapat diuraikan sebagai berikut:
25
Problem kesehatan secara umum dialami anak hiperaktif adalah memiliki
tingkat kesehatan fisik yang tidak sebaik anak lainnya. Beberapa gangguan seperti
asma, alergi, dan infeksi tenggorokan sering dijumpai. Pada saat tidur biasanya
juga tidak setenang anak lainnya. Banyak anak hiperaktif yang mangalami sulit
tidur dan sering terbangun di malam hari. Selain itu tingginya tingkat aktivitas
fisik membuat anak yang mengalami perilaku hiperaktif juga beresiko tinggi
untuk mengalami kecelakaan seperti terjatuh, terkilir, dan sebagainya.
Selain masalah yang telah terurai tersebut di atas masih ada lagi
permasalahan yang mungkin muncul pada siswa hiperaktif, antara lain: (1)
Masalah intelek (2) Masalah biologis, (3) Masalah emosi, (4) Masalah moral
”.(Rief, 1994: 6). Masalah intelek di antaranya adalah sulit dalam menyelesaikan
tugas sekolah dan tugas di rumah, sering tidak dapat berkonsentrasi, mudah lupa,
dan daya pikir penangkapannya lemah sehingga sulit untuk menghadapi pelajaran
seperti matematika. Masalah biologis yang mungkin muncul sering melakukan
gerakan tanpa henti dan tidak dapat beristirahat, sensitif terhadap bahan kimia,
obat, dan debu, sedangkan masalah emosi di antaranya adalah anak hiperaktif
bersifat egois, kurang sabar, sangat emosional, suka merusak, tidak takut bahaya,
dan sembrono. Lebih lanjut masalah moral yang mungkin muncul adalah anak
hiperaktif cenderung tidak memiliki kepekaan dalam hati nurani, sering tidak
mengembalikan barang yang ia pinjam, dan mencela pembicaraan orang lain
26
hiperaktif tersebut akan dipandang sebagai anak yang nakal dan tidak jarang mengalami
penolakan baik dari keluarga maupun dari teman-temannya. Seringnya orang tua dibuat
jengkel tidak jarang membuat orang tua sering memperlakukan anak kurang hangat.
Orang tua kemudian banyak mengontrol anak, penuh pengawasan, banyak mengkritik
bahkan tidak jarang memberi hukuman. Hal tersebut akan membuat anak beraksi untuk
menolak dan berontak. Baik anak maupun orang tua yang demikian akan membuat
situasi rumah menjadi kurang nyaman, akibatnya anak menjadi lebih mudah frustasi.
Kegagalan bersosialisasi di mana-mana akan menumbuhkan konsep diri yang negatif.
Anak akan merasa bahwa dirinya buruk, selalu gagal, tidak mampu dan ditolak.
Problem di sekolah. Hal ini ditunjukkan dengan ciri yang dialami oleh anak tidak
mampu mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan baik, konsentrasi yang
mudah terganggu, rentang perhatian yang pendek membuat siswa ingin cepat selesai
bila mengerjakan tugas-tugas sekolah serta kecenderungan berbicara pada situasi yang
tidak tepat sehingga akan mengganggu siswa tersebut dan teman yang diajak berbicara.
Hal demikian membuat guru akan menyangka bahwa siswa tersebut tidak
memperhatikan.
27
e. Dampak Hiperaktif
29
anak yang nakal karena tidak memperhatikan dan tidak dapat berkonsentarsi pada
saat pelajaran serta perilakunya yang suka bertengkar atau berselisih dengan
teman-temannya.
30
Faktor psikologis yang dimaksud di sini adalah dipengaruhi karena anak
kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya karena terlalu sibuk, sehingga
perilaku hiperaktif tampil dengan tujuan untuk mendapatkan perhatian dari
lingkungan, terutama orang tua.
31
melakukan apa yang menjadi kesenangannya dan tidak peduli dengan aturan yang
sudah ditentukan oleh orang lain.
32
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, faktor penyebab perilaku
hiperaktif dapat disebabkan oleh faktor pemanjaan, orientasi kesenangan,
kurangnya disiplin dan pengawasan dari orang tua, tuntutan orang tua yang terlalu
tinggi serta kondisi ibu pada saat hamil pada saat melahirkan, serta faktor genetik
atau keturunan.
Pemanjaan yang dimaksudkan adalah anak yang yang terlalu dimanja itu
sering memilih caranya sendiri agar terpenuhi kebutuhannya. Anak yang dimanja
biasanya pengarahan yang diberikan kepadanya berkurang dan kalau di sekolah ia
akan memilih berjalan-jalan dan berdiri sesukanya dari pada mendengarkan
pelajaran yang diberikan oleh guru.
Kondisi ibu pada saat hamil yang dimaksudkan adalah ibu ketika masa
hamil sering mengkonsumsi alkohol atau makanan yang tidak baik untuk janin
akan memberikan dampak pada anak yang dilahirkan akan berpeluang menjadi
anak hiperaktif.
Pada saat melahirkan pun juga akan berpengaruh untuk anak yang menjdi
anak yang hiperaktif, misalnya persalinan dalam waktu yang cukup lama serta
33
menggunakan alat bantu persalinan besar resiko untuk mengakibatkan anak
menjadi anak hiperaktif.
a. Pengertian Bimbingan
34
b. Fungsi Bimbingan
35
ini konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal
dan menyesuaikan dirinya secara dinamisdan konstruktif.
36
Fungsi pengembangan, yaitu fungsi bimbingan yang bersifat lebih
proaktif dari fungsi-fungsi bimbingan yang lain. Konselor senantiasa berupaya
untuk menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi
perkembangan konseli.
Berbicara secara pribadi kepada anak hiperaktif dengan penuh sikap kasih
sayang dan pengertian akan memberikan kesempatan pada anak dalam
mengekspresikan keinginan dan kekuatan dengan cara-cara tertentu, misalnya
dengan memberikan alternatif pada anak tentang kegiatan yang dapat
dilakukannya sehingga dapat menguragi emosi anak yang dapat menimbulkan
hiperaktifitas.
Selain itu pemberian tugas yang dapat menjamin keberhasilan anak juga
dapat dijadikan upaya untuk mengontrol dan meminialisir tingkat hiperaktifitas
42
anak. Dalam upaya pemberian tugas pun orang tua atau guru hendaknya tidak
menekankan pada kesalahan-kesalahan yang dilakukan anak, karena anak
hiperaktif yang mendapat tekanan terhadap kesalahan-kesalahannya akan
cenderung lebih mudah bosan dan berpindah kegiatan sehingga tugas yang
diberikan padanya tidak terselesaikan.
B. Kerangka Berpikir
Guru sekolah dasar sebagai guru kelas memiliki peran dan tugas
mengelola kegiatan belajae-mengajar. Sebagai pengelola guru dituntut memiliki
kemampuan yang tidak hanya sebagai penyaji materi pembelajaran, tetapi juga
diharapkan guru kelas mampu menjadi guru pembimbing bagi siswa khususnya
siswa yang bermasalah seperti siswa yang mengalami perilaku hiperaktif.
Salah satu unsur atau komponen dalam sistem pembelajaran adalah siswa,
terdapat siswa yang berperilaku normal dan siswa yang berperilaku hiperaktif.
Bagi siswa yang berperilaku hiperaktif memiliki keterbatasan dalam menerima
materi pelajaran yang diberikan guru kelas. Selain itu siswa yang berperilaku juga
mengalami masalah-masalah yang berkaitan dengan perilaku yang mereka alami,
sebagai contohnya siswa yang hiperaktif kurang dapat melakukan konsentrasi
pada hal-hal yang disampaikan oleh guru, banyak melakukan gerakan yang tidak
43
tepat pada waktunya serta siswa tersebut kurang dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan sehingga kurang mendapat penerimaan dari lingkungannya, oleh
karena itu perlakuan yang diberikan kepada siswa yang berperilaku hiperaktif
tidak boleh sama dengan siswa yang berperilaku normal. Akan tetapi dalam
memberikan penanganan pada siswa hiperaktif juga harus memperhatikan faktor-
faktor yang menyebabkan perilaku hiperaktif tersebut, karena setiap siswa yang
berperilaku hiperaktif dimungkinkan oleh faktor penyebab yang berbeda-beda.
Faktor-faktor penyebab perilaku hiperaktif tersebut dapat dibedakan menjadi dua
yaitu faktor human dan faktor non human. Faktor human di antaranya adalah
pemanjaan, orientasi kesenangan, kurangnya disiplin dan pengawasan dari orang
tua serta tuntutan orang tua yang terlalu tinggi, sedangkan faktor non human
sebagai penyebab perilaku hiperaktif di antaranya adalah kondisi ibu pada saat
hamil dan melahirkan, faktor genetik atau keturunan serta zat penambah pada
makanan.
44
Dari uraian di atas apabila digambarkan dalam kerangka pemikiran
mengenai perilaku hiperaktif tersebut adalah sebagai berikut:
Siswa
berperilaku
normal
Perilaku
siswa di
Alternatif
sekolah
bimbingan
Siswa yang
berperilaku diberikan
hiperaktif
Faktor-
faktor
penyebab
hiperaktif
45
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Bentuk Penelitian
46
nuansa. Dengan demikian hasilnya akan lebih bermakna dari pada sekedar
pertanyaan maupun frekuensi dalam bentuk angket semata.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi kasus tentang perilaku anak hiperaktif
siswa kelas III di SD Negeri Mranggen 05 Kecamatan Polokarto Kabupaten
Sukoharjo. yang termasuk pendekatan kualitatif. Moleong (2004: 2)
menjelaskan bahwa penelitian kualitatif diartikan sebagai penelitian yang
tidak mengadakan perhitungan. Lebih lanjut Sutopo (2003: 24) menegaskan
metode diskriptif kualitatif mampu mengungkap berbagai informasi kualitatif
dengan diskripitf yang penuh nuansa, dengan demikian hasilnya akan lebih
bermakna dari pada sekedar pertanyaan.
47
b) Tujuan Studi Kasus
Selaras dengan pengertian studi kasus di atas, tujuan dari studi kasus
adalah untuk: (a) Memahami pengertian karakteristik topik penelitian, (b)
Memahami permasalahan yang terkandung di dalam suatu kasus, (c) Memiliki
wawasan tentang akibat yang akan timbul apabila kasus tidak ditangani, (d)
Memiliki wawasan tentang upaya pemahaman seluk-beluk dan sumber
permasalahan, (e) Penanganan kasus pada umumnya, (f) Memiliki sikap
tentang berat ringannya suatu kasus (Moleong, 1988: 110).
48
(1) Merumuskan tujuan penelitian.
(2) Menentukan unit-unit studi, sifat mana yang akan diteliti, dan hubungan
apa yang akan dikaji serta proses apa yang akan menuntun penelitian.
(3) Menentukan rancangan serta pendekatan dalam memilih unit-unit dan
teknik pengumpulan data mana yang akan digunakan serta sumber data
apa yang tersedia.
(4) Mengumpulkan data.
(5) Mengorganisasikan informasi serta data yang terkumpul dan analisa data
untuk membuat interprestasi serta generalisasi.
(6) Menyusun laporan dengan memberikan kesimpulan serta implikasi dari
hasil penelitian.
(1) Merumuskan tujuan yang akan dicapai. Apakah yang akan dijadikan unit
studi dan sifat-sifat, saling berhubungan proses mana yang akan
menuntun penelitian.
(2) Merancang cara pendekatan. Bagaimana unit itu akan dipilih, sumber data
mana yang tersedia, serta metode pengumpulan data mana yang akan
digunakan.
(3) Pengumpulan data.
(4) Mengorganisasikan data dan informasi yang diperoleh itu menjadi
rekontruksi unit studi yang koheren dan terpadu secara baik.
(5) Meyususn laporan serta mendeskripsikan makna hasil tersebut.
(1) Persiapan, dalam langkah persiapan ini ditentukan tujuan dari penelitian
kasus serta subyek yang benar-benar memiliki masalah. Dalam hal ini
tujuan yang ditetapkan oleh peneliti dan yang ingin dicapai oleh peneliti
adalah untuk mendeskripsikan karakteristik hiperaktif dan faktor-faktor
49
penyebab hiperaktif pada siswa Kelas III SD Negeri Mranggen 05
Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo.
(4) Pengolahan data dan pengumpulan data, data yang telah terkumpul diolah
sehingga dapat diketahui hubungan antara data satu dengan data yang
lainnya. Dengan mengolah data dan informasi yang telah terkumpul dapat
bermanfaat untuk menarik sebuah kesimpulan.
C. Sumber Data
50
tentang perilaku hiperaktif dan faktor-faktor penyebabnya. Sumber data
tersebut diperoleh dua hal yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.
Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah orang yang dekat
dengan subyek, seperti wali kelas, teman dekat, orang tua subjek. Selain itu
berupa dokumen-dokumen atau berkas-berkas yang tersimpan di kantor SD
Negeri Mranggen 05 yang mendukung penelitian. Dokumen ini dapat berupa
daftar identitas siswa. Hal ini berguna untuk mengetahui identitas siswa yang
berperilaku hiperaktif.
51
Sumber data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
untuk mendapatkan keterangan serta identitas siswa Kelas III untuk
mendapatkan nama siswa Kelas III yang mengalami perilaku hiperaktif.
1. Teknik Observasi
53
penelitian yaitu mengenai hiperaktif siswa yang dijadikan subyek penelitian,
(2) Menetapkan subyek penelitian yang sesuai dengan karakteristik hiperaktif,
(3) Mengadakan observasi terhadap subyek penelitian yang dilakukan pada
saat kegiatan belajar-mengajar dan pada saat istirahat.
Data yang diperoleh dari hasil observasi diharapkan berupa data yang
faktual, sehingga hal ini selain dapat digunakan sebagai data pendukung
terhadap fokus penelitian juga dapat digunakan untuk memeriksa keabsahan
data yang telah diperoleh sebelumnya melalui metode pengumpulan data yang
lain.
2. Teknik Wawancara
54
wawancara. Tujuan diadakan wawancara yaitu untuk mengetahui (a)
Mengungkap karakteritik siswa hiperaktif baik di kelas maupun di luar kelas
dan faktor-faktor penyebabnya, (b) Karakteristik tingkah laku siswa dan hal-
hal lain yang berkenaan dengan diri siswa di lingkungan keluarga dengan
mengadakan wawancara dengan orang tua. Langkah-langkah yang digunakan
peneliti dalam teknik wawancara adalah (a) Membuat kisi-kisi dan pedoman
wawancara terkait dengan karakteritik hiperaktif dan faktor-faktor yang
mempengaruhi hiperaktif, (b) Mengadakan wawancara dengan pihak-pihak
yang terkait dengan subyek penelitian di antaranya adalah guru atau wali kelas
III, dan teman siswa.
3. Teknik Dokumentasi
55
misalnya buku-buku dan catatan lainnya. Dalam penelitian ini dokumen yang
digunakan berupa raport dan buku pribadi. Raport dan buku pribadi ini
digunakan pada awal penelitian untuk mengetahui identitas siswa yang
bermasalah dengan perilaku hiperaktif.
Pelaksanaan home visit perlu direncanakan dengan baik agar data yang
diperoleh sesuai dengan yang dibutuhkan. Tahap pelaksanaan home visit adalah
(a) Permohonan izin kepada guru kelas, (b) Menyiapkan pedoman wawancara,
(c) Melaksanakan wawancara dengan orang tua subyek, (d) Mencatat hasil
wawancara, (e) Menganalisis hasil wawancara.
E. Validitas Data
56
Menurut Sutopo (2002: 78) dalam penelitian deskriptif kualitatif untuk
menguji kesahihan data digunakan triangulasi sumber, triangulasi metode,
triangulasi peneliti, dan tringaulasi teori.
F. Analisis Data
Menurut Sutopo (2003: 18) “Dalam proses analisa ada tiga komponen
yang harus disadari oleh peneliti. Tiga komponen tersebut adalah (1) Reduksi
data, (2) Penyajian data, (3) Penarikan kesimpulan atau verifikasi”. Selaras
57
dengan Rohidi (1992: 16—21) menyatakan: “Analisis data kualitatif terdiri
dari 3 alur kegiatan: (1) Reduksi (2) Penyajian data (3) Menarik kesimpulan
dan verifikasi”. Lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut:
G. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaporan hasil penelitian ini adalah pelaporan hasil penelitian. Pada
tahap ini setelah penulis merangkum, mencatat, menganalisis dan
mendeskripsikan semua hasil penelitian yang berupa data kualitatif kemudian
disusun secara sistematis sebagai bahan pelaporan hasil penelitian.
60
BAB IV
62
Berdasarkan hasil pengamatan dari beberapa siswa yang ada di
lingkungan sekolah terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
perilaku siswa, yaitu siswa yang mengalami perilaku hiperaktif. Berdasarkan
hasil observasi yang dilakukan peneliti tentang perilaku siswa yaitu siswa yang
mengalami perilaku hiperaktif tersebut di awal penelitian, dapat dideskripsikan
perilaku hiperaktif tersebut sebagai berikut:
a. Tangan selalu memukul-mukul meja sehingga menimbulkan suara gaduh.
b. Memain-mainkan pensil atau benda yang ada di depannya sehingga
timbul suara berisik pada waktu kegiatan belajar-mengajar.
c. Menggoyang-goyangkan kaki pada saat mengerjakan tugas.
d. Berlarian saat di dalam kelas.
e. Mondar-mandir pada waktu pelajaran berlangsung.
f. Keluar masuk kelas dengan berbagai alasan.
a. Subyek I
63
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
Kelas : III
Jumlah saudara :3
Pekerjaan : Polisi
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Agama : Islam
sedang diderita
1) Fisik Subyek
64
Gambaran fisik subyek yang lainnya adalah, subyek sering mengalami
sakit di pergelangan tangan atau kaki. Hal tersebut subyek alami karena
perilaku hiperaktif subyek seperti sering naik turun tangga di dalam
rumah, sering naik pohon yang ada di lingkungan rumah serta gerakan
tangan dan kaki subyek yang seolah-olah seperti gerak reflek, sehingga
subyek sering mengalami cidera atau sakit fisik karena perilakunya
tersebut.
2) Aktifitas Subyek
65
Hubungan subyek dengan teman, baik di rumah dan di sekolah
juga tidak jauh berbeda. Dalam bergaul dengan lingkungan sekitar subyek
selalu ingin menjadi pemimpin dalam permainan, ingin menang sendiri
dan tidak mau kalah dengan teman-temannya yang lain.
Kedua orang tua subyek merupakan orang tua yang jarang berada
di rumah. Ayah subyek bekerja sebagai polisi yang tidak tentu jadwal
pekerjaannya, sedangkan ibu subyek bekerja sebagai PNS. Kedua orang
tua subyek merupakan orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya.
Berangkat bekerja pagi dan pulang sore hari atau bahkan malam hari.
Kedua kakak subyek juga tidak tinggal bersama dengan orang tua, karena
bekerja dan kuliah di luar kota. Kondisi yang demikian membuat subyek
jarang berkumpul dengan kedua orang tuanya serta membuat subyek
hanya ditemani dengan pembantu di rumah. Hubungan subyek dengan
pembantu lebih dekat disbanding dengan orang tuanya, karena segala
sesuatu yang dibutuhkan subyek dibantu oleh pembantu, dari hal yang
dibutuhkan subyek sebelum berangkat sekolah hingga subyek pulang
sekolah, seperti peralatan sekolah hingga baju yang digunakan subyek
sepulang sekolah.
66
waktu dan tidak diperbolehkan main di luar rumah tanpa ditemani oleh
pembantunya. Hal tersebut dilakukan orang tua subyek dengan alasan
bahwa subyek merupakan anak laki-laki dalam keluarga dan
menginginkan subyek kelak dapat menjadi pemimpin yang lebih
dibanding orang tua. Selain hal tersebut, orang tua subyek terdapat
kekhawatiran jika subyek salah bergaul dengan lingkungan sekitar,
sehingga mereka memperlakukan subyek dengan demikian.(K.W.OT.SI)
b. Subyek II
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
Kelas : III
Jumlah saudara :2
Alamat : Godegan
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
67
Nama ibu : Sumami
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
sedang diderita
1) Fisik Subyek
2) Aktifitas Subyek
69
hingga sore hari. di rumah nenek subyek juga kurang memperhatikan
aktifitas subyek. Kondisi demikian yang akhirnya membuat subyek dapat
berperilaku sekehendak dirinya karena tidak ada yang mengontrol
perilaku subyek, apalagi saudara subyek juga mengalami perilaku
hiperaktif yang sama dengan subyek.
c. Subyek III
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
Kelas : III
Jumlah saudara :2
Pekerjaan : Buruh
Agama : Islam
Agama : Islam
sedang diderita
1) Fisik Subyek
Gangguan fisik lain yang sering subyek alami sama halnya kedua
subyek lainnya yaitu sering mengalami gangguan kesehatan fisik seperti
kaki atau tangan yang terkilir akibat perilaku hiperaktif yang subyek
alami seperti banyak melakukan gerakan tangan dan kaki di antaranya
sering memukul-mukul meja atau benda yang ada di sekitarnya. Selain itu
subyek juga senang bersepeda baik di dalam dan di luar rumah dengan
menunjukkan perilaku hiperaktifnya seperti banyak bergerak ketika
bersepeda dan tidak berpikir jika subyek akan terjatuh atau mengalami
luka dengan perilakunya tersebut.
2) Aktifitas Subyek
71
Aktifitas subyek ketika berada dirumah dan di sekolah juga
menunjukkan perilaku hiperaktif. Perilaku hiperaktif yang sering subyek
lakukan ketika berada di rumah di antaranya adalah sering melakukan
gerakan tangan dan kaki di antaranya sering memukul-mukul meja, sering
menggerakkan tangan dan kaki dalam keadaan di ajak berbicara orang
lain. Selain hal tersebut perilaku hiperaktif yang subyek alami adalah
tidak dapat duduk tenang dalam kondisi yang tidak tepat seperti pada
waktu makan.(K.W.OT.SIII)
72
pedesaan lainnya, seperti orang tua yang sibuk dengan bekerja tanpa
memperhatikan kegiatan yang dilakukan subyek ketika dirumah dan di
sekolah, walaupun sekedar menanyakan kegiatan di sekolah atau yang
menjadi PRnya. Orang tua yang merupakan pendidik pertama dan utama
dalam sebuah keluarga kurang dalam memberikan perhatian dan
pengawasan terhadap anak pada saat dirumah, misalnya menanyakan
kegiatan subyek ketika di sekolah, menanyakan problem yang dihadapi
subyek, serta bagaimana ketika subyek bermain dengan teman-temannya.
Orang tua subyek membiarkan subyek berperilaku seenaknya seperti
perilaku hiperaktif yang dialami oleh subyek. Kedua orang tua subyek
juga lebih mengutamakan untuk bekerja untuk mencukupi kebutuhan
keluarga subyek sehari-hari. Hal tersebut membuat subyek merasa tidak
memiliki waktu yang cukup dengan kedua orang tuanya untuk
mendapatkan kasih sayang.
73
1. Perilaku Hiperaktif
a. Subyek I
1) Hasil Observasi
2) Hasil Wawancara
75
dalam kelas ketika guru menyampaikan materi, (c) Sering tidak
memperhatikan penjelasan guru dan asyik bermain sendiri, sehingga
mengakibat subyek I pada waktu pelajaran ulangan sering menyontek dan
dengan memaksa. Hal tersebut juga merupakan memicu kemarahan teman-
temannya, sehingga subyek memilki hubungan sosial yang tidak baik
dengan teman-temannya dan dijauhi oleh teman-temannya.
76
tidak jera, (b) Sering tidak mendengarkan dan terlihat cuak ketika diajak
berbicara oleh orang tuanya, (c) Ceroboh dalam menyimpan peralatan
bermain dan sekolahnya, (d) Sering melakukan gerakan tangan dan kaki
ketika berada di rumah sehingga sering memicu kemarahan orang tua, (e)
Tidak sabaran jika harus mengggu keinginannya untk segera dipenuhi, (f)
Tidak bisa memfokuskan perhatiannya pada satu hal kegitan yang
dilakukannya.
(a) Aktifitas fisik yang dilakukan subyek I dengan perilaku hiperaktif yang
dialaminya adalah melakukan gerakan tangan dan kaki di antaranya
adalah tangan selalu memukul-mukul meja sehingga menimbulkan suara
gaduh serta menggoyang-goyangkan kaki pada saat mengerjakan tugas.
Tidak dapat duduk dengan tenang, yang ditandai dengan menggeliat di
kursi ketika guru meyampaikan materi, mondar-mandir dan suka
berpindah tempat dari tempat duduknya ketempat duduk temannya.
(c) Hubungan dengan lingkungan sekitar baik dengan teman dan guru,
subyek I cenderung memiliki sedikit teman dan dijauhi serta dimusuhi
oleh teman-temannya karena subyek sering bertengkar dan berkelahi
dengan teman-temannya. Hubungan gurupun, subyek I dicap sebagai
anak yang nakal karena suka berkelahi dengan teman dan pada waktu
77
kegiatan belajar-mengajar sering tidak fokus dan tidak memperhatikan
penjelasan guru, sehingga guru menganggap bahwa subyek I merupakan
anak yang nakal dan suka membuat gaduh pada waktu kegiatan belajar-
mengajar.
(d) Selain hal tersebut di atas, perilaku hiperaktif yang dialami oleh subyek I
yang lainnya adalah sering mengadu kehilangan benda-benda
permainannya serta peralatan sekolah karena subyek cenderung ceroboh
dalam mengerjakan sesuatu, tidak telaten dalam menyimpan alat-alat
yang dimilikinya, sering menunjukkan sikap cuek dan tidak
memperhatikan ketika diajak berbicara dengan orang lain dan cenderung
semaunya sendiri, tergesa-gesa dalam mengerjakan tugas dan cenderung
lebih memilih menyontek, cepat mengalami kejenuhan atau bosan
dengan kegiatan bermain yang dilakukannya serta waktu yang dilakukan
dalam permainan cenderung singkat.
b. Subyek II
1) Hasil Observasi
78
merupakan siswa yang tidak dapat duduk dengan tenang. Perilakunya
seperti banyak (a) Melakukan gerakan pada waktu duduk, (b) Sering
berpindah tempat dari bangkunya kebangku temannya yang lain, (c) Sering
keluar masuk kelas dengan alasan ke kamar mandi atau pergi kekantin
sekolah, (d) Mondar-mandir atau berlarian di dalam kelas pada saat disuruh
mengerjakan tugas dan pada waktu guru menjelaskan materi.
2) Hasil Wawancara
79
Penulis melakukan wawancara terhadap siswa berperilaku hiperaktif
(subyek II), teman siswa, guru kelas, guru bahasa inggris dan orang tua.
Kegiatan wawancara dilakukan pada saat di sekolah dan di rumah subyek.
Hasil dari kegiatan wawancara dapat penulis deskripsikan sebagai berikut:
Hasil yang diperoleh dari kegiatan wawancara terhadap teman dan guru
kelas serta guru bahasa inggris menyatakan bahwa subyek II merupakan
salah satu siswa hiperaktif. Berbeda dengan subyek I, subyek II Merupakan
siswa hiperaktif yang sudah terlihat sejak kelas I. Perilaku hiperaktif yang
dilakukan oleh subyek II memberikan dampak terhadap subyek II yaitu
pada tahun pelajaran 2008/2009 subyek II harus tinggal di kelas.
81
cenderung membiarkan perilaku apa saja yang dilakukan oleh subyek II
sehingga subyek cenderung berperilaku semaunya sendiri. Selain itu orang
tua subyek juga sibuk dengan pekerjaannya sehingga subyek II kurang
mendapatkan perhatian dari kedua orang tuanya. Hasil lain dari kegiatan
wawancara yang diperoleh peneliti dengan orang tua subyek II bahwa
subyek sering mengalami sakit fisik yang di antranya sering mengalami
kaki terkilir atau tangan yang keleseleo. Berdasarkan keterangan orang tua
subyek II, hal tersebut di sebabkan karena perilaku hiperaktif yang dialami
oleh subyek II sehingga sering mengalami jatuh dan terkilir atau keseleo
karena suka naik turun kursi di dalam rumah, melakukan kegiatan ceroboh
seperti memanjat pohon yang berada di halaman rumah.
(a) Aktifitas fisik dari perilaku hiperaktif yang subyek II lakukan, seperti
banyak melakukan gerakan tangan dan kaki di antaranya adalah (1)
Memukul-mukul meja atau benda yang ada di sekitarnya, (2)
Memukul-mukul laci meja sambil menyanyikan lagu sehingga
membuat suasana kelas menjadi gaduh, (3) Memainkan pensil atau
peralatan sekolah pada saat guru menjelaskan materi, (4) Memainkan
kaki dengan memutar-mutarkan kaki pada saat diharapkan siswa untuk
tenang. Selain itu aktifitas fisik lain yang dilakukan subyek II terkait
dengan perilaku hiperaktifnya subyek tidak dapat duduk dengan tenang
di antaranya (1) Sering berpindah tempat dari bangkunya kebangku
temannya yang lain, (2) Sering keluar masuk kelas dengan alasan ke
kamar mandi atau pergi kekantin sekolah, (3) Mondar-mandir serta (4)
82
Berlarian di dalam kelas pada saat disuruh mengerjakan tugas dan pada
waktu guru menjelaskan materi.
(b) Keadaan psikologis subyek II juga tidak jauh berbeda dengan subyek I.
subyek II juga memiliki emosi yang mudah marah dengan emosi yang
mudah terpancing emosinya apabila tidak segera mendapatkan hal
yang diinginkannya atau hal yang tidak sesuai dengan harapan subyek.
(c) Hubungan sosial subyek dengan teman atau dengan guru yang tidak
baik. Hal ini ditandai dengan teman yang menjauhi dan memusuhi
subyek, karena subyek sering mengancam atau mengajak bertengkar
dan berkelahi dengan teman dalam kegiatan bermain atau tidak
mendapat contekan dari temannya. Selain itu dalam kegiatan bermain
subyek juga tidak mau kalah dan selalu ingin menjadi pemimpin dalam
permainan dan ingin menjadi pemenang. Hubungan dengan gurupun,
subyek II dicap sebagai siswa yang nakal dan siswa yang suka
membuat gaduh di dalam kelas karena perilaku hiperaktifnya.
c. Subyek III
1) Hasil Observasi
83
Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan baik pada saat
di dalam kelas maupun pada saat istirahat. Hasil observasi yang
dilakukan penulis dapat dideskripsikan sebagai berikut:
84
Lebih lanjut, dalam hubungan sosial subyek dengan teman dan
guru di sekolah, subyek dicap sebagai anak yang nakal dan suka
bertengkar dan berkelahi dengan teman-temannya. Selain hal tersebut,
subyek juga suka usil dan menjahili teman-temannya sehingga
membuat subyek tidak disukai oleh teman-temannya.
2) Hasil Wawancara
85
duduk ke bangku temannya yang lain dan dilakukan dengan intensitas
yang tinggi.
86
3) Kesimpulan Hasil Obsevasi dan Hasil Wawancara
(c) Hubungan sosial subyek III dengan teman dan guru di sekolah
tidak baik. Hal ini ditandai dengan sikap dan perilaku teman-teman
yang menjauhi subyek dan memusuhinya karena subyek dianggap
sebagai siswa yang suka membuat gaduh di dalam kelas, siswa
yang nakal karena sering berkelahi dengan temannya serta siswa
yang usil dan jahil. Begitu pula hubungan subyek dengan guru
yang dicap sebagai anak nakal. Perilakunya yang tidak
memperhatikan penjelasaan guru, tidak fokus terhadap materi
pelajaran serta berbicara sendiri atau sibuk dengan kegiatannya
sendiri serta suka membuat gaduh pada saat pelajaran membuat
87
subyek di cap sebagai anak yang tidak memperhatikan pada saat
guru menjelaskan materi di depan kelas.
(d) Perilaku hiperaktif yang lain yang dialami oleh subyek III di
antaranya adalah (1) Ekspresi wajah yang ketakutan ketika harus
mengerjakan tugas di depan kelas karena pada saat guru
menyampaikan materi pandangan subyek III tertuju ke arah lain
dan keluar kelas sehingga tidak memperhatikan penjelasan guru,
(2) Sering tidak dapat menjawab pertanyaan guru karena tidak
memperhatikan guru pada saat meyampaikan materi, (3) Tidak
mengerjakan tugas dan PR yang diberikan guru dengan berbagai
alasan padahal subyek tidak paham dengan tugas dan PR yang
diberikan kepadanya, (4) Tidak dapat melaksanakan instruksi guru
dengan baik pada waktu baris-berbaris atau hal-hal yang disuruh
guru, (5) Mengerjakan tugas dengan tergesa-gesa dan cederung
ceroboh dan tidak dapat fokus ketika diajak berbicara dengan guru
atau temannya, (6) Perhatian subyek yang mudah teralih dengan
hal-hal yang ada di sekitarnya.
88
2. Faktor-faktor Penyebab Perilaku Hiperaktif
a. Subyek I
a) Hasil Observasi
89
subyek meminta sesuatu dengan segera dan orang tua subyek juga
langsung mengiyakan. Selain itu segala keperluan yang diinginkan
subyek juga tersedia dan di turuti oleh pembantunya.
b) Hasil Wawancara
a) Hasil Observasi
92
subyek pulang sekolah hingga tidur di malam hari, sedagaan dua
saudara subyek juga tidak tinggal bersama dengan kedua orang tua.
b) Hasil Wawancara
(1) Suasana keluarga, yaitu dalam keluarga subyek I antara orang tua
dan anak kurang adanya komunikasi serta curahan kasih sayang.
Segala kebutuhan dan keperluan subyek selalu dituruti oleh
kedua orang tua tanpa menanyakan untuk apa hal yang
diinginkan subyek tersebut. Hubungan antara subyek dengan
orang tua serta saudara subyek pun juga tidak ada keakraban satu
dengan yang lainnya dan subyek lebih dekat dengan
pembantunya.
(3) Proses ibu hamil dan melahirkan, yaitu pada hamil dan
melahirkan subyek I, sedikit mengaalami hambatan. Hambatan
tersebut sejak dalam kandungan subyek sudah memperlihatkan
gerakan janin yang aktif sehingga membuat ibu subyek sering
keluar masuk rumah sakit karenan kehabisan oksigen. Pada saat
melahirkan subyek, air ketuban ibu subyek sudah pecah serta air
ketuban tersebut terminum oleh subyek. Disamping itu berat
badan subyek pada waktu itu sekitar 3,9 kilogram sehingga
proses kelahiran subyek harus dibantu dengan alat.
b. Subyek II
a) Hasil Observasi
95
tidak dapat duduk tenang dan siswa yang di cap sebagai siswa
pembuat gaduh di kelas pada saat pelajaran berlangsung (K.O.SI)
b) Hasil Wawancara
96
Hasil wawancara yang penulis lakukan dengan orang tua
subyek dapat dideskripsikan sebagai berikut:
97
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis
lakukan terkait faktor human sebagai faktor penyebab perilaku
hiperaktif pada subyek II adalah sebagai berikut:
a) Hasil Observasi
98
waktu yang dihabiskan untuk bekerja dipasar membuat subyek dan
saudara merasa kurang dalam mendapatkan kebersamaan dan
perhatian dari orang tua. Selain itu orang tua yang membiarkan
subyek dalam berperilaku hiperaktif juga tidak mendapatkan
perhatian dari kedua orang tua. Pada kegiatan sekolah, kedua orang
tua subyek jarang menanyakan hal-hal yang dilakukan subyek
ketika di sekolah serta tugas yang menjadi PR subyek.
b) Hasil Wawancara
99
Orang tua subyek juga membenarkan jika anak mereka
mengalami perilaku hiperaktif. Hal tersebut ditandai jika subyek
berada di rumah (1) Sering melakukan gerakan tangan dan kaki, (2)
Sering terlihat tidak memperhatikan jika diajak berbicara dengan
orang lain, (3) Mudah mengalami kebosanan atau kejenuhan dalam
suatu kegiatan bermain. Hal tersebut diperoleh orang tua subyek
dari laporan para tetangga dan ketika kedua orang tua sedang ada di
rumah.
c. Subyek III
a) Hasil Observasi
b) Hasil Wawancara
102
Orang tua subyek juga menyadari bahwa sebagai orang tua,
kurang dalam memberikan perhatian dan membiarkan perilaku
subyek yang demikian dan memberikan hukuman terhadap subyek
jika subyek berperilaku demikian. Jika subyek berperilaku
hiperaktif dan akhirnya memancing emosi orang tua tidak segan-
segan memberikan hukuman pada subyek berupa hukuman yang
bersifat fisik seperti menjewer dan memukul subyek.
103
2) Faktor Non Human atau Lingkungan
a) Hasil Observasi
b) Hasil Wawancara
104
dalam keluarganya. Orang tua yang sibuk bekerja dan kurang
memperhatikan subyek merupakan salah satu penyebab subyek III
mengalami perilaku hiperaktif. Selain hal tersebut hasil wawancara
dengan guru kelas dan guru bahasa inggris subyek mengalami
perilaku hiperaktif merupakan pencontohan dari perilaku hiperaktif
yang dialami oleh subyek II dan lingkungan temapat tinggal subyek
yang mendukung munculnya perilaku hiperaktif.
105
membuat subyek merasa tidak mendapatkan perhatian. Akan
tetapi jika subyek berperilaku hiperaktif pada saat orang tua
berada di rumah subyek cenderung mendapatkan hukuman dari
kedua orang tuanya.
106
1) Melakukan gerakan tangan dan kaki seperti tangan selalu memukul-
mukul meja sehingga menimbulkan suara gaduh, menggoyang-
goyangkan kaki pada saat mengerjakan tugas.
107
2. Faktor-faktor penyebab perilaku hiperaktif ada dua yaitu:
Sikap orang tua yang terlalu otoriter, tuntutan orang tua yang terlalu
kaku, kurangnya pengawasan orang tua serta disiplin yang terlalu kaku
(1) Suasana keluarga yaitu suasana keluarga yang tidak dapat memberikan
rasa nyaman bagi anak untuk tinggal ditengah-tengah keluarga
merupakan salah satu faktor yang dapat memicu perilaku hiperaktif
anak.
108
pemicu anak hiperaktif untuk melampiaskan keinginannya dengan
berperilaku hieparakitf.
109
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perilaku hiperaktif di kelas yang sering dilakukan tiga siswa kelas III SD
Negeri Mranggen 05 adalah: (a) Sering mondar-mandir pada waktu kegiatan
belajar-mengajar atau pada waktu disuruh mengerjakan tugas oleh guru, (b)
Melakukan gerakan fisik seperti tangan selalu memukul-mukul meja
sehingga menimbulkan suara gaduh, (c) Memain-mainkan pensil atau benda
yang ada di depannya sehingga timbul suara berisik pada waktu kegiatan
belajar-mengajar, (d) Berlarian saat di dalam kelas, keluar masuk kelas
dengan berbagai alasan, (e) Tidak dapat memfokuskan perhatian dalam
jangka waktu yang lama, (f) Mudah mengalami kejenuhan atau kebosanan
dalam satu kegiatan, (g) Sering keluar masuk kelas dengan berbagai alasan,
(h) Menggoyang-goyangkan kaki pada saat mengerjakan tugas dan pada saat
jam pelajarn berlangsung.
a. Faktor human atau faktor manusia meliputi sikap dan perlakuan orang tua,
yang meliputi orang tua yang terlalu otoriter, tuntutan orang tua yang
terlalu kaku, kurangnya pengawasan orang tua, disiplin yang terlalu kaku
dari orang tua, orang tua yang memanjakan, orientasi kesenangan.
b. Faktor non human atau faktor lingkungan di antaranya adalah proses ibu
yang melahirkan dengan menggunakan alat atau secara normal, faktor
genetik, dan aspek lingkungan
110
3. Alternatif bimbingan yang perlu diberikan pada siswa yang berperilaku
hiperaktif adalah sebagai berikut:
b. Adanya kerja sama antara guru, orang tua, dan pihak-pihak lain perlu
dilakukan secara baik dalam upaya mengatasi perilaku hiperaktif siswa
sehingga masalah dan hambatan yang dihadapi siswa hiperaktif.
c. Mengajar disiplin pada anak hiperaktif agar ia dapat mengatur dirinya dan
mengontrol dirinya dengan baik.
B. Implikasi
111
Bertitik tolak dari hasil penelitian di atas, maka implikasi hasil penelitian
ini secara umum adalah sebagai berikut:
112
Penelitian ini diharapkan memberikan tambahan ilmu dan pengalaman
kepada peneliti sebagai calon guru pembimbing. Di lapangan tidak hanya
ditemukan problem yang berupa perilaku hiperaktif saja, namun akan banyak
ditemukan problem lainnya. Melalui penelitian ini, secara umum peneliti
diharapkan memiliki wawasan tentang problem-problem pendidikan dan secara
khusus memiliki wawasan tentang perilaku hiperaktif.
C. Saran
1. Kepala Sekolah
2. Guru Kelas
113
a. Sebaiknya setiap guru mata pelajaran di kelas III, meyampaikan laporan
tentang hal-hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan kegiatan belajar-
mengajar di kelas tersebut, terutama terhadap perilaku siswa selama
pelaksanaan proses belajar-mengajar.
3. Orang Tua
b. Untuk kelancaran dan pencapaian tujuan pembelajaran pada diri subyek perlu
adanya perhatian dan motivasi secara terus-menerus orang tua.
114
c. Orang tua perlu menciptakan iklim yang hangat dan penuh kasih sayang di
dalam kehidupan keluarga.
e. Kerja sama antara guru, orang tua, dan pihak-pihak lain perlu dilakukan
secara berkesinambungan dalam upaya untuk memantau perkembangan siswa
terkait perilaku siswa baik pada saat berada di rumah ataupun di sekolah.
115
DAFTAR PUSTAKA
Dewa Ketut Sukardi. 1995. Proses Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Jakarta:
Rineka Cipta
Marlina. 2007. Asesmen dan Strategi Intervensi Anak ADHD. Departemen Pendidikan
Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktoral Ketenagaan.
Jakarta
116
Miles, Mattew B dan A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif.
(Terjemahan Tjetjep Rohandi Rohidi). Jakarta: UI-Press
Prasetyono. 2008. Serba Serbi Anak Autis dan Gangguan Psikologis Lainnya.
Yogyakarta: Diva Press
Prayitno dan Erman Amti. 1994. Pelayanan dan Bimbingan Di Sekolah Dasar. Jakarta:
Ghalia Indonesia
Rita Eka Izzati. 2005. Mengenal Permasalahan Anak Usia TK. Jakarta: Dit. PPTK & KPT
Robert K. Yin. 1997. Studi Kasus (Desain dan Metode). (Terjemahan M. Dzauzi
Mudzakir). Jakarta: Radar Jaya Offset
Sandra F. Rief. 1994. How To Reach and Teach ADD/ADHD Children. New York: The
Center For Applied Research In Education
Sunardi. 1995. Ortopedagogik Anak Tuna Laras I. Jakarta: Dit. PPTK & KPI
117